You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN ENCEPHALITIS A.

PENGERTIAN Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam mikroorganisme (Ilmu Kesehatan Anak, 2006). Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Pedoman diagnosis dan terapi, 2002). Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).

B. ETIOLOGI 1. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus. Macam-macam Encephalitis virus menurut Robin : a. Infeksi virus yang bersifat epidermik : 1) Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO. 2) Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis

encephalitis,

Eastern equire encephalitis, Japanese B. encephalitis, Murray

valley encephalitis. b. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas. c. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. 2. Reaksi toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox. 3. Keracunan: arsenik, CO.

C. PATOFISILOGI Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:

1. Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.

2. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut. 3. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf. Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat . Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.

D. TANDA DAN GEJALA Gejala-gejala dari encephalitis termasuk demam yang tiba-tiba, sakit kepala, muntah, kepekaan penglihatan pada sinar, leher dan punggung yang kaku, kebingungan, keadaan mengantuk, kecanggungan, gaya berjalan yang tidak mantap, dan mudah terangsang. Kehilangan kesadaran, kemampuan reaksi yang buruk, serangan-serangan, kelemahan otot, demensia berat yang tiba-tiba dan kehilangan memori dapat juga ditemukan pada pasien-pasien dengan encephalitis 1. Demam. 2. Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan. 3. Pusing. 4. Muntah. 5. Nyeri tenggorokan. 6. Malaise. 7. Nyeri ekstrimitas. 8. Pucat. 9. Halusinasi. 10. Kaku kuduk. 11. Kejang. 12. Gelisah. 13. Iritable. 14. Gangguan kesadaran

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Tes-tes yang digunakan dalam mengevaluasi individu-individu yang dicurigai mempunyai encephalitis termasuk darah untuk tanda-tanda dari infeksi dan kemungkinan kehadiran dari bakteri-bakteri, scanning otak (seperti MRI scan) dan analisa cairan spinal. Suatu lumbar puncture adalah metode yang paling umum untuk memperoleh suatu contoh dari cairan dalam spinal canal (cerebrospinal fluid atau CSF) untuk pemeriksaan. Suatu lembar puncture (LP) adalah pemasukan dari sebuah jarum ke dalam cairan di dalam spinal canal. Ia diistilahkan suatu lumbar puncture karena jarumnya masuk ke dalam bagian lumbar (bagian yang lebih bawah dari tulang belakang). Jarum melewati diantara bagian-bagian yang bertulang dari spine sampai ia mencapai cairan cerebral spinal. Suatu jumlah yang kecil dari cairan kemudian diambil dan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan. Evaluasi dari cairan spinal biasanya adalah perlu untuk diagnosis yang pasti dan untuk membantu membuat keputusan-keputusan perawatan yang optimal (seperti pilihan antibiotik-antibiotik yang tepat). 1. Pemeriksaan cairan serebrospinal. Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi sel limfosit. Protein agak meningkat sedangkan glucose dalam batas normal.

2. Pemeriksaan EEG. Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse bilateral dengan aktivitas rendah. 3. Pemeriksaan virus. Ditemukan virus pada CNS didapatkan kenaikan titer antibody yang spesifik terhadap virus penyebab.

F. PENATALAKSANAAN 1. Pengobatan penyebab : Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis : Adenosine arabinose 15 mg/Kg BB/hari selama 5 hari. 2. Pengobatan suportif. Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah : pengobatan nonspesifik yang bertujuan mempertahankan fungsi organ tubuh. Pengobatan tersebut antara lain : a. ABC (Airway breathing, circulation) harus dipertahankan sebaik-baiknya. b. Pemberian makan secara adequate baik secara internal maupun parenteral dengan memperhatikan jumlah kalori, protein, keseimbangan cairan elektrolit dan vitamin. c. Obat-obatan yang lain apabila diperlukan agar keadaan umum penderita tidak bertambah jelek.

G. KOMPLIKASI Dapat terjadi : 1. Akut : a. Edema otak. b. SIADH. c. Status konvulsi. 2. Kronik : a. Cerebral palsy. b. Epilepsy. c. Gangguan visus dan pendengaran.

H. DIAGNOSA BANDING Meningitis TB, Sidrom reye, Abses otak, Tumor otak, Encefalopati

I. PROGNOSIS Prognosis untuk Pasien-pasien dengan Encephalitis bervariasi. Beberapa kasus-kasus adalah ringan, singkat dan relatif tidak berbahaya dan pasien-pasien sembuh sepenuhnya. Kasus-kasus lain adalah parah dan perburukan yang permanen atau mungkin kematian. Ini biasanya ditentukan oleh tipe infeksi yang hadir. Tahap akut dari encephalitis mungkin berlangsung untuk satu sampai dua minggu, dengan resolusi (pemecahan) yang berangsur-angsur atau tiba-tiba dari demam dan gejala-gejala neurologikal. Gejala-gejala neurologikal mungkin meerlukan berbulan-bulan sebelum kesembuhan sepenuhnya. Beberapa pasien-pasien tidak akan pulih sepenuhnya. Perawatan encephalitis: Antibiotik-antibiotik dan obat-obat antivirus sangat dipertimbangkan ketika diagnosis dari encephalitis disarankan. Pada beberapa situasi-situasi, anticonvulsants digunakan untuk mencegah atau merawat serangan-serangan (epilepsi). Adakalanya corticosteroid diberikan untuk mengurangi pembengkakan dan peradangan otak. Obat-obat penenang (sedatives).

J. PROSES KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Aktivitas Istirahat Gejala : perasaan tidak enak(malaise), keterbatasan aktivitas yang ditimbulkan oleh kondisinya Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak, hipotoni. Maturasi tulang terlambat Aktifitas dan perhatian anak berkurang dibanding anak lain Atrofi otot Kelainan kulit tubuh kulit kering, mengendor karena kehilangan lemak di bawah kulit dan & penurunan massa otot b. Sirkulasi Gejala : ada riwayat kardiopatologi, contoh : endokarditis.

Tanda : TD meningkat. Nadi menurun dan tekanan nadi berat(berhubungan dengan peningkatan TIK dan berpengaruh pada pusat vasomotor, tachicardi, disritmia. Kelainan biokimia darah Jantung Bradikardi Tekanan darah lebih rendah dibanding anak seumur System darah Hb rendah Anemia ringan c. Eliminasi Tanda : adanya inkontinensia atau retensi d. Makanan/cairan Gejala : anoreksia,. Kesulitan menelan Tanda : muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering Pertumbuhan linier berkurang / terhenti Kenaikan BB berkurang, terhenti dan adakalanya BB menurun Ukuran LLA menurun Tebal lipatan kulit normal / menurun Kelainan kulit / rambut jarang ditemukan Gangguan pertumbuhan BB < 80 %, terdapat edema, TB berkurang terutama KKP yang lama e. Hiegyene Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri f. Neurosesnsoris Gejala : sakit kepala(merupakan gejala pertama dan biasanya berat), parestesia, kaku pada semua persarafan yanbg kena, kehilangan sensasi(kerisakan pada saraf krania;)timbul kejang. Gangguan dalam penglihatan seperti diplopia, diplopia, ketulian, atau mungkin hipersensitif terhadap kebisibngan, adanya halusinasi penciuman. Tanda : status mental letargi sampai kebingungan yang berat bahkan koma, delusi dan halusinasi/psikosis organic. Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan, afasia atau kesulitan dalam berkomunikasi,

mata(ukuran/reaksi pupil), anisokor atau tidak berespon terhadap cahaya(tanda peningkatan TIK), nistagmus(bola mata bergerak terus-menerus.

g. Nyeri/kenyamanan Gejala : sakit kepala(berdenyut dengan hebat terutama pada frontal, ketegangan pada leher, nyeri pada gerakan okuler, fotosensitifitas, nyeri pada tenggorokan. Tanda : prilaku distraksi/gelisah h. Pernafasan Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru Tanda : peningkatan kerja pernafasan, perubahan mental. Saluran

nafas frekuensi nafas menurun i. Keamanan Gejala : adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas/infeksi lain meliputi : mastoiditis, abses gigi, infeksi pelvis, abdomen atau kulit Tanda : suhu meningkat, diafhoresis, menggigil, kelemahan secara umum, tonus otot flaxid atau plastic, paralysis, gangguan sensasi j. Integitas ego Tanda : Penampilan muka terlihat tua, anak sangat kurus Rambut kepala kering tipis dan mudah rontok 2. Diagnose keperawatan dan intervensi a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial Tujuan: 1) Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit 2) Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris Kriteria hasil: 1) Tanda-tanda vital dalam batas normal 2) Rasa sakit kepala berkurang 3) Kesadaran meningkat
4) Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda

tekanan intrakranial yang meningkat. INTERVENSI RASIONAL

Pasien bed rest total dengan posisi tidur Perubahan pada tekanan intakranial terlentang tanpa bantal akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak Monitor tanda-tanda status neurologis Dapat mengurangi kerusakan otak lebih

dengan GCS.

lanjt keadaan normal autoregulasi tekanan secara

Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Pada

Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-hati pada mempertahankan hipertensi sistolik darah sistemik

keadaan berubah

fluktuatif.Kegagalan autoregulasi akan menyebabkan kerusakan vaskuler

cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan

diastolik.Sedangkan peningkatan suhu dapat infeksi. Monitor intake dan output Hipertermi dapat menyebabkan menggambarkan perjalanan

peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadar serta nausea yang menurunkan intake per oral Bantu pasien untuk membatasi muntah, Aktifitas muntah atau batuk dapat batuk. Anjurkan pasien untuk meningkatkan tekanan intrakranial dan napas

mengeluarkan napas apabila bergerak intraabdomen. Mengeluarkan atau berbalik di tempat tidur.

sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava

Kolaborasi: Berikan cairan perinfus

Meminimalkan fluktuasi pada beban dengan vaskuler vetriksi dan cairan tekanan dan intrakranial, cairan dapat

perhatian ketat.

menurunkan edema cerebral Monitor AGD bila diperlukan Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya

pemberian oksigen

iskhemik serebral Berikan terapi sesuai advis dokter Terapi seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika. yang diberikan dapat

menurunkan permeabilitas kapiler. Menurunkan edema serebri

Menurunkan

metabolisme

sel

konsumsi dan kejang. b. Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak Tujuan: Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol Kriteria evaluasi: 1) Pasien dapat tidur dengan tenang 2) Memverbalisasikan penurunan rasa sakit. INTERVENSI Independent Usahakan membuat lingkungan yang Menurunkan aman dan tenang reaksi terhadap RASIONAL

rangsangan ekternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan pasien untuk beristirahat

Kompres dingin (es) pada kepala dan Dapat kain dingin pada mata

menyebabkan

vasokontriksi

pembuluh darah otak

Lakukan latihan gerak aktif atau pasif Dapat membantu relaksasi otot-otot sesuai kondisi dengan lembut dan hati- yang tegang dan dapat menurunkan hati Kolaborasi: Berikan obat analgesik rasa sakit / disconfort Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit. Catatan: kontraindikasi pada status Narkotika karena neurologis

merupakan berdampak

sehingga sukar untuk dikaji.

c. Resiko injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran Tujuan: Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran INTERVENSI Independent: Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut Gambaran tribalitas sistem saraf pusat RASIONAL

dan otot-otot muka lainnya

memerlukan

evaluasi

yang

sesuai

dengan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi. Persiapkan seperti lingkungan yang aman Melindungi pasien bila kejang terjadi papan

batasan

ranjang,

pengaman, dan alat suction selalu berada dekat pasien. Pertahankan bedrest total selama fae Mengurangi resiko jatuh / terluka jika akut Kolaborasi: Berikan terapi sesuai advis dokter Untuk seperti; diazepam, fenobarbital, dll. kejang. Catatan: fenobarbital dapat mencegah atau mengurangi vertigo, sincope, dan ataksia terjadi

menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi.

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskulaer, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi / kognitif Tujuan: Tidak terjadi kontraktur, footdrop, gangguan integritas kulit, fungsi bowell dan bladder optimal serta peningkatan kemampuan fisik Intervensi Independen: Rasional Mengidentifikasi kersakan fungsi dan

Review kemampuan fisik dan kerusakan menentukan pilihan intervensi yang terjadi Kaji tingkat imobilisasi, gunakan skala Kemungkinan tingkat ketergantungan ketergantungan dari 0 - 4 (0) hanya (1) memerlukan Memerlukan bantuan bantuan

minimal

moderate (3) Memerlukan bantuan komplit dari perawat (4) Klien yang memerlukan pengawasan khusus

karena resiko injury yang tinggi

Berikan perubahan posisi yang teratur Perubahan pada klien

posisi

teratur

dapat

mendistribusikan berat badan secara meneyluruh peredaran dekubitus dan darah memfasilitasi serta mencegah

Pertahankan body aligment adekuat, Mencegah terjadinya kontraktur atau berikan latihan ROM pasif jika klien foot drop serta dapat mempercepat sudah bebas panas dan kejang pengembalian fungsi tubuh nantinya

Berikan perawatan kulit secara adekuat, Memfasilitasi sirkulais dan mencegah lakukan masasse, ganti pakaian klien gangguan integritas kulit dengan bahan linen dan pertahankan tempat tidur dalam kondisi kering Berikan perawatan mata, bersihkan mata Melindungi mata dari kerusakan akibat dan tutup dengan kapas yang basah terbukanya mata terus menerus sesekali Kaji adanya nyeri, kemerahan, bengkak Indikasi adanya kerusakan kulit pada area kulit

e. Kerusakan sensori persepsi berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensori, transmisi sensori dan integrasi sensori Tujuan: Kesadaran klien dan persepsi sensori membaik Intervensi Evaluasi orientasi secara klien, teratur Rasional perubahan Kerusakan bicara, menyebabkan area klien otak akan

kemampuan

mengalami sensori. Sejalan

keadaan emosi serta proses berpikir gangguan klien.

persepsi

dengan proses peneymbuhan, lesi area otak akan mulai membaik sehingga perlu dievaluasi kemajuan klien

Kaji

kemampuan sensori

menterjemahkan Informasi misalnya:

tersebut

penting

untuk

rangsang

respon menentukan tindak lanjut bagi klien

terhadap sentuhan, panas atau dingin,

serta kesadaran terhadap pergerakan tubuh. Batasi suara-suara bising serta Menurunkan kecemasan, dan mencegah kebingungan pada klien akibat

pertahankan lingkungan yang tenang

rangsang sensorik berlebihan Tetap bicara dengan klien dengan suara Rangsang sensori tetap diberikan pada yang tenang, gunakan kata-kata yang klien meskipun dalam kondisi tidak sederhana dan singkat serta pertahankan sadar kontak mata Kolaborasi: Rujuk ke ahli fisioterapi atau okupasi untuk memacu kemampuan

sensori persepsi klien Untuk dapat memberikan penanganan menyeluruh pada klien

f. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik Tujuan: Nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria tidak adanya tanda malnutrisi dengan nilai laboratorium dalam batas normal Intervensi Rasional tersebut menentukan

Kaji kemampuan klien dalam menelan, Faktor-faktor batuk dan adanya sekret

kemampuan menelan klien dan klien harus dilindungi dari resiko aspirasi

Auskultasi

bowel

sounds,

amati Fungsi gastro intestinal tergantung pula

penurunan atau hiperaktivitas suara pada kerusakan otak, bowelll sounds bpowell menentukan respon feeding atau

terjadinya komplikasi misalnya illeus Timbang berat badan sesuai indikasi Untuk megevaluasi asupan makanan Berikan makanan dengan cara Menurunkan resiko regurgitasi atau aspirasi efektifitas dari

meninggikan kepala

Pertahankan lingkungan yang tenang Membuat klien merasa aman sehingga dan anjurkan keluarga atau orang asupan dapat dipertahankan

terdekat untuk memberikan makanan pada klien

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Donna, Medical Surgical Nursing , WB Saunders, 1991 Brunner / Suddarth, Medical Surgical Nursing , JB Lippincot Company, Philadelphia, 1984
Doenges, Marilyn E, Nursing Care Plans , FADavis Company, Philadelphia, 1993 http://alam414m.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-encephalitis.html

You might also like