You are on page 1of 10

1.1 Fungsi Sistem Pencernaan Sistem Pencernaan Mempunyai Fungsi: 1.

Menerima nutrient yaitu mulai dari mulut sampai dengan lambung. Lambung merupakan alat penerima makanan yang paling besar. 2. Menghancurkan nutrient ke dalam bentuk molekul-molekul yang ukurannya cukup kecil untuk dapat mencapai dan memasuki aliran darah sehingga memungkinkan molekul-molekul tersebut masuk ke dalam aliran darah dan dikirim keseluruh jaringan. 3. Membuang sisa makanan yang tidak dapat dicerna melalui anus. 1.2 Persarafan Pada Saluran Cerna Sistem saluran pencernaan di persarafi oleh saraf intrinsic dan ekstrinsik. 2 jalainan serabut saraf utama bersifat intrinsic bagi traktur gastrointestinal, bagian ini terdiri atas pleksus nervorum meinterikum (pleksus auerbach), antara stratum longitudinal luar dan stratum sirkular tengah, dan plexsus nervorum submukosum (pleksus meissner), antara stratum sirkuler tengah dan tunika mukosa. Persarafan ekstrinsik kembar dari susunan saraf otonom dengan aktivitas kolinergik pada parasimpatis umumnya meningkatkan aktivitas otot polos usus, aktivitas noradrenergic simpatis umumnya menurunkannya sementara dan memyebabkan sfingter berkontraksi (Ganong 1995). Secara umum dan singkat kedua persarafan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Persarafan intrinsik tersusun dari dua anyaman, yaitu pleksus meinterikus (auerbach) dan peksus sub mukosa (meissner). Pleksus ini merupakan ganglion intramural, saling berhubungan, dan mengandung serat aferen yangb berasal dari reseptor pada dinding dan mukosa saluran. Reseptor renggang peka terhadap renggangan dinding saluran dan reseptor kimia peka terhadap komposisi isi traktus gastrointestinal. Serat eferen dari pleksus ini menuju ke sel kelenjar, sel endokrim intramural, pembuluh darah

dan otot dinding saluran. Oleh karena itu, dapat terjadi reflek lokal selain reflek yang melalui susunan saraf pusat. 2. Persaran ekstrinsik terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis serat simpatis yang menuju saluran cerna merupakan serat pasca ganglion yang bersinaps pula dengan sel saraf pleksus meinterikus dan sub mukosa, menimbulkan inhibisi pra sinaptik (menghambat sekrsesi asetilkolin). Ada juga serat yag menuju pembuluh darah, kelenjar, dan sedikit menuju otot polos. Rangsangan simpatis mengakibatkan vasokontriksi, penghambatan muskularis eksterna, dan perangsangan muskularis mukosa. Serat parasimpatis berjalan melalui saraf vagus dan saraf sel pelvikus. Vagus mempersarafi lambung, usus halus, sampai kolon transversum, sedangkan kolon desendens, sogmoid, dan rectum melalui saraf pelvikus. Serat parasimpatis ini merupaknan serat praganglion dan berakhir pada ganglion intramural. Ganglion intramural ini memiliki fungsi sebagai neuron pasca ganglion yang memberikan pesarafan dan ersifat merangsang otot polos serta kelenjar. Persarafan susunan pencernaan 1. Saraf rongga mulut 2. Faring 3. Esofagus 4. Saluran pencernaan dirongga perut, rongga panggul, dan berujung dibagian bawah badan, pada perineum. Nama saraf dan golongan serabut saraf. 1. Saraf otak 2. Saraf spinal. 3. Susunan saraf otonom 4. Trunkus simfatikus leher dan toraks, abdomen dan pelvis 5. N.7, 9, 10. 6. N.spinalis S-2,3,4

Serabut susunan saraf pencernaan Terdiri dari saraf otak dan saraf spinal, yang dibentuk dari 7 jenis serabut, yaitu: 1. Serabut aferen somatik umum 2. Serabut aferen viseral umum 3. Serabut aferen viseral khusus 4. Serabut eferen somatik umum 5. Serabut eferen viseral umum 6. Serabut eferen viseral khusus Serabut eferen viseral umum (susunan saraf otonom) terdiri atas susunan saraf simfatis-parasimfatis. Penyebaran berbagai jenis serabut saraf saluran pencernaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Serabut aferen somatik umum: Nervus 5 Serabut aferen viseral umum: Nervus 9, Nervus 10, Nervus Spinales Serabut aferen viseral khusus: n.7,9,10 (pengecapan). Serabut eferen somatik umum: n.12, nn.spinales sakralis Serabut eferen viseral umum n.7,9,10, nn.spinales n.pudendus Serabut eferen viseral khusus N.5,7,9,10

Saraf lidah 1. 2. N.lingualis. Serabut aferen somatik umum: n.5-3 nukleus spinalis N.fasialis Serabut aferen viseral khusus: n.7 (pengecapan) nukleus solitarius bagian rostral. 3. 4. N.hipoglosus Serabut eferen somatik umum: n.12 N.glosofaringeus Serabut aferen viseral umum

Saraf bibir, gigi geligi,dan langit-langit Serabut aferen viseral umum 1. 2. 3. N.fasialis N.palatinum majus N.palatinum minus Serabut aferen somatik umum n.alveolaris superior n.5-2 (n.maksilaris). dan n.alveolaris inferior n.5-3 (n.mandibularis), ke nukleus spinalis n-5 Persarafan faring 1. N.glosofaringeus 2. N.vagus Kedua saraf ini berisi: a) Serabut eferen viseral umum untuk otikum dan ganglion submandibulare b) Serabut eferen viseral khusus untuk otot faring c) Serabut aferen viseral umum dari faring d) Serabut aferen viseral khusus (pegecapan) dari 1/3 belakang lidah (n.9),dan epiglotis (n.10) Persarafan esofagus dan gaster 1. N.simfatikus dari ganglion simfatis torakalis 1-5, dan 6-12. Dipangkal a.seliaka terdapat ganglion seliakus yang dibentuk oleh a) serabut saraf simfatis (n.splankhnikus major dan n.splankhnikus minor) b) serabut parasimfatis n.vagus, dan serabut aferen viseral 2. N.vagus. a) N.vagus kiri berada disebelah kiri esofagus dan didepan gaster b) N.vagus kanan berada dikanan esofagus dan dipermukaan belakang gaster kelenjar ludah melalui ganglion

Persarafan usus 1. Pada duodenum terdapat peralihan usus depan menjadi usus tengah pada masa janin 2. Usus tengah mendapat saraf yang berjalan dalam mesenterium 3. Saraf usus tengah ini berhubungan dengan plexus mesenterikus superior yang berada dipangkal arteri mesenterika superior didepan aorta abdominalis. 4. Saraf usus belakang berhubungan dengan pleksus mesenterikus inferior yang berada dipangkal a.mesenterika inferior didepan aorta abdominalis. 5. Serabut parasimfatis n.vagus berakhir dibagian distal usus tengah, yaitu bagian usus besar yang berada dibagian distal kolon transversum. 6. Lebih kedistal, serabut parasimfatis usus besar berasal dari nn.sakralis 2,3,4.

Ganglion di lintasan sensorik dan lintasan motorik pencernaan 1. Ganglion sensorik diluar ssp: ganglion spinalis, ganglion n.trigeminus, ganglion genikuli, ganglion n.glosofaringeus dan ganglion n. vagus. 2. Lintasan motorik dibagi menjadi lintasan motorik somatis dan lintasan motorik viseral. 3. Lintasan motorik somatis umumnya bermula di korteks serebri, berdestinasi di sel motorik inti motorik somatik saraf otak ke-12 4. Lintasan motorik somatis umum tidak mempunyai ganglion diluar ssp 5. Lintasan motorik viseral mempunyai ganglion diluar ssp (ganglion sso).

N.5:n.trigeminus. n.5-2: n.maksilaris. a) Berisi serabut aferen somatik umum dari daerah pipi, rahang atas, langitlangit.

b) N.maksilaris masuk kavitas kranii melalui foramen rotundum, bergabung dengan ganglion n.trigeminus diluar duramater fosa kranii media. N.5-3: n.mandibularis. a) Berisi serabut aferen somatik umum dari daerah rahang bawah, dasar mulut, dan lidah, melalui n.lingualis. b) Serabut eferen viseral umum untuk glandula submandibularis ke kelenjar sublingualis dan kelenjar submandibularis c) Berisi serabut eferen viseral khusus untuk otot pengunyah d) Masuk kavitas kranii melalui foramen ovale, bergabung dengan ganglion n.trigeminus.

N.fasialis. a) Berisi serabut aferen viseral khusus pengecapan dari lidah 2/3 bagian depan b) Eferen viseral khusus untuk otot pipi dan bibir N.glosofaringeus. a) Berisi serabut aferen viseral khusus pengecapan dari lidah 1/3 bagian belakang. b) Serabut aferen viseral umum dari faring c) Serabut eferen viseral umum dari nukleus salivatorius inferior untuk ganglion otikum ke kelenjar parotis d) Berisi serabut eferen viseral khusus untuk otot pharink N.vagus. berisi serabut aferen viseral khusus pengecapan dari epiglotis Serabut aferen viseral umum dari faring Serabut eferen viseral khusus untuk otot dinding farink Serabut eferen viseral umum parasimfatis untuk ganglion alat dalaman (otot faring, esofagus, gaster, dan usus) dari nukleus dorsalis vagi.

N.hipoglosus. Berisi serabut eferen somatik umum untuk otot lidah. Keluar rongga tengkorak melalui kanalis hipoglosi dan melalui daerah infratemporalis menuju ke sisi lateral m.hioglosus. Persarafan kolon. Dibagian distal kolon transversum terdapat peralihan usus tengah menjadi usus belakang. Serabut simfatis berasal dari trunkus simfatikus lumbal dan sakral, pleksus aortikus-n.hipogastrikus superior, dan n.hipogastrikus inferior, mengikuti percabangan arteri Mulai dari batas ini terdapat perbedaan persarafan parasimfatis, karena serabut saraf parasimfatis berasal dari nn.sakralis 2-3-4

N.pudendus. 1. Mempercabangkan n.rektalis inferior untuk bagian bawah kanalis ani. 2. Berisi serabut eferen somatik umum untuk m.sfinkter ani eksternus 3. Berisi serabut aferen somatik umum dari bagian distal kanalis ani.

Kontrol saraf terhadap Fungsi Gastrointestinal Saluran gastrointestinal mendapat inervasi dan cabang-cabang saraf parasimpatis dan simpatis dari system saraf otonom. System saraf parasimpatis merupakan pembangkit utama, sedangkan system saraf simpatis merupakan penghambat utama dari pergerakan sistem gastrointestinal sebagai contoh: peristaltic ditingkatkann oleh stimulasi saraf parasimpatis, sedangkan saraf simpatis menghambat pergerakan persitaltik. Saluran gastrointestinal memiliki sistem persaraf sendiri yang disebut sistem saraf enterik (Lewis, 2000). Sistem ini seluruhnya terletak

di dinding usus, mulai dari esophagus dan memanjang sampai ke anus. Jumah neuron pada sistem entrik ini sekitar 100 juta, hamper sama dengan jumlah pada keseluruhan medulla spinalis (Guyton, 1996). Hal ini menunjukkan gastrointestinal. Sistem enteric terutama terdiri atas 2 pleksus meliputi satu pleksus bagian luar yang terletak diantara lapisan otot longitudinal dan sirkular disebut pleksus meinterikus atau pleksus auerbach, dan satu pleksus bagan dalam disebut pleksus submukosa atau pleksus meissner, yang terletak didalam submukosa. Pleksus mienterikus terutama berfungsi mengatur pergerakan gastrointestinal, sedangakan pleksus sub mukosa terutama mengatur sekresi gastrointestinal dan alian darah lokal (Guyton 1996). Walaupun sistem saraf enterik dapat berfungsi dengan sendirinya, tidak bergantung dari saraf-saraf ekstrinsik ini, perangsangan oleh sistem parasimpatis dan simpatis dapat mengaktifkan atau menghambat fungsi gastrointestinal (Guyton 1996). pentingnya sistem enterik untuk mengatur fungsi gastrointestinal. Sistemini terutama mengatur pergerakan dan sekresi

Aliran Darah Gastrointestinal Sirkulasi sitem pencernaan berawal dari dua aorta besar dari jantung yaitu aorta thorakal dan aorta abdominalis. Percaangan dari aorta thorakal adalah arteri esophagus yag memperdarahi esophagus bagian atas, dari esophagus bagian atas darah diteruskan ke vena porta hepatica ke hepar dan dieruskan ke vena hepatica, vena cava inferior kembali ke jantung. Aorta abdominalis mempunyai tiga percabangan yaitu arteri seliaka, arteri mesenterika superior dan arteri mesenterika inferior. Areteri seliaka memperdarahi esophagus bawah, lambung, duodenum, kandung empedu dan pankreas yang diteruskan kecuali esophagus bawah ke vena porta hepatica menuju hepar, vena hepatica dan vena cava inferior menuju kejantung. Sirkulasi dari esophagus bawah diteruskan ke vena hemizogosa dan asigosa langsung ke vena cava inferior.

Arteri mesenterika superior memperdarahi jejenum, ileum, kolon asenden dan kolon transversum yang diteruskan ke vena porta hepatica menuju hepar, vena hepatica dan vena cava inferior menuju jantung. Arteri mesenterika inferior memperdarahi kolon desende, sigmoid, dan rectum. Dari kolon desenden dan sigmoid dialnjutkan ke vena porta hepatica menju hepar, ke vena hepatica dan vea cava inferior menju jantung, sedangkan dari rectum bawah sirkulasi dilanjutkan ke vena rektal inferior, mediana dan vena iliaca yang langsung vena cava inferior menuju jantung sedangkan dari rectum bawah sirkulasi dilanjutkan ke vena inferior, mediana dan vena iliaca yang langsung ke vena inferior menuju jantung (Iin Inayah 2004:6). Saluran pencernaan dan organ aksesori menerima sekitar 25% dari curah jantung. Sirkulasi darah sistem gastrointestinal merupakan sistem yang unik disebut sirkulasi splanknik (Lewis 2000). Sirkulais ini meliputi aliran darah yang melalui usus kiri ditambah aliran darah memalui limpa, pancreas, dan hati. Model sistem ini berbentuk sedemikian rupa sehingga semua darah melewati usus, limpa dan pancreas kemudia segera mengalir ke dalam hati melalui vena portal. Didalam hati, darah mengalir melewati berjuta-juta sinusoid hati dan akhirnya meninggalkan hati melalui vena hepatica yang berakhir kedalam vena cava dari sirkulasi sistemik. Aliran darah sekunder yang melalui hati ini menyebabkan selsel retikuloendotelial yang membatasi sinusoid-sinusoid hati mengeluarkan bakteri dan bahan partikel lainnya yang mungkin memasuki aliran darah sistemik dan traktus gastrointestinal, jadi dapat mencegah agen-agen yang berbahaya masuk ke dalam jaringan tubuh yang lain (Arif Mutaqqin 2010:29).

DAFTAR PUSTAKA Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pnecernaan. Jakarta: Salemba Medika. Mutaqqin, Arif. 2010. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika. Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem

Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

You might also like