Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
LEMBAGA PENELITIAN & PENGABDIAN MASYARAKAT (LP2M) UNIVERSITAS CENDERAWASIH
LATAR BELAKANG MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN ROADMAP LISDES (PRL) RUANG LINGKUP WILAYAH DAN KEGIATAN PRL OUTPUT/HASIL KEGIATAN PRL JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PRL SISTEMATIKA DRAFT LAPORAN AKHIR KEGIATAN PRL
ewasa ini ketergantungan terhadap ketersediaan energi listrik semakin hari semakin meningkat. Keberlangsungan berbagai macam bentuk aktivitas di
masyarakat dan sektor industri nasional, sangat tergantung kepada tersedianya energi listrik. Oleh karena itu sektor ketenagalistrikan mempunyai peranan yang sangat strategis dan menentukan, dalam upaya menyejahterakan masyarakat dan mendorong berjalannya roda perekonomian nasional. Karena peran strategisnya, seyogianya energi listrik tersedia dalam jumlah yang cukup dengan mutu dan tingkat keandalan yang baik. Akan tetapi, seiring pertambahan jumlah penduduk, pertumbuhan perekonomian, perkembangan dunia industri, kemajuan teknologi dan meningkatnya standar kenyamanan hidup di masyarakat, permintaan terhadap energi listrik pun semakin hari semakin meningkat. Di sisi lain, pasca terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada beberapa tahun yang lalu, pembangunan beberapa pembangkit yang semula sudah direncanakan menjadi terkendala, baik yang akan dikembangkan oleh pihak swasta maupun dari PLN sendiri. Disamping itu, alokasi dana pemerintah untuk berinvestasi pada sektor ketenagalistrikan terutama pembangunan pembangkit baru, juga sangat terbatas. Investasi yang diharapkan dari pihak swasta terhambat karena dimintanya suatu prasyarat kondisi seperti jaminan Pemerintah.
Kesemuanya hal tersebut pada akhirnya menyebabkan penambahan pasokan tenaga listrik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan tenaga listrik yang ada, sehingga terjadinya kondisi kekurangan pasokan tenaga listrik di beberapa daerah tidak dapat dihindari. Untuk lebih memfokuskan rencana pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan (pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik) dalam periode 5 (lima) tahun ke depan (2013 s.d. 2017) sehingga kebutuhan tenaga listrik setempat dapat segera terpenuhi, diperlukan suatu Roadmap dalam pembangunan tenaga listrik. Roadmap ini adalah merupakan perencanaan ketenagalistrikan jangka pendek dengan rentang cakrawala 5 (lima) tahun kedepan yang merupakan bagian dari kombinasi dua perencanaan, yaitu Rencana Umum Ketenagalistrikan
Daerah/Nasional (RUKD/N) dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) sehingga dapat memberikan informasi dalam pembangunan dan
pengembangan sektor ketenagalistrikan lima tahun kedepan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pelaku usaha lainnya. Rencana Penyusunan Roadmap Listrik Desa (PRL) PT PLN (Persero) Wilayah Papua dan Papua Barat di (WP2B) masa disusun untuk yang menjelaskan menyangkut rencana rencana
pengembangan
sistem
mendatang
pengembangan listrik desa. Penyusunan Roadmap Lisdes merupakan pedoman pengembangan sistem kelistrikan desa PT PLN (Persero) lima tahun mendatang, sehingga dapat dihindarkan pengembangan sarana kelistrikan di luar Roadmap Lisdes yang dapat mempengaruhi efisiensi perusahaan. Dalam penyusunan Roadmap ini diindikasikan proyek-proyek pengembangan sistem yang akan dilakukan oleh PLN sendiri (umumnya berupa proyek pengembangan jaringan transmisi/distribusi, dan pembangunan pembangkit baru yang mengaju pada sumber EBT desa setempat), dan proyek-proyek pembangkit yang akan ditawarkan kepada sektor swasta atau Pemda sebagai independent power producer (IPP). Selain untuk menjelaskan rencana pengembangan sistem, Penyusunan Roadmap Lisdes juga dimaksudkan untuk meningkatkan pencapaian target rasio elektrifikasi (RE) dan rasio desa berlistrik (RD) per provinsi, dimana untuk provinsi Papua kondisi RE saat ini tahun 2012 masih cukup rendah sebesar 33,14% (papua) dan 46,35% (Papua barat) Kondisi Geografis di Papua dan Papua Barat yang bergunung-gunung, tapi juga memiliki banyak kepulauan menyebabkan banyak daerah-daerah (desa) yang sulit untuk dijangkau. Bahkan pusat-pusat pembangkit PLN yang ada sangat sulit untuk di integrasikan atau menyuplai daerah yang satu dengan lainnya, hal ini menjadi kendali tersendiri bagi PLN WP2B dalam usaha untuk melistriki sampai pelosok Papua dan Papua Barat. Pemasalahan eksternal yang juga mempengaruhi program pengembangan Listrik Desa di provinsi Papua dan Papua Barat adalah masalah pembebasan lahan yang akan digunakan dalam pembangunan infrastruktur (Pembangkit dan Jaringan Listrik) hampir disetiap desa masyarakat meminta nilai kompensasi atas tanah, bangunan dan tanaman yang akan dilalui jaringan JTM dan JTR dengan nilai yang sangat tinggi.
1.2.
Pada dasarnya tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan Roadmap Lisdes PLN WP2B periode 2013-2017 ini adalah : Pencapaian rasio elektrifikasi (RE) dari tahun 2012 sebesar 44,57% menjadi 60% pada akhir tahun 2012, 70% pada tahun 2013, 80% pada tahun 2014, 85% pada tahun 2015, 87% pada tahun 2016 dan 90% pada tahun 2017. Pencapaian rasio desa berlistrik (RD) dari tahun 2012 sebesar 31,46% menjadi 70% pada akhir tahun 2012, 80% pada tahun 2013, 85% pada tahun 2014, 90% pada tahun 2015, 95% pada tahun 2016 dan 100% pada tahun 2017. Sedangkan sasaran yang hendak dicapai dalam penyusunan Roadmap Lisdes WP2B periode tahun 2013-2017 adalah : Semua Desa atau Distrik yang ada di Papua dan Papua Barat atau
Kabupaten/kota lama atau pemekaran dengan jumlah 100 KK atau jumlah penduduk 100. Semua Desa atau Distrik yang ada di Papua dan Papua Barat atau Kabupaten/Kota lama atau pemekaran yang memiliki Potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Semua Desa atau Distrik yang ada di Papua dan Papua Barat atau Kabupaten/Kota lama atau pemekaran dengan jumlah 50 KK atau jumlah rumah penduduk 50 yang ada di daerah perbatasan wilayah NKRI.
1.3
Ruang Lingkup Penyusunan Roadmap WP2B peridoe tahun 2013-2017 terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup kegiatan. Untuk Ruang Lingkup wilayah dibagi dalam 2 wilayah kerja PLN yaitu Wilayah Papua dan Papua Barat dimana setiap wilayah terdiri lagi dari beberapa wilayah survey yaitu : a) Wilayah Kerja Papua : 1. Wilayah Survey I : (Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, kabupaten
2.
Wilayah Survey II : (Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Mamberamo Raya dan Kabupaten Puncak Jaya)
3.
Wilayah Survey III : (Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Tolikara dan Kabupaten Lani Jaya)
4.
Wilayah Survey
Kabupaten Kepulauan Yapen dan Kabupaten Waropen) 5. Wilayah Survey V : (Kabupaten Nabire, Kabupaten Paniai, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Deiyai dan Kabupaten Intan Jaya) 6. Wilayah Survey VI : (Kabupaten Mimika, Kabupaten Asmat Kabupaten Puncak dan Kabupaten Nduga) 7. Wilayah Survey VII : (Kabupaten Merauke, Kabupaten Mappi dan Kabupaten Bovendigul) b) Wilayah Kerja Papua Barat 1. 2. Wilayah Survey I : (Kabupaten Fak-Fak dan Kabupaten Kaimana) Wilayah Survey II : (Kabupaten Manokwari, Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Teluk Bintuni) 3. Wilayah Survey III : (Kota Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Maybrat, Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Raja Ampat) Sedangkan ruang lingkup kegiatan penyusunan Roadmap Lisdes 2013-2017 PLN WP2B berupa : 1. Identifikasi lapangan (survey) desa-desa yang sudah berlistrik dan belum berlistrik, rasio RE, Kerapatan populasi, income dan mata pencaharian masyarakat desa. 2. Melakukan Kajian Sosial Budaya tentang kebutuhan masyarakat akan listrik digunakan untuk apa, adakah special request dari Pemda/DPR, kesanggupan membayar dari masyarakat desa dan dari masyarakat desa kalau dilayani dengan SHS. 3. Melakukan Kajian Tekno-Ekonomis-Geografis untuk melihat data grid existing dan rencana pengembangan grid, Status pasokan existing, kondisi Geografis, kemudian dengan metode/kajian least Cost1 dapat dipilih opsi Grid apakah menggunakan Extension atau Isolated, dan jika
1
tingkat kepuasan
Metode Optimasi yang mengkaji hubungan antara waktu selesainya pekerjaan dengan biaya proyek (Minimum cost project scheduling)
Isolated apakah bentuknya Komunal atau Individu, dan jika bersifat komunal jenis pembangkit apa yang cocok untuk dikembangkan sesuai sumber EBT yang ada di desa terebut. 4. Membuat daftar kandidat desa yang akan dilistriki baik secara grid extension atau isolated termasuk pengalihan desa yang telah berlistrik dari isolated ke grid. 5. Melakukan scoring untuk menentukan urutan prioritas listrik desa yang akan dikembangkan setiap tahun berdasarkan aspek Sosial budaya (40%), Teknis (40%) dan Ekonomis (20%), dengan memperhatikan alokasi APBN tahunan dan target RE untuk lisdes serta kebijakankebijakan khusus (Ibu kota Kabupaten/Distrik dan desa-desa yang berada di perbatasan wilayah negara). 6. Menyusun Laporan dan Rekomendasi Program Pengembangan Lisdes tahunan selama 5 tahun (2013-2017) yang mencakup nama desa, koordinat lokasi desa; kebutuhan fisik Jaringan dan Pembangkit serta besar biaya yang dibutuhkan .
Provinsi PAPUA
2. Gambar/Peta lokasi desa beserta koordinatnya 3. Peta Potensi Energi terbarukan desa/Kabupaten. 4. Kebutuhan Biaya dalam pembangunan suatu pembangkit Listrik dari Potensi EBT, JTM dan JTR jika dilakukan Grid atau Isolated komunal.
TAHAP PERSIAPAN Koordinasi Team Inventarisasi data/informasi Kajian & analisis awal Laporan Pendahuluan
TAHAP PELAKSANAAN Kegiatan Lapangan (survey) Analisis/Kajian Data Lapangan Draft Laporan Intern Scoring Desa
TAHAP PENYELESAIAN Penyempurnaan Draft Laporan Akhir Seminar Draft Lap. Akhir Laporan Akhir
1.6 SISTEMATIKA DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN ROADMAP LISDES 2013-2017 WP2B
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan dan Sasaran Penyusunan Roadmap Lisdes 2013-2017 PLN WP2B. 1.3 Ruang Lingkup Wilayah dan Kegiatan Penyusunan Roadmap Lisdes 2013-2017 PLN WP2B. 1.4 Output/hasil Kegiatan Penyusunan Roadmap Lisdes 2013-2017 1.5 Jangka Waktu Kegiatan Penyusunan Roadmap Lisdes 2013-2017 PLN WP2B BAB II METODOLOGI DAN PENDEKATAN 3.1 Kerangka Pikir 3.1.1 Permasalahan 3.1.2 Upaya Pemecahan Masalah 3.1.3 Metode Pemecahan Masalah 3.1.4 Produk yang dihasilkan 3.2 Pendekatan 3.3 Metodologi 3.3.1 Sumber dan Teknik Pengumpulan data 3.3.2 Analisis data 2.3.2.1 Analisis Pengalian Pendapat Masyarakat 2.3.2.2 Analisis AHP 2.3.2.3 Metode Scoring PLN BAB III KEBIJAKAN-KEBIJAKAN DALAM KETENAGALISTRIKAN 3.1. Kebijakan Pelayanan Penyediaan Tenaga Listrik 3.2 Kebijakan Pegembangan Listrik Desa 3.3 Kebijakan Pengembangan Energi baru dan terbarukan (EBT) 3.4 Kebijakan Pengembangan kapasitas Pembangkit, Transmisi, dan Distribusi. BAB IV KONDISI OBYEKTIF DAERAH SURVEY 4.1 Kota/Kabupaten/Distrik.
4.1.1. Kondisi Geografis (Luas daerah, Batas Wilayah, Iklim, curah hujan dan Topografis) 4.1.2. Kondisi Demografis (Jumlah dan struktur penduduk, Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat Pendidikan, Ketenagakerjaan) 4.1.3. Potensi Sumber Daya-EBT Matahari) 4.1.4. Infrasturktur Wilayah a. Transpotasi darat, Laut dan Udara b. Jalan, Jembatan dan Perumahan. c. Kondisi Kelistrikan (rasio elektrifikasi) d. Sumber daya air (Air bersih) e. Jaringan Telekomunikasi BAB V. ROADMAP PENGEMBANGAN LISTRIK DESA WP2B 2013-2017 5.1. Identifikasi desa berlistrik dan belum berlistrik (kebutuhan daya) 5.2. Hasil Analisis Prioritas Desa untuk LISDES 5.2.1 Hasil Analisis Penggalian Pendapat Masyarakat 5.2.2. Hasil Analisis AHP 5.2.3 Hasil Analisis Scoring PLN BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan 6.2 Rekomendasi 6.2.1 Database Daftar Desa yang akan diprogramkan untuk dilistriki setiap tahun (Status desa lama, baru, perbatasan, kecamatan, kabupaten dan koordinat). 6.2.2 Gambar Lokasi, rencana pasokan untuk Lisdes Isolated, (Nabati,Biomassa,Angin, Air dan
Kebutuhan JTM, JTR, Gardu, Jumlah Pelanggan, 6.2.3 Asumsi harga satuan per kms/gardu dan Pembangkit/kw dan perkiraan anggaran yang dibutujan pertahun dan per kegiatan ). DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN : 1. 2. 3. Neraca daya setiap kabupaten Dokumentasi Setiap Desa/Kabupaten Kusioner.
2.1. KONDISI INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN WP2B 2.2. RASIO ELEKTRIFIKASI 2.3. KONDISI PERMINTAAN DAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
2.1
ealisasi jumlah pelanggan secara nasional selama tahun 2006-2010 mengalami peningkatan dari 35,6 juta menjadi 42,2 juta atau bertambah rata-
rata 1,65 juta tiap tahunnya. Penambahan pelanggan terbesar masih terjadi pada sektor rumah tangga, yaitu rata-rata 1,5 jita per tahun, diikuti sektor bisnis dengan rata-rata 61 ribu pelanggan pertahun, sektor publik rata-rata 55 ribu pelanggan per tahun, dan terakhir sektor industri rata-rata 550 pelanggan pertahun, tabel 2.1 menunjukkan perkembangan jumlah pelanggan menurut sektor pelanggan dalam lima tahun terakhir.
Tabel 2.1. Perkembangan Jumlah Pelanggan (Ribu Unit) Jenis Pelanggan 2006 Rumah Tangga 32.954,5 Komersial 1.633,1 Publik 928,4 Industril 46,2 Total 35.562,2 Sumber : RUPTL 2011-2020 2007 34.508,1 1.585,1 988,8 46,6 37.128,6 2008 35.835,1 1.687,3 1.052,2 46,3 35.621,3 2009 36.897,0 1.770,4 1.164,7 47,6 39.621,3 2010 39.108,5 1.887,6 1.147,8 48,4 42.182,4
2.1.2 Sistem Pembangkit Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik WP2B, penyediaan tenaga listrik tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan oleh pihak lain seperti swasta, koperasi, dan Pemda. Usaha penyediaan tenaga listrik yang telah dilakukan oleh swasta, koperasi atau Pemda tersebut diantaranya adalah membangun dan mengoperasikan sendiri pembangkit tenaga listrik yang tenaga listriknya di jual kepada PT PLN (Persero) atau lebih dikenal dengan pembangkit swasta atau Independent Power Producer (IPP) atau membangun dan mengoperasikan sendiri pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik secara terintegrasi yang tenaga listriknya dijual langsung kepada konsumen di suatu wilayah usaha khusus yang dikenal dengan istilah pembangkit terintegrasi atau Private Power Utility (PPU).
Sampai tahun 2012, total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik WP2B adalah sebesar 205 MW dan beban puncak 176,6 MW yang terdiri atas provinsi Papua 141 MW dan Papua Barat 64 MW.
Tabel 2.2 Kapasitas Terpasang Pembangkit WP2B tahun 2012
Provinsi PLN
PLTD PLTG PLTGU (MW) (MW) (MW)
Total
2 2 4
141 64
0 0
141 64 205
Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Papua dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Jayapura, Nabire, Timika, Biak, Urefasei, Tanah Merah, Merauke, Warbor, Sarmi, Genyem, Wamena, Agats, Keppi, Serui, dan Arso. Dari 15 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Papua, 10 sistem (Sistem Biak, Urefasei, Tanah Merah, Merauke, Warbor, Sarmi, Genyem, Agats, Keppi, dan Serui) berada dalam kondisi Surplus, dan 5 sistem lainnya (Sistem Jayapura, Nabire, Timika, Wamena, dan Arso) berada pada kondisi Defisit. (masterplan ketenagalistrikan 2010-2014).
Gambar 2.1 : Kondisi Kelistrikan Papua
Sedangkan Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Papua Barat dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Manokwari, Bintuni, Wondama, Sorong, Teminabuan, Fak-Fak, dan Kaimana.Dari 7 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Papua Barat, 5 sistem (Sistem Bintuni, Wondama, Teminabuan, Fak-Fak, dan Kaimana) berada dalam kondisi Surplus, dan 2 sistem lainnya (Sistem Manokwari dan Sorong) berada pada kondisi Defisit.
Gambar 2.2 : Kondisi Kelistrikan Papua Barat
2.1.3 Sistem Distribusi Sampai dengan akhir tahun 2008, total panjang jaringan distribusi tenaga listrik yang telah dibangun oleh PT PLN (Persero) adalah sepanjang 614.925 kms yang terdiri atas Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 261.163 kms dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 353.762 kms. Total panjang jaringan distribusi tenaga listrik tersebut mengalami penambahan sebesar 55.836 kms sejak tahun 2004 atau mengalami peningkatan sebesar 10% selama periode 5 tahun Sedangkan hasil yang dicapai dalam pembangunan distribusi tenaga listrik untuk wilayah papua untuk JTM sepanjan 1.999 kms, dan JTR sepanjang 3.531 kms
Gambar 2.3
PENGEMBANGAN
INFRASTUKTUR
KETENAGALISTRIKAN
Pengembangan kapasitas penyediaan tenaga listrik diarahkan pada pertumbuhan yang realistis dan diutamakan untuk menyelesaikan krisis penyediaan tenaga listrik yang terjadi di beberapa daerah, meningkatkan cadangan dan terpenuhinya margin cadangan dengan mengutamakan pemanfaatan sumber energi setempat atau energy baru terbarukan serta meniadakan rencana pengembangan pembangkit BBM. Pengembangan pembangkit BBM, dikecualikan untuk penangulangan daerah krisis penyediaan tenaga listrik jangka pendek (satu hingga dua tahun ke depan) sambil menunggu selesainya pembangunan pembangkit non-BBM yang telah direncanakan, dengan melakukan sewa pembangkit yang menggunakan bahan bakar MFO. Apabila pembangkit non-BBM yang telah direncanakan tersebut telah beroperasi, maka pembangkit BBM tersebut di non-operasikan. Mempertimbangkan tingginya pertumbuhan tenaga listrik, memberikan akses listrik kepada seluruh masyarakat dan mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan, maka program percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW tahap II yang komposisi energi primernya beragam (tidak hanya batubara) ditawarkan untuk dikembangkan oleh PT PLN (Persero) maupun swasta dengan memberikan fasilitas sebagaimana yang telah dilaksanakan dalam program percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW tahap I. Pengembangan PLTU batubara skala kecil dapat dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar minyak pada sistem skala kecil untuk menekan biaya operasi sistem kelistrikan. Disamping itu, pengembangan PLTU batubara skala kecil ini dapat juga dimanfaatkan untuk mengganti peranan sebagian PLTD yang ada di sistem kelistrikan di Luar Jawa-Madura-Bali yang dominasinya masih cukup tinggi. Sebagai pengembang PLTU batubara skala kecil ini adalah PT PLN (Persero) atau swasta. Pengembangan sarana distribusi tenaga listrik diarahkan untuk dapat
mengantisipasi pertumbuhan tenaga listrik, mempertahankan tingkat keandalan yang diinginkan dan efisien serta meningkatkan kualitas pelayanan. Apabila dengan pertimbangan pemenuhan tenaga listrik secara terintegrasi dengan sistem
kelistrikan lain di nilai kurang/tidak efisien, maka jaringan terisolasi dapat diterapkan. Pengertian dari jaringan terisolasi adalah jaringan distribusi tenaga listrik yang berdiri sendiri dan tidak terhubung langsung dengan JTN dengan wilayah pelayanan terbatas. Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk pada wilayah Papua dan Papua Barat sebesar 1,9% pertahun dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7% maka permintaan tenaga listrik pada sistem tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 6,5% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Papua, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: 1. Pembangkit tenaga listrik sebesar 208 MW (sekitar 32,7 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2012 2. Transmisi tenaga listrik 355 kms 3. Gardu induk 130 MVA 4. Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: PLTS 50 WP tersebar sebanyak 32.975 unit PLTS terpusat 15 kW 9 unit PLTMH 2.130 kW PLTAngin 2.130 kW Gardu distribusi 2.400 unit (126.250 kVA) Jaringan Tegangan Menengah 6.450 kms Jaringan Tegangan Rendah 5.850 kms PLTD 22 unit (6.500 kW).
Sedangkan untuk wilayah Provinsi Papua Barat, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010- 2014 sebagai berikut: 1. Pembangkit tenaga listrik sebesar 100 MW (sekitar 34,7 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2012) 2. Transmisi tenaga listrik 60 kms 3. Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: PLTS 50 WP tersebar sebanyak 33.733 unit
3.1 3.2
3.3 3.4
KERANGKA PIKIR PERMASALAHAN 3.2.1 Upaya Pemecahan Masalah 3.2.2 Metode Pemecahan Masalah PENDEKATAN METODOLOGI 3.4.1 Sumber dan Teknik Pengumpulan data 2.4.2 Analisis data
Data Primer/Sekunder
1. 2 2. 3. 4.
KAJIAN SOSIAL BUDAYA Lihat kebutuhan masyarakat (listrik digunakan untuk apa ?) Apakah ada Special request dari PEMDA, DPR ? Kesanggupan Membayar ? Apakah puas kalau dilayani dengan Solar Home System (SHS) ?
METODE (Wawancara)
1. 2. 3. 4.
KAJIAN TEKNO-EKONOMI-GEOGRAFIS 1. Lihat data Grid existing dan rencana Pengembangan Grid 2. Status Pasokan Existing 3. Kondisi Geografi Desa 4. Sumber Potensi EBT
GRID extension
KANDIDAT DESA 1. Daftar Panjang desa yang akan di listriki tetapi belum diurut prioritasnya 2. Sudah diputuskkan cara elektrifikasinya (Grid extension atau isolated) 3. Termasuk Pengalihan Lisdes dari Isolated ke Grid
ISOLATED
Individu
Komunal
PRIORITAS DESA 1. Urutan Prioritas Tahunan 2. Perkiraan alokasi APBN tahunan/Target RE untuk Lisdes 3. Kebijakan Khusus untuk melistriki Ibukota Kabupaten/Kecamatan dan Perbatasan Wilayah negara, desa-desa tsb langsung masuk prioritas tanpa scoring ROADMAP LISDES 2013-2017 1. Nama Desa & Koordinat Lokasi 2. Kebutuhan Fisik Jaringan, Pembangkit 3. Estimasi Kebutuhan Biaya
3.2 PERMASALAHAN
Pada Anggaran Dasar PLN tahun 2008 Pasal 3 disebutkan bahwa tujuan dan lapangan usaha PLN adalah menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas. Berkenaan dengan tujuan dan lapangan usaha PLN tersebut di atas, maka visi PLN adalah sebagai berikut: Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh-kembang, Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani. Selain visi tersebut, saat ini PLN tengah bercita-cita untuk berubah menjadi perusahaan kelas dunia, bebas subsidi, menguntungkan, ramah lingkungan dan dicintai pelanggan. Untuk melaksanakan penugasan Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan mengacu kepada visi tersebut, maka PLN WP2B akan: 1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham. 2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. 3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
Animo masyarakat menerima Program Lisdes Kemudahan perijinan pembangunan pembangkit atau jaringan yang akan melalui hutang lindung/taman nasional/lahan/tanaman milik masyarakat.
Permasalahan Umum : Biaya pembangunan yang sangat tinggi disebabkan kondisi geografis desadesa di WP2B yang jauh dan sulit dijangkau dengan transportasi darat. Lingkup wilayah yang luas. (jarak dari desa satu ke desa yang lain)
3.2.1 Upaya Pemecahan Masalah Melihat ruang lingkup permasalahan yang ada diatas maka upaya-upaya yang diambil oleh PLN (Persero) WP2B dalam pengembangan program listrik desa adalah : 1. Melakukan ekspansi Grid, apabila tersedianya pembangkit terdekat dan terpenuhi aspek teknis dan lebih ekonomis. 2. Membangun sistem isolated, apabila tidak tersedia pembangkit terdekat dan lebih ekonomis dengan memilih pembangkit sendiri yang sesuai dengan kondisi setempat.
3.2.2 Metode Pemecahan Masalah Metode yang digunakan dalam pemecahan masalah diatas adalah : 1. Metode Least Cost2 digunakan untuk menentukan pilihan pengembangan Listrik desa apakah Grid Extension atau Isolated, Isolated Komunal atau Individu. Untuk mengukur pemilihan project mana yang lebih diutamakan, maka digunakan perbandingan present value total biaya antara dua project, misalnya yang berbeda teknologinya atau sistemnya. Dalam hal ini project yang mempunyai nilai biaya total terkecil adalah yang dipilih. Secara matematis rumus Leas cost Method adalah : ( )
Metode Biaya terkecil biasanya digunakan untuk memilih ukuran kriteria investasi terutama dalam membandingkan 2 project atau lebih yang merupakan mutually exclusive project.
2. Metode Scoring, adalah metode pembobotan yang digunakan untuk menentukan urutan prioritas tahunan desa-desa yang mendapat prioritas pengembangan Listrik Desa (dipasok dari grid, isolated dan migrasi dari isolated ke grid). Metode ini dilaksanakan berdasarkan aspek sosial budaya, Teknis dan Ekonomis, dimana masing-masing aspek telah ditentukan prosentase bobot masing-masing yaitu : sosial budaya (40%), Teknis (40%) dan Ekonomis (20%). Adapun item-item yang digunakan dalam pembobotan untuk setiap aspek tersebut diatas dapat dilihat pada tabel berikut : ASPEK SOSIAL BUDAYA (BOBOT= 40)
1. Status Desa belistrik a. Desa baru (belum berlistrik) b. Desa Lama (sudah berlistrik) RE Kabupaten lokasi Desa berada a. RE =< 60% b. RE > 60% Permintaan Pemda/DPRD a. Ada b. Tidak ada Jumlah Kepala Keluarga/Penduduk Desa a. > 500 KK b. 250 s/d 500 KK c. < 250 KK Pendapatan Perkapitas rata-rata setahun kabupaten/Kecamatan/desa (kemampuan ekonomi) a. > Rp. 50 juta b. Rp. 10 juta - Rp. 50 juta a. < Rp. 10 juta Perizinan ROW Jaringan Distribusi a. Relatif Mudah b. Kompensasi/Hutan produksi c. Hutan Lindung/Sosial 100% 20% 12 100% 20% 9 100% 20% 5 100% 50% 20% 4 100% 50% 20% 4 100% 50% 20% 4 9 12
BOBOT
6
NILAI
6
2.
3.
4.
5.
6.
40 BOBOT
8
34 NILAI
4 10
2.
10
3.
4.
c. >80% KHA Kondisi Pasokan a. Mencukupi b. Siaga (Cadangan Terbatas) c. Kritis (Kurang pasokan)
40 BOBOT
4
32 NILAI
4
2.
4 100% 50% 20% 4 100% 20% 4 100% 50% 20% 4 100% 20% 4 4 4 2
3.
4.
5.
20
16 82
Hasil pembobotan scoring kemudian dimasukkan ke tabel usulan Pembangunan Listrik pedesaan Provinsi Papua dan Papua barat sebagi rekomendasi hasil kajian team (lemlit UNCEN) kepada pihak PLN WP2B selaku pemberi kegiatan.
3.3 PENDEKATAN
Pendekatan yang digunalan dalam perencanaan Listrik Desa adalah : 1. Kebijakan khusus, apakah ada kebijakan khusus Lisded, misalnya wajib melistriki semua ibu kota Kabupaten, Kecamatan dan Desa Perbatasan Wilayah NKRI (jika ada maka desa ibu kota kabupaten, kecamatan, dan perbatasan Wilayah NKRI langsung masuk prioritas utama tidak melalui tahapan scoring) 2. Grid Extension Vs Isolated, evaluasi apakah elektrifikasi sebuah dsa lebih fesible dilaksanakan dengan grid extension atau isolated dengan melihat situasi terpencil dari desa, rencana grid extension, kendala alam (hutan lindung, pulau terpencil) dll. 3. Isolated masuk ke Grid, evaluasi kapan suatu lisdes yang isolated akan dapat di integrasikan ke grid sejalan dengan pengembangan sistem kelistrikan. 4. Scoring Prioritas, dengan menggunakan suatu metode scoring yang transparan dibuat urutan priorita desa untuk di listriki.
3.4 METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam perencanaan pengembangan listrik desa WP2B selama tahun 2013-2017 adalah sudah sangat jelas dalam paparan diatas. 3.4.1 Sumber dan Teknik Pengambilan Data Sumber data berupa data primer dan data sekunder, dimana pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara dan observasi ke desa-desa menggunakan instrument kusioner/cheklist. Untuk pengambilan data sekunder dilakukan melalui kajian pustaka dengan mencari data-data yang ada hubungannya dengan desa yang akan disurvey, data sekunder dapat diperoleh pada instansi-instansi pemerintah (Bapeda, BPS, kantor distrik, dinas ESDM, Program respek), BUMN/BUMD (PLN cabang) data sekunder juga dapat diperoleh dalam websitewebsite di internet berupa Distrik dalam Angka, Kabupaten dalam Angka atau Provinsi dalam Angka.
3.4.2 Data
Analisis Data yang diperoleh melalui hasil survey (kusioner) kemudian dianalisa
menggunakan metode-metode yang telah disebutkan diatas, kemudian hasil analisa tersebut sejauh mungkin di verifikasi/komparasi dengan metode-metode yang lain agar hasil yang dicapai benar-benar valid sesuai keinginan dan kenyataan yang ada.