You are on page 1of 37

Berkas Portofolio Kasus Bedah

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari Senin, tanggal 22 November 2012 telah dipresentasikan kasus portofolio oleh: Nama No ID Judul/Topik Nama Pendamping NIP Nama Wahana : dr. Maria Christina Suhadi : 1208.12.16.93 : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Permagna : dr. Sylviasari Risgiantini : 19760104 200604 2 018 : RSUD Kabupaten Bekasi

Daftar peserta yang hadir:

NO
1. 2. 3. 4. 5. 6.

NAMA PESERTA PRESENTASI


dr. Maria Christina Suhadi dr. Sylviasari Risgiantini dr. Samuel dr. Bernike Yuriska dr. Ferdinan Bastian Sirait dr. Benedict Iglesias Sihombing

KETERANGAN
Presentan Pendamping Dokter Internship Dokter Internship Dokter Internship Dokter Internship

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

Presentan

dr. Sylviasari Risgiantini NIP. 19760104 200604 2 018

dr. Maria Christina Suhadi No. ID. 1208.12.16.93

Berkas Portofolio Kasus Bedah


No. ID dan Nama Peserta : dr. Maria Christina Suhadi No. ID dan Nama Wahana : RSUD Kabupaten Bekasi Topik : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Permagna Tanggal (kasus) : 8 Agustus 2012 Nama pasien : Tn. M No. RM : 018508 Tanggal presentasi : 22 November 2012 No. dan Nama Pendamping : dr. Sylviasari Risgiantini Tempat presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Kabupaten Bekasi Obyektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Pria 49 tahun, datang dengan keluhan terdapat tonjolan di lipat paha kanan sejak 2

tahun yang lalu, tonjolan makin lama makin turun ke kantong buah zakar sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan nyeri. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan Zieman test (+) pada jari II.
Pemeriksaan penunjang normal. Mendiagnosis hernia inguinalis lateralis dextra permagna dan mengetahui terapi yang tepat. Mengidentifikasi komplikasi yang dapat terjadi. Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos Nama: Tn. M No.Register: 018508 Data pasien Nama RS: RSUD Kab Bekasi Alamat: Sukatani Terdaftar sejak: 2012 Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis/ gambaran klinis: Pasien datang dengan keluhan terdapat tonjolan di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu, tonjolan makin lama makin turun ke kantong buah zakar sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan nyeri. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan Zieman test (+) pada jari II. Pemeriksaan penunjang normal. Oleh karena itu, pasien didiagnosis mengalami hernia inguinalis lateralis dextra permagna. 2. Riwayat pengobatan: Pasien belum pernah berobat ke dokter atau ke tempat pengobatan lainnya. Pasien belum pernah dioperasi sebelumnya. 3. Riwayat penyakit sekarang: Pasien mengeluh terdapat tonjolan di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu, tonjolan makin lama makin turun ke kantong buah zakar dan makin besar sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan nyeri. Pasien tidak mengeluhkan adanya mual, muntah, kesulitan BAB dan selama 2 hari terakhir buang angin dan buang air kecil normal. 4. Riwayat keluarga: Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa. 5. Riwayat pekerjaan: Pasien memiliki kebiasaan sering mengangkat benda berat.

Berkas Portofolio Kasus Bedah


6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik: Pasien tinggal dengan istri dan anaknya di rumah. 7. Lain-lain: Pemeriksaan Fisik: KU: kompos mentis, baik. TD: 110/80 mmHg FN: 80x/menit FP: 22x/menit S: 37,1C Kepala : Deformitas (-) Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), THT : sekret (-), hiperemis (-) Leher : Tiroid tidak teraba Thorax : Simetris statis dan dinamis Paru : Simetris, fremitus ka=ki, vesikuler +/+, rhonki (-/-), wheezing (-/-) Jantung : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-) Abdomen : Datar, lembut, hati/limpa tidak teraba, NT (-), BU (+) normal. Status Lokalis: tampak tonjolan di scrotalis dextra dan Zieman test (+) pada jari II. Pemeriksaan Penunjang: Lab: Hb : 11,9 g/dl (14-16) WBC : 7.800/mm3 (3.500-10.000) RBC : 4 juta (3,8-5,8) Hematokrit : 48,1 % (35-50) Trombosit : 291.000/mm3 (150.000-390.000) Laju Endap Darah :4 (<10) SGOT : 24 U/L (<38) SGPT : 25 U/L (<41) Gula Darah Sewaktu : 81 mg/dL (<170) Ureum : 17 mg/dL (15-45) Kreatinin : 1,2 mg/dL (0,7-1,2) Waktu Perdarahan : 230 (1-3) Waktu Pembekuan : 500 (1-6) Daftar Pustaka: 1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217. 2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394. 3. Inguinal Hernia: Anatomy and Management http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4 4. Manthey, David. Hernias .2007. http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm 5. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803. 6. http://www.hernia.tripod.com/inguinal.html 7. Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005. http://www.webmed.com 8. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms 9. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current Surgical

Berkas Portofolio Kasus Bedah


Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc Graw-Hill. 783-789. 10. http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/ 11. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia 12. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York. WB Saunders Company. 795-801 13. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland. WHO. 151-156. Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingots Abdominal Operation. Volume 1. Tenth edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525. Hasil Pembelajaran: 1. Membuat diagnosis hernia inguinalis lateralis dextra permagna. 2. Mengetahui diagnosis banding hernia inguinalis lateralis dextra permagna . 3. Mengetahui prinsip tatalaksana hernia inguinalis lateralis dextra permagna . 4. Mengetahui komplikasi hernia inguinalis lateralis dextra permagna .

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio 1. Subjektif Dari anamnesis, pasien mengeluh terdapat tonjolan di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu, tonjolan makin lama makin turun ke kantong buah zakar dan makin besar sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan nyeri. Pasien tidak mengeluhkan adanya mual, muntah, kesulitan BAB dan selama 2 hari terakhir buang angin dan buang air kecil normal. 2. Objektif Hasil data anamnesis, pemeriksaan fisik, dan diagnosis radiologi mendukung diagnosis hernia inguinalis lateralis dextra permagna. Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan:

Berkas Portofolio Kasus Bedah


Anamnesis: terdapat tonjolan di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu, tonjolan makin lama makin turun ke kantong buah zakar dan makin besar sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan nyeri. Pemeriksaan fisik: ditemukan tonjolan di scrotalis dextra dan Zieman test (+) pada jari II.

3. Assessment Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, diagnosis pasien adalah hernia inguinalis lateralis dextra permagna. Akibat kelemahan didnding abdomen atau tidak tertutupnya procesus vaginalis, ada organ yang masuk melalui canalis inguinalis sehingga terjadi tonjolan di area lipat paha. Tonjolan ini makin lama akan makin turun sesuai dengan gaya gravitasi dan aktivitas mengangkat beban yang berat. Faktor risiko pada pasien ini yaitu peninggian tekanan intra abdomen akibat sering mengangkat benda berat dan kelemahan dinding abdomen akibat faktor usia.. Tatalaksana pada pasien ini dapat dilakukan dengan prosedur operasi herniorrhapy yang dapat dilakukan secara cito maupun elektif. 4. Plan a. Diagnosis: Pada pasien ini diagnosis sudah dapat dipastikan karena tampak tonjolan pada scrotalis dextra dan Zieman test (+) pada jari II. b. Pengobatan: Satu-satunya pengobatan yang dapat dilakukan adalah melalui prosedur pembedahan yang dinamakan Herniorrhapy. Pada hernia tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik karena merupakan jenis operasi bersih. Penundaan tindakan bedah dapat mengakibatkan hernia makin membesar akibat masuknya bagian organ lebih banyak dan dapat terjadi inkarserasi sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. c. Pendidikan: Harus ditekankan pada pasien untuk mengurangi aktivitas mengangkat benda berat. Pasien juga diminta langsung berkonsultasi ke dokter ketika tonjolan terasa nyeri, mual, muntah, gangguan BAB, dan jangan sampai menundanya. d. Konsultasi: Operasi dilakukan oleh dokter spesialis bedah sehingga perkembangan selama perawatan pra operasi dan pasca operasi dapat dikonsultasikan dengan dokter spesialis bedah. e. Rujukan: Untuk saat ini belum diperlukan rujukan ke dokter spesialis bidang yang lainnya. f. Kontrol Kegiatan Evaluasi operasi.

Periode Hasil yang diharapkan luka Hari keenam dan Luka operasi membaik, kesepuluh setelah kering, dan tidak bernanah. pasien pulang dari perawatan.

Berkas Portofolio Kasus Bedah


Evaluasi klinis. gejala Hari kelima perawatan. setelah Terdapat perbaikan gejala klinis.

BAB I ILUSTRASI KASUS

KETERANGAN UMUM Nama Jenis kelamin Usia Alamat Pekerjaan Status Marital Agama Suku : Tn. M. : Pria. : 49 tahun. : Sukatani. : Buruh pabrik. : Menikah. : Islam. : Betawi.

Berkas Portofolio Kasus Bedah Tanggal pemeriksaan : 8 Agustus 2012.

ANAMNESIS Keluhan utama: Pasien mengeluh terdapat tonjolan dikantung buah zakar kanan.

Anamnesis tambahan: Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengeluh terdapat tonjolan di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu, tonjolan makin lama makin turun ke kantong buah zakar dan makin besar sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan nyeri. Pasien tidak mengeluhkan adanya mual, muntah, kesulitan BAB dan selama 2 hari terakhir buang angin dan buang air kecil normal.

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit jantung, kencing manis, dan asma. Pasien tidak memiliki penyakit tekanan darah tinggi. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan. Pasien belum pernah dioperasi sebelumnya.

PEMERIKSAAN FISIK a. Status generalis : o Pasien tampak sadar. o Tampak kesakitan. o Tanda Vital: Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu o Kepala o Leher o Thorax Paru Jantung = 110/80 mmHg. = 80 x / menit. = 22 x / menit. = 37,10 C.

: Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik. : Tidak ada pembesaran KGB, JVP tidak meningkat. : Pergerakan dada dan bentuk dada simetris : sonor, VES +/+ normal kanan=kiri, wheezing -/-, ronchi -/ : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular, murmur (-).

Berkas Portofolio Kasus Bedah o Abdomen : Inspeksi : Perut datar, tidak tampak perubahan warna, tidak tampak luka, tidak terlihat adanya massa. Aulkultasi : Bising usus (+) normal. Palpasi : Lembut, Hepar tidak terdapat pembesaran, Lien tidak teraba

pembesaran. Perkusi : Pekak samping (-) , Pekak pindah (-), Nyeri ketok CVA (-) o Ekstremitas : edema -/5 5 o Status Lokalis a/r Scrotalis dextra. Tonjolan di scrotalis dextra. Zieman test (+) pada jari II. 5 5

PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium: Darah Hb WBC RBC Hematokrit Trombosit Laju Endap Darah Waktu Perdarahan Waktu Pembekuan : 11,9 g/dl : 7.800/mm3 : 4 juta : 48,1 % : 291.000/mm3 :4 : 230 : 500 (14-16) (3.500-10.000) (3,8-5,8) (35-50) (150.000-390.000) (<10) (1-3) (1-6)

Kimia Klinik

Berkas Portofolio Kasus Bedah SGOT SGPT : 24 U/L : 25 U/L (<38) (<41) (<170) (15-45) (0,7-1,2)

Gula Darah Sewaktu : 81 mg/dL Ureum Kreatinin : 17 mg/dL : 1,2 mg/dL

DIAGNOSIS KERJA: Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Permagna

USULAN PEMERIKSAAN: Rontgen Thorax PA. EKG.

HASIL PEMERIKSAAN Rontgen Thorax PA normal. EKG normal.

PENATALAKSANAAN o Posisikan pasien berbaring telentang dengan bantal di bawah lutut. o Konsul dr. Aladin, Sp.B: Puasa 8 jam (dari jam 24.00) IVFD RL:D5 = 1:1 30 tetes per menit makro Ceftriaxone 2 x 1 gram IV skin test Ranitidin IV 1 ampul/12 jam

Laporan Operasi: o Tanggal operasi: 9 Agustus 2012 o Jenis operasi: Herniorrhaphy o Posisi pasien : Supine/ terlentang. o Tindakan: Dilakukan tindakan a/ antiseptic di daerah yang akan diinsisi. Insisi di inguinal dextra. Buka fascia dan bebaskan cincin.

Berkas Portofolio Kasus Bedah Buka kantung hernia berisi ileum terminale. Bebaskan kantung hernia. Herniotomy, pasang mesh dan fiksasi. Dilakukan penjahitan otot dan fascia. Luka ditutup dengan dilakukan penjahitan lapis demi lapis. Operasi selesai.

Instruksi post operasi: o Observasi tanda-tanda vital. o IVFD RL/D5% 1:1 30 tetes per menit makro. o Ceftriaxon 1 gram/12 jam IV. o Tramadol 1 ampul/8 jam drip. o Ranitidine 1 ampul/12 jam IV. o Transamin 1 ampul/8 jam IV. o Boleh minum sedikit-sedikit.

Follow Up: 10-8-2012 o Keadaan umum : Baik, sakit di sekitar daerah operasi. o Tanda vital Tekanan Darah Nadi Respirasi Suhu : : 110/80 mmHg. : 80 kali/menit. : 22 kali/menit. : 37,1C

o Advis dr. Aladin, Sp.B : Treatment lanjut. Pasien dilatih mobilisasi.

11-8-2012 o Keadaan umum : Baik, sakit di sekitar daerah operasi berkurang. o Tanda vital Tekanan Darah Nadi Respirasi Suhu : : 110/70 mmHg. : 72 kali/menit. : 20 kali/menit. : 36,6C

Berkas Portofolio Kasus Bedah o Advis dr. Aladin, Sp.B : Treatment lanjut.

12-8-2012 o Keadaan umum : Baik, sakit di sekitar daerah operasi berkurang. o Tanda vital Tekanan Darah Nadi Respirasi Suhu : : 120/70 mmHg. : 80 kali/menit. : 20 kali/menit. : 36,7C

o Advis dr. Aladin, Sp.B : Pasien diperbolehkan pulang. Terapi tambahan: Ciprofloxacin 500 mg 3x1. Asam Mefenamat 500 mg 3x1. Luka operasi jangan kena air. Pasien kontrol 1 minggu kemudian.

PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad functionam : Ad bonam. : Ad bonam.

DASAR DIAGNOSIS PADA PASIEN: Anamnesis o Pasien mengeluh terdapat tonjolan di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu. o Tonjolan makin lama makin turun ke kantong buah zakar dan makin besar sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan nyeri. o Pasien tidak mengeluhkan adanya mual, muntah, kesulitan BAB dan selama 2 hari terakhir buang angin dan buang air kecil normal. o Riwayat pekerjaan sering mengangkat benda berat. Pemeriksaan Fisik o Status lokalis Scrotalis dextra :

Berkas Portofolio Kasus Bedah Tonjolan di scrotalis dextra dan Zieman test (+) pada jari II.

Laboratorium Darah Hb WBC RBC Hematokrit Trombosit Laju Endap Darah Waktu Perdarahan Waktu Pembekuan : 11,9 g/dl : 7.800/mm3 : 4 juta : 48,1 % : 291.000/mm3 :4 : 230 : 500 (14-16) (3.500-10.000) (3,8-5,8) (35-50) (150.000-390.000) (<10) (1-3) (1-6)

Kimia Klinik SGOT SGPT : 24 U/L : 25 U/L (<38) (<41) (<170) (15-45) (0,7-1,2)

Gula Darah Sewaktu : 81 mg/dL Ureum Kreatinin : 17 mg/dL : 1,2 mg/dL

Pemeriksaan laboratoriom normal. Pemeriksaan Penunjang: Hanya untuk syarat kelayakan operasi.

BAB II

Berkas Portofolio Kasus Bedah


TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.1 Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut hernia ingunalis lateralis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang didapat. 3 Tabel. 2.1. Perbedaan HIL dan HIM.3 Tipe Deskripsi Hubungan dg vasa epigastrica inferior Lateral Dibungkus oleh fascia spermatica interna Ya Onset biasanya pada waktu Congenital Dan bisa pada waktu dewasa.

Hernia ingunalis lateralis

Hernia ingunalis medialis

Penojolan melewati cincin inguinal dan biasanya merupakan kegagalan penutupan cincin ingunalis interna pada waktu embrio setelah penurunan testis Keluarnya langsung menembus fascia dinding abdomen

Medial

Tidak

Dewasa

2.2. KLASIFIKASI Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:3

Berkas Portofolio Kasus Bedah Stage 1 Stage 2 Stage 3 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal. : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna. : semua hernia direk atau hernia femoralis.

Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4 kelas:3 Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 : hernia indirek yang kecil. : hernia indirek yang medium. : hernia indirek yang besar atau hernia direk. : hernia femoralis.

Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:3 1. Hernia Indirek hernia inguinalis indirek yang tidak terkomplikasi. hernia inguinalis indirek sliding. 2. Hernia Direk suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat tuberculum pubicum. hernia divertikular di dinding posterior. hernia inguinalis direk dengan pembesaran difus di seluruh permukaan segitiga Hesselbach Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor:3 1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal. 2. Ukuran cincin interna. 3. Integritas dinding posterior dan kanal. Tabel. 2.2. Tabel Klasifikasi Hernia Inguinal3

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia indirek, sedangkan tipe 4 and 5 merupakan hernia direk. Hernia tipe 1 mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang berdiameter < 1 cm. Hernia tipe 2 (hernia indirek yang paling sering) mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang berdiameter 2 cm. Tipe 3 hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang berdiameter > 2 cm. Hernia tipe 3 sering menjadi hernia komplit dan sering menjadi slidinhernia. Hernia tipe 4 mempunyai robekan dinding posterior tau defek posterior multipel. Cincin interna yang intak dan tidak ada kantung peritoneal. Hernia tipe 5 merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini tidak terdapat kantung peritoneal.

Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas dinding posterior, meliputi:3 Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal. Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar. Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek. Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding posterior. Tipe 3c adalah hernia femoralis. Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren. 2.3. ETIOLOGI

Berkas Portofolio Kasus Bedah Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi diyakini ada tiga penyebab, yaitu:2 1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang. Overweight Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran kencing Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema, alergi Kehamilan Ascites 2. Adanya kelemahan jaringan /otot. 3. Tersedianya kantong.

2.3.1. FAKTOR RISIKO HIL PADA ANAK Berat badan lahir rendah. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500gr kemungkinan mendapatkan hernia 20 kali lebih banyak daripada bayi dengan berat badan lahir yang lebih. Undescensus testiculorum mempunyai satu testis, atau testes yang tidak turun Ada anggota keluarga yang mempunyai hernia Kelainan alat urogenital seperti hipospadia,epispadia,hydrocele.4 Gambar. 2.1. HIL pada anak.4

2.3.2. PATOFISIOLOGI HERNIA INGUINALIS LATERALIS Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding

Berkas Portofolio Kasus Bedah abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral. Pada pria testes awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testes akan turun melewati canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan. Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus. Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.5 Gambar 2.2. Perbandingan HIL dan Anatomi Normal5

2.4. ANATOMI Keberhasilan operasi hernia inguinal tergantung akan pengetahuan tentang dinding abdomen,kanalis inguinalis,.lapisan-lapisan dinding abdomen Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan fungsi yang terdiri atas lapisan miopaneurotis. Penamaan struktur anatomi di daerah ini banyak memakai

Berkas Portofolio Kasus Bedah nama penemunya sebagai pengakuan atas kontribusi mereka. Dalam bukunya Skandalakis (1995), dinding abdomen pada dasar inguinal terdiri dari susunan multi laminer dan seterusnya.

Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan: 1. Kulit (kutis). 2. Jaringan sub kutis (Campers dan Scarpas) yang berisikan lemak. Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa). Bagian superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum, perineum, paha, bokong. Bagian yang profundus meluas dari dinding abdomen ke arah penis (Fasia Buck). 3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau lapisan luar dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui. 4. Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale (Poupart) merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang publis., Lakunare (Gimbernat) Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias. Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal. Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis.2 Gambar 2.3. Lapisan-lapisan abdomen1

Berkas Portofolio Kasus Bedah 5. Spermatik kord pada laki-laki, ligamen rotundum pada wanita. Gambar 2.4. Spermatic cord6

6. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus, falx inguinalis (Henle) dan konjoin tendon. 7. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum pectinea (Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia transversalis. 8. Preperitoneal connective tissue dengan lemak. 9. Peritoneum 10. Superfisial dan deep inguinal ring. 5 Gambar 2.5. Canalis Inguinalis1

Berkas Portofolio Kasus Bedah Bagian bagian dari hernia 7 a. Pintu hernia adalah lapisan l;paisan dinding perut dan panggul. Hernia dinamai berdasarkan dari pintunya b. Kantung hernia adalah peritoneum parietalis, bagiannya adalah kolum, korpus dan basis c. 4 cm dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale. Dinding yang membatasi kanalis inguinalis adalah: - Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan 1/3 lateralnya muskulus obliqus internus. - Posterior : yang bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang

posterior dibagian lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia transversa dan konjoin tendon, dinding posterior berkembang dari aponeurosis muskulus transversus abdominis dan fasia transversal. - Superior : Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis dan aponeurosis. - Inferior : Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare. Gambar 2.6. Cincin Interna8

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini merupakan defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf U dan V dan terletak di bagian lateral dan superior. Batas cincin interna adalah pada bagian atas muskulus transversus abdominis, iliopublik tract dan interfoveolar (Hasselbach) ligament dan pembuluh darah epigastrik inferior di bagian medial. External inguinal ring adalah daerah pembukaan pada aponeurosis muskulus obliqus eksternus, berbentuk U dangan ujung terbuka ke arah inferior dan medial. 9 d. Isi kanalis inguinalis pria : 10 a. Duktus deferens b. 3 arteri yaitu : 1. Arteri spermatika interna 2. Arteri diferential 3. Arteri spermatika eksterna c. Plexus vena pampiniformis d. 3 nervus: 1. Cabang genital dari nervus genitofemoral 2. Nervus ilioinguinalis 3. Serabut simpatis dari plexus hipogastrik

Berkas Portofolio Kasus Bedah e. 3 lapisan fasia: 1. Fasia spermatika eksterna, lanjutan dari fasia innominate. 2. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut- serabut muskulus obliqus internus dan fasia otot. 3. Fasia spermatika interna, perluasan dari fasia transversal. e. Selubung hernia merupakan lapisan lapisan yang menyelubungi hernia.

2.5. GEJALA DAN TANDA KLINIK 2.5.1. Gejala Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang adanya nyeri dan membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan.seringnya hernia ditemukan pada saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja. Beberapa pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia ingunalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.11 Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan hernia ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk menjadi inkarserasi atau strangulasi.11

2.5.2. Tanda Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk dilihat.kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke annulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan sangat sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya pada cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolandi kanalis ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat didiagnosa.9 Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan ini tidak terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran yang sama . hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia ingunalis lateralis.9 Pada inspeksi

Berkas Portofolio Kasus Bedah Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat simetris,dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat pasien berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat tonjolan yang yang bebentuk elip dan susah menghilang padaa saat berbaring.9 Pada palpasi Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari maka itu hernia direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan melalui cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat membedakan hernia direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbachs dan kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka pembedaanya dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.9

2.6. KOMPLIKASI Hernia inkarserasi : Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang Tidak dapat direposisi Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.

Hernia strangulasi : Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik Adanya gangguan sistemik pada usus.12

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG 2.7.1. Laboratorium Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut: Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi. Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi.

Berkas Portofolio Kasus Bedah Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.8

2.7.2. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia. Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.8

2.8. PENATALAKSANAAN HERNIA 2.8.1. Penanganan DI IGD 1. Mengurangi hernia. 2. Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat. 3. Menurunkan tegangan otot abdomen. 4. Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut. 5. Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20 terhadap hernia inguinalis. 6. Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan proses analgesia. 7. Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti kaki kodok) 8. Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang berlanjutselam proses reduksi penonjolan 9. Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu mengembalikan isis hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isis hernia keluar dari pintu hernia. 10. Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaanm
11.

Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selam a20-30 menit.7

Konsul bedah jika : Reduksi hernia yang tidak berhasil Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk

Berkas Portofolio Kasus Bedah Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi . penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur inkarserasi dan

strangulasi hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya. Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang cito mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri. Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia. Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia maka operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi hernia inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul dielevasikan dan di beri .analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.

Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada gejala strangulasi. Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis. Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.7

Berkas Portofolio Kasus Bedah 2.8.2. TEKNIK-TEKNIK OPERASI HERNIA Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan cara membuang kantung dan memperbaiki dinding abdomen.

2.8.2.1. Operasi Hernia Ingunalis Lateralis Incisi 1-2cm diatas ligamentum inguinal sehingga tembus searah dengan seratnya, sayatan diperluas dari lateral ing cincin interna sampai tuberculum pubicum. Pisahkan dan ligasi vena dari jaringan subkutan.13 Gambar 2.7. Tahapan operasi HIL(1)13

Pada saat ini, aponeurosis oblikuus eksternus akan terlihat dengan serat berjalan ke bawah ke arah medial. Incisi aponeurosis searah dengan arah seratnya, kemudian ditarik dengan hak. Gunakan forceps untuk mengangkat dan meretraksi ujungnya, sambil incisi diperluas melewati sayatan. Cari nervus inguinal dan lindungi selama operasi selama operasi dengan menjauhkan dari lapangan operasi.13

Gambar.2.8. Tahapan Operasi HIL (2)13

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Kemudian sayat secara tumpul, keluarkan spermatic cord bersamaan dengan kantung hernia yang merupakan satu massa dan masukkan jari di sekelilingnya. Amankan massa dengan menggunakan gauze. Dan menggunakan sayatan tajam dan tumpul, pisahkan kantung dari cord (vasa deferen dan pembuluh darah) lapis demi lapis.13 Gambar. 2.9. Tahapan Operasi HIL (3)13

Berkas Portofolio Kasus Bedah Perluas sayatan hingga leher kantung tepat di cincin interna, sehingga terlihat lapisan peritoneal fat. Buka kantung diantara dua pasang forcep kecil, dan periksa rongga abdomen dengan jari hingga membuka.13 Gambar 2.10. Tahapan Operasi HIL (4)13

Terus putar kantung untuk memastikan isinya kosong. Lehar diikat dengan benang 2/0, tahan ikatannya, dan kantung diexcisi.13 Gambar 2.11. Tahapan Operasi HIL (5)13

Perhatikan punctum untuk memastikan ikatannya cukup kuat. Ketika ikatannya dipotong, maka punctum masuk ke dalam cincin dan tidak terlihat. Tujuan dari prosedur Bassini adalah untuk memperkuat dinding posterior. Dengan cara menjahitkan M. transversus abdominis dan aponeurosis M. obliquus abdominis

Berkas Portofolio Kasus Bedah internus atau conjoint tendon ke ligamentum inguinal. Prosedur ini juga menyempitkan cincin interna. Mulai perbaikan dengan menggunakan benang no.1. Jahitan silang harus dimasukkan melewati ligamentum inguinalis pada jalur yang berbeda dengan arah serat, serat dirawat terpisah sepanjang garis ligamentum. Masukkan jahitan silang pertama ke ligamentum pectineal.13 Gambar 2.12. Tahapan Operasi HIL (6)13

Masukkan jahitan berikutnya melalui conjoined tendon dan ligamentum inguinal, teruskan ke arah lateral untuk memasukkan jahitan silang pada bagian ini. Tinggalkan jahitan silang tanpa diikat sehingga semuanya masuk.13 Gambar 2.13. Tahapan Operasi HIL (7)13

Kemudian jahitan silang didekatkan ke cincin sebelum jahitannya diikat, dan harus masih bisa dilalui ujung jari melewati cincin sepanjang cord. Kemudian ikat jahitan dimulai dari tengah dan potong ujungnya.13 Gambar 2.14. Tahapan Operasi HIL (8)13

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Dan terakhir, tambahkan tegangan sehingga cincin interna masih bisa dilalui ujung jari.13 Gambar 2.15. Tahapan Operasi HIL (9)13

Tutup aponeurosis obliquus eksterna secara kontinyus dengan chromic cat gut 0.13 Gambar 2.16. Tahapan Operasi HIL (10)13

Jahit kulit secara interrupted 2.0.13 Gambar 2.17. Tahapan Operasi HIL (11)13

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu Mercy dikenal dengan ligasi sederhana dengan diangkat tinggi kantungnya.melewati ingunal yang dikombinasi dengan pengikatan cincin interna. Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint tendon didekatkan dengan ligamentum Pouparts dan spermatic cord diposisikan seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna. Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord kebalikannya cara Bassini. Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.14

2.8.2.2. Shouldice Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar teknik Shouldice adalah Bassini multi layer, Adapun tahapan hernioplasty menurut Shouldice: Langkah pertama: Setelah dilakukan incisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf ilioinguinal dan iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia transversalis sampai ke cincin interna, membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin.2 Gambar 2.18. Tahapan Operasi Shouldice (1)6

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Dilanjutkan dengan memotong fasia transversalis dan membebaskan lemak pre peritoneal. Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal dengan jahitan jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang flap superior, usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm.2 Gambar 2.19 Tahapan Operasi Shouldice (2)6

Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal dengan jahitan jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang flap superior, usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm.13 Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya dengan jelujur membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya dengan menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga (gambar B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat (gambar C). 13-

Berkas Portofolio Kasus Bedah Gambar 2.19 Tahapan Operasi Shouldice (3)6

2.8.2.3. Lichtenstein Tension free Tehnik pemasangan mesh pada Lichtenstein seperti berikut (Wexler, 1997) : 1. Dilakukan terlebih dahulu herniotomi. 2. Letakkan bahan mesh ukuran 10x5 cm diletakkan di atas defek, disebelah bawah spermatik kord. 3. Dilakukan penjahitan dengan benang non absorbsi 3-0 ke arah : - Medial : perios tuberkulum pubikum. - Lateral : melingkari spermatik kord. - Superior : pada konjoin tendon. - Inferior : pada ligamentum inguinal. 13 Gambar 2.21 Setelah pemasangan Mesh13

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Karena penjahitan pada tehnik Shouldice dilakukan cara jelujur tidak terputus pada titik yang berbeda kesegarisannya menyebabkan tarikan yang terjadi menyebar dan terdistribusi dibanyak titik sehingga rasa nyeri menjadi tidak dominan disatu tempat. Hal inilah yang menyebabkan keluhan rasa nyeri pasca operasi menjadi lebih ringan dibanding tehnik konvensional lainnya.13 Penggunaan material sintetis sebagai penutup defek miopektineal dinding belakang kanalis inguinal memerlukan persyaratan tertentu, prostesis yang dipakai harus cukup kuat sebagai penyangga, tidak bersikap alergen, mempunyai potensi untuk menimbulkan respon inflamasi dan cepat berintegrasi dengan jaringan sekitar. Agar integrasi menjadi solid, prostesis berupa anyaman yang berpori sehingga jaringan tumbuh diantara pori-pori tersebut. Polypropylene mesh dikategorikan memiliki sifat tersebut serta mampu bersifat permanen sehingga tidak diperbolehkan kontak langsung dengan organ visera karena akan menimbulkan perlengketan serta obstruksi atau pembentukan fistula. Saat ini polypropylen mesh dipilih sebagai prostesis baku dalam petatalaksanaan hernio plasty.6 Hernioplasty dengan polypropylene mesh mencegah terjadinya peregangan sewaktu rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinal sehingga perasaan nyeri pasca operasi dapat berkurang dengan nyata. Diikuti pemulihan dan kembali kepada aktivitas rutin yang lebih dini, serta pencegahan rekurensi jangka panjang. Pemulihan dan kemampuan kerja setelah operasi ternyata sangat dipengaruhi oleh rasa sakit (Callesen, 1999). Bax (1999) melaporkan dengan polypropylene mesh lebih dari 60% pekerja kasar dan lebih dari 90% pekerja kantoran telah dapat bekerja dalam 10 hari.

Berkas Portofolio Kasus Bedah Ismail (2000) melaporkan 74 % penderita telah kembali mengemudikan mobil dalam 10 hari, 49 % diantaranya dalam 7 hari.6 Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan material harus cukup lebar untuk menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5 cm), tidak terjadi lipatan-lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah kanalis inguinal DAFTAR PUSTAKA interna.

1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217. 2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394. 3. Inguinal Hernia: Anatomy and Management http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4 4. Manthey, David. Hernias .2007. http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm 5. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803. 6. http://www.hernia.tripod.com/inguinal.html 7. Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005. http://www.webmed.com 8. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms 9. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc Graw-Hill. 783789. 10. http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/ 11. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia 12. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York. WB Saunders Company. 795-801 13. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland. WHO. 151-156. 14. Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingots Abdominal Operation. Volume 1. Tenth edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.

Berkas Portofolio Kasus Bedah

LAPORAN HASIL DISKUSI

NO
1.

PERTANYAAN
dr. Benedict Iglesias Sihombing:

JAWABAN
dr. Maria Christina Suhadi:

Bagaimana cara membedakan antara Pada inspeksi HIL dan HIM dilihat dari Pasien saat berdiri dan tegang, pada HIM pemeriksaan fisik? terlihat simetris dan tonjolan akan menghilang pada saat pasien berbaring, sedangkan pada HIL akan terlihat tonjolan yang yang bebentuk elip dan susah menghilang pada saat berbaring. Pada palpasi Jika pasien diminta untuk batuk pada pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan terasa pada sisi jari maka itu HIM. Jika terasa pada ujung jari maka itu HIL. 2. dr. Samuel: dr. Maria Christina Suhadi:

Apakah pada pasien ini bisa hanya Terapi konservatif hanya bertujuan untuk diberikan terapi konservatif saja? mereposisi sementara hernia dan dekompresi pada saat terjadi inkarserasi sementara, pada akhirnya harus dilakukan prosedur pembedahan untuk menghilangkan kausanya. 3. dr. Bernike Yuriksa: dr. Maria Christina Suhadi:

Sebetulnya apakah perlu diberikan Sebetulnya tidak perlu, karena operasi hernia antibiotic pre operasi hernia? merupakan operasi bersih. 4. dr. Ferdinan Bastian Sirait: dr. Maria Christina Suhadi:

Apabila ada 2 kasus hernia, yang satu Hernia yang incarserata karena pada stadium stadiumnya incarserata dan yang satu ini baru pasase ususnya yang terganggu, sudah masuk stadium strangulata, aliran pembuluh darahnya masih baik, usus mana yang harus didahulukan untuk

Berkas Portofolio Kasus Bedah operasi cito? yang menjadi isi hernia masih vital (merupakan keadaan darurat), sedangkan pada strangulata sudah ada gangguan aliran pembuluh darah kemungkinan organ yang menjadi isi hernia sudah tidak vital lagi.

You might also like