You are on page 1of 2

Say No to Negative Campaign

OPINI | 16 November 2012 | 08:23 Dibaca: 145 Komentar: 2 Nihil Menjelang pemilihan gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Januari 2013 mendatang, tensi politik di Sul-Sel sudah mulai meningkat. Tiga pasangan kandidat yang dinyatakan lolos oleh KPU mulai bergerillia ke berbagai daerah. Mereka berusaha menemui masyarakat secara langsung sebagai upaya untuk meraih dukungan. Ketiga pasangan kandidat yang akan bertarung untuk memperebutkan kursi 01 di Sulawesi Selatan adalah Syahrul Yasin LimpoAgus Arifin Numan, Ilham Arif Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar, dan Andi Rudiyanto Asapa-Nawir Pasinringi. Selain bergerillia ke daerah-daerah, ketiga pasangan tersebut berusaha merebut hati para pemilih melalui citra, image. Hal ini terlihat dari maraknya gambar para kandidat terpajang di berbagai media: pamplet, baliho, poster, koran, televisi, atau internet. Keberadaan mereka di media massa untuk menyampaikan pesan politik sebagai upaya untuk mempengaruhi pemilih dikenal dengan iklan politik. Penggunaan iklan politik dalam berkampanye dianggap cukup efektif untuk mempengaruhi pemilih karena melalui iklan politik di media massa kandidat mampu menjangkau pemilih secara masif. Hal ini karena iklan di media massa mampu menembus ruang-ruang privat keluarga dimana pun mereka berada. Dengan kata lain, pesan dalam iklan politik mewakili kehadiran kandidat secara fisik. Iklan politik menjadi isu hangat di Makassar dalam empat hari terakhir ini setelah polisi menemukan selebaran yang menyudutkan pasangan patahanna, Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Numan, di Kabuaten Soppeng. Selebaran tersebut berjudul Tolak Gubernur Narkoba diduga dikirim oleh Roni dari Yogyakarta dan diterima oleh Mukhlis di Makassar. Beredarnya selebaran yang bernuangsa menyudutkan salah satu kandidat bukan pertama kali terjadi dalam pemilihan gubernur Sul-Sel, sebelumnya pasangan Ilham-Azis juga pernah mengalami hal serupa dengan beredarnya selebaran yang berjudul Gurita Makassar di Kabupaten Bone. Di Pilkada DKI Jakarta pun demikian, pasangan Jokowi-Ahok berulang kali mendapatkan serangan yang menyudutkannya. Meski demikian, Jokowi-Ahok tetap berhasil memenangkan Pilkada DKI Jakarta. Dalam kajian komunikasi politik, iklan politik yang berisikan pesan negatif bukan hal tabu. Darren G. Lilleker dalam bukunya Key Concept in Political Communication membagi tiga jenis iklan dalam dunia politik. Salah satu diantara ketiga jenis iklan tersebut adalah jenis negatif, selain komparatif dan advokasi. Iklan politik jenis advokasi menekankan kapasitas kandidat. Jenis iklan ini fokus menjual gagasan dan menjelaskan alasan-alasan rasional kenapa kandidat tersebut layak dipilih. Iklan jenis komparatif hadir manakala jenis advokasi mulai gagal. Fokus jenis iklan ini adalah membandingkan kandidat satu dengan kandidat lain. Tentunya, iklan komparatif mengunggulkan kandidatnya. Dan, iklan negatif dimunculkan saat iklan jenis advokasi dan komparasi sudah dianggap tidak efektif atau mengarah kepada kegagalan. Jenis iklan negatif fokus untuk menyerang kandidat lawan. Pembunuhan karakter sering kali terjadi dalam iklan negatif.

Penggunaan iklan negatif sebagai upaya untuk meraih dukungan pemilih sepatutnya dihindari. Hal ini karena pemilih sudah semakin rasional dalam menentukan pilihan politik. Oleh karena itu, mereka tidak mudah lagi dipengaruhi oleh isu-isu yang tidak subtansial. Selain itu, Lynda Lee Kaid dari Universitas Florida, bahkan, berpendapat bahwa penggunaan iklan negatif dapat menurunkan kualitas demokrasi. Hal ini terjadi karena pemilih cenderung berkurang karena mereka sinis terhadap proses pemilihan. Usut Tuntas Beredarnya selebaran yang menyudutkan salah satu kandidat dalam pemilihan gubernur di Sulawesi Selatan harus dicermati secara bijak. Para pemangku kepentingan harus bertindak professional dan tetap berada dalam koridor hukum dalam memperlakukan kasus tersebut. Kita tidak boleh bertindak gegabah atau reaktif merespons kasus tersebut karena hal tersebut justru dapat memperkeruh suasana. Selebaran seperti itu bisa jadi dibuat oleh kandidat tertentu untuk menjatuhkan kandidat lawan tetapi tidak menutup kemungkinan selebaran tersebut sengaja dibuat oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Tujuannya tidak lain untuk menciptakan suasana kegaduhan di tanah Sulawesi Selatan. Apa pun alasan dan tujuannya, selebaran tersebut sangat tidak patut. Oleh karena itu, penegak hukum harus mengusut kasus tersebut sampai tuntas. Mereka harus berani menghukum pihak yang bersalah dan menjamin keamanan dan kenyamanan pelaksanaan pemilihan gubernur Sulawesi Selatan. Kita tidak boleh memberikan ruang kepada orangorang yang tidak bertanggung jawab mencederai proses demokrasi di tanah Bugis dan Makassar. Fokus Gagasan Ke depan iklan negatif harus dibuang jauh-jauh dalam dalam kampanye pemilihan gubernur Provinsi Sulawesi Selatan. Para kandidat harus lebih sering turun ke bawah, mendekati masyarakat. Mereka harus berkomunikasi langsung, bertatap muka, dan mendengar keluhan-keluhan masyarakat sebagaimana yang Jokowi-Ahok praktekkan dalan Pilkada DKI Jakarta. Kandidat harus fokus menawarkan gagasan atau solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat karena pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dipilih oleh rakyat yang didasarkan atas pilihan rasional. Mereka dipilih karena kapasitas mereka dalam memimpin, bukan karena faktor kedekatan suku, agama, atau yang lain. Pemilihan gubernur Sulawesi Selatan mendatang menjadi kesempatan rakyat untuk memilih pemimpin yang berkualitas. Pemimpin yang diharapkan dapat membawa Sulawesi Selatan meraih kejayaan. Oleh karena itu, rakyat tidak boleh lagi disuguhkan oleh informasi remeh-temeh yang tidak mendidik melainkan harus mendapatkan informasi lengkap tentang ketiga pasangan kandidat. Mereka harus mengetahui baik dan buruknya, kelebihan dan kekurangannya karena rakyat Sulawesi Selatan akan menggantungkan hidupnya selama lima tahun ke depan kepada gubernur terpilih.

You might also like