You are on page 1of 3

Anestesi Umum pada Dilatasi dan Kuretase Wanita G1P0A0 dengan Abortus Inkomplet * Wanita G1P0A0, hamil 9 minggu

datang dengan keluhan perdarahan pervaginam post koitus, nyeri suprapubik, mulas. Pemeriksaan fisik ditemukan nyeritekan suprapubik, periksa dalam ditemukan jaringan dan stolsel pada cervix uteri yang terbuka 2cm, USG ditemukan sisa gestasi di cavum uteri. Oleh dokter pasien direncanakan kuretase dengan anestesi umum. * Seorang wanita 18 tahun G1P0A0, hamil 9 minggu HPMT 21-11-2012 datang ke IGD keluar darah merah segar disertai prongkol prongkol dari vagina sejak 1 hari SMRS setelah koitus dengan suaminya. Pasien merasa mulas dan nyeri diseluruh bagian perut namun bukan nyeri yang hebat. Riwayat jatuh sebelumnya disangkal, riwayat demam disangkal. Pemeriksaan fisik menunjukan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD 120/80 mmHg, nadi 68 x/menit, RR 20x/menit, pada abdomen palpasi TFU tidak teraba, dan nyeri tekan regio suparapubik. Pemeriksaan dalam VU tenang, dinding vagina licin, teraba jaringan dan stolsel di cervix uteri yang terbuka 2cm. USG menunjukan sisa gestasi yang sedikit tersisa didalam cavum uteri. Penilaian anestesi A : Clear, Snoring (-), B: Spontan, Ronkhi (-) Wheezing (-), C: Suara jantung regular, D: Compos mentis, E: Perfusi baik, Akral hangat, Oedema (-). * Abortus Inkomplet pada primigravida hamil preterm dengan ASA I * Penanganan : kuretase

Teknik Anestesi : General Anestesi - TIVA Premedikasi Induksi * Abortus inkomplet adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan dengan sisa kehamilan yang masih tertinggal sebagian didalam cavum uteri. Anestesi yang digunakan adalah Genral Anaesthesi (anestesi umum) dengan teknik TIVA (totaled intra venous anaesthesi) dengan premedikasi Midazolam 2,5mg dan Ondancetron 4mg, serta induksi Ketamin 30mg. TIVA menjadi pilihan terbaik dalam tindakan kuretase dengan memikirkan pertimbangan mengenai tekhnik dan prosedur kuretase yang cepat serta kondisi pasien dengan ASA 1. Keuntungan pada anestesi GA adalah mengurangi kejadian pasien mengingat kejadian di durante operasi, merelaksasi otot dan dapat diberikan cepat dan reversibel : Ondansetron 4mg, Midazolam 2,5mg : Ketamin 30 mg

Premedikasi adalah pemberian obat sebelum induksi anesthesia dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan, dan bangun dari anestesi. Pemberian midazolam 2,5mg diberikan untuk meredakan kecemasan dan ketakutan, memperlancar induksi anestesi, meminimalkan jumlah obat anestetik, serta menciptakan amnesia retrogard, sementara ondancetron 4mg diberikan untuk mengurangi mual muntah durante dan pasca bedah untuk menghindari aspirasi Induksi anestesia adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan pembedahan. Induksi anestesia dapat dikerjakan dengan secara intravena, inhalasi, intramuskular, atau rectal. Setelah pasien tidur akibat induksi anestesia langsung dilanjutkan dengan pemeliharaan anestesia sampai tindakan pembedahan selesai. Induksi intravena paling sering dikerjakan dan digemari, apalagi bila sudah terpasang jalur vena, karena cepat dan mudah. Obat induksi bolus disuntikkan dalam kecepatan pelan. Selama induksi anestesia, pernafasan pasien, nadi, dan tekanan darah harus diawasi. Pada pasien ini diberikan induksi intravena dengan ketamin 30 mg. ketamin diberikan karena onset aksi yang cepat, dan durasi kerja yang singkat, sehingga sesuai dengan prosedur kuretase. Ketamin untuk induksi anastesia dapat menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anastesi dapat menimbulkan muntah-muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk. Efek pada susunan saraf pusat. Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari, seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Apabila diberikan secara intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan darah intrakranial. Efek pada mata. Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi peningkatan tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus koroidalis. Efek pada sistem kardiovaskular. Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek inotropik positif dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Efek pada sistem respirasi. Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi, dapat menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada pasien ashma. Dosis dan pemberian ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak anak. Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara IV atau IM dosis induksi adalah 1 2 mg/KgBB secara IV atau 5 10 mg/KgBB IM , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Pemberian secara intermitten diulang setiap 10 15 menit dengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.

* Gunawan, Sulistya, dkk, 2007, Farmakologi dan Terapi, edisi 5, Jakarta: FK UI. Latief, A. Said, 2002, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intesif, Jakarta: FK UI. Saifudin, AB., Utama, H., 2009 "Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi", Jakarta:POGI Wanri, Arwansyah, 2010, Panduan Anestesi Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, diakses dari www.akademik.unsri/anestesiga pada tanggal 29 Januari 2013.

You might also like