You are on page 1of 118

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DEATH BY CHOCOLATE & SPAGETI RESTAURANT KOTA BOGOR, JAWA BARAT

SKRIPSI

NISHKA AULIA HEIDYNINGSIH H34066092

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2009

RINGKASAN NISHKA AULIA HEIDYNINGSIH. Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan RATNA WINANDI) Kebutuhan konsumsi pangan akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan dan pertumbuhan jumlah penduduk, serta pada hakikatnya pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Faktor-faktor yang menyebabkan kebutuhan akan pangan meningkat antara lain seperti meningkatnya jumlah pendapatan, meningkatnya daya beli masyarakat dan kesadaran akan pentingnya nilai gizi suatu pangan yang dikonsumsi, salah satu usaha yang bergerak dalam bidang makanan adalah Death By Chocolate & Spageti Restaurant di Jalan Ceremai no 22 kota Bogor. Death by Chocolate & Spageti Restaurant adalah usaha yang sudah berjalan sekitar dua tahun, merupakan jenis restoran yang menawarkan beraneka pangan snack dengan berbahan dasar cokelat dan spageti. Hingga saat ini yang terjadi pada usaha yang sedang berjalan yaitu penjualan yang mengalami keadaan berfluktuatif per bulannya dan perusahaan hingga saat ini belum menganalisis kelayakan usaha. Selain itu permasalahan yang terjadi, manajemen perusahaan belum mencapai target penjualan yang ditetapkan oleh perusahaan Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis perhitungan rugi-laba dengan melihat penjualan per bulan yang fluktuatif (2) menganalisis aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial (3) menganalisis kelayakan usaha DBC & Spageti Restaurant (4) Menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan usaha terhadap perubahan-perubahan harga pada biaya dan penjualan terhadap kelayakan usaha DBC & Spageti Restaurant. Penelitian ini juga akan melihat karagaan usaha DBC & Spageti Restaurant apabila dilihat dari aspek non-finansial yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan aspek sosial dari perusahaan tersebut. Analisis kelayakan finansial dilakukan melalui beberapa kriteria kelayakan finansial yang bertujuan untuk menganalisa sejauh mana tingkat kelayakan usaha DBC & Spageti Restaurant. Dalam menganalisa suatu usaha, biasanya menghadapi ketidakpastian atau perubahan-perubahan yang dapat terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan, baik dari arus biaya maupun dari arus manfaat, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui sampai berapa persen usaha yang dilakukan mengalami kondisi yang tidak layak, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitaif. Alat analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan usaha dilihat dari kriteria NPV, Net B/C, IRR, Payback period dan Analisis sensitivitas menggunakan data yang diperoleh dari perusahaan dan menyederhanakan dalam bentuk tabulasi kemudian diolah secara komputerisasi dengan menggunakan Software Microsoft Excel dan interprestasi data secara deskriptif. Laporan rugi-laba pada tahun 2007 manfaat bersih rata-rata perusahaan per bulan yang diperoleh sebesar Rp 22,52 juta sedangkan pada tahun 2008

mendapatkan manfaat bersih rata-rata per bulan sebesar Rp 32,90 juta penjualan mengalami peningkatan, dan mendapatkan rata-rata laba bersih untuk periode dua tahun yang meningkat Berdasarkan kriteria kelayakan finansial pada tingkat diskonto tujuh persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 632,62 juta (positif) atau lebih besar dari nol, Net B/C yang dihasilkan adalah sebesar 3 nilai tersebut menunjukan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 satu satuan unit akan menghasilkan manfaat sebesar 3 kali dari biaya yang dikeluarkan, nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 27 persen (IRR>7 persen) artinya proyek yang dilakukan oleh perusahaan memiliki tingkat pengembalian proyek terhadap investasi yang dikeluarkan sebesar 27 persen, sedangkan hasil analisis tingkat pengembalian investasi (payback period) memperlihatkan bahwa untuk memperoleh kembali nilai investasi yang telah dilakukan diperlukan waktu selama enam tahun tujuh bulan. Kriteria NPV, IRR, Net B/C Dan Payback Period kelayakan yang dilakukan, menunjukan bahwa usaha DBC & Spageti Restaurant adalah layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis sensitivitas diketahui perusahaan ini tidak sensitif terhadap perubahan penurunan jumlah ouput hingga tujuh persen menjadikan nilai IRR sebesar 18 persen, sedangkan nilai Net B/C sebesar 2,15 kemudian payback period Sembilan tahun empat bulan sehingga usaha ini masih layak untuk dijalankan. Peningkatan harga input hingga tujuh persen menjadikan nilai IRR sebesar 21 persen, sedangkan nilai Net B/C sebesar 2,38 kemudian payback period delapan tahun tiga bulan menjadikan usaha ini tidak sensitif terhadap perubahan kenaikan harga input. Penurunan harga output 5 persen menjadikan kelayakan tidak sensitif terhadap perubahan yang ada, karena nilai IRR sebesar 20 persen, sedangkan nilai Net B/C sebesar 2,33 kemudian payback period delapan tahun lima bulan. Hingga saat ini perubahan yang terjadi baik dari arus biaya maupun dari arus manfaat terhadap usaha yang telah dijalankan tidak berpengaruh kepada nilai penjualan maupun laba perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus selalu mengetahui tingkat perubahan variabel-variabel tersebut agar perusahaan dapat terus melaksanakan aktifitasnya dengan tidak merugikan. Jika hal ini tidak dilakukan maka perkembangan perusahaan menunjukan bahwa perusahaan akan menjadi tidak layak. DBC & Spageti restaurant dapat terus melanjutkan usahanya dengan lebih memperhatikan aspek-aspek non finansial yang menjadi prioritas perusahaan, seperti kualitas akan produk agar tetap mempertahankan penjualannya dan meningkatkan kondisi jumlah produksi agar tidak mendapatkan penurunan penjualan yang cukup drastis. Lebih memperluas pemasaran dan menciptakan produk-produk baru untuk menarik minat para konsumen yang berkunjung ke DBC & Spageti restaurant dan mengantisipasi para kompetitor yang ingin membuat usaha yang sama maupun restoran pesaing lainnya.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DEATH BY CHOCOLATE & SPAGETI RESTAURANT KOTA BOGOR JAWA BARAT

NISHKA AULIA H H 34066092

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2009

Judul Skripsi

: Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate (DBC) & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat.

Nama Mahasiswa NIM

: Nishka Aulia Heidyningsih : H34066092

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS NIP. 130.687.506

Diketahui : Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. NIP. 131 415 082

Tanggal Lulus :

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate (DBC) & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat adalah hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor,

Mei 2009

Nishka Aulia Heidyningsih H34066092

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandung, pada Tanggal 7 November 1985. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Endang Tachyat dan Ibu Yulia Hadiaty. Pada tahun 1991 penulis menyelesaikan pendidikan formal di Taman kanak-kanak Nurani Bogor, Sekolah Dasar Negeri Pengadilan III Bogor pada Tahun 1997, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 8 Bogor pada Tahun 2000, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 8 Bogor pada tahun 2003. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis dan Koperasi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003. Tahun 2006 penulis melanjutkan ke jenjang Strata I di Program Studi Agribisnis Penyelenggaran Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Usaha Pada Death By Chocolate & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini bertujuan menganalisis laporan rugi-laba perusahaan dan mengevaluasi kelayakan usaha yang tepat untuk dijalankan oleh perusahaan. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan Software Microsoft Excel dan interprestasi data secara deskriptif. Penulis menyadari, kemungkinan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan atau dari apa yang diharapkan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang dapat membangun demi kesempurnaan penulis di masa yang akan datang. semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009

Nishka Aulia Heidyningsih

UCAPAN TERIMA KASIH


Dalam penulisan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate & Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat. Penulis mendapatkan banyak saran serta kritik demi perbaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat kelulusan. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Allah SWT, karena atas segala izin, serta keridhaanNyalah penulis mampu menjalankan segala kegiatan dalam rangka penyusunan laporan. 2. Keluarga Bapak Endang Tachyat (Papa, Mama, Day F, serta adik-ku Bani) terima kasih atas dukungan baik moril maupun materil, doa serta kasih sayang dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis 3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS. Sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan serta waktunya kepada penulis dalam penyusunan laporan. 4. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 5. Dra yusalina, Ms yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staff Departemen agribisnis. 6. Bapak Harsono selaku Supervisor DBC & Spageti Restaurant, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat kepada penulis selama berada di tempat praktek kerja. Beserta seluruh karyawan DBC & Spageti Restaurant. 7. Rekan-rekan AGB angkatan I serta semua pihak yang telah membantu dalam proses praktek kerja penulis, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya.

Bogor, Mei 2009

Nishka Aulia Heidyningsih

DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................... . DAFTAR GAMBAR ........................................................................... . DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ I PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1. Latar Belakang ....................................................................... . 1.2. Perumusan Masalah ............................................................... . 1.3. Tujuan ................................................................................... . 1.4. Kegunaan Penelitian .............................................................. . 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... . TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 2.1. Definisi Restoran ....................................................................... 2.1.1. Jenis-jenis Restoran ..................................................... . 2.1.2. Klasifikasi Restoran ..................................................... . 2.2. Cokelat .................................................................................. 2.3. Spageti ....................................................................................... 2.4. Penelitian Terdahulu .............................................................. 2.5. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Sebelumnya ..... KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................... . 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................. . 3.1.1. Analisis Biaya Manfaat ................................................ 3.1.2. Studi Kelayakan proyek ............................................... 3.1.3. Aspek-aspek Kelayakan Usaha ........................................ 3.1.3.1. Aspek Pasar .................................................... 3.1.3.2. Aspek Teknis .................................................. . 3.1.3.3. Aspek Manajemen .......................................... . 3.1.3.4. Aspek Sosial ................................................... . 3.1.3.5. Aspek Finansial .............................................. . 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................... . METODE PENELITIAN ........................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 4.2. Data dan Instrumentasi .......................................................... 4.3. Pengolahan dan analisis Data ................................................. 4.3.1. Analisis Kelayakan Usaha ............................................ 4.3.1.1. Analisis Aspek Pasar ........................................... 4.3.1.2. Analisis Aspek Teknis ........................................ 4.3.1.3. Analisis Aspek Manajemen ................................ 4.3.1.4. Analisis Aspek Sosial ......................................... 4.3.1.5. Analisis Aspek Finansial ..................................... 4.3.1.6. Analisis Sensitivitas ............................................ 4.4. Asumsi Dasar ............................................................................. iii iv v 1 1 3 7 7 8 9 9 10 12 12 14 14 17 19 19 19 20 21 22 22 22 23 23 27 30 30 30 31 32 33 33 33 34 34 37 37

II

III

IV

DESKRIPSI PERUSAHAAN ........................................................ 5.1. Sejarah dan Perkembangan DBC & Spageti Restaurant ............ 5.1.2. Tujuan Perusahaan ........................................................... 5.2. Sumber Daya Perusahaan .......................... ............................. 5.2.1. Sumber Daya Fisik ........................................................ 5.2.2. Sumber Daya Manusia ................................................... 5.3. Permodalan ...................... ...................................................... 5.4. Bahan Baku ................................................................................ ANALISIS KELAYAKAN ASPEK PASAR, TEKNIS, MANAJEMEN DAN ASPEK SOSIAL ........................................ 6.1. Aspek Pasar ............................................................................. 6.1.2. permintaan ............................................................ ...... 6.1.3. Penawaran ................................................................. 6.1.4. Strategi Pemasaran ........................................................ 6.2. Aspek Teknis .......................................................................... 6.2.1. Lokasi Proyek ............................................................... 6.2.2. Proses Produksi ............................................................ 6.2.3. Hasil Analisis Aspek Teknis ......................................... 6.3. Aspek Manajemen .................................................................. 6.3.1. Hasil Analisis Aspek Manajemen ................................. 6.4. Aspek Sosial.............................................................................. 6.4.1. Hasil Analisis Aspek Sosial .......................................... ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL .................................. 7.1 Analisis Rugi-laba ................................................................... 7.2 Aspek Finansial Usaha DBC & Spageti Restaurant .. ........... 7.2.1. Arus Tunai ..................................................................... 7.2.1.1. Arus Penerimaan ............................................... 7.2.1.2. Arus Pengeluaran .............................................. 7.2.2. Analisis Kriteria Kelayakan Finansial............................. 7.2.3. Analisis Sensitivitas ....................................................... KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 8.2. Kesimpulan ............................................................................. 8.2. Saran .......................................................................................

39 39 40 41 41 42 43 44 45 45 45 46 47 48 48 50 52 53 55 55 56 57 57 58 59 59 63 68 69 71 71 72 73 75

VI

VII

VIII

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... LAMPIRAN .............................................................................................

DAFTAR TABEL
Nomor Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Perkembangan Jumlah Restoran Di Kota Bogor Tahun 2004-2008.. ................................................................................. Data Penjualan produk DBC & Spageti Restaurant (per bulan) Tahun 2007-2008....... ................................................................. Jenis dan Sumber Data Penelitan ................................................. Karakteristik karyawan DBC & Spageti Restaurant berdasarkan umur dan pendidikan terakhir tahun 2008................... ................. Divisi dan Jumlah Karyawan DBC & Spageti Restaurant ............ Data Laporan Rugi-laba Perusahaan tahun 2007............................. Data Laporan Rugi-laba Perusahaan tahun 2008............................. Produksi Kelayakan Usaha DBC & Spageti Restaurant................. Penjualan Kelayakan Usaha DBC & Spageti Restaurant................

2 5 31 42 49 57 58 60 61 64 66 67 68 68 70

10. Komponen Biaya Investasi Kelayakan Usaha DBC & Spageti Restaurant........................................................................................ 11. Biaya reinvestasi Usaha DBC & Spageti restaurant....................... 12. Biaya Operasional Usaha DBC & Spageti Restaurant.................... 13. Tarif Pajak Penghasilan Usaha........................................................ 14. Hasil kelayakan Finansial DBC & Spageti Restaurant.................... 15. Hasil Analisis Sensitivitas DBC & Spageti Restaurant...................

DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Grafik Perkembangan Penjualan Satu Tahun Terakhir Tahun 2008.. ............................................................................ Kerangka Pemikiran Operasional................................................. Data Potensi Permintaan Pasar Tahun 2007-2008........................ Proses Produksi Death by Chocolate . ........... Proses Produksi frittata dan Spageti ......................................... Struktur Organisasi dari DBC & Spageti Restaurant Tahun 2008...................................................................................

6 29 45 51 52 54

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Perhitungan Produksi Usaha DBC & Spageti Restaurant .......... Perhitungan penjualan.. Perbandingan GAP Total Produksi dengan penjualan Tahun 2006-2007.. Target Penjualan Perusahaan Tahun 2007 .. Perhitungan Harga Rata-rata Produk Perhitungan Biaya Operasional Perhitungan Arus Tunai (cashflow) usaha DBC & Spageti restaurant................ ........................................ Perhitungan Analisis Sensitivitas Akibat Penurunan jumlah Output sebesar 7 persen... ....... Perhitungan Analisis Sensitivitas Akibat Kenaikan harga Input sebesar 7 persen... .........

75 78 81 82 84 88 90 92 94 96 98 99 100 101

10. Perhitungan Analisis Sensitivitas Akibat Penurunan harga Output sebesar 5 persen 11. layout DBC & Spageti Restaurant

12. Gambar Produk-Produk Death By Chocolate & Spageti Restaurant.................................................................... 13. Daftar menu dan harga produk. 14. Denah lokasi Restoran..

I PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang Indonesia sebagai negara kepulauan berada didaerah iklim tropis yang

kaya akan sumber daya alam, baik nabati maupun hewani. Pembangunan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah Indonesia, menunjukan adanya

pertumbuhan ekonomi nasional yang mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga dapat mempengaruhi pola konsumsi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Kebutuhan konsumsi pangan akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan dan pertumbuhan jumlah penduduk, serta pada hakikatnya pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Faktor-faktor yang menyebabkan kebutuhan akan pangan meningkat antara lain seperti meningkatnya jumlah pendapatan, meningkatnya daya beli masyarakat dan kesadaran akan pentingnya nilai gizi suatu pangan yang dikonsumsi. Bogor adalah salah satu tempat pariwisata atau transit bagi para wisatawan asing maupun lokal, kunjungan wisatawan dapat mendukung pertumbuhan usahausaha yang menunjang sektor pariwisata. Usaha yang dapat menunjang sektor pariwisata diantaranya hotel, pusat perbelanjaan, perawatan tubuh, restoran. Di daerah perkotaan, masyarakat banyak yang bekerja di perkantoran sehingga biasanya mereka tidak memiliki waktu yang cukup luang untuk menyiapkan makanan atau sekedar snack untuk sarapan, karena tingkat mobilitas mereka yang tinggi. Selain itu peningkatan pendapatan, pendidikan serta kemudahan dalam memperoleh informasi, menjadikan masyarakat yang hidup di daerah perkotaan menyukai segala sesuatu untuk dikonsumsi yang terbilang baru. Masyarakat yang hidup di daerah perkotaan menganggap restoran bukan hanya sebagai tempat untuk makan saja, tetapi juga sebagai tempat berbincang dengan teman lama, bertemu dengan partner kerja dan tempat beristirahat Hal tersebut yang menyebabkan meningkatnya jumlah restoran di kota Bogor. Perkembangan jumlah restoran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan di Kota Bogor Tahun 2004-2008 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Restoran 64 86 91 93 88 Rumah Makan 124 136 157 176 123

Sumber : Dinas Informasi Pariwisata & Kebudayaan Kota Bogor (2008)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah restoran di kota Bogor setiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2008 jumlah restoran dan rumah makan di kota Bogor mengalami penurunan, karena ada sebagian restoran dan rumah makan yang mengalami gulung tikar. Perkembangan yang terjadi beberapa tahun terakhir mengindikasikan bahwa berwirausaha di bidang makanan merupakan salah satu peluang bisnis yang cukup berpotensial dan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan, terutama di kota Bogor. Restoran pada umumnya sudah dikenal dan menjadi suatu hal yang biasa bagi masyarakat, biasanya menyediakan makanan siap santap dari mulai makanan pembuka hingga makanan penutup. Saat ini restoran yang menjual hanya makanan penutup (dessert) saja, merupakan suatu peluang baru dalam dunia bisnis makanan sehingga menjadi pusat perhatian bagi calon pembeli. Salah satu dessert yang menjadi perhatian konsumen dari mulai anak kecil hingga dewasa ialah produk olahan dari cokelat. Keunikan yang terdapat pada restoran ini dikarenakan menawarkan menu (dessert) saja yang tidak biasa pada restoran-restoran lain, seperti adanya menu dengan berbahan dasar utama cokelat dan spageti yang menarik perhatian para konsumen walaupun ada beberapa menu lainnya seperti nasi goreng dan ketupat santan. Selain itu pangan yang berbahan dasar sebagian besar dari cokelat, memiliki kelebihan tidak cepat rusak awet untuk disimpan lama. Biji coklat mengandung lemak 31 persen, karbohidrat 14 persen dan protein 9 persen, protein cokelat kaya akan asam amino triptofan, fenilalanin, dan tyrosin. Meski coklat

mengandung lemak tinggi namun relatif tidak mudah tengik karena coklat juga mengandung polifenol 6 persen yang berfungsi sebagai antioksi dan pencegah ketengikan2. Death by Chocolate & Spageti Restaurant merupakan jenis restoran yang menawarkan beraneka makanan dengan berbahan dasar cokelat dan spageti. Permasalahan yang dialami pada perusahaan adalah manajemen tidak memenuhi target penjualan yang ingin dicapai oleh perusahaan dan belum melakukan perhitungan keuangan pada nilai penjualan secara terperinci, tetapi perhitungan yang dilakukan perusahaan hingga saat ini hanya secara sederhana seperti perhitungan hasil pendapatan yang dilakukan setiap bulan saja tanpa memperhitungkan kelayakan dari usaha yang sedang dijalankan. Selain itu masalah yang terjadi restoran ini memiliki pesaing lain yang serupa yaitu toko kue dan roti seperti rumah cokelat yang menghasilkan produk subtitusi dari produk-produk yang ditawarkan di Death By Chocolate & Spageti Restaurant dan restoran-restoran yang meyajikan menu spageti. Akan tetapi perbedaannya pada restoran DBC & Spageti ini tidak hanya menawarkan produk dengan berbahan baku cokelat saja tetapi banyak variasi produk lainnya untuk menambah daftar menu, berbeda dengan rumah cokelat yang hanya menyediakan kue-kue cokelat ataupun produk dengan olahan cokelat saja.

1.2.

Perumusan Masalah Restoran yang terletak di Jalan Ceremai No 22 kota Bogor, yaitu Death by

Chocolate & Spageti menawarkan berbagai menu dengan berbahan dasar cokelat dan spageti. Restoran ini bisa dikatakan terbilang baru karena didirikan pada tanggal 18 Agustus 2006. Restoran ini merupakan salah satu unit bisnis usaha yang dimiliki oleh Apple Pie Group (APG) seperti Pia Apple Pie (PAP), Macaroni Panggang (MP) yang diprakarsai oleh Ibu Baby Ahnan, Ibu Tintin Kuraesin dan Ibu Susi Gunadi. Salah satu keunggulan dari DBC & Spageti Restaurant adalah salah satu produk yang bernama Death by Chocolate (DBC), jenis pangan tersebut berupa
2

Http://myyo.wordpress.com. Manfaat Cokelat Untuk Kesehatan. 6 Agustus 2008.

kue yang sebagian besar berbahan dasar cokelat dengan berbentuk kuburan oval. Meskipun produk cokelat tergolong ke dalam makanan yang cukup mahal, namun orang tetap mengkonsumsi produk olahan cokelat karena rasanya yang lezat dan bergizi, sehingga produk olahan cokelat ini masih sangat diminati oleh masyarakat. Pasar sasaran yang diterapkan oleh restoran ini memilih pasar dengan golongan ekonomi menengah-atas. Untuk produk DBC & Spageti Restaurant terdapat tiga menu utama yang diminati yaitu DBC, Frittata dan spageti, ditunjukan dengan harga yang ditetapkan untuk produk DBC Rp 35.000,00; untuk Frittata Rp 24.000,00; sedangkan Spageti Rp 33.000,00; Selain itu DBC memiliki produk lain seperti Flower by Chocolate, Chocolate Stick dan cokelat berbentuk telur khusus untuk Hari Raya Paskah.

Tabel 2. Data Penjualan Produk DBC & Spagheti Restaurant (per bulan) Tahun 2007-2008 No Bulan Penjualan Tahun 2007 Penjualan Tahun 2008 44,000,000 46,020,000 43,020,000 38,050,000 42,020,000 41,000,650 43,032,000 40,020,000 43,016,000 44,050,600 45,036,600 46,106,600 42,947,704

1 Januari 28,000,200 2 Februari 32,000,200 3 Maret 31,050,000 4 April 25,360,000 5 Mei 30,000,000 6 Juni 29,050,000 7 Juli 31,033,000 8 Agustus 28,000,020 9 September 30,066,000 10 Oktober 31,055,000 11 November 32,020,000 12 Desember 33,080,000 Rata-rata Penjualan per bulan 30,059,535 Sumber : DBC & Spageti Restaurant (2007-2008)

Death by Chocolate & Spageti Restaurant adalah usaha yang sudah berjalan sekitar dua tahun, merupakan jenis restoran yang menawarkan beraneka pangan dengan berbahan dasar cokelat dan spageti. Hingga saat ini data pada

Tabel 2 yang terjadi yaitu mengalami keadaan penjualan yang meningkat dua tahun terakhir dari tahun 2007-2008. Tabel 2 menunjukan bahwa penjualan DBC & Spageti Restaurant dengan nilai rata-rata penjualan tahun 2008 Rp 42.947.704,00. Data perkembangan penjualan dapat dilihat adanya penjualan produk yang fluktuatif dari awal Januari 2008 hingga periode akhir Desember 2008 berdasarkan data produksi satu tahun terakhir tercantum pada Lampiran 2. Keadaan yang terlihat dari data penjualan terjadi kenaikan penjualan jika di hari raya seperti di bulan Desember dan Februari. Akan tetapi pada bulan biasa dengan tidak adanya perayaan hari raya atau hari libur panjang penjualan usaha ini cenderung menurun, seperti terlihat pada bulan April 2008 penjualan hanya sebesar Rp 38.050.000,00. Grafik perkembangan penjualan dapat dilihat pada Gambar 1.

50000000 45000000 40000000 35000000 30000000 25000000 20000000 15000000 10000000 5000000 0 Penjualan (Rp)

2008 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Gambar 1. Grafik Perkembangan Penjualan Satu Tahun Terakhir Sumber: DBC & Spageti Restaurant 2008

Gambar 1 mengenai grafik perkembangan mengacu pada data di Tabel 3. Terlihat bagaimana perusahaan ini mengalami grafik yang fluktuatif, terlihat pada bulan Februari penjulan naik dikarenakan para remaja atau anak muda yang

merayakan valentine yang biasanya memberi kepada pasangannya hadiah yaitu cokelat, selain itu terlihat pada bulan Desember perayaan natal sehingga usaha DBC & Spageti restaurant mengalami nilai penjualan yang meningkat. Berbeda jika dibandingkan dengan bulan biasa tanpa adanya hari raya atau perayaan seperti bulan April terlihat penjualan yang menurun, sehingga dapat dikatakan penjualan DBC & Spageti restaurant sangat tergantung kepada hari raya besar atau perayaan. Permasalahan yang terjadi pada DBC & Spageti restaurant walaupun terjadinya peningkatan penjualan dari tahun 2007-2008 yang cukup baik, tetapi manajemen perusahaan belum memenuhi target penjualan optimal yang ingin dicapai oleh perusahaan. Pendapatan pada tahun 2008 dalam setahun hanya mencapai penjualan sebesar Rp 515.376.000,00 seharusnya target yang ingin dicapai oleh perusahaan sebesar Rp 667.200.000,00. Target penjualan perusahaan DBC dapat dilihat pada Lampiran 4. Melihat kondisi yang telah dijelaskan, yaitu usaha yang belum mencapai target penjualan yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan dan faktor lainnya dengan kondisi adanya persaingan dengan jenis restoran yang sama. Penelitian ini diarahkan untuk menganalisis mengevaluasi analisis kelayakan usaha yang belum mencapai target penjualan apakah menguntungkan dan layak untuk diteruskan. Dengan demikian pihak manajemen perusahaan dapat mengambil segala keputusan yang tepat. Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana perhitungan laporan rugi-laba perusahaan ? 2. Bagaimana mengevaluasi usaha dengan melihat Aspek-aspek non finansial seperti Aspek Pasar, Teknis, Manajemen dan Sosial?

3. Bagaimana kelayakan usaha DBC & Spageti Restaurant ?

4. Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan penjualan terhadap kelayakan usaha DBC & Spageti Restaurant dengan menggunakan analisis sensitivitas?

1.3.

Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dilaksanakannya

penelitian ini adalah : 1. Menganalisis Laporan rugi-laba perusahaan. 2. Menganalisis Aspek-aspek non finansial seperti Aspek Pasar, Teknis, Manajemen dan Sosial. 3. Menganalisis kelayakan usaha DBC & Spageti Restaurant dilihat dari aspek finansial. 4. Menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan usaha terhadap perubahanperubahan harga pada biaya dan penjualan yang akan dilakukan.

1.4.

Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi DBC & Spageti Restaurant

sebagai bahan pertimbangan dalam pengusahaan restoran cokelat dan Spageti. Manfaat bagi peneliti yaitu dapat memberikan kesempatan untuk belajar dan menambah pengalaman serta media penerapan ilmu yang didapatkan di bangku kuliah. Bagi pembaca, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi mengenai studi kelayakan usaha restoran dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

1.5.

Ruang Lingkup Penelitian DBC & Spageti Restaurant memproduksi berbagai menu dengan berbahan

dasar cokelat. Penelitian ini terbatas kepada bagaimana usaha DBC & Spageti Restaurant yang sekarang sedang berjalan dua tahun apakah sudah layak untuk diusahakan. Kriteria kelayakan usaha yang digunakan hanya Net Present Value (NPV), Internal Rata Return (IRR), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Payback Period (PBP) atau masa pengembalian Investasi (MPI) dan analisis

sensitivitas.

Kelima

kriteria

tersebut

lebih

umum

dipakai

dan

dapat

dipertanggungjawabkan untuk penggunaan tertentu (Kadariah et.al,1976).

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi restoran Asal kata restoran adalah restaurer dari bahasa perancis yang berarti

tempat untuk menyediakan makanan. Ragam makanan yang lengkap mencakup makanan pembuka, utama dan makanan penutup atau sering disebut dengan makanan pencuci mulut. Jenis usaha restoran merupakan penyedia ragam makanan yang lengkap serta merupakan kegiatan yang berskala besar dan kompleks, biasanya memiliki jenis makanan yang dihidangkan lebih bervariasi sehingga pelanggan dapat dengan leluasa memilih dan menikmati makanan yang dikehendakinya (Moehyi, 1992). Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang terorganisasi secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makanan maupun minuman (Marsum, 2003). Restoran berarti suatu usaha untuk mendapatkan penghasilan, maka disini peran pengelola harus dapat membuat semua para pengunjung senang dan puas sehingga mereka selalu berkeinginan untuk menjadi pelanggan restoran. Tujuan operasi restoran adalah untuk mencari keuntungan dan membuat pus para tamu yang berkunjung (Atmodjo, 2005). Restoran merupakan industri pangan yang bergerak dalam pengolahan dan penyajian makanan siap santap, menempati sebagian atau seluruh bangunan permanen yang dilengkapi peralatan dan perlengkapan proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan bagi umum (Simatupang, 2004). Definisi lain mengenai restoran mencakup kegiatan usaha yang menyediakan makanan dan minuman jadi, pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Kegiatan yang termasuk ke dalam restoran seperti bar, kantin warung, rumah makan, katering dan lain-lain3.

www.bps.go.id. Restoran Indonesia 2004. 11 Agustus 2008

2.1.1 Jenis- jenis Restoran Torsina (2000) membagi sepuluh jenis restoran orisinil3. Terbagi ke dalam beberapa jenis yang disesuaikan dengan target segmen pasar sasaran, tujuan utama, dekorasi tempat, lokasi, serta jenis makanan maupun minuman yang ditawarkan yaitu :

1)

Family Conventional Restoran tradisi untuk keluarga yang lebih mementingkan rasa makanan, suasana dan harga yang bersahabat. Restoran ini menyediakan pelayanan dan dekorasi yang terlihat biasa-biasa saja tidak terlalu ramai.

2)

Fast Food Restoran jenis ini erat kaitannya dengan eat-in (makan di restoran) dan take-out (dibungkus untuk makan di luar restoran). Restoran ini lebih mengutamakan menu siap atau segera tersedia, jenis menu yang ditawarkan relatif terbatas, dekorasi tempat dengan warna-warna utama dan terang, harga yang ditawarkan relatif tidak mahal dan lebih mengutamakan banyak pelanggan.

3)

Kafetaria Restoran jenis ini terdapat di dalam gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, sekolah dan pabrik-pabrik. Menu seperti di rumah yang agak terbatas dan biasa berganti-ganti menurut hari, harga murah sesuai dengan target konsumen di lingkungan berada.

4)

Gourment Restoran yang berkelas dengan suasana yang sangat nyaman dan dekorasi ruangan yang artistik. Ditujukan pada mereka yang menuntut standar penyajian yang tinggi dan bergengsi, disamping menyajikan makanan restoran ini juga menyediakan minuman seperti wines dan liquors, biasanya restoran ini membidik target pasar dengan standar prestice yang tinggi.

www. Google. Com. Torsina 2000. Jenis restoran. 11 Agustus 2008

5)

Etnic Menyajikan masakan dari daerah (suku atau negara) yang spesifik, misalnya masakan Jawa Timur,Padang, Manado, India, Cina dan lain-lain. Dekorasi biasanya disesuaikan etnik yang bersangkutan bahkan termasuk seragam para karyawannya.

6)

Buffet Ciri utamanya adalah berlaku satu harga untuk makan sepuasnya berbagai jenis menu makanan yang disajkan oleh buffet tersebut. Peragaan dan display makanan sangat penting untuk promosi, karena langsung menjual produk makanannya.

7)

Coffee Shop Jenis ini ditandai dengan pelayanan secara cepat pergantian tempat duduk. Pelayanan pesanan makanan yang cepat, lokasi dan tempat utama di gedung perkantoran, pabrik-pabrik dan pusat perbelanjaan. Banyak seating menempati counter service untuk menekan suasana informal

8)

Snack Bar Restoran ini ditunjukan untuk orang-orang yang ingin jajanan dan makanan kecil. Banyak menawarkan pesanan take-out. Dekorasi tempat sederhana serta ukuran kecil hanya untuk beberapa orang.

9)

Drive in drive thru or parking Para pembeli yang memakai mobil dan tidak perlu turun dari mobilnya. Pesanan diantar hingga ke mobil untuk konsumen eat-in dan take away (sementara parkir). Jenis makanan harus bisa dikemas secara praktis. Restoran harus menyediakan tempat parkir mobil atau motor.

10)

Speciality Restaurants Jenis restoran yang terletak jauh dari keramaian, tetapi menyajikan menu yang khas, berkualitas dan menarik perhatian. Harga yang relatif mahal, tempat dan lokasi biasanya jauh dari pusat keramaian dan ditujukan untuk turis, teman atau keluarga dalam suasana yang khas lain daripada yang lain. Disini terdapat keuntungan ekstra bahwa pemilik restoran tidak perlu melakukan investasi berlebihan untuk sewa tempat dilokasi komersial.

2.1.2 Klasifikasi Restoran Death by Chocolate & Spageti Restaurant termasuk ke dalam restoran jenis Speciality Restaurants, karena memiliki ciri-ciri seperti produk yang unik dengan penyajian yang unik juga (menu dengan sensasi cokelat), selain itu dengan pangsa pasar untuk menengah ke atas. Sebagian besar konsumen adalah para remaja dan keluarga yang ingin menyantap menu yang disajikan sekaligus untuk berkumpul dan bersantai, menawarkan harga yang relatif mahal karena produk yang dihasilkan berkualitas, unik dan bergizi. Konsumen yang berkunjung ke restoran ini selain berasal dari Bogor ternyata banyak yang berasal dari luar kota Bogor seperti Jakarta, Bandung, Cianjur, Sukabumi dan lain-lain.

2.2.

Cokelat Tumbuhan cokelat (Theobrama cocoa. L) berasal dari hutan di selatan

Amerika (Mexico). Tumbuhan ini kepemilikan keluarga Sterculiaceae yang biasanya ditanam oleh orang Indian suku Aztec, kata cokelat berasal dari xocoatl (bahasa suku Aztec) yang berarti minuman pahit, kemudian membawanya ke Spanyol antara tahun 1502-1528, dan oleh orang-orang Spanyol minuman pahit tersebut dicampur gula sehingga rasanya lebih enak, cokelat kemudian menyebar ke Perancis, Belanda dan Inggris. Pada tahun 1560 cokelat dikenalkan ke Sulawesi Indonesia oleh orang Spanyol dan tahun 1765 didirikan pabrik cokelat di Massachusetts AS (Khomsan, 2002). Produk Cocoa atau Kakao biasa disebut tanaman cokelat dalam bentuk masih utuh atau berbentuk tepung cokelat atau bentuk mentega (Cocoa butter), termasuk komoditi ekspor yang berkembang cukup pesat di Indonesia terutama di pulau Sulawesi, Sumatra, Jawa dan irian sebagai tanaman perkebunan dan rakyat. Akan tetapi proses diproduksi menjadi sebuah cokelat berasal dari negara Eropa dan Amerika Serikat3. Manfaat cokelat untuk kesehatan tidak hanya menjadi minuman tetapi juga menjadi snack yang disukai oleh semua golongan umur dikarenakan rasanya yang

Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN). Deperindag. 15 Agustus 2008

enak. Katekin adalah antioksidan kuat yang terkandung dalam cokelat, salah satu fungsi antioksidan adalah mencegah penuaan dini yang bisa terjadi karena polusi ataupun radiasi. Menurut peneliti dari Heinrich-Heine University cokelat mengandung epicathecin flavonol yang bermanfaat untuk kesehatan jantung. Penelitian lainnya juga dilakukan pada suku Indian kuno yang tinggal di pulau San Blas, dekat pantai Panama. Penduduk suku tersebut jarang memiliki tekanan darah yang tinggi maupun tanda-tanda lainnya dari penyakit jantung cukup jarang ditemui pada kaum mereka karena mereka mengonsumsi flavonol yang terkandung dalam cokelat, sebanyak 3 sampai dengan 4 gelas setiap hari. Pada sisi lain, orang-orang Kuna di kota Panama hanya mengonsumsi cokelat 4 gelas per minggu, memiliki kandungan nitrogen oksida dua kali lebih besar dari mereka yang tinggal di Pulau San Blas. Nitrogen oksida adalah kandungan kimia yang berperan untuk aliran darah dalam arteri, penelitian itu menunjukkan bahwa epicathecin mempengaruhi sirkulasi dalam kesehatan jantung4. Dalam penelitian yang melibatkan subyek manusia, ditemukan bahwa konsumsi lemak cokelat (Cocoa butter) menghasilkan kolesterol total dan kolesterol LDL yang lebih rendah dibandingkan konsumsi mentega ataupun lemak sapi. Walaupun sama-sama mengandung lemak jenuh tetapi ternyata efek kolesterol yang dihasilkan berbeda. Kandungan stearat yang tinggi pada cokelat menjadi penyebab mengapa lemak cokelat tidak sejahat lemak hewan, sepertiga lemak yang terdapat dalam cokelat adalah asam oleat yaitu asam lemak tak jenuh, asam oleat ini juga dominan ditemukan pada minyak zaitun. Studi epidemiologis pada penduduk Mediterania yang banyak

mengkonsumsi asam oleat dari minyak zaitun menyimpulkan efek positif oleat bagi kesehatan jantung. Coklat juga mengandung theobromine dan kafein, kedua substansi ini telah dikenal memberikan efek baik bagi yang mengkonsumsinya, oleh karena itu ketika kita merasa lelah atau mengantuk, dengan makan cokelat akan membuat tubuh kita kembali merasa segar.

www.go.id. wikipedia.org. Cokelat. 15 Agustus 2008

2.3.

Spageti Spageti adalah mie ala Italia yang berbentuk panjang seperti lidi. Pada

umumnya spageti dimasak selama 9-12 menit didalam air mendidih hingga al dente. Al dente artinya tidak lengket di gigi, tidak terlalu mentah atau terlalu matang. Cara memakannya bervariasi tetapi yang sangat dikenal adalah spaghetti alla bolognese yaitu dengan saus daging cincang lalu di taburi keju parmesan parut. Spageti merupakan salah satu jenis pasta yang dikenal oleh bangsa Italia sejak zaman manusia bercocok tanam kira-kira 10.000 tahun yang lalu. Spageti terbuat dari tepung yang dihasilkan oleh mereka pada saat itu lalu di olah dengan sedikit air dan telur menjadi sebuah adonan yang disebut pasta. Setelah itu, pasta di giling tipis menjadi lembaran-lembaran, yang merupakan induk pasta yang dikenal sebagai Lasagna. Saat ini telah berkembang jenis-jenis pasta lainnya seperti Fusili, Penne, Tagliatelle. Frittata yaitu menu lain dari spageti, merupakan salah satu menu yang di sajikan atau di tawarkan di Death By Chocolate & Spageti Restaurant. Berbahan dasar spageti di campur dengan daging, sayuran, keju dan susu yang kemudian di bakar. Menu frittata ini lebih di kenal dengan sebutan spageti bakar. Itu yang membedakan antara frittata dengan spageti pada umumnya.

2.4.

Penelitian Terdahulu Purihito (2005) Analisis Pengembangan Usahatani Sayuran di Sentul Farm

bertujuan untuk menganalisis usahatani sayuran dengan menghitung besarnya nilai NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Berdasarkan kriteria analisia kelayakan finansial dengan menggunakan tingkat diskonto sebesar 16 persen diperoleh bahwa pengusahaan sayuran (kyuri, horenso, caisim, pakcoy, dan selada keriting hijau) di Sentul Farm layak untuk diusahakan. Nilai NPV yang dihasilkan adalah positif sebesar Rp 24.977.446,89. nilai IRR sebesar 49 persen. Nilai Net B/C Ratio yang dihasilkan sebesar 1.76 berdasarkan payback period pengusahaan sayuran akan mencapai titik pengembalian investasi pada saat proyek telah berumur dua tahun satu bulan.

Analisis sensitivitas dilakukan dengan menguji perubahan pada penurunan produksi sayuran sebesar 20 persen. Kenaikan harga input produksi mencapai 7.7 persen dan penurunan harga jual output sebesar 30 persen. Dari hasil analisis sensitivitas maka proyek layak untuk dilaksanakan hanya pada saat terjadi kenaikan harga input produksi 7.7 persen sedangkan pada dua kondisi yang lainnya proyek tidak layak dilakukan. Hendratno (2006) dalam penelitiannya mengenai Kelayakan Finansial Pengembangan usahatani Salak lokal menjadi salak pondoh, menyimpulkan bahwa investasi pengusahaan pengembangan usahatani salak pondoh menunjukan bahwa salak pondoh tidaklah layak untuk dikembangkan di Waringinkurung. Hal ini ditunjukan dengan nilai NPV, IRR, dan Net B/C secara berturut-turut adalah Rp 43.818.375,00. 15.72 persen dan 1.7566. Melihat dari hasil analisis tersebut pengembangan usahatani salak pondoh di Waringinkurung dapat menutupi biaya investasi tetapi selama kurun waktu sepuluh tahun, sehingga dirasa tidak layak dilaksanakan. Dari hasil penggembangan yang telah dilakukan dilihat nilai kelayakan finansial menunjukan bahwa proyek ini tidak memberikan keuntungan seperti salak yang telah ada, sehingga ada baiknya salak lokal lebih dioptimalkan kembali dalam pengusahaanya. Proyek ini dapat dilanjutkan bila prasarana pendukung telah tersedia terutama pasar dan harga input yang bersaing. Tresnawati (2005) dalam penelitiannya tentang Analisis Kelayakan Usaha Industri Kerajinan Sepatu Sandal pada CV Semart Bogor, bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha industri kerajinan sepatu sandal CV Semart dari aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial. Selain itu dilihat dari kriteria NPV, IRR, Net B/C, payback period dan analisis sensitivitas jika terjadi perubahan biaya bahan baku. Berdasarkan uji kelayakan, kegiatan pembuatan sepatu sandal pada perusahaan pengrajin sepatu sandal CV Semart masih layak untuk dilaksanakan pada tingkat diskonto 10 persen dengan nilai NPV sebesar Rp 478.099.157,9. IRR sebesar 62.68 persen nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 3.25 sedangkan periode pengembalian usaha pembuatan sepatu sandal CV Semart adalah satu tahun sembilan bulan. Berdasarkan hasil analisis switching value menunjukan

bahwa pada umumnya usaha pembuatan sepatu sandal CV Semart layak dilaksanakan apabila terjadi peningkatan harga bahan baku sebesar 16 persen. Abriyanti (2007) mengenai Analisis Kelayakan Pengusahaan Sayuran Organik dengan Membuka Lahan Baru untuk Menambah Greenhouse (kasus di Matahari Farm, Kecamatan Cisarua. Kabupaten Bogor). Bertujuan menganalisis rencana biaya investasi yang besar sehingga matahari farm mengahadapi pilihan dalam penggunaan modal sendiri atau dari luar (Bank dan perorangan) dengan menghitung besarnya nilai NPV, IRR, Net B/C dan payback period. Penelitian yang dilakukan menggunakan tiga skenario modal untuk investasi. Skenario pertama yaitu dengan modal yang digunakan sendiri, kedua modal yang berasal dari pinjaman bank dan skenario ketiga kombinasi antara skenario pertama dan kedua dengan asumsi perbandingan 50 persen untuk modal sendiri dan 50 persen untuk modal pinjaman. Berdasarkan kriteria analisis kelayakan finansial dengan menggunakan tingkat diskonto 9,75 persen pada skenario pertama dengan modal sendiri, maka pengusahaan sayuran organik (caisim, pakcoy, kalian dan kangkung) kasus di matahari farm, kecamatan cisarua. Kab Bogor layak untuk diusahakan. Melihat nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp 430.587.215,00. nilai Gross benefit costratio (Net B/C) diperoleh sebesar 1.89 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 797 persen. Nilai payback period (PBP) lebih kecil dari umur proyek yaitu tiga tahun enam bulan. Analisis kelayakan finansial dengan menggunakan tingkat diskonto (suku bunga) 14 persen pada skenario kedua berasal dari pinjaman bank, layak untuk diusahakan melihat nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp 77.739.717,00. nilai Gross benefit cost-ratio (Net B/C) diperoleh sebesar 1.23 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 36 persen. Nilai payback period (PBP) lebih kecil dari umur proyek yaitu sembilan tahun lima bulan. Analisis kelayakan finansial dengan menggunakan tingkat diskonto (suku bunga) 12 persen pada skenario ketiga berasal dari dengan asumsi perbandingan 50 persen untuk modal sendiri dan 50 persen untuk modal pinjaman layak untuk diusahakan, melihat nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp 241.985.717,00 nilai Gross benefit cost-ratio (Net B/C) diperoleh sebesar 1.51 dan nilai IRR yang

diperoleh sebesar 135 persen. Nilai payback period (PBP) lebih kecil dari umur proyek yaitu lima tahun dua bulan. Maka dapat disimpulkan dengan melihat ketiga skenario yang dianalisis maka usaha ini layak untuk dijalankan. Widianthi (2007) mengenai Analisis Kelayakan Finansial penambahan Mesin Vacuum Frying Usaha Pengolahan Kacang pada PD. Barokah Cikijing. Majalengka, Jawa barat. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui kelayakan finansial kelayakan usaha dan aspek finansial kelayakan investasi jika terjadi penambahan mesin vacuum frying dilihat dari aspek teknis, pasar dan finansial. Secara finansial kelayakan usaha mulai tahun ke nol dan belum memiliki asset sama sekali dinyatakan layak, hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial usaha pada tingkat diskonto (suku bunga) 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.405.678.570,00. Gross benefit cost-ratio (Net B/C) diperoleh sebesar 1.98 nilai IRR yang diperoleh sebesar 32.22 persen dan nilai payback period (PBP) yaitu tiga tahun sepuluh bulan. Aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying menunjukan bahwa usaha lebih layak lagi jika dibandingkan analisa kelayakan usaha yang dimulai dari nol dan belum memiliki asset sama sekali, hal ini dapat dilihat dengan nilai NPV yaitu sebesar Rp 553.843.037,00. Gross benefit costratio (Net B/C) diperoleh sebesar 2.76 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 47.70 persen. Nilai payback period (PBP) yaitu dua tahun enam bulan.

2.5.

Perbedaan dan Persamaan Penelitian Sebelumnya Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, persamaan penelitian yang

dilakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada kriteria analisis kelayakan usaha yaitu menggunakan alat analisis data yang serupa seperti metode NPV, IRR, Gross B/C, Payback Period atau Masa Pengembalian Investasi dan analisis sensitivitas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengambil topik yang berbeda mengenai analisis kelayakan usaha Death by Chocolate & Spageti Restaurant kota Bogor, Jawa Barat. Selain itu, perusahaan yang diteliti merupakan restoran produk olahan cokelat. Data diolah dengan Software

Microsoft Excel dan interprestasi data secara deskriptif untuk melihat apakah usaha ini nantinya akan layak untuk terus dijalankan atau tidak.

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1.

Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Analisis Biaya Manfaat Kebutuhan biaya, adalah besarnya biaya yang akan dikeluarkan suatu perusahaan untuk menjalankan suatu bisnis, seperti biaya yang diperkirakan pada awal pelaksanaan suatu usaha. Tujuan analisis dalam suatu proyek harus disertai dengan definisi mengenai biaya dan manfaat. Secara sederhana biaya adalah sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya yang umumnya dimasukan dalam analisis proyek adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, antara lain seperti biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang pada umumya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar, berupa pengeluaran untuk pembangunan, kendaraan operasional, pembelian mesin, peralatan dan biaya untuk menggantikannya yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode tahun yang akan datang. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan perusahaan secara rutin dalam setiap tahun selama umur proyek (Gittinger , 1986).

1)

Biaya (Cost) Biaya proyek adalah apa saja yang mengurai persediaan barang-barang

atau jasa-jasa konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung sehubungan dengan proyek, biaya yang dimasukan dalam perhitungan umumnya biaya-biaya yang dapat dikuantifikasi. Biaya proyek terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar sedangkan biaya operasional adalah biaya yang rutin dikeluarakan setiap tahun pada umur proyek. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tidak berubah atau tetap pada volume kegiatan tertentu, meliputi sewa, penyusutan, pajak dan sebagainya. Sedangkan

biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan cenderung berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi, meliputi biaya-biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan sebagainya.

2)

Manfaat atau penerimaan (Benefit) Secara ekonomis, manfaat atau benefit diartikan sebagai hasil kali total

kualitas output dari suatu proses produksi dengan harga yang dibentuk di pasar yang dinyatakan dalam satuan mata uang tertentu (Sukirno, 2003). Manfaat proyek dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu : Direct benefits, Indirect benefits, dan Intangible benefits. Direct benefits berupa kenaikan dalam output fisik atau kenaikan nilai output yang disebabkan diantaranya oleh adanya perbaikan kualitas, perubahan lokasi, perubahan dalam waktu penjualan, penurunan kerugian dan penurunan biaya. Indirect benefits adalah benefit yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi suatu proyek. Sedangkan Intangible benefits yaitu benefit yang sulit dinilai dengan uang, diantaranya adalah seperti perbaikan hidup, perbaikan pemandangan karena adanya suatu taman, perbaikan distribusi pendapatan,integrasi nasional dan pertahanan nasional.

3.1.2. Studi Kelayakan Proyek Menurut Gittinger (1986), proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahaptahap identifikasi, persiapan dan analisis penelitian, pelaksanaan dan evaluasi. Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek. Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono). Menurut Nitisumito dalam Permatasuri (2004), evaluasi proyek identik dengan studi kelayakan (feasible study), karena di antara keduanya terdapat faktor kesamaan pokok yaitu bertujuan untuk menilai kelayakan suatu

gagasan usaha atau proyek. Evaluasi tersebut kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan apakah suatu gagasan usaha atau proyek dapat diteruskan (diterima) atau dihentikan (ditolak). Namun demikian, selain memiliki faktor kesamaan di antara keduanya, terdapat faktor-faktor ketidaksamaan dilihat dari beberapa segi, antara lain: 1. Studi kelayakan dilaksanakan pada waktu suatu gagasan usaha belum dilaksanakan, sedangkan evaluasi proyek dapat dilaksanakan sebelum, pada waktu atau setelah selesainya suatu proyek. 2. Umumnya ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek lebih luas dari ruang lingkup pembahasan studi kelayakan. Studi kelayakan lebih menitikberatkan pada kelayakan suatu gagasan usaha dilihat dari segi kacamata pengusaha sebagai individu, sedangkan evaluasi proyek melihat kelayakan suatu proyek tidak hanya dilihat dari kacamata individu-individu yang terkena akibat langsung dari suatu proyek, tetapi juga dilihat dari kacamata masyarakat lebih luas yang mungkin mendapat akibat tidak langsung proyek. 3. Sejalan dengan ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek yang lebih luas, maka metode evaluasi yang digunakan umumnya lebih rumit dari metode evaluasi dalam studi kelyakan. Evaluasi dalam studi kelaykan menekankan aspek finansial, sedangkan pada evaluasi proyek menekankan aspek ekonomi, meskipun aspek finansial juga diperhatikan.

3.1.3. Aspek-aspek Analisis Kelayakan Usaha Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Menurut Gittinger (1986), aspek-aspek analisis kelayakan terdiri dari aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Sedangkan menurut Husnan dan Suwarno (2000), aspek-aspek studi kelayakan terdiri dari aspek-aspek pasar, teknis, keuangan, hukum, dan ekonomi negara. Namun tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut, maka tekadang juga ditambah studi tentang dampak sosial.

3.1.3.1 Analisis Aspek Pasar Analisis pasar untuk hasil usaha sangat penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada suatu harga yang menguntungkan. Analisis aspek pasar dilakukan dengan mengamati kecenderungan permintaan suatu usaha untuk melihat potensi pasar yang masih terbuka luas. Analisis pemasaran dari suatu usaha adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh usaha dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan usaha (Gittinger, 1986). Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran produk dan nilai. Kegunaan kegiatan pemasaran adalah selalu mengusahakan tersedianya komoditas dalam bentuk yang diinginkan,

menyuguhkan tepat pada lokasi dan saat yang dibutuhkan (Kottler, 1997).

3.1.3.2 Analisis Aspek Teknis Gittinger (1986), analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Analisis ini sangat penting, oleh karena itu kerangka kerja suatu usaha harus dibuat dengan jelas agar analisis secara teknis dapat dilaksanakan secara teliti. Menurut Husnan dan Suwarsono (1994), hal-hal yang harus diperhatikan dalam aspek teknis antara lain (1) lokasi proyek, (2) besar skala operasi/ luas produksi, (3) kriteria pemilihan mesin dan peralatan utama, (4) proses produksi dan lay-out tempat yang dipilih, (5) jenis teknologi, termasuk didalamnya pertimbangan variabel sosial. Aspek teknis disini teknis yang akan di analisis disini adalah kesesuaian tempat usaha ini dilaksanakan.

3.1.3.3 Analisis Aspek Manajemen Menurut Gitinger (1986), analisis aspek institusional-organisasi-manajerial ini berkaitan dengan hal-hal yang berkenaan dengan pertimbangan mengenai sesuai tidaknya proyek dengan pola sosial, budaya, lembaga yang akan dilayani proyek di masyarakat setempat, susunan organisasi proyek agar sesuai dengan prosedur organisasi setempat, kesanggupan atau keahlian staf yang ada untuk

mengelola proyek. Aspek manajemen yang perlu diperhatikan adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk

menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Muhammad, 2000). Menurut Kadariah et.al, (1999), menyatakan bahwa keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, ada banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan.

3.1.3.4 Analisis Aspek Sosial Analisis aspek ini perlu dilakukan, karena sebuah proyek harus mempertimbangkan pola dan kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek. Beberapa pertanyaan yang biasa dijadikan masalah adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja atau bagaimana kualitas hidup masyarakat. Pertimbangan analisis ini, dalam analisis proyek penting untuk kelangsungan proyek, sebab tidak ada proyek yang akan bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan (Gittinger, 1986). Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan mengenai penciptaan lapangan kerja, kualitas masyarakat, kontribusi proyek dan dampak lingkungan yang merugikan dari keberadaan proyek.

3.1.3.5 Analisis Aspek Finansial Studi kelayakan adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi. Maksud layak atau tidak layak disini adalah perkiraan bahwa proyek akan dapat atau tidak dapat menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan (Umar, 1997). Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau suatu aktivitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan mendapatkan hasil (return) dimasa yang akan datang dan dapat direncanakan, dibiayai dan dapat dilaksananakan sebagai satu unit (Kadariah at al., 1976).

Proyek investasi merupakan gabungan suatu aktivitas yang memerlukan penggunaan sumberdana dan modal yang cukup besar dan mempunyai jangka waktu umur ekonomis yang panjang. Oleh karena itu, studi kelayakan proyek bertujuan agar modal yang sudah ditanamkan dapat dimanfaatkan dan menghindari penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan proyek memerlukan biaya, tetapi biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah yang besar. Menurut Gittinger (1986), rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek. Siklus proyek terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis, penilaian, pelaksanaan dan evaluasi. Evaluasi adalah alat yang paling penting dalam suatu proyek yang sedang berjalan dan dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. Evaluasi dapat menilai apakah suatu proyek dapat dijalankan atau tidak. Metode arus tunai terpotong atau discount cash flow, merupakan suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh di masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang (Gittinger, 1986). Ada beberapa kriteria yang dibutuhkan dalam penilaian kelayakan suatu proyek, yaitu :

1. NPV (Net Present Value) NPV atau Net Present Value manfaat bersih atau nilai bersih sekarang yang menunjukan keuntungan yang diperoleh selama umur investasi dan merupakan jmlah nilai penerimaan arus tunai dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu, atau nilai sekarang yang diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total dari suatu proyek atau usaha pada jangka waktu tertentu (Gray et al., 1978). Suatu proyek atau usaha dinilai layak untuk diusahakan dan dapat menghasilkan keuntungan jika NPV > 0. Jika nilai NPV < 0 berarti suatu proyek atau usaha dapat menimbulkan kerugian, dan dinilai tidak layak untuk dilaksanakan. NPV = 0 berarti suatu proyek tidak menghasilkan keuntungan serta tidak menimbulkan kerugian bagi suatu proyek atau usaha, apabila suatu

perusahaan memperoleh NPV = 0 maka proyek tersebut dapat dilaksanakan yang berarti dapat mengurangi efisiensi serta efektifitas perusahaan karena tidak adanya keuntungan yang diperoleh, apabila perusahaan tidak menjalankan proyek ini maka perusahaan tidak akan memperoleh kerugian.

2. IRR (Internal Rate of Return) IRR atau Internal Rate of Return adalah tingkat pengembalian internal dari investasi selama umur proyek yang bertujuan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahun dan menunjukan kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Dengan kata lain IRR adalah tingkat ratarata keuangan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen (Gittinger, 1986). IRR adalah nilai Discount rate (suku bunga) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Suatu proyek dinyatakan layak apabila nilai IRR-nya lebih besar dari tingkat discount rate yang ditentukan, sebalikya jika IRR lebih kecil dari tingkat discount rate maka proyek yang dijalankan tidak layak untuk diusahakan.

3. Net B/C (Net benefit Cost-Ratio) Net B/C atau Net benefit Cost-Ratio adalah setiap satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek dan mampu menghasilkan satuan manfaat bersih maka Net B/C merupakan hasil bagi dari penjualan nilai sekarang, terdiri dari manfaat bersih yang bernilai positif dan negatif (Gray et al., 1978). Perhitungan ini digunakan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang akan diperoleh dari biaya yang telah dikeluarkan. Net B/C > 1 berarti suatu proyek dapat menghasilkan manfaat bersih yang nilainya lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan, dan dinilai layak untuk dilaksanakan. Jika Net B/C < 1 berarti suatu proyek dinilai tidak layak untuk dilaksanakan karena biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. Jika Net B/C = 0 maka usaha tersebut dapat dilaksanakan maupun tidak dilaksanakan karena besarnya manfaat yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan.

4. PBP (Payback Period) PBP Payback Period atau Masa Pengembalian Investasi (MPI) merupakan jangka waktu yang diperoleh untuk membayar kembali seluruh investasi yang dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Dalam hal ini biasanya yang digunakan pedoman untuk menentukan suatu proyek yang akan dipilih adalah suatu proyek yang dapat dengan cepat mengembalikan biaya investasi tersebut. Makin cepat pengembaliannya makin baik dan kemungkinan besar akan dipilih (Gittinger, 1986). Pada awal pelaksanaan proyek, umumnya pendapatan yang diterima oleh pelaksana proyek masih menunjukan nilai yang negatif, karena pada awal pelaksanaan suatu proyek biasanya dilakukan investasi yang memerlukan biaya yang cukup besar. Maka perlu dilakukan suatu analisis untuk melihat jangka waktu dalam pelaksanaan proyek yang dapat menutupi nilai negatif pada awal proyek dijalankan.

5. Analisis Sensitivitas Analisis Sensitivitas merupakan suatu analisis kembali untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Tujuan dari Analisis Sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat, didasarkan kepada proyeksi-proyeksi yang mengandung unsur ketidakpastian tentang apa yang terjadi di waktu yang akan datang. Umumya suatu proyek akan sangat sensitif terhadap perubahan seperti : 1. Harga (harga jual output) yang berpengaruh terhadap manfaat, manfaat sekarang netto, tingkat penjualan secara finansial maupun ekonomi. 2. Keterlambatan Pelaksanaan, karena tidak dapat mengikuti petunjuk atau metode-metode baru secepat yang diharapkan, adanya keterlambatan dalam pemesanan dan penerimaan peralatan baru. Hal ini akan mempengaruhi biaya maupun manfaat yang akhirnya akan mempengaruhi manfaat netto. 3. Kenaikan Biaya-biaya, proyek cenderung sangat sensitif terhadap kenaikan biaya (kontruksi) karena biaya-biaya seringkali diperkirakan sebelum proyek dilaksanakan. Hal ini akan mempengaruhi biaya dan manfaat netto.

4. Hasil (produksi yang dihasilkan) yang akan mempengaruhi manfaat dan manfaat netto. Variabel harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap untuk setiap tahunnya. Walaupun dalam keadaan nyata kedua variabel tersebut dapat berubah sejalan dengan pertambahan waktu. Analisis sensitivitas

dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layakdilaksanakan.

3.2

Kerangka Pemikiran Operasional Usaha dibidang restoran sangat berpotensial dan menunjukan peluang

pasar yang cukup besar, Minat masyarakat untuk makan di restoran semakin meningkat, hal ini dimanfaatkan oleh restoran-restoran untuk terus

mengembangkan usahanya dan memasarkan produknya. Suatu usaha yang berhasil tidak akan terlepas dari peran pemasaran, untuk dapat terus bertahan dalam lingkungan industrinya dan mampu mengungguli pesaingnya. Akibat dari penjualan DBC yang mengalami permasalahan perusahaan yang belum memenuhi target penjualan yang maksimal semenjak usaha ini berdiri. Penelitian ini diarahkan kepada bagaimana kelayakan usaha finansial yang dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant yang sudah berjalan dua tahun dengan keadaan yang sekarang apakah layak untuk diteruskan. Penilaian usaha ini berarti memulai usaha dari tahun ke nol dan belum memiliki asset sama sekali. Perubahan-perubahan yang terjadi terhadap produksi dan harga input perlu diperhatikan terhadap manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh, seperti penurunan penjualan, penurunan produksi dan peningkatan biaya input. Selain itu diperlukan suatu analisis kelayakan pengusahaan yang dilakukan dilihat dari beberapa aspek dalam studi kelayakan proyek seperti aspek pasar, teknis, manajemen, aspek sosial dan finansial. Hasil dari studi kelayakan akan menjadi pedoman bagi DBC & Spageti Restaurant untuk melakukan pengusahaan pengembangan selanjutnya. Apabila hasil analisis kelayakan investasi menunjukan bahwa pengusahaan ini layak dilakukan maka akan dilanjutkan. Sedangkan apabila dari hasil analisis kelayakan

finansial tidak layak maka tidak akan dilakukan dan akan menjadi bahan evaluasi bagi DBC & Spageti Restaurant. Selain itu dilakukan pula tingkat kepekaan (sensitivitas) untuk melihat sejauh mana usaha-usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan dengan adanya perubahan pada harga input dan output. Berdasarkan uraian diatas maka gambaran dari kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

Usaha DBC & Spageti Restaurant

Bagaimana Rugi-laba perusahaan Belum memenuhi target penjualan perusahaan Adanya persaingan dengan usaha sejenis Apakah usaha DBC & Spageti Restaurant layak untuk dilanjutkan

Analisis Kelayakan Usaha

Analisis Rugi- Laba

Aspek pasar Aspek teknis Aspek manajemen Aspek sosial

Aspek Finansial NPV Net B/C IRR Payback Period Analisis Sensitivitas

Layak

Tidak Layak

Rekomendasi

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

IV METODE PENELITIAN

4.1.

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada cabang Death by Chocolate & Spageti

Restaurant yang beralamatkan di Jalan Ceremai No 22 Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja purposive, dengan mempertimbangkan bahwa restoran sudah berjalan dua tahun. Kegiatan pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan dimulai dari bulan 24 November 2008 hingga 25 Februari 2009.

4.2.

Data dan Instrumentasi Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan melakukan studi kasus pada Death by Chocolate & Spageti Restaurant. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan menggunakan observasi dan wawancara langsung di lapangan, seperti harga bahan baku, peralatan, data penerimaan, biaya operasional perusahaan dan lain-lain. Proses wawancara dilakukan dengan supervisor, wakil supervisor, bagian administrasi dan beberapa pihak yang terkait dengan usaha restoran. Data sekunder merupakan data pendukung bagi data primer, diperoleh melalui berbagai studi literatur yang ada di perusahaan, BPS, Dinas Pariwisata, perpustakaan LSI IPB, buku-buku kelayakan usaha dan literature-literatur lainnya yang mendukung. Adapun jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan Sumber Data Penelitian No 1 Jenis Data Primer Sumber Data Supervisor, wakil supervisor, bagian administrasi, sejumlah karyawan Teknik Wawancara dan observasi mengenai gambaran umum restoran dan pengamatan langsung mengenai seluruh kegiatan yang dilaksanakan di perusahaan Pengambilan data mengenai penjualan restoran satu tahun kebelakang oleh supervisor restoran dan biaya operasional lainnya seperti harga bahan baku, peralatan, TK perusahaan dll. Merekapitulasi data yang tersedia di perusahaan untuk mengolah rencana pengembangan proyek yang diusahakan Pengambilan data mengenai pertumbuhan restoran di kota Bogor 2004-2008 Membaca artikel terkait

Sekunder

Laporan (data) perusahaan seperti data penjualan, jumlah produksi dan data keuangan lainnya Dinas informasi pariwisata dan Kebudayaan kota Bogor Internet

4.3.

Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif meliputi transfer

data, editing data, pengolahan data dan interprestasi data secara deskriptif. Analisis kualitatif dilakukan untuk menganalisis keadaan DBC & Spageti Restaurant di lokasi penelitian. Analisis kuantitatif digunakan untuk menguji kelayakan suatu usaha yang sedang berjalan, yaitu dengan mengolah data yang diperoleh dan

menyederhanakan dalam bentuk tabulasi kemudian diolah secara komputerisasi dengan menggunakan Software Microsoft Excel dan interprestasi data secara deskriptif.

4.3.1. Analisis Rugi-Laba Rugi-laba perusahaan dihitung berdasarkan jumlah penerimaan dikurangi dengan jumlah pengeluaran (biaya-biaya) dan pajak. Besarnya laba pada perusahaan DBC & Spageti restaurant adalah membandingkan data laporan penjualan pada tahun 2007- 2008, dan mengevaluasi apakah terjadinya peningkatan atau penurunan pada penjualan perusahaan.

4.3.2. Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan yang dilakukan diarahkan kepada DBC & Spageti Restaurant yang sudah berjalan, dimana investasi dimulai pada tahun ke nol selama setahun sedangkan dimulainya produksi pada tahun pertama. Analisis kelayakan usaha ini bertujuan untuk mengevaluasi, yang kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan apakah suatu gagasan usaha atau proyek dapat diteruskan (diterima) atau dihentikan (ditolak). Biaya Death by Chocolate & Spageti Restaurant, terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan, upah tenaga kerja, pajak tanah dan sebagainya, sedangkan biaya variabel meliputi biaya bahan baku, Tenaga kerja langsung dan lain-lain. Komponen manfaat dan biaya dilakukan melalui penyusunan aliran tunai (cash flow), dengan terlebih dahulu mengelompokan komponen yang termasuk ke dalam manfaat dan biaya. Penyusunan ini dilakukan untuk mengetahui nilai manfaat bersih dan nilai manfaat bersih tambahan. Alat analisis data yang digunakan berdasarkan studi kelayakan proyek yaitu (1) Analisis Aspek Pasar, (2) Analisis Aspek Teknis, (3) Analisis Aspek Manajemen, (4) Analisis Aspek Sosial dan (5) Analisis Aspek Finansial seperti NPV, IRR, Net B/C, Payback period dan Analisis Sensitivitas. Analisis aspekaspek tersebut adalah sebagai berikut :

4.3.2.1 Analisis Aspek Pasar Ide melakukan aspek pasar dilakukan dengan pertimbangan sangat jarang usaha yang memerlukan bahan baku cokelat sebagai bahan utama. Memproyeksi tentang permintaan dan penawaran akan suatu produk, terkait jumlah yang ditawarkan pesaing, bagaimana perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ketersediaan bahan baku pembuatan cokelat dan spageti, distribusi dari mulai bahan baku hingga proses bahan jadi, kapasitas produksi, kontinuitas serta tingkat harga. Harga di DBC & Spageti Restaurant dibandingkan dari pesaingnya dan cara penentuan harga dilakukan. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan seperti cara cara distribusi dan pembayaran serta perkiraan penjualan yang bisa dicapai oleh perusahaan.

4.3.2.2 Analisis Aspek Teknis Aspek teknis dianalisis secara deskriptif melihat kebutuhan bahan baku dan peralatan pada DBC & Spageti Restaurant, apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi suatu produk akan dibuat, terkait kapasitas produksi produk, jenis teknologi yang dipakai dalam pembuatan suatu produk, temperatur proses pematangan cokelat, pemakaian peratan dan mesin, lokasi proyek, input proyek (penyediaan) dan output (produksi). Dalam analisis aspek teknis dapat mengetahui bagaimana suatu produk dihasilkan, dan yang paling terpenting adalah komposisi bahan baku yang tepat untuk menghasilkan produk yang memuaskan bagi konsumen.

4.3.2.3 Analisis Aspek Manajemen Merencanakan pengelolaan proyek DBC & Spageti Restaurant yang sudah berjalan dua tahun dalam operasi nanti sesuai dengan struktur organisasi yang ada apakah memiliki wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing.. Analisis ini digunakan secara kualitatif untuk melihat apakah fungsi manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan operasional suatu usaha. Analisis ini dapat dilihat berdasarkan sesuai tidaknya proyek dengan pola sosial budaya masyarakat setempat dan kesanggupan atau keahlian staf yang ada untuk mengelola proyek.

4.3.2.4 Analisis Aspek Sosial Analisis sosial dapat dilakukan dengan menganalisis perkiraan dampak yang ditimbulkan terhadap berjalannya kegiatan usaha DBC & Spageti Restaurant terhadap kondisi sosial masyarakat, lingkungan maupun terhadap manfaatmanfaat dari adanya suatu kegiatan usaha yang sudah berjalan.

4.3.2.5 Analisis Aspek Finansial Dalam perhitungan manfaat dan biaya, pendekatan yang dilakukan pada dasarnya tergantung pada pihak yang berkepetingan langsung dalam usaha. Dilihat dari sudut badan atau orang yang menanamkan modalnya dalam usaha, suatu perhitungan dapat dikatakan privat atau finansial bila yang berkepentingan langsung dalam manfaat atau biaya adalah individu pengusaha. Studi kelayakan finansial yang dilakukan adalah untuk menganalisis usaha DBC & Spageti Restaurant. Analisis kelayakan usaha dalam penelitian ini berarti memulai usaha dari tahun ke nol dan belum memiliki asset sama sekali. Untuk aspek finansial kelayakan usaha, modal usaha seluruhnya berasal dari modal sendiri. Harga produk, investasi bangunan, peralatan yang digunakan, harga input dan output yang digunakan dalam penelitian adalah harga konstan yang berlaku pada tahun 2007 dan 2008. Nilai penjualan dari tahun pertama hingga tahun ke sepuluh diasumsikan konstan, ini dilakukan agar memudahkan dalam perhitungan analisis sensitivitas. Umur proyek yang ditetapkan sepuluh tahun, penetapan umur proyek didasarkan pada umur ekonomis peralatan yang digunakan. Tingkat diskonto sebesar 7 persen, ini berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Umum tahun 2009. Tahun ke nol usaha berjalan merupakan tahun investasi dan persiapan yang dilakukan selama setahun. Pada tahun pertama perusahaan sudah dapat menjual produknya. Data keseluruhan dilakukan secara kuantitatif dan alat analisis yang digunakan untuk menguji kelayakan yaitu NPV, IRR, Net B/C, Payback period dan Analisis Sensitivitas.

1. Net Present Value (NPV) NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara (benefit) manfaat dengan cost (biaya) pada tingkat diskonto (bunga) tertentu. Dinyatakan dalam rumus :
n

NPV =
t =0

Bt Ct (1 + i ) t

Keterangan : NPV Bt Ct i n t

= Nilai bersih sekarang (Rupiah) = Manfaat pada tahun ke-t (Rupiah) = Biaya pada tahun ke-t (Rupiah) = tingkat diskonto (%) = umur proyek (tahun) = Tahun

Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria investasi, yaitu : 1. NPV 0, secara finansial proyek layak untuk diusahakan dan dapat menghasilkan keuntungan. 2. NPV 0, secara finansial proyek sulit untuk dilaksanakan dan tidak akan menghasilkan keuntungan maupun mendatangkan kerugian. 3. NPV < 0, secara finansial lebih baik proyek tidak dilaksanakan karena akan menimbulkan kerugian.

Internal Rate Return (IRR) IRR merupakan tingkat pengembalian yang dapat dibayar proyek atas

sumber-sumber yang digunakan untuk menutupi pengeluaran investasi dan operasional selama umur proyek. Secara matematis nilai tersebut dirumuskan sebagi berikut :
IRR = i1 + NPV1 (i 2 i1 ) NPV1 NPV 2

Keterangan : IRR NPV1 NPV2 i1 i2

= Tingkat internal hasil (%) = Nilai bersih sekarang bernilai positif (Rupiah) = Nilai bersih sekarang bernilai negatif (Rupiah) = Tingkat diskonto menghasilkan NPV positif (%) = Tingkat diskonto menghasilkan NPV negatif (%)

Jika hasil analisis IRR lebih besar dari bunga bank (tingkat diskonto) yang berlaku, maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan, sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bank maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)


Net B/C Ratio merupakan angka perbandingan antara jumlah present value

arus benefit (bruto) dengan jumlah present value arus cost (bruto). Net B/C ini menunjukan gambaran berapa kali lipat manfaat atau benefit yang akan diperoleh dari sejumlah biaya atau cost yang dikeluarkan. Secara matematis dapat dirumuskan.
n t =0 n t =0

Gross B / C =

(1 + i) (1 + i)
Ct

Bt

Keterangan : Bt Ct I N T

= Manfaat pada tahun ke-t (Rupiah) = Biaya pada tahun ke-t (Rupiah) = Tingkat diskonto (%) = Umur proyek (Tahun) = Tahun

Penilaian kelayakan finansial Net B/C terdapat tiga kriteria evaluasi, yaitu : 1. Gross B/C 1, secara finansial proyek layak untuk dilaksanakan dan dapat menghasilkan keuntungan. 2. Gross B/C 1, secara finansial proyek sulit untuk dilaksanakan dan tidak akan menghasilkan keuntungan maupun mendatangkan kerugian. 3. Gross B/C < 1, secara finansial lebih baik proyek tidak dilaksanakan kerena akan menimbulkan kerugian.

Payback Period (PBP)


Payback Period (PBP) diartikan sebagai jangka waktu pengembalian biaya

infestasi yang telah dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Masa pengembalian investasi dapat diartikan juga sebagai jangka waktu pada saat NPV sama dengan nol.

Nilai NPV berbanding terbalik dengan nolai MPI, jika nilai NPV besar maka MPI semakin kecil dan demikian pula sebaliknya. Nilai NPV semakin besar menunjukan jangka waktu pengembalian investasi yang ditanam semakin cepat. Suatu proyek dapat dikatakan layak jika MPI lebih kecil daripada umur ekonomis proyek.

PP =

I Ab
I Ab = Jumlah modal investasi = Manfaat bersih rata-rata per tahun per periode

Keterangan :

4.3.2.6 Analisis Sensitivitas


Dalam menganalisis suatu proyek selalu menghadapi ketidakpastian atau perubahan-perubahan yang dapat terjadi pada keadaan yang telah diramalkan. Ketidakpastian perkiraan itu diantaranya karena terjadi kenaikan biaya, terutama biaya input (harga bahan baku) penurunan harga jual produk dan penurunan produksi, sehingga menurunkan benefit serta ketidakpastian akan hasil produksi yang akan dicapai. Untuk mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut maka dilakukan dengan analisis sensitivitas.

4.4

Asumsi Dasar
Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial usaha

DBC & Spageti Restaurant pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Modal usaha seluruhnya berasal dari modal sendiri. Pemilik tidak menggunakan modal yang berasal dari pinjaman karena pemilik tidak memiliki keinginan untuk menggunakan dana yang bersifat pinjaman baik yang berasal dari bank ataupun pinjaman perorangan. 2) Umur Proyek adalah 10 tahun, penetapan umur proyek didasarkan pada umur ekonomis peralatan yang digunakan perusahaan. 3) Tahun ke nol merupakan tahun investasi dan persiapan yang dilakukan selama setahun. Pada tahun pertama perusahaan sudah dapat menjual produknya.

4)

Tingkat diskonto yang digunakan yang digunakan sebesar tujuh persen berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Umum tahun 2009, dikarenakan perusahaan ini mendirikan usahanya berasal dari modal sendiri tanpa dibantu dengan modal pinjaman dari pihak manapun.

5)

Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian adalah harga konstan yang berlaku pada tahun 2008.

6)

Harga jual Produk konstan, dimana harga jual yang digunakan adalah harga jual pada awal tahun 2008, yaitu harga DBC Rp 35.000,00. Frittata Rp 24.000,00. Spaghetti Rp 33.000,00. Appetizer Rp 16.800,00. Soup Rp 15.000,00. Rice Rp 24.000,00. Hot Drink Rp 14.000,00. dan Cold Drink Rp 10.000,00.

7)

Perhitungan manfaat dan biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional didasarkan pada harga yang berlaku pada tahun 2007 dan 2008

8)

Biaya penyusutan investasi dihitung dengan sisa umur investasi yang sudah berjalan, dikarenakan DBC & Spageti Restaurant sedang berjalan dua tahun. nilai sisa yang ditetapkan untuk investasi yang berumur 10 tahun, lima tahun dan dua tahun. Re-investasi komponen yang berumur ekonomis satu tahun dilakukan tiap tahun dari mulai tahun pertama. Komponen yang berumur ekonomis dua tahun dilakukan re-investasi pada tahun ketiga, kelima, ketujuh dan kesembilan. Komponen yang berumur ekonomis lima tahun dilakukan pada tahun keenam saja.

9) 10)

Inflow berasal dari pendapatan penjualan, dan nilai sisa. Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan undang-undang Republik Indonesia tentang Perpajakan No. 3 Tahun 2001 yang isinya adalah (Kantor Perpajakan Kota Bogor, 2008) : a) b) Tidak dikenakan pajak apabila perusahaan menderita kerugian. Dikenakan pajak 10 persen apabila perusahaan memperoleh pendapatan sebesar kurang dari sama dengan Rp 50.000.000,00. c) Dikenakan pajak 15 persen apabila perusahaan memperoleh pendapatan antara Rp 50.000.000,00 hingga Rp 100.000.000,00. d) Dikenakan pajak 30 persen apabila perusahaan memperoleh pendapatan sebesar lebih dari sama dengan Rp 100.000.000,00.

V DESKRIPSI PERUSAHAAN

5.1.

Sejarah Death By Chocolate & Spageti Restaurant


Death By Chocolate & Spageti Restaurant berdiri pada tanggal 18 Agustus

2006 oleh Baby Ahnan, Tintin Kuraesin dan Susi Gunadi. Mereka bertiga merupakan pendiri sekaligus owner dari restoran tersebut yang tergabung dalam Apple Pie Group. Mereka juga sekaligus pendiri dari Pia Apple Pie, Macaroni Panggang, Lasagna Gulung dan yang terbaru adalah Pizza & Pastel Meteran. Usaha Death By Chocolate & Spageti Restaurant berawal dari research and development yang dilakukan oleh owner sehingga didapatkan produk yang berbeda. Ide untuk membuka usaha di bidang cokelat ini ditemukan melalui pengamatan adanya peluang pasar akan produk olahan coklat yang hampir dapat dikatakan digemari oleh semua orang, sehingga pemilik memberi nama Death By Chocolate & Spageti Restaurant yang berlokasi di jalan Ceremai No 22 Kota Bogor. Restoran ini mengusung tema gothic dengan layout yang didominasi oleh warna hitam yang melambangkan kematian dan coklat yang berarti coklat itu sendiri. Death By chocolate yang merupakan menu andalan di restoran ini, berupa kue coklat yang disajikan secara khas ala DBC & Spageti restaurant. Kue ini berbentuk oval menyerupai kuburan plus nisan yang terbuat dari coklat dan terdiri dari tiga lapisan dengan coklat cair pada lapisan kedua. Kue Death By chocolate mengandung sedikit tepung dan menggunakan banyak butiran coklat. Produk DBC & Spageti restaurant dapat dinikmati secara langsung direstoran dan dibawa pulang dengan sistem take away. Sistem take away ini hanya berlaku untuk produk Death By chocolate saja, karena bersifat cukup tahan lama dan rasanya tidak akan berubah. Sistem ini tidak diberlakukan pada produk lainnya seperti frittata karena frittata akan lebih enak jika di nikmati pada saat panas dan rasanya akan berubah jika sudah dingin. DBC & Spageti restaurant beroperasi pada hari senin-minggu mulai

pukul 07.00-22.30 WIB. Restoran ini mulai beroperasi pada pagi hari karena ingin menjangkau konsumen yang tidak sempat untuk sarapan pagi dirumah dan

menginginkan menu makanan yang siap saji. Pasar sasaran restoran ini adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah-atas dengan kelompok konsumen dari kalangan remaja dan keluarga. Pada awalnya produk yang ditawarkan oleh restoran ini sebanyak 45 jenis. Akan tetapi saat ini jenis produk yang ditawarkan bertambah tiga jenis sehingga jumlah keseluruhannya menjadi 48 jenis. Selain itu, dalam perkembanganya, restoran ini terus mengembangkan idenya untuk membuat produk baru. Flower by chocolate (FBC), chocolate stik dan coklat telur paskah merupakan produkproduk yang relatif baru dikembangkan oleh restoran ini. Pada perkembanganya juga, karena harga bahan baku yang semakin meningkat, maka harga yang diterapkan oleh DBC & Spageti restaurant pun mengalami peningkatan untuk sebagian produknya. Selain produknya yang khas, restoran ini juga memiliki cara penyajian yang unik pula pada hari-hari tertentu yang mejadi daya tarik konsumen. Setiap hari jumat, sabtu dan minggu pada pukul 20:00 WIB, seluruh lampu dalam ruangan restoran akan dimatikan. Dalam kegelapan muncul tiga sosok yang mengenakan jubah hitam berjalan secara beriringan dengan membawa lonceng, obor dan diiringi dengan musik kematian mendatangi pengunjung dari arah luar ke dalam restoran, mereka kemudian mendatangi meja para pengunjung dan membisiskan selamat datang kepada para pengunjung. Hal tersebut merupakan sensasi Death By chocolate yang sengaja di ciptakan oleh tim DBC & Spageti restaurant agar menimbulkan kesan yang berbeda dari restoran-restoran yang lain.

5.1.2. Tujuan Perusahaan


Sama halnya dengan perusahaan-perusahaan lainnya, tujuan utama DBC & Sapageti Restaurant adalah mendapatkan keuntungan. Salah satu bukti dari perhatian perusahaan akan kemajuan karyawannya terutama bidang pendidikan. Perusahaan memberikan beasiswa pendidikan bagi karyawan yang berprestasi, memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan dan telah berkerja dalam jangka waktu tertentu.

Budaya kerja yang bersifat kekeluargaan dan pelayanan yang ramah kepada para pengunjung juga termasuk kedalam tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Budaya kekeluargaan ini diwujudkan dalam fleksibilitas fungsional dalam manajemen dan kebiasaan saling membantu yang dikembangkan oleh para karyawan dan ownernya. Karyawan yang memiliki keterampilan dan keahlian seperti mengendarai motor, mobil, mengoperasikan komputer, mengajari karyawan lain yang belum memiliki keterampilan dan keahlian tersebut. Keramahan para pelayan memberikan kenyamanan dan kepuasan tersendiri bagi para pengunjung.

5.2.

Sumber Daya Perusahaan

5.2.1. Sumber Daya Fisik


DBC & Spageti Restaurant dalam menjalankan usahanya didukung oleh beberapa sumber daya berupa fisik. Sumber daya fisik tersebut meliputi bangunan restoran yang terdiri dari ruangan tempat pengunjung menikmati makanan dan minumannya, dapur sebagai tempat proses produksi, ruang meeting, ruang musolah sekaligus sebagai tempat untuk melakukan kegiatan administratif restoran, kamar mandi, peralatan produksi, peralatan administrasi restoran, fasilitas komunikasi dan fasilitas transportasi. Peralatan administrasi restoran untuk mendukung kegiatan transaksi di bagian kasir dan kegiatan rekapitulasi data terdiri dari dua unit komputer dan satu unit printer. Fasilitas transportasi terdiri dari satu unit motor dan satu unit mobil. Fasilitas transportasi ini biasanya digunakan untuk kegiatan belanja bahan baku dan kegiatan mengangkut yang berhubungan dengan kepentingan DBC & Spageti Restaurant lainnya. Peralatan produksi terdiri dari lima buah kompor gas, dua buah oven, mixer, belender, mesin penggilingan spageti, 180 loyang DBC, 120 loyang frittata, kulkas besar, mesin Spageti, mesin Granitta, Cool Storage dan peralatan produksi lainnya yang menunjang dalam proses produksi. Fasilitas komunikasi yang tersedia di DBC & Spageti Restaurant adalah telepon. Peralatan lainnya yang sangat penting dan dimiliki oleh restoran ini adalah 20 meja dan 50 kursi untuk para pengunjung.

5.2.2. Sumber Daya Manusia


Tenaga kerja yang diperkerjakan oleh DBC & Spageti Restaurant adalah sebanyak 24 orang yang terbagi dalam tujuh divisi dengan umur dan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Karyawan yang dipekerjakan di DBC & Spageti Restaurant semuanya berstatus karyawan tetap. DBC & Spageti Restaurant berlaku sistem mutasi atau pemindahan karyawan. Karyawan yang mengalami mutasi adalah karyawan yang sudah cukup lama bekerja, memiliki potensi dan keterampilan dan dedikasi tinggi serta loyalitas pada perusahaan. Mereka yang dimutasikan biasanya mengalami kenaikan jabatan di tempat bekerjanya yang baru yang masih merupakan unit usaha dari apple pie group. Karakteristik karyawan DBC & Spageti Restaurant berdasarkan umur dan pendidikan terakhir tahun 2008, dapat disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik Karyawan DBC & Spageti Restaurant Berdasarkan Umur dan Pendidikan Terakhir Tahun 2008
No. 1. 2. 3. Jabatan Supervisor Wakil Supervisor Divisi Waiter Jenis kelamin (P/L) L P L L P P P L P P P P L L L P P L L L L L L P Umur (tahun) 32 25 25 22 22 20 20 23 20 23 23 22 25 25 25 43 32 24 25 24 20 32 23 23 Pendidikan terakhir SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SD SMA SD SD SMP D3 SMA Tidak Sekolah SMA SMA SMU

4. 5.

Divisi Kasir Divisi Bar

6.

Divisi Dapur

7.

Divisi Umum

8.

Divisi Gudang

Sumber : DBC & Spageti Restaurant (2008)

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar karyawan yang bekerja adalah laki-laki (L), berumur 20-25 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir rata-rata SMA. Selain itu juga dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan bukan merupakan persyaratan utama untuk dapat menjadi karyawan DBC & Spageti Restaurant. Karyawan-karyawan yang dipekerjakan di DBC & Spageti Restaurant ini hanya dilihat dari kejujuran, sifat kerja keras, kemauan untuk belajar dan loyalitas yang tinggi kepada DBC & Spageti Restaurant. Jam kerja yang diberlakukan di restoran ini adalah sembilan jam kerja. Setiap minggunya, karyawan memiliki kesempatan libur sebayak satu hari yaitu antara hari senin-kamis. Diluar hari libur pada setiap minggunya itu, para karyawan tetap bekerja termasuk pada saat libur nasional.jadwal pembagian kerja karyawan di DBC & Spageti Restaurant terbagi dalam tiga shift dimulai dari pukul 07.00- 22.30. Budaya kerja antar karyawan DBC & Spageti Restaurant bersifat kekeluargaan. Para karyawan dalam melayani pengunjung juga sangat ramah. Hal ini menyebabkan para pengunjung merasa nyaman untuk makan, minum dan berlama-lama direstoran ini. Mereka juga menjadi tidak segan untuk datang kembali ke DBC & Spageti Restaurant.

5.3.

Permodalan
Usaha DBC & Spageti Restaurant dimulai berdiri pada tahun 2007 dengan

menggunakan modal sendiri atau berasal dari modal pemilik. Modal awal yang digunakan sekitar Rp 200.000.000,00; untuk keperluan sewa tempat, pembelian perlengkapan seperti bahan baku dan peralatan lainnya yang mendukung jalannya usaha. Keberlangsungan usaha dari awal berdiri hingga saat ini tidak menggunakan modal tambahan dari pihak manapun. Hal ini dapat dilakukan karena pengusaha dapat memperoleh modal dari pendapatan hasil usaha yang sebelumnya dikembangkan terlebih dahulu seperti Aplle Pie, Makaroni Panggang yang tergabung dalam Aplle Pie Group.

5.4.

Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam produksi usaha DBC & Spageti

Restaurant terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku penolong. Bahan baku utama adalah cokelat, sedangkan bahan baku penolong seperti mentega, gula, susu cream, terigu dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses pembuatan produk. Bahan baku diperoleh dengan melakukan pembelian secara langsung dan umumnya pembelian tergantung jumlah banyaknya permintaan. Pembayaran untuk pembelian bahan baku utama maupun bahan baku penolong dilakukan dengan sistem ambil-bayar di pasar.

VI ANALISIS KELAYAKAN ASPEK PASAR, ASPEK TEKNIS, ASPEK MANAJEMEN DAN ASPEK SOSIAL

6.1

Analisis Aspek Pasar


Aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek yang mendekati perusahaan

kepada pembeli, terdiri dari permintaan dan penawaran pada perusahaan. Pemasaran yang dilakukan oleh usaha restoran ini dilakukan secara langsung kepada pelanggan. Sebelum memulai produksi, perusahaan harus mengetahui keinginan dari pelanggan DBC & Spagheti Restaurant, hal ini dilakukan agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan pelanggan dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Analisis aspek-aspek pasar terdiri dari rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. Dari sisi output, analisis pasar hasil proyek penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada harga yang menguntungkan. Dari sisi input, rencana-rencana harus dibuat diantaranya untuk meyakinkan adanya input, saluran distribusi, kapasitas, kontinuitas dan tingkat harga.

6.1.2 Permintaan
Potensi permintaan pasar untuk produk DBC & Spageti Restaurant

1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0 Tahun 2007 Tahun 2008 Jumlah Potensi Kapasitas permintaan produk DBC & Spageti Restaurant

Gambar 3. Potensi Permintaan Konsumen Potensial Sumber : DBC & Spageti Restaurant 2008

Permintaan yang dihadapi oleh DBC & Spageti Restaurant pada saat ini mengalami penjualan yang berfluktuatif, karena tergantung adanya perayaan, hari besar dan hari weekend tetapi sudah memiliki pelanggan tetap baik dari wilayah kota Bogor maupun luar Bogor seperti Jabodetabek, Bandung dan sekitarnya. Meskipun pangsa pasar saat ini belum terlalu besar, tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan pangsa pasarnya untuk meningkatkan permintaan. Berdasarkan wawancara dengan supervisor, permintaan akan produk DBC tidak pernah berhenti walaupun yang membeli hanyalah pelanggan yang loyal DBC dan biasanya mereka berkunjung dengan sengaja untuk membeli produk dalam jumlah yang banyak sebagai oleh-oleh bagi keluarganya. Permintaan untuk tahun 2007 sekitar 1.140 unit produk, sedangkan pada tahun 2008 sekitar 1.508 unit produk yang berasal dari dalam maupun luar kota Bogor.

6.1.3. Penawaran
Segmen pasar yang diambil oleh DBC & Spageti Restaurant yaitu segmen pasar yang menghasilkan produk olahan cokelat dan spageti, dimana segmen ini pesaingnya masih sedikit hal ini karena usaha dalam menghasilkan produk dengan olahan cokelat harus mempunyai bahan baku yang terkadang sulit didapatkan karena masih mengimpor dari negara luar dan membutuhkan modal yang besar. Selain hal tersebut saat ini restoran dengan produk olahan cokelat bisa dibilang baru, sehingga terkadang manajemen perusahaan mengalami kesulitan untuk mengenalkan produknya pada masyarakat yang masih terbiasa dengan pangan yang berbahan dasar beras. Target penawaran yang ditawarkan untuk produk DBC & Spageti Restaurant untuk konsumsi dalam kota maupun luar kota Bogor pada tahun 2007 sekitar 1.424 unit per bulan, sedangkan untuk konsumsi pada tahun 2008 sekitar 1.932 unit per bulan. Penawaran belum mencapai target penjualan perusahaan, karena pada kenyataanya terjadinya kelebihan penawaran hal ini dapat dibuktikan pada tahun 2007 hanya sebesar 1.140 unit per bulan sedangkan pada tahun 2008 1.508 unit per bulan, seperti terdapat pada Tabel 8 dan Tabel 9. Menandakan

bahwa pangsa pasar harus lebih ditingkatkan untuk memaksimalkan penjualan perusahaan.

6.1.4. Strategi Pemasaran


Aktivitas pemasaran diperlukan dalam melakukan suatu kegiatan pemasaran produk, aktivitas pemasaran yang digunakan berupa strategi yang mampu menarik perhatian pelanggan baik itu pelanggan baru maupun pelanggan lama. Strategi pemasaran mengandung keputusan dasar tentang pengeluaran pemasaran, bauran pemasaran dan alokasi pemasaran. Rencana tersebut terangkum dalam suatu strategi produk, harga, tempat dan promosi. Produk adalah sesuatu yang yang ditawarkan di pasar yang dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen. Produk yang dihasilkan oleh DBC & Spagheti Restaurant sangat beraneka ragam dengan karakteristik yang berbeda dengan berbahan dasar cokelat. Produk utama yang dihasilkan oleh restoran ini adalah DBC, Spagheti Dan Frittata. Harga merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses pemasaran suatu produk. Harga yang ditawarkan oleh restoran ini sangat bervariatif, dimana strategi penetapan harga yang ditetapkan yaitu dilihat dari biaya produksi dan biaya bahan baku yang digunakan. Perbedaan penetapan harga pada tahun 2006-2008 dari yang harga Rp 33.000,00 menjadi Rp 35.000,00 terjadi kenaikan harga sebesar Rp 2.000,00 pada setiap unit produk, hal ini diakibatkan karena terjadinya kenaikan biaya bahan baku produk pada tahun 2008. Promosi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mengenalkan suatu produk yang dihasilkan kepada calon pelanggan. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh DBC & Spagheti Restaurant yaitu periklanan (below the line : brosur, mini banner, spanduk, dan papan reklame), promosi penjualan (discount harga, memperkenalkan produk sensasi Death By Chocolate kepada pengunjung yang datang dengan memberikan sampel produk), humas dan publisitas (melakukan wawancara di RRI memperkenalkan restoran dengan memberikan discount kepada pendengar yang menjawab pertanyaan sekitar perkenalan produk, mempublikasikan produk di internet).

6.2.

Aspek Teknis

6.2.1. Lokasi Proyek


a) Ketersediaan Bahan Mentah Bahan baku utama yang digunakan diantaranya coklat, susu kental manis, terigu, dan telur. Bahan baku biasanya di beli di pasar anyar dan pasar kapuk Bogor. Selain itu jika keperluan bahan baku sangat mendesak maka pembelian bahan baku di supermarket atau toko-toko terdekat, jadi pihak restoran tidak memiliki pemasok dalam pengadaan bahan baku. karena pembelian bahan baku letaknya tidak terlalu jauh dengan lokasi produksi sehingga bisa meminimumkan biaya pengangkutan dan transportasi. Untuk bahan baku yang bersifat perishable atau mudah rusak, selalu di pasok setiap hari agar kualitas bahan baku tetap terjaga kesegarannya, sedangkan bahan baku yang tahan lama biasanya dibeli secara langsung setiap dua minggu sekali dengan sistem pembayaran tunai. Karena pembelian dengan jumlah yang banyak biasanya akan mendapatkan potongan harga dan menghemat biaya pengangkutan. b) Suplai Tenaga Kerja DBC & Spageti Restaurant dikelola oleh satu orang supervisor untuk mengawasi dan wakil supervisor yang bertanggung jawab terhadap kegiatan produksi. Mereka mengawasi para karyawan lainya yang terbagi kedalam tujuh divisi yang mempunyai tugas masing-masing seperti terdapat pada Tabel 5. Tenaga kerja di DBC tidak mengalami kesulitan karena tenaga kerja terlebih dahulu dilatih untuk menghadapi pelanggan maupun kegiatan usaha. Karyawan yang memiliki keterampilan dan keahlian seperti mengendarai motor, mobil, mengoperasikan komputer bertugas mengajari karyawan lain yang belum memiliki keterampilan dan keahlian tersebut. Keramahan para pelayan memberikan kenyamanan dan kepuasan tersendiri bagi para pengunjung.

Tabel 5. Divisi dan Jumlah Karyawan DBC & Spageti Restaurant Tahun 2008
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Waiter Bar Kasir mencakup bagian keuangan Produksi Dapur produksi Umum Gudang Total keseluruhan Karyawan Sumber : DBC & Spageti Restaurant, 2008 Nama Divisi Jumlah Karyawan (orang) 5 4 2 2 2 4 3 24

c) Tenaga Listrik dan Air Listrik dan air yang digunakan oleh usaha ini berasal dari PLN dan PAM dan perusahaan melakukan pembayaran setiap satu bulan sekali secara tunai. Untuk listrik sebesar Rp 450.000,00 per bulan dan air Rp 395.000,00 per bulan. Pihak restoran melaikukan sistem ini untuk memudahkan dalam pengunaan sehingga mengeluarkan biaya untuk air dan listrik sebulan sekali. d) Fasilitas Transportasi Pengangkutan bahan mentah dari pasar menuju tempat penyimpanan barang menggunakan mobil dan alternatif transportasi lain menggunakan motor, transportasi ini dipilih karena dirasa lebih efisien dan memudahkan di dalam perjalanan agar barang atau bahan baku yang sudah dibeli tidak rusak dan layak untuk dikonsumsi. e) Letak Pasar Utama Lokasi DBC & Spagheti Restaurant saat ini berlokasi di Jalan Ciremai No. 22 kota Bogor, yang digunakan sebagai restoran dan tempat produksi dimana semua unit produk dibuat, sehingga mudah menjangkau serta melakukan pengawasan terhadap proses produksi. Adapun untuk penyewaan tempat usaha di daerah tersebut terbilang aman dengan perusahaan membayar retribusi keamanan sebesar Rp 90.000,00 per bulan. Layout tempat proses produksi dan penjualan

akan produk ditata dengan baik untuk memudahkan dalam proses pemasaran, yaitu berlokasi pada satu wilayah untuk memudahkan dalam pengerjaan.

6.2.2. Proses Produksi DBC & Spageti


Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat DBC yaitu coklat blok, telur, gula putih, cocoa powder dan susu kental manis. Spageti yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan frittata dan spageti biasa dibuat sendiri oleh DBC & Spageti Restaurant agar memiliki ciri khas dan cita rasa tersendiri karena dibuat mendadak. Bahan baku utama yang diperlukan untuk membuat spageti tersebut yaitu tepung terigu dan telur. Produk frittata memerlukan bahan baku tambahan berupa susu murni, ayam, jamur, tuna cincang, daging sapi, saus tomat, dll.

1)

Persiapan Proses Produksi DBC


Proses pembuatan DBC terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah

penimbangan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat adonan DBC, tahap penimbangan ini dilakukan di gudang, ukuran banyaknya bahan yang ditimbang disesuaikan dengan resep yang ada. Tahap kedua yaitu pembuatan adonan DBC. Bahan-bahan yang telah ditimbang kemudian dicampur secara berurutan ke dalam mixer. Adonan yang dibuat untuk membuat DBC terdiri dari dua adonan yaitu adonan kue dan adonan coklat. Tahap yang ketiga adalah pencetakan. Dua adonan yang sudah dibuat dimasukan kedalam loyang DBC yang sudah dialasi oleh aluminium foil agar adonan tidak lengket diloyang dengan kombinasi lapisan adonan berupa lapisan atas dan bawah merupakan adonan kue dan lapisan tengah merupakan adonan coklat. Bentuk loyang dan penggunaan aluminium foil sebagai alas DBC, merupakan inovasi yang dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant agar memiliki ciri khas yang dapat membedakannya dengan produk yang ditawarkan oleh restoran lainnya. Setelah pencetakan, tahap terakhir dari proses produksi DBC ini adalah pemanggangan. Adonan yang telah dicetak dimasukan kedalam oven untuk dipanggang hingga matang, DBC yang sudah matang dikeluarkan dari oven dan setelah agak dingin, DBC siap untuk dilengkapi dengan pemasangan batu nisan

yang juga terbuat dari coklat dan sudah dicetak sebelumnya pada salah satu bagian ujung loyangnya. Tahap produksi DBC ini dapat dilihat pada Gambar 4.

ADONAN KUE BAHAN BAKU ADONAN COKLAT TIGA LAPIS DBC DEATH BY CHOCOLATE

Gambar 4. Proses Produksi Death by Chocolate

2)

Proses Produksi Frittata dan Spageti


Tahap pertama yang dilakukan dalam pembuatan frittata dan spageti

adalah pembutan spagetinya itu sendiri. Spageti dibuat sendiri oleh DBC & Spageti Restaurant agar kesegaran dari produk yang dihasilkan dapat terjamin dan memiliki ciri khas tersendiri oleh para konsumennya. Pertama-tama, bahan baku yang diperlukan untuk membuat adonan spageti ditimbang sesuai dengan resep. Proses penimbangan ini dilakukan di gudang. Tahap selanjutnya yaitu pencampuran bahan baku sampai menjadi adonan. Adonan spageti yang telah dibuat, digiling dengan menggunakan mesin penggilingan spageti sampai ketebalannya sesuai dengan yang dikehendaki. Setelah proses penggilingan, proses berikutnya yaitutahap ketiga pemotongan adonan spageti yang disesuaikan dengan panjang loyang frittata dan yang dikehendaki untuk spageti biasa. Spageti yang telah dipotong lalu direbus sampai al-dente dan ditiriskan. Spageti yang telah direbus dan ditiriskan kemudian dimasukan kedalam loyang yang sebelumnya telah dialasi oleh aluminium foil sampai hamper memenuhi permukaan loyang. Bahan lain seperti potongan daging asap dan kacang merah ditaruh diatasnya. Tahap terakhir yaitu spageti disiram campuran saus mayones dan susu murni lalu dipanggang hingga matang.

Lain halnya dengan spageti bakar, spageti biasa tidak mengalami proses pemanggangan. Spageti sebanyak ukuran tertentu yang telah direbus dan ditiriskan dimasukan kedalam piring. Setelah itu saus tomat dengan daging cincang disiramkan keatasnya dan parutan keju parmesan ditaburkan pula diatasnya. Menu frittata dan spageti yang lainya memiliki proses produksi yang sama. Hanya saja taburan atau bahan tambahan yang digunakannya saja yang berbeda sesuai dengan menu yang dipesan. Proses produksi frittata dan spageti dapat dilihat pada Gambar 5.

FRITTATA 4 BAHAN BAKU 1 ADONAN SPAGETI 2 SPAGETI AL-DENTE 3

ANEKA SPAGETI 4

Keterangan : 1 = Proses penimbangan bahan baku 2 = Proses pencampuran bahan baku 3 = Proses penggilingan adonan, pemotongan adonan dan perebusan spagheti hingga al-dente 4 = proses pencetakan, pencampuran bahan tambahan lainnya ke dalam loyang dan pemanggangan. Frittata; proses pencampuran bahan tambahan lainnya ke dalam spaghetti al-dente yang disajikan di atas piring.

Gambar 5. Proses Produksi frittata dan Spageti

6.2.3. Hasil Analisis Aspek Teknis


Analisis aspek teknis menunjukan bahwa usaha DBC & Spageti Restaurant layak untuk dijalankan. Hal ini berdasarkan bahwa kondisi lokasi dan mendukung jalannya usaha, proses produksi yang satu bangunan dengan penjualan produk. Tata letak atau layout diatur sedemikian rupa sehingga dapat memperlancar kegiatan usaha, dapat dilihat pada Lampiran 11. Sarana dan fasilitas yang tersedia membantu kelancaran produksi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam usaha ini diatur dengan baik dan dapat berproduksi secara optimal karena faktor yang paling berpengaruh dalam usaha DBC seperti

peralatan, perlengkapan bahan baku dan faktor-faktor yang lainnya juga tersedia untuk memproduksi suatu produk dan tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya usaha.

6.3.

Aspek Manajemen
Aspek manajemen merupakan aspek yang berhubungan dengan penetapan

institusi

atau

lembaga

usaha

yang

harus

mempertimbangkan

struktur

kelembagaan, pola sosial, dan budaya yang ada pada suatu daerah atau negara setempat. Struktur organisasi DBC & Spagheti Restaurant yang dimiliki saat ini sangat sederhana, namun dengan adanya struktur organisasi maka tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan dapat terlihat dengan jelas. Kebijakan dan keputusan besar dipegang oleh pemilik perusahaan, kemudian terdapat supervisor dan wakil supervisor dibawah pemilik yang bertugas bertanggung jawab atas seluruh kegiatan usaha restoran pada setiap sub bagian. Pimpinan memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam menentukan perencanaan dan strategi perusahaan dalam menjalankan DBC & Spagheti Restaurant. Supervisor dibantu oleh wakil supervisor bertanggung jawab dalam pelaksanaan operasional usaha dan penyajian unit produk, melakukan koordinasi dan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang berjalan di lokasi usaha. Sedangkan bagian dari setiap divisi melakukan tugasnya masing-masing sebagai kasir atau bagian keuangan, waiter, produksi, bar, dapur produksi, gudang dan umum. Struktur organisasi DBC & Spagheti Restaurant yang sederhana memudahkan tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan. Divisi produksi DBC memiliki kewajiban memproduksi (mencampur adonan, mencetak, hingga memanggang) DBC, serta menjaga kualitas produk dan kehigienisan DBC. Divisi produksi DBC juga harus selalu mengontrol persediaan bahan baku yang diperlukan dalam proses produksinya. Divisi waiters bertugas melayani para pengunjung, mulai dari pemesanan menu hingga penyajiaannya serta merapihkan meja setelah para pengunjung selesai menyantap hidangan. Selaij itu waiter juga memiliki kewajuban memberikan informasi menu spesial di

DBC & Spageti Restaurant dan deskripsi dari setiap menu agar pengunjung mendapatkan gambaran tentang menu yang akan dipesan nantinya. Divisi bar memiliki kewajiban membuat minuman atau aneka drinks seperti Hot by Chocolate, Euporia by Chocolate, Granitta Chocolate, Granitta Strawberry, Granitta Orange Dan berbagai minuman lainnya. Divisi dapur produksi bertugas memproduksi menu makanan selain DBC seperti berbagai menu frittata, spageti, appertizer, rice, soup, dan aneka dessert lainnya. Selain itu divisi dapur produksi juga harus selalu mengawasi persediaan bahan baku yang diperlukan dalam proses produksinya. Tugas dari divisi gudang adalah belanja bahan baku. Mereka biasa bereblanja ke pasar anyar dan pasar kapuk bogor, selain itu divisi gudang juga bertanggung jawab atas persediaan bahan baku yang ada digudang. Divisi umum seperti divisi gudang, juga memiliki kewajiban belanja. Bagian umum juga bertangung jawab akan masalah kebersihan di DBC & Spageti Restaurant. Struktur organisasi dari DBC & Spageti Restaurant dapat dilihat pada Gambar 6.

OWNER OWNER

SUPERVISOR SUPERVISOR WAKIL SUPERVISOR

KASIR/ BAGIAN UANG

PRODUKSI DBC

WAITER

BAR

DAPUR PRODUKSI

GUDANG

UMUM

Gambar 6. Struktur Organisasi DBC & Spageti Restaurant Tahun 2008

6.3.1. Hasil Analisis Aspek Manajemen


Struktur organisasi yang sederhana memudahkan tugas wewenang dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan, sehingga masing-masing divisi mengetahui akan kegiatannya masing-masing yang dapat dipertanggungjawabkan oleh pemilik. Analisis aspek manajemen yang mencakup struktur organisasi dan jenis-jenis pekerjaan yang telah diatur dengan baik menilai usaha ini layak dilaksanakan.

6.4

Aspek Sosial
Sistem yang digunakan dalam memproduksi suatu produk menggunakan

sistem konsumsi yang sehat dan aman. Dengan menggunakan bahan-bahan dasar pembuatan produk secara alami dan para pekerja yang mengusahakan akan terbebas dari gangguan kesehatan yang biasanya timbul akibat pemakaian bahanbahan kimia. Kedekatan sosial antara perusahaan dengan masyarakat maka DBC & Spagheti Restaurant telah mempekerjakan masyarakat sebagai karyawan sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang masih menggangur. Penyerapan tenaga kerja DBC & Spageti Restaurant tidak terlalu mempermasalahkan tingkat pendidikan akan tetapi kemauan keras dari pekerja untuk belajar dan jujur terhadap perusahaan. Salah satu bukti dari perhatian perusahaan akan kemajuan karyawannya terutama bidang pendidikan, perusahaan memberikan beasiswa pendidikan bagi karyawan yang berprestasi di dalam bekerja, memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan dan telah berkerja dalam jangka waktu tertentu. Pembayaran pajak kepada pemerintah dapat menambah pemasukan pemerintah, jika skala usaha semakin besar maka pemerintah akan menerima pembayaran pajak yang semakin besar pula. Dari adanya pajak tersebut secara makro dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pembangunan. DBC & Spagheti Restaurant juga berpartisipasi dalam kegiatankegiatan sosial yang ada di masyarakat seperti donatur, kunjungan sosial para pegawai DBC ke RSJ Cilendek, menjual nasi murah dan pakaian bekas layak pakai yang diadakan oleh perusahaan dalam rangka membantu sesama.

6.4.1. Hasil Analisis Aspek Sosial


Kedekatan sosial antara perusahaan dengan masyarakat maka DBC & Spagheti Restaurant telah mempekerjakan masyarakat sebagai karyawan sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang masih menggangur, memberikan beasiswa pendidikan bagi karyawan yang berprestasi, memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan dan telah berkerja dalam jangka waktu tertentu. Pembayaran pajak kepada pemerintah tepat waktu menilai usaha ini layak dilaksanakan.

VII ASPEK FINANSIAL

7.1.

Analisis Rugi-laba Perusahaan


Melihat data penjualan yang fluktuatif pada tahun 2007 hingga 2008 pada

tabel 2, maka dapat dianalisis laporan rugi-laba sehingga dapat menjawab pertanyaan tentang besarnya laba atau kerugian yang dihasilkan oleh perusahaan selama kurun waktu jangka pendek untuk setiap bulannya. Data perbandingan mengenai laporan rugi-laba perusahaan selama dua tahun dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6. Data Laporan Rugi-laba setiap bulan Perusahaan Tahun 2007


Bulan Penjualan Biaya Operasional Biaya Penyusutan Laba sebelum pajak Pajak laba bersih

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

28,200,000 32,000,200 31,050,000 25,360,000 30,000,000 29,050,000 31,033,000 28,000,020 30,066,000 31,055,000 32,020,000 33,080,000

2,361,333 2,361,333 2,361,333 2,361,333 2,361,333 2,361,333 2,361,333 2,361,333 2,361,333 2,361,333 2,361,333 2,361,333

2,687,675 2,687,675 2,687,675 2,687,675 2,687,675 2,687,675 2,687,675 2,687,675 2,687,675 2,687,675 2,687,675 2,687,675

23,150,992 26,951,192 26,000,992 20,310,992 24,950,992 24,000,992 25,983,992 22,951,012 25,016,992 26,005,992 26,970,992 28,030,992

2,315,099 2,695,119 2,600,099 2,031,099 2,495,099 2,400,099 2,598,399 2,295,101 2,501,699 2,600,599 2,697,099 2,803,099

20,835,893 24,256,073 23,400,893 18,279,893 22,455,893 21,600,893 23,385,593 20,655,911 22,515,293 23,405,393 24,273,893 25,227,893 22,524,460

Rata-rata laba bersih

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan (2007) Melihat dari data laporan rugi-laba, pada tahun 2007 perusahaan mendapatkan manfaat bersih rata-rata per bulan sebesar Rp 22,524,460,00. tetap stabil walaupun dapat dikatakan penjualan mengalami keadaan yang berfluktuatif untuk setiap bulannya.

Tabel 7. Data Laporan Rugi-laba setiap bulan Perusahaan Tahun 2008


Biaya Operasional Biaya Penyusutan Laba sebelum pajak

Bulan

Penjualan

Pajak

Laba bersih

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

44.000.000 46.020.000 43.000.000 38.050.000 42.020.000 41.000.650 43.032.000 40.020.000 43.016.000 44.050.600 45.036.600 46.106.000

3.693.333 3.693.333 3.693.333 3.693.333 3.693.333 3.693.333 3.693.333 3.693.333 3.693.333 3.693.333 3.693.333 3.693.333

2.687.675 2.687.675 2.687.675 2.687.675 2.687.675 2.687.675 2.687.675 2.687.675 2.687.675 2.687.675 2.687.675 2.687.675

37.618.992 39.638.992 36.618.992 31.668.992 35.638.992 34.619.642 36.650.992 33.638.992 36.634.992 37.669.592 38.655.592 39.724.992

3.761.899 3.963.899 3.661.899 3.166.899 3.563.899 3.461.965 3.665.099 3.363.899 3.663.499 3.766.959 3.865.559 3.972.499

33.857.093 35.675.093 32.957.093 28.502.093 32.075.093 31.157.677 32.985.893 30.275.093 32.971.493 33.902.633 34.790.033 35.752.493 32.908.482

Rata-rata laba bersih

Sumber : Data laporan Keuangan Perusahaan (2008)

Pada tabel 7 dapat dijelaskan bahwa perusahaan mendapatkan manfaat bersih rata-rata per bulan sebesar Rp 32,908,482,00 sehingga dapat dinilai bahwa dari awal berjalan usaha tahun 2007 hingga tahun 2008 penjualan mengalami peningkatan, dan mendapatkan rata-rata laba bersih setiap bulan yang meningkat walaupun dapat dikatakan penjualan mengalami keadaan yang berfluktuatif untuk setiap bulannya. Melihat hasil dari laporan rugi-laba perusahaan, maka dapat terus dilanjutkan untuk menganalisis kelayakan usaha.

7.2.

Aspek Finansial Usaha DBC & Spageti Restaurant


DBC & Spageti Restaurant merupakan suatu kegiatan ekonomi yang

menggunakan sumberdaya modal sendiri dalam menjalankan usahanya, permasalahan yang terjadi usaha ini belum mencapai target penjualan yang maksimal dan hingga saat ini belum adanya perhitungan keuangan secara

terperinci tentang kelayakan usaha, sehingga diperlukan perhitungan yang tepat dalam penggunaan sumberdaya yang ada. Analisis kelayakan ini berkaitan dengan keputusan investasi agar mendapatkan keuntungan yang maksimal dan menghindari adanya pemborosan sumberdaya secara periode jangka panjang. Kriteria yang digunakan dalam perhitungan meliputi NPV, Net B/C, IRR, Payback period serta analisis sensitivitas. Tingkat diskonto yang digunakan adalah sebesar tujuh persen yang merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Umum periode Januari 2009. Analisis kelayakan finansial yang dilakukan adalah aspek finansial kelayakan usaha. Analisis kelayakan usaha dalam penelitian ini berarti memulai usaha dari mulai tahun ke nol dan belum memiliki asset sama sekali.

7.2.1. Arus Tunai


Arus tunai pada DBC & Spageti Restaurant ini terdiri dari arus manfaat dan arus biaya, manfaat dan biaya dalam analisis ini dibatasi pada manfaat dan biaya yang dapat diperhitungakan (tangible). Arus tunai yang diperhitungkan dalam analisis ini dimulai pada tahun ke nol hingga tahun kesepuluh, sesuai dengan umur proyek peralatan yang digunakan yaitu selama sepuluh tahun. Pada tahun ke nol merupakan tahun awal dimulai investasi dan persiapan yang dilakukan selama satu tahun, pada tahun pertama perusahaan sudah dapat menjual produknya.

7.2.1.1 Arus Penerimaan


Arus penerimaan dari usaha DBC & Spageti Restaurant berupa nilai produksi total penjualan. Nilai produksi total usaha pada tahun pertama selama satu tahun, pada tahun ke nol perusahaan baru melakukan kegiatan investasi berupa surat-surat perizinan tempat, promosi dan pemesanan peralatan, sehingga pada tahun pertama perusahaan baru dapat memproduksi. Sedangkan penjualan untuk tahun kedua selama satu tahun dan diasumsikan konstan, karena untuk memudahkan nantinya dalam perhitungan analisis sensitivitas.

1)

Nilai Produksi Total


Nilai produksi total DBC & Spageti Restaurant berasal dari penjualan

keseluruhan produk restoran, nilai produksi total diasumsikan bahwa kapasitas produksi konstan untuk setiap tahunnya, sehingga penjualan tetap setiap tahun. produksi pada tahun pertama 2007 berlangsung selama satu tahun. Pada tahun ke nol perusahaan melakukan kegiatan investasi, sehingga pada tahun pertama perusahaan baru dapat memproduksi. Total produksi tahun pertama 2007 selama setahun (Jan-Des) adalah sebanyak 17.088 unit diasumsikan tujuh hari kerja yaitu 28 hari sehingga dalam setahun adalah 336 hari kerja. Produksi pada tahun kedua 2008 berlangsung selama setahun. Total produksi tahun kedua 2008 selama setahun (Jan-Des) adalah sebanyak 23.184 unit diasumsikan tujuh hari kerja yaitu 28 hari sehingga dalam setahun adalah 336 hari kerja. Produksi DBC & Spageti Restaurant dalam (unit) total dalam empat bulan dan satu tahun dapat dilihat pada Tabel 8. .

Tabel 8. Nilai Proyeksi Produksi Kelayakan Usaha DBC & Spageti Restaurant
Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 Uraian DBC (Loyang) Spagheti (loyang) Fritatta (Loyang) Appetizer (piring) Soup (mangkuk) Rice (piring) Hot Drink (gelas) Cold Drink (gelas) Produksi 1 Bulan 480 340 400 32 32 20 60 60 1.424 Produksi (Jan-Des) 5.760 4.080 4.800 384 384 240 720 720 Produksi 1 Bulan 680 480 492 40 40 40 80 80 1.932 Produksi (Jan-Des) 8.160 5.760 5.904 480 480 480 960 960 23.184 Tahun 2008

Total Produksi

17.088

Sumber : Data DBC & Spageti Restaurant 2007-2008.

Pada Tabel 8 dapat dijelaskan untuk produk DBC tahun pertama 2007 jumlah produk yang diproduksi selama satu bulan sebanyak 480 unit dan diasumsikan konstan untuk setiap bulannya, sehingga untuk produksi selama satu

tahun (Jan-Des) adalah jumlah produksi satu bulan dikalikan selama empat bulan berproduksi yaitu sebanyak 5.760 unit. Produk DBC tahun kedua 2008 jumlah produk yang diproduksi selama satu bulan sebanyak 680 unit dan diasumsikan konstan untuk setiap bulannya, sehingga untuk produksi selama setahun (Jan-Des) adalah jumlah produksi satu bulan dikalikan selama setahun produksi yaitu sebanyak 8.160 unit. Perhitungan untuk produksi dapat dilihat pada lampiran 1.

2)

Nilai Penjualan Total


Penjualan dapat dinyatakan dalam nilai nominal adalah penjualan tahun

2007 dan tahun 2008, asumsi bahwa harga jual dan kapasitas produksi konstan untuk setiap tahunnya. DBC & Spageti Restaurant. Penjualan tahun pertama 2007 total keseluruhan penjualan sebesar Rp 360.720.000,00. Sedangkan pada tahun kedua 2008 total keseluruhan penjualan selama satu tahun sebesar

Rp 515.376.000,00. Perhitungan penjualan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Proyeksi Penjualan Kelayakan Usaha DBC & Spageti Restaurant
Tahun 2007 No Uraian Jumlah Penjualan 1 Bulan (unit) 340 Harga Rata-rata (Rp) Penjualan Setahun (Rp) Jumlah Penjualan 1 Bulan (unit) 540 Tahun 2008 Harga Rata-rata (Rp) Penjualan Setahun (Rp)

DBC 1 (Loyang) Spagheti 2 (Loyang) Fritatta 3 (Loyang) Appetizer 4 (piring) Soup 5 (mangkuk) Rice 6 (piring) Hot Drink 7 (gelas) Cold Drink 8 (gelas) Total penjualan (Rp) 1.140 360.720.000 1.508 515.376.000 60 9.000 6.480.000 80 10.000 9.600.000 60 13.000 9.360.000 80 14.000 13.440.000 20 22.000 5.280.000 20 24.000 5.760.000 20 14.000 3.360.000 20 15.000 3.600.000 20 15.000 3.600.000 20 16.800 4.032.000 340 23.000 93.840.000 408 24.000 117.504.000 280 31.000 104.160.000 340 33.000 134.640.000 33.000 134.640.000 35.000 226.800.000

Sumber : Data DBC & Spageti Restaurant 2007-2008.

Pada Tabel 9 dapat dijelaskan untuk produk DBC tahun pertama 2007 produksi selama satu bulan sebanyak 340 unit dan diasumsikan konstan untuk setiap bulannya, maka untuk penjualan selama satu tahun (Jan-Des) adalah jumlah produksi selama satu bulan dikalikan harga rata-rata produk, sehingga penjualan yaitu Rp. 134.640.000,00. Produk DBC tahun kedua 2008 produksi selama satu bulan sebanyak 540 unit dan diasumsikan konstan untuk setiap bulannya, untuk penjualan selama setahun (Jan-Des) adalah jumlah produksi selama satu bulan dikalikan dengan harga rata-rata produk, sehingga untuk penjualan selama setahun yaitu Rp 226.800.000,00. Perhitungan untuk penjualan dan perhitungan harga rata-rata produk dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3.

3)

Nilai Sisa
Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama umur

proyek dan dinilai masih memiliki umur proyek. Nilai sisa dihitung diakhir proyek, dan dimasukan kedalam komponen inflow. Pada usaha DBC & Spageti Restaurant untuk umur proyek dua dan lima tahun memiliki nilai sisa karena semua peralatan yang digunakan oleh perusahaan tidak akan habis pada akhir umur proyek yaitu sepuluh tahun. Sedangkan untuk peralatan yang umur ekonomis satu tahun tidak memiliki nilai sisa. Harga-harga pada nilai investasi bersumber dari wawancara langsung (data primer) dengan pemilik dan supervisor DBC & Spageti Restaurant. Perhitungan nilai penyusutan asset pertahun sesuai dengan perkiraan umur ekonomis. Dalam penelitian ini metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus, sehingga penyusutan semua asset perusahaan diasumsikan sama untuk setiap tahunnya. Perhitungan penilaian penyusutan pertahun adalah harga pembelian peralatan dan perlengkapan investasi awal dibagi umur ekonomis.

7.2.1.2 Arus Pengeluaran


Arus pengeluaran dalam usaha DBC & Spageti Restaurant terdiri dari biaya investasi, biaya reinvestasi dan biaya operasional perusahaan. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha. Jumlah biaya investasi yang dikeluarkan oleh pemilik sebesar Rp. 345.449.000,00. Biaya ini terdiri dari alat kerja atau peralatan dan perlengkapan usaha, kemudian perusahaan membeli kendaraan operasional satu unit mobil yaitu Rp. 95.000.000,00. dan satu unit motor Rp. 8.500.000,00. Biaya investasi pada restoran ini dimulai pada tahun pertama yang dilakukan selama delapan bulan. Komponen biaya investasi yang dikeluarkan DBC & Spageti Restaurant dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Komponen Biaya Investasi Kelayakan Usaha DBC & Spageti Restaurant.
no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 37 jenis Bangunan Mesin spagheti cool storage oven (gas) oven listrik microwave kompor gas panggangan fritatta loyang DBC panci besar panci kecil teflon sedang kuali sedang mixer besar mixer kecil blander mesin granitta kulkas besar rak piring AC komputer kalkulator meja kursi mobil motor Peralatan makan Tsotal jumlah 1200 m 1 1 3 1 1 6 120 180 3 5 6 5 1 2 6 1 1 1 1 1 2 20 50 1 1 5 umur ekonomis 10 10 10 5 2 2 2 5 5 1 1 1 1 10 1 1 10 5 2 5 5 2 5 5 10 10 5 30,000,000 25,000,000 3,500,000 350,000 750,000 230,000 52,000 5,500 120,000 30,000 36,000 50,000 25,000,000 300,000 300,000 30,000,000 7,000,000 55,000 2,500,000 4,500,000 85,000 170,000 110,000 95,000,000 8,500,000 harga per unit Total harga 80,000,000 30,000,000 25,000,000 10,500,000 350,000 750,000 1,380,000 6,240,000 990,000 360,000 150,000 216,000 250,000 25,000,000 600,000 1,800,000 30,000,000 7,000,000 55,000 2,500,000 4,500,000 170,000 3,400,000 5,500,000 95,000,000 8,500,000 5,238,000 345,449,000

Sumber : Data DBC & Spageti Restaurant. (wawancara Supervisor)

Pada Tabel 10 dapat dijelaskan harga yang dipakai untuk investasi peralatan, perlengkapan produksi serta kendaraan operasional menggunakan harga pada tahun 2006. Awal kegiatan investasi dimulai pada tahun nol. Perhitungan total harga adalah jumlah unit dikalikan dengan harga per unit, sehingga untuk total keseluruhan investasi peralatan, perlengkapan produksi dan kendaraan

operasional yang digunakan pada usaha DBC & Spageti Restaurant yaitu sebesar Rp 345.449.000,00. Biaya reinvestasi adalah biaya yang dikeluarkan karena umur ekonomis dari peralatan yang telah habis, sedangkan umur proyek masih berjalan. Peralatan yang umur ekonomisnya telah habis digunakan selama satu tahun adalah panci besar, panci kecil, teflon sedang, kuali sedang, mixer kecil dan blander sehingga setiap tahun perusahaan mengeluarkan biaya untuk pembelian peralatan baru. Peralatan yang umur ekonomisnya telah habis digunakan selama dua tahun adalah oven listrik, microwave, kompor gas, rak piring dan kalkulator sehingga pembelian peralatan baru dilakukan pada tahun ke-tiga, enam dan sembilan. Peralatan yang umur ekonomisnya telah habis digunakan selama lima tahun adalah oven (gas), panggangan fritatta, loyang DBC, kulkas besar, AC, Komputer, Meja, Kursi dan Perlengkapan makan, pada tahun ke-enam perusahaan melakukan pembelian peralatan baru. Adapun biaya reinvestasi dikeluarkan untuk asset yang memiliki umur ekonomis selama satu tahun, dua tahun dan lima tahun karena umur ekonomis kurang dari umur proyek yaitu sepuluh tahun. Besarnya biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh usaha DBC & Spageti Restaurant dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Biaya Reinvestasi yang dikeluarkan Selama Umur Proyek DBC & Spageti Restaurant. (dalam ribuan)
N o reinvestasi Tahun 1 2 3 4 5 6 10,500 350 750 1,38 0 350 750 350 750 7 8 9 10

1 2 3

oven (gas) oven listrik microwave

kompor gas panggangan fritatta loyang DBC panci besar panci kecil teflon sedang kuali sedang mixer kecil 360 150 216 250 600

1,380

1,380

5 6 7 8 9 10 11

6,240 990 360 150 216 250 600 1,80 0 360 150 216 250 600 1,80 0 360 150 216 250 600 360 150 216 250 600 360 150 216 250 600 360 150 216 250 600 1,80 0 360 150 216 250 600 360 150 216 250 600

12 13 14 15 16 17 18 19 20

blander kulkas besar rak piring AC komputer kalkulator Meja kursi perlengkapa n makan 0

1,800

1,800

1,800 7,000

1,800

1,800

1,800

55

55 2,500 4,500

55

170

170 3,400 5,500 5,238

170

Jumlah

3,376

6,08 1

3,37 6

3,376

51,949

3,376

3,37 6

6,081

3,376

Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan agar suatu kegiatan dapat dilaksanakan. Biaya operasional mencakup biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh jumlah output yang akan diproduksi, terdiri dari biaya bangunan (sewa), keamanan, kebersihan pam, promosi dan PBB. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya tergantung pada jumlah output yang akan diproduksi, terdiri dari biaya pembelian

bahan baku, gaji karyawan, biaya listrik dan telepon. Uraian mengenai biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Biaya Operasional Usaha DBC & Spageti Restaurant


No Biaya Operasional Biaya Variabel 1 2 3 4 5 Bahan Baku Alumunium Foil Gaji Karyawan Biaya Telepon Biaya Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap 1 2 3 4 5 6 7 8 Transport Keamanan Perawatan, Kebersihan Biaya PAM Biaya Tak Terduga Website Promosi PBB Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional 2.688.000 660.000 1.200.000 3.120.000 1.800.000 3.360.000 1.440.000 14.268.000 278.687.904 3.360.000 1.080.000 1.800.000 4.740.000 3.600.000 4.200.000 2.400.000 3.180.000 24.360.000 330.719.904 47.040.000 1.140.000 211.199.904 1.560.000 3.480.000 264.419.904 53.760.000 3.600.000 239.999.904 3.000.000 6.000.000 306.359.904 Tahun 1 2

Besarnya biaya operasional yang dikeluarkan pada tahun pertama sebesar Rp 278.687.904,00 sedangkan pada tahun kedua dan seterusnya hingga tahun ke sepuluh besarnya biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp 330.719.904,00. Peningkatan biaya yang berbeda jauh pada tahun kedua dikarenakan proses produksi pada tahun pertama mulai berproduksinya usaha sehingga masih pada tahap-tahap perkenalan akan produk, hal tersebut terjadi karena adanya kegiatan investasi yang dilakukan pada tahun ke nol selama setahun. Untuk lebih jelas mengenai rincian perhitungan biaya operasional dapat dilihat pada Lampiran 4.

7.2.2. Analisis Kriteria Kelayakan Finansial


Analisis kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitian ini adalah NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito berjangka rata-rata bank umum periode Januari 2009. Perhitungan kelayakan ini menggunakan manfaat bersih (net benefit) yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan tarif pajak yang ditentukan didalam peraturan pemerintah. Tarif pajak yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang Perpajakan No 3 Tahun 2001 disajikan dalam Tabel 13.

Tabel 13. Tarif Pajak Untuk Wjib pajak badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap
No 1. 2. 3. Manfaat Bersih Sebelum Pajak Usaha sampai dengan Rp 50.000.000,00 Diatas Rp 5.000.000,00 sampai dengan Rp 100.000.000,00 Diatas Rp 100.000.000,00 Tarif Pajak (%) 10 15 30

Sumber : Undang-undang Republik Indonesia tentang Perpajakan No.3 Tahun 2001. Tentang Pajak Penghasilan.

Analisis kelayakan finansial DBC & Spageti Restaurant dengan tingkat suku bunga deposito berjangka rata-rata bank umum periode Januari 2009 sebesar 7 persen. Dengan demikian hasil kriteria kelayakan finansial DBC & Spagheti Restaurant dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Kelayakan Finansial Kelayakan Usaha DBC & Spageti Restaurant Dengan Tingkat Diskonto 7 Persen
Kriteria Investasi NPV (Rp) Net B/C Nilai 632.626.892 3

IRR (%) Payback Period

27 6 Tahun 7 Bulan

Berdasarkan kriteria kelayakan finansial pada tingkat diskonto tujuh persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 632,62 juta (positif) atau lebih besar dari nol. Hal ini berarti bahwa usaha DBC & Spageti Restaurant ini layak untuk dilaksanakan, karena memberikan keuntungan selama umur proyek berjalan yaitu sepuluh tahun dengan nilai sekarang (present value) Rp. 632,62 juta Net B/C yang dihasilkan adalah sebesar 3,00 nilai tersebut menunjukan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp. 1,00 akan menghasilkan manfaat sebesar 3,00 kali dari biaya yang dikeluarkan. Nilai Net B/C lebih besar daripada nol menunjukan bahwa proyek layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 27 persen (IRR > 7 persen) artinya proyek yang dilakukan oleh perusahaan memiliki tingkat pengembalian proyek terhadap investasi yang dikeluarkan sebesar 27 persen. Sedangkan hasil analisis tingkat pengembalian investasi (payback period) yang berdasarkan nilai sekarang dengan tingkat diskonto tujuh persen, memperlihatkan bahwa untuk memperoleh kembali nilai investasi yang telah dilakukan diperlukan waktu selama enam tahun tujuh bulan. Hal ini menunjukan bahwa usaha dapat mengembalikan modal sebelum umur proyek berakhir, sehingga usaha yang dilakukan masuk kedalam kriteria layak untuk diusahakan. Dari keempat kriteria NPV, IRR, Net B/C Dan Payback Period kelayakan yang dilakukan, menunjukan bahwa usaha DBC & Spageti Restaurant adalah layak untuk dilakukan. Perhitungan arus tunai (cash flow) dapat dilihat pada Lampiran 7.

7.2.3. Analisis Sensitivitas


Analisis sensitivitas untuk mengetahui kelayakan suatu usaha atau proyek setelah dilakukan perubahan yang terjadi di masa lampau atau sudah pernah terjadi sebelumnya, dari hasil analisis sensitivitas diketahui perusahaan ini tidak

sensitif terhadap perubahan harga output, peningkatan harga input dan perubahan penurunan jumlah produksi. Analisis sensitivitas yang dilakukan berdasarkan pada faktor-faktor di masa lampau atau yang sudah pernah terjadi sebelumnya pada perusahaan DBC & Spageti Restaurant adalah seperti kenaikan BBM pada tahun 2007 yang berdampak pada kenaikan harga input seperti naiknya bahan baku, biaya pengeluaran perusahaan seperti transport (BBM) dan biaya lainnya sebesar tujuh persen, selain itu melihat dari pengalaman perusahaan adanya penurunan jumlah output produksi dikarenakan tingkat pembelian akan produk berkurang sebesar tujuh persen. Selain itu perusahaan melakukan penurunan harga output sebesar lima persen yang mengakibatkan produksi tetap tetapi harga yang ditawarkan turun sebesar lima persen. Hasil analisis sensitivitas dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Analisis Sensitivitas Pada Usaha DBC & Spageti Restaurant.
No Uraian NPV (Rp) 1 Kriteria kelayakan 632.626.892 27 3 6 Tahun 7 Bulan IRR (%) Net B/C Payback Period

pada kondisi awal 2 Penurunan output 7 % 3 Peningkatan input 7 % 4 Penurunan output 5 % harga Harga jumlah

392.732.973

18

2.15

9 Tahun 3 Bulan

473.432.179

21

2.38

8 Tahun 1 Bulan

459.003.310

21

2.33

8 Tahun 4 Bulan

Pada tabel 15 dapat dijelaskan bahwa penurunan jumlah output hingga 7 persen menjadikan nilai IRR sebesar 18 persen, sedangkan nilai Net B/C sebesar 2,15 kemudian payback period sembilan tahun tiga bulan menjadikan usaha ini masih layak untuk dijalankan dan keadaannya tidak sensitif. Peningkatan harga input hingga 7 persen menjadikan nilai IRR sebesar 21 persen, sedangkan nilai Net B/C sebesar 2,38 kemudian payback period delapan tahun satu bulan menjadikan usaha ini masih layak untuk dijalankan dan keadaannya tidak sensitif

terhadap peningkatan harga input. Penurunan harga output hingga 5 persen menjadikan nilai IRR sebesar 21 persen, sedangkan nilai Net B/C 2,33 kemudian payback period delapan tahun empat bulan menjadikan usaha ini masih layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 8.

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1.

Kesimpulan

1) Laporan rugi-laba berdasarkan data fakta penjualan perusahaan per bulan pada tahun 2007-2008, laba bersih yang didapatkan perusahaan mengalami penjualan yang cukup baik dengan rata-rata per bulan pada tahun 2007 sebesar Rp 22,52 juta sedangkan Rp 32,90 juta pada tahun 2008. Mengalami peningkatan keuntungan perusahaan untuk dua tahun berjalan, maka dari itu akan dilanjutkan dengan mengevaluasi kelayakan usaha yang sudah berjalan. 2) Analisis kelayakan usaha pada DBC & Spageti Restaurant secara finansial proyek DBC & Spageti Restaurant layak untuk diusahakan, hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada tingkat diskonto tujuh persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 632, 62 juta, Net B/C sebesar 3; IRR sebesar 27 persen dan Payback period selama enam tahun tujuh bulan. 3) Analisis sensitivitas diketahui perusahaan ini tidak sensitif terhadap perubahan penurunan jumlah ouput hingga tujuh persen menjadikan nilai IRR sebesar 18 persen, sedangkan nilai Net B/C sebesar 2,15 kemudian payback period sembilan tahun tiga bulan menjadikan usaha ini masih layak untuk dijalankan dan tidak sensitif. Peningkatan harga input hingga tujuh persen menjadikan nilai IRR sebesar 21 persen, sedangkan nilai Net B/C sebesar 2,38 kemudian payback period delapan tahun satu bulan menjadikan usaha ini tidak sensitif terhadap perubahan kenaikan harga input. Penurunan harga output lima persen menjadikan nilai IRR sebesar 21 persen, sedangkan nilai Net B/C sebesar 2,33 kemudian payback period delapan tahun empat bulan. Oleh karena itu perusahaan tetap pada kondisi

yang stabil walaupun terjadi beberapa perubahan yang tidak terduga dan pernah terjadi pada usaha ini, tidak menjadikan usaha DBC & Spageti mengalami pergeseran tempat dimana terdapat banyaknya restoran yang ada di kota Bogor.

8.2.

Saran

1) Usaha Death by Chocolate & Spageti Restaurant jika dilihat dari analisis kelayakan usaha maka usaha ini layak untuk dilanjutkan, dan dapat terus dikembangkan dengan menaikan tingkat penjualan agar mencapai target penjualan perusahaan. 2) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, perusahaan Death by Chocolate & Spageti Restaurant tidak sensitif terhadap ke tiga faktor penurunan jumlah ouput, peningkatan harga input dan penurunan harga output, sehingga perusahaan sebaiknya mempertahankan dan meningkatkan kondisi jumlah produksi agar tidak mendapatkan penurunan penjualan yang cukup drastis.

DAFTAR PUSTAKA
Abriyanti, Dedeh Suryani. 2007. Analisis Kelayakan usaha sayuran Organik dengan Investasi Greenhouse. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Atmodjo, Marsum Widjojo. 2005. Restoran dan Segala Permasalahannya. Edisi keempat. Andi Ofisset. Yogya. Gittinger, JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Penerjemah Slamet Sutomo dan Komel Mangiri. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. . Analisa Ekonomi proyek- proyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Gray et al., 1978. Analisis Kelayakan Suatu Proyek. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Husnan, S dan Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Ketiga. Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) APM YKPN, Yogya. Kadariah, L.K dan Clive, G. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Revisi. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. .1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jilid I. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Khomsan, Ali. 2002. Coklat Baik Untuk Jantung Dan Suasana Hati. Http://www.pacific.net.id. 21 Juli 2008. Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Prehalindo. Jakarta. . Manajemen Pemasaran. Analisis Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jilid I. Prenhalindo. Jakarta. Moehyi, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Industri dan Jasa Boga. Bhratara, Jakarta.

Simatupang, Nugraha. 2004. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Restoran Macaroni Panggang. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Sukirno, S. 2003. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Bima Grafika. Jakarta. Torsina, M. 2000. Usaha Restoran Yang Sukses. PT. Bhuana Ilmu Populer. Kelompok Gramedia. Jakarta. Tresnawati, Nevi. 2005. analisis Kelayakan Usaha Industri Kerajinan Sepatu Sandal pada CV semart. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Umar, Husein. 1997. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Garamedia Pustaka Utama. Jakarta. Widianthi, farida. 2007. Analisis Kelayakan Investasi Penambahan Mesin Vacuum Frying Untuk Usaha Kecil Menengah kacang. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yudhi Hendratno, Nooriman. 2006. Analisis Kelayakan Finansial Proyek Pengembangan Usahatani Salak Pondoh. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Produksi Total DBC & Spageti Restaurant


Produksi dimulai pada tahun pertama 2007 berlangsung selama setahun, pada tahun ke nol perusahaan baru akan melakukan kegiatan investasi.

Produksi Tahun 2007


-DBC (15 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis) = 60 unit (20 unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 60 unit = 120 unit /minggu (120 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 480 unit/bulan

-Spageti (10 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis)

= 40 unit

(15 unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 45 unit = 85 unit /minggu (85 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 340 unit/bulan

-Fritatta (10 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis)

= 40 unit

(20 unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 60 unit = 100 unit /minggu (100 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 400 unit/bulan

- Appetizer - Soup - Rice

( 8 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan) ( 8 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan) ( 5 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan)

= 32 unit/ bulan = 32 unit/ bulan = 20 unit/ bulan

- Hot Drink

(15 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan)

= 60 unit/ bulan = 60 unit/ bulan

- Cold Drink (15 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan)

Total Produksi selama 1 Bulan


-DBC -Spageti -Fritatta -Appetizer -Soup -Rice -Hot Drink -Cold Drink (480 unit per bulan x 12 bulan) (340 unit per bulan x 12 bulan) (400 unit per bulan x 12 bulan) ( 32 unit per bulan x 12 bulan) ( 32 unit per bulan x 12 bulan) ( 20 unit per bulan x 12 bulan) ( 60 unit per bulan x 12 bulan) ( 60 unit per bulan x 12 bulan) = 5.760 unit = 4.080 unit = 4.800 unit = = = = = 384 unit 384 unit 240 unit 720 unit 720 unit

1.424 unit

Total Produksi selama 1 Tahun (Jan-Des)

17.088 unit

Produksi Tahun 2008


-DBC (20 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis) = 80 unit (30 unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 90 unit = 170 unit /minggu (170 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 680 unit/bulan

-Spageti (15 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis)

= 60 unit

(20 unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 60 unit = 120 unit /minggu (120 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 480 unit/bulan

-Fritatta (15 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis)

= 60 unit

(21 unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 63 unit = 123 unit /minggu (123 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 492 unit/bulan

- Appetizer - Soup - Rice - Hot Drink

( 10 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan) ( 10 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan) ( 10 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan) ( 20 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan)

= 40 unit/ bulan = 40 unit/ bulan = 40 unit/ bulan = 80 unit/ bulan = 80 unit/ bulan

- Cold Drink ( 20 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan)

Total Produksi selama 1 Bulan

1.932 unit

-DBC -Spageti -Fritatta -Appetizer -Soup -Rice -Hot Drink -Cold Drink

(680 unit per bulan x 12 bulan) (480 unit per bulan x 12 bulan) (492 unit per bulan x 12 bulan) ( 40 unit per bulan x 12 bulan) ( 40 unit per bulan x 12 bulan) ( 40 unit per bulan x 12 bulan) ( 80 unit per bulan x 12 bulan) ( 80 unit per bulan x 12 bulan)

= 8.160 unit = 5.760 unit = 5.904 unit = = = = = 480 unit 480 unit 480 unit 960 unit 960 unit

Total Produksi selama 1 Tahun (Jan-Des)

23.184 unit

Lampiran 2. Perhitungan Penjualan Total DBC & Spageti Restaurant


Penjualan produk pada tahun pertama 2007 penjulan produk dilakukan selama setahun yaitu dua belas bulan. Untuk perhitungan penjualan, produksi per bulan untuk setiap produk dikalikan dengan harga rata-rata dari setiap unit produk.

Penjualan Tahun 2007


-DBC (10 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis) = 40 unit (15 unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 45 unit = 85 unit /minggu (85 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 340 unit/bulan

-Spageti (10 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis)

= 40 unit

(10 unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 30 unit = 70 unit /minggu (70 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 280 unit/bulan

-Fritatta (10 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis)

= 40 unit

(15 unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 45 unit = 85 unit /minggu (85 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 340 unit/bulan

- Appetizer - Soup - Rice

( 5 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan) ( 5 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan) ( 5 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan)

= 20 unit/ bulan = 20 unit/ bulan = 20 unit/ bulan

- Hot Drink

(15 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan)

= 60 unit/ bulan = 60 unit/ bulan

- Cold Drink (15 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan)

Total Penjualan selama 1 Bulan = 1.140 unit -DBC (340 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 33.000 = Rp 134.640.000,-Spageti -Fritatta -Appetizer -Soup -Rice -Hot Drink -Cold Drink (280 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 31.000 = Rp 104.160.000,(408 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 24.000 = Rp 93.840.000,( 20 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 16.800 = Rp ( 20 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 15.000 = Rp ( 20 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 24.000 = Rp ( 80 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 14.000 = Rp ( 80 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 10.000 = Rp 3.600.000,3.360.000,5.280.000,9.360.000,6.480.000,-

Total Penjualan selama 1 Tahun (Jan-Des)

= Rp 360.720.000,-

Penjualan Tahun 2008


-DBC (15 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis) = 60 unit (25 unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 75 unit = 135 unit /minggu (135 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 540 unit/bulan

-Spageti (10 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis)

= 40 unit

(15 unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 45 unit = 85 unit /minggu (85 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 340 unit/bulan

-Fritatta (12 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis)

= 48 unit

(18 unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 54 unit

= 102 unit /minggu (102 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 408 unit/bulan

- Appetizer - Soup - Rice - Hot Drink

( 5 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan) ( 5 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan) ( 5 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan) ( 20 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan)

= 20 unit/ bulan = 20 unit/ bulan = 20 unit/ bulan = 80 unit/ bulan = 80 unit/ bulan

- Cold Drink ( 20 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan)

Total Produksi selama 1 Bulan

1.508 unit

-DBC -Spageti -Fritatta -Appetizer -Soup -Rice -Hot Drink -Cold Drink

(540 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 35.000 = Rp 226.800.000,(340 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 33.000 = Rp 134.640.000,(408 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 24.000 = Rp 117.504.000,( 20 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 16.800 = Rp ( 20 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 15.000 = Rp ( 20 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 24.000 = Rp 4.032.000,3.600.000,5.760.000,-

( 80 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 14.000 = Rp 13.440.000,( 80 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 10.000 = Rp 9.600.000,-

Total Penjualan selama 1 Tahun (Jan-Des)

= Rp 515.376.000,-

Lampiran 3. Perbandingan (GAP) Total Produksi dengan Penjualan Tahun 2007-2008


Tahun 2007 No Uraian Produksi 1 Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 DBC Spagheti Fritatta Appetizer Soup Rice Hot Drink Cold Drink 480 340 400 32 32 20 60 60 1,424 Penjualan 1 bulan 340 280 340 20 20 20 60 60 1,140 (140) (60) (60) (12) (12) (284) Gap (per bulan) Produksi 1 Bulan 680 480 492 40 40 40 80 80 1,932 Penjualan 1 bulan 540 340 408 20 20 20 80 80 1,508 (140) (140) (84) (20) (20) (20) (424) Tahun 2008 Gap (per bulan)

Total Produksi

Pada hasil perbandingan antara nilai total produksi dan total penjualan terjadinya gap yaitu produksi lebih besar daripada penjualan sehingga terjadi kelebihan penawaran (excess supply) pada usaha DBC & Spageti restaurant. Biasanya oleh perusahaan, barang sisa atau kelebihan penawaran ini dijual kepada karyawan sendiri dan untuk penjualan dimasukan ke kas untuk pembelian bahan baku atau sebagai ganti rugi bahan baku, sehingga tidak dimasukan ke dalam nilai pendapatan perusahaan.

Lampiran 4. Target Penjualan Perusahaan Tahun 2008 Target Penjualan Tahun 2008
-DBC (20 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis) = 80 unit (30 unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 90 unit = 170 unit /minggu (170 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 680 unit/bulan

-Spageti (15 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis)

= 60 unit

(20 unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 60unit = 120 unit /minggu (120 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 480 unit/bulan

-Fritatta (15 unit/ hari)x 4 hari (senin-kamis)

= 60 unit

(21unit/ hari)x 3 hari (jumat-minggu) = 63 unit = 123 unit /minggu (1232 unit seminggu x 4 minggu/1 bulan) = 492 unit/bulan

- Appetizer - Soup - Rice - Hot Drink

( 10 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan) ( 10 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan) ( 10 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan) ( 20 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan)

= 40 unit/ bulan = 40 unit/ bulan = 40 unit/ bulan = 80 unit/ bulan = 80 unit/ bulan

- Cold Drink ( 20 unit per minggu x 4 minggu/1 bulan)

Total Produksi selama 1 Bulan

1.932 unit

-DBC -Spageti -Fritatta -Appetizer -Soup -Rice -Hot Drink -Cold Drink

(680 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 35.000 = Rp 285.600.000,(480 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 33.000 = Rp 190.080.000,(492 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 24.000 = Rp 141.696.000,( 40 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 16.800 = Rp ( 40 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 15.000 = Rp ( 40 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 24.000 = Rp 8.064.000,7.200.000,11.520.000,-

( 80 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 14.000 = Rp 13.440.000,( 80 unit per bulan x 12 bulan)x Rp 10.000 = Rp 9.600.000,-

Total Penjualan selama 1 Tahun (Jan-Des)

= Rp 667.200.000,-

Tahun 2008 No Uraian Target penjualan per Bulan (unit) 680 480 492 40 40 40 80 80 1,932 Penjualan per Bulan (unit) 540 340 408 20 20 20 80 80 1,508 Harga rata-rata Target penjualan Penjualan

1 2 3 4 5 6 7 8

DBC Spagheti Fritatta Appetizer Soup Rice Hot Drink Cold Drink Total

35,000 33,000 24,000 16,800 15,000 24,000 14,000 10,000

285,600,000 190,080,000 141,696,000 8,064,000 7,200,000 11,520,000 13,440,000 9,600,000 667,200,000

226,800,000 134,640,000 117,504,000 4,032,000 3,600,000 5,760,000 13,440,000 9,600,000 515,376,000

Dari data tersebut maka dapat disimpulkan penjualan pada tahun 2008 belum mencapai target penjualan yang maksimal. Dapat dilihat bahwa seharusnya

penjualan tahun 2007 adalah Rp 667.200.000,- tetapi yang terjadi penjualan hanya sebesar Rp 515.376.000,-. Perusahaan masih harus mencapai penjualan sebesar Rp 151.824.000,- untuk mencapai target penjualan yang maksimal.

Lampiran 5. Perhitungan Harga Rata-rata Unit Produk

Perhitungan rata-rata unit produk dilakukakn karena untuk setiap unit produk yang ada di DBC & Spageti Restaurant berbeda-beda, maka untuk memudahkan dalam perhitungan diasumsikan nilai rata-rata untuk setiap unit produk.

Harga Tahun 2007 1. Harga rata-rata DBC Rp 33.000,2. Spageti


Spaghetti Carbonara Spaghetti Bolognese Spaghetti Marinara Spicy Spaghetti Spinach Spaghetti Octopus Spaghetti Total Harga rata-rata Spageti Rp 31.000,Rp 30.000,Rp 32.000,Rp 30.000,Rp 30.000,Rp 33.000,Rp 186.000,- / 6 unit Produk Rp 31.000,-

3. Fritatta (Spageti bakar)


Spinach Fritatta Tomato Fritatta Ground Beef Fritatta Chicken Mushroom Fritatta Tuna Fritatta Smoked Chicken Fritatta Sausage Fritatta Seafood Fritatta Total Harga rata-rata Fritatta Rp 18.000,Rp 18.000,Rp 24.000,Rp 22.000,Rp 27.000,Rp 24.000,Rp 24.000,Rp 27.000,Rp 184.000,- / 8 unit Produk Rp 23.000,-

4. Appetizer
Fried Ravioli Salad Omelette Rp 12.000,Rp 16.000,Rp 13.000,-

Beef Mushroom Omelette Potato & Sausage S Total Harga rata-rata Appetizer

Rp 18.000,Rp 16.000,Rp 75.000,- / 5 unit Produk Rp 15.000,-

5. Soup
Ravioli Soup Red Kidney Bean Soup Sausage Cream Soup Total Harga rata-rata Soup Rp 12.000,Rp 17.000,Rp 13.000,Rp 42.000,- / 3 unit Produk Rp 14.000,-

6. Rice Nasi Goreng Octopus Nasi Goreng Smoked Chicken. S Ketupat lemak santan Total Harga rata-rata Rice 7. Hot Drink
Hot By Chocolate Euphoria by Chocolate Cool By Chocolate Hot By Chocolate Double dip Hot Coffee Lemon Tea Total Harga rata-rata Hot Drink

Rp 22.000,Rp 21.000,Rp 23.000,Rp 66.000,- / 3 unit Produk Rp 22.000,-

Rp 15.000,Rp 14.000,Rp 14.000,Rp 25.000,Rp 7.000,Rp 8.000,Rp 8.000,Rp 91.000,- / 7 unit Produk Rp 13.000,-

7. Cold Drink
Granita Orange Garanita Strawberry Granita Chocolate Soft Drink Aqua Botol Ice Coffee Ice Tea Beer Bintang 620 ml Yogurt Total Harga rata-rata Cold Drink Rp 12.000,Rp 12.000,Rp 13.000,Rp 3.000,Rp 4.000,Rp 8.000,Rp 3.000,Rp 17.000,Rp 9.000,Rp 81.000,- / 9 unit Produk Rp 9.000,-

Harga Tahun 2008 1. Harga rata-rata DBC Rp 35.000,2. Spageti


Spaghetti Carbonara Spaghetti Bolognese Spaghetti Marinara Spicy Spaghetti Spinach Spaghetti Octopus Spaghetti Total Harga rata-rata Spageti Rp 33.000,Rp 32.000,Rp 34.000,Rp 32.000,Rp 32.000,Rp 35.000,Rp 198.000,- / 6 unit Produk Rp 33.000,-

3. Fritatta (Spageti bakar)


Spinach Fritatta Tomato Fritatta Ground Beef Fritatta Chicken Mushroom Fritatta Tuna Fritatta Smoked Chicken Fritatta Sausage Fritatta Seafood Fritatta Total Harga rata-rata Fritatta Rp 19.000,Rp 19.000,Rp 25.000,Rp 23.000,Rp 28.000,Rp 25.000,Rp 25.000,Rp 28.000,Rp 192.000,- / 8 unit Produk Rp 24.000,-

4. Appetizer
Fried Ravioli Salad Omelette Beef Mushroom Omelette Potato & Sausage S Total Harga rata-rata Appetizer Rp 13.000,Rp 18.000,Rp 15.000,Rp 20.000,Rp 18.000,Rp 84.000,- / 5 unit Produk Rp 16.800,-

5. Soup
Ravioli Soup Red Kidney Bean Soup Rp 13.000,Rp 18.000,-

Sausage Cream Soup Total Harga rata-rata Soup

Rp 14.000,Rp 45.000,- / 3 unit Produk Rp 15.000,-

6. Rice Nasi Goreng Octopus Nasi Goreng Smoked Chicken. S Ketupat lemak santan Total Harga rata-rata Rice 7. Hot Drink
Hot By Chocolate Euphoria by Chocolate Cool By Chocolate Hot By Chocolate Double dip Hot Coffee Lemon Tea Total Harga rata-rata Hot Drink

Rp 25.000,Rp 23.000,Rp 24.000,Rp 72.000,- / 3 unit Produk Rp 24.000,-

Rp 15.000,Rp 15.000,Rp 15.000,Rp 28.000,Rp 7.000,Rp 9.000,Rp 9.000,Rp 98.000,- / 7 unit Produk Rp 14.000,-

8. Cold Drink
Granita Orange Garanita Strawberry Granita Chocolate Soft Drink Aqua Botol Ice Coffee Ice Tea Beer Bintang 620 ml Yogurt Total Harga rata-rata Cold Drink Rp 13.000,Rp 13.000,Rp 14.000,Rp 4.000,Rp 5.000,Rp 9.000,Rp 4.000,Rp 18.000,Rp 10.000,Rp 90.000,- / 9 unit Produk Rp 10.000,-

Lampiran 6. Perhitungan Biaya Operasional Usaha DBC & Spageti Restaurant


No Biaya Operasional Biaya Variabel 1 2 3 4 5 Bahan Baku Alumunium Foil Gaji Karyawan Biaya Telepon Biaya Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap 1 2 3 4 5 6 7 8 Transport Keamanan Perawatan, Kebersihan Biaya PAM Biaya Tak Terduga Website Promosi PBB Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional 2.688.000 660.000 1.200.000 3.120.000 1.800.000 3.360.000 1.440.000 14.268.000 278.687.904 3.360.000 1.080.000 1.800.000 4.740.000 3.600.000 4.200.000 2.400.000 3.180.000 24.360.000 330.719.904 47.040.000 1.140.000 211.199.904 1.560.000 3.480.000 264.419.904 53.760.000 3.600.000 239.999.904 3.000.000 6.000.000 306.359.904 Tahun 1 2

Untuk biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, Alumunium Foil, gaji karyawan, biaya telepon dan biaya listrik. Sedangkan biaya tetap terdiri dari biaya sewa bangunan, transport, keamanan, perawatan, PAM, website, promosi, PBB dan biaya tak terduga.

Perhitungan Biaya Variabel Tahun Pertama 2007

Bahan baku ( Rp 140.000,- per hari x 28 hari x 12 bulan ) = Rp 47.040.000,Alumunium Foil ( Rp 95.000,- per gulung x 12 bulan ) Gaji karyawan Biaya telepon Biaya listrik ( Rp 733.333,- x 24 orang x 12 bulan ) ( Rp 130.000,- per bulan x 12 bulan) ( Rp 290.000,- per bulan x 12 bulan) = Rp 1.140.000,-

= Rp 211.199.904,= Rp = Rp 1.560.000,3.480.000,-

Perhitungan Biaya Tetap Tahun Pertama


Transport Keamanan Perawatan Biaya PAM ( Rp 8.000,- per hari x 28 hari x 12 bulan ) ( Rp 55.000,- per bulan x 12 bulan ) ( Rp 100.000,- per bulan x 12 bulan ) ( Rp 260.000,- per bulan x 12 bulan ) = Rp = Rp = Rp = Rp = Rp = Rp = Rp 2.688.000,660.000,1.200.000,3.120.000,1.800.000,3.360.000,1.440.000,-

Biaya tak terduga per tahun Website Promosi ( Rp 280.000,- per bulan x 12 bulan ) ( Rp 120.000,- per bulan x 12 bulan )

Perhitungan Biaya Variabel Tahun Kedua 2008


Bahan baku ( Rp 160.000,- per hari x 28 hari x 12 bulan ) = Rp 53.760.000,Alumunium Foil ( Rp 300.000,- per gulung x 12 bulan ) Gaji karyawan Biaya telepon Biaya listrik ( Rp 833.333,- x 24 orang x 12 bulan ) ( Rp 250.000,- per bulan x 12 bulan) ( Rp 500.000,- per bulan x 12 bulan) = Rp 3.600.000,-

= Rp 239.999.904,= Rp = Rp 3.000.000,6.000.000,-

Perhitungan Biaya Tetap Tahun Kedua


Transport Keamanan Perawatan Biaya PAM ( Rp 10.000,- per hari x 28 hari x 12 bulan ) = Rp ( Rp 90.000,- per bulan x 12 bulan ) ( Rp 150.000,- per bulan x 12 bulan ) ( Rp 395.000,- per bulan x 12 bulan ) = Rp = Rp = Rp = Rp = Rp = Rp = Rp 3.360.000,1.080.000,1.800.000,4.740.000,3.600.000,4.200.000,2.400.000,3.180.000,-

Biaya tak terduga per tahun Website Promosi ( Rp 350.000,- per bulan x 12 bulan ) ( Rp 200.000,- per bulan x 12 bulan )

PBB per tahun

Lampiran 7. Perhitungan Cashflow Usaha DBC & Spageti Restaurant


Tahun INFLOW 1. Pendapatan usaha Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Bangunan 1200 M Mesin spagheti cool storage oven (gas) oven listrik microwave kompor gas panggangan fritatta loyang DBC panci besar panci kecil teflon sedang kuali sedang mixer besar mixer kecil blender mesin granitta kulkas besar rak piring AC komputer 80,000,000 30,000,000 25,000,000 10,500,000 350,000 750,000 1,380,000 6,240,000 990,000 360,000 150,000 216,000 250,000 25,000,000 600,000 1,800,000 30,000,000 7,000,000 55,000 2,500,000 4,500,000 55,000 7,000,000 55,000 2,500,000 4,500,000 55,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 350,000 750,000 1,380,000 10,500,000 350,000 750,000 1,380,000 6,240,000 990,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 350,000 750,000 1,380,000 0 1 360,720,000 360,720,000 2 515,376,000 515,376,000 3 515,376,000 515,376,000 4 515,376,000 515,376,000 5 515,376,000 515,376,000 6 515,376,000 515,376,000 7 515,376,000 515,376,000 8 515,376,000 515,376,000 9 515,376,000 515,376,000 10 515,376,000 515,376,000

kalkulator meja kursi mobil motor perlengkapan makan Total Biaya Investasi Biaya Operasional Biaya Variabel bahan baku alumunium foil gaji karyawan biaya telepon biaya listrik Total Biaya variabel Biaya Tetap transport keamanan perawatan, kebersihan pam biaya tak terduga website promosi PBB Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional

170,000 3,400,000 5,500,000 95,000,000 8,500,000 5,238,000 345,449,000 3,376,000

170,000

170,000 3,400,000 5,500,000

170,000

5,238,000 6,081,000 3,376,000 3,376,000 51,949,000 3,376,000 3,376,000 6,081,000 3,376,000

47,040,000 1,140,000 211,199,904 1,560,000 3,480,000 264,419,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

2,688,000 660,000 1,200,000 3,120,000 1,800,000 3,360,000 1,440,000 14,268,000 278,687,904

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904

Total Outflow Benefit sebelum pajak pajak net benefit DISCOUNT FACTOR 7% PRESENT VALUE NPV 7% IRR NET B/C PAYBACK PERIODE

345,449,000 -345,449,000

278,687,904 82,032,096 -

334,095,904 181,280,096 27,321,199 153,958,897 0.873 134,473,663

336,800,904 178,575,096 27,321,199 151,253,897 0.816 123,468,235

334,095,904 181,280,096 27,321,199 153,958,897 0.763 117,454,506

334,095,904 181,280,096 27,321,199 153,958,897 0.713 109,770,566

382,668,904 132,707,096 27,321,199 105,385,897 0.666 70,223,073

334,095,904 181,280,096 27,321,199 153,958,897 0.623 95,877,863

334,095,904 181,280,096 27,321,199 153,958,897 0.582 89,605,480

336,800,904 178,575,096 27,321,199 151,253,897 0.544 82,272,098

334,095,904 181,280,096 27,321,199 153,958,897 0.508 78,264,896

-345,449,000 1 -345,449,000 632,626,892 27% 3 6 Tahun 7 Bulan

82,032,096 0.935 76,665,510

lampiran 8. Analisis Sensitivitas Akibat Penurunan Jumlah Output 7%


Tahun INFLOW 1. Pendapatan usaha Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi bangunan Mesin spagheti cool storage oven (gas) oven listrik microwave kompor gas panggangan fritatta loyang DBC panci besar panci kecil teflon sedang kuali sedang mixer besar mixer kecil blender mesin granitta 80,000,000 30,000,000 25,000,000 10,500,000 350,000 750,000 1,380,000 6,240,000 990,000 360,000 150,000 216,000 250,000 25,000,000 600,000 1,800,000 30,000,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 10,500,000 350,000 750,000 1,380,000 6,240,000 990,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 0 335,469,600 335,469,600 1 479,299,680 479,299,680 2 479,299,680 479,299,680 3 479,299,680 479,299,680 4 479,299,680 479,299,680 5 6 479,299,680 479,299,680 7 479,299,680 479,299,680 8 479,299,680 479,299,680 9 479,299,680 479,299,680 10 479,299,680 479,299,680

kulkas besar rak piring AC komputer kalkulator meja kursi mobil motor perlengkapan makan Total Biaya Investasi Biaya Operasional Biaya Variabel bahan baku alumunium foil gaji karyawan biaya telepon biaya listrik Total Biaya variabel Biaya Tetap transport keamanan perawatan, kebersihan pam biaya tak terduga website

7,000,000 55,000 2,500,000 4,500,000 170,000 3,400,000 5,500,000 95,000,000 8,500,000 5,238,000 345,449,000 3,376,000 3,601,000 3,376,000 3,376,000 170,000 55,000

7,000,000 55,000 2,500,000 4,500,000 170,000 3,400,000 5,500,000 170,000 55,000

5,238,000 51,949,000 3,376,000 3,376,000 3,601,000 3,376,000

47,040,000 1,140,000 211,199,904 1,560,000 3,480,000 264,419,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

2,688,000 660,000 1,200,000 3,120,000 1,800,000 3,360,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000

promosi PBB Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional Total Outflow Benefit sebelum pajak pajak net benefit DISCOUNT FACTOR 7% PRESENT VALUE NPV 7% IRR NET B/C PAYBACK PERIODE 345,449,000 -345,449,000 0 -345,449,000 1 -345,449,000 392,732,973 18% 2 9 tahun 3 bulan

1,440,000 14,268,000 278,687,904 278,687,904 56,781,696 56,781,696 0.935 53,067,006

2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904 334,095,904 145,203,776 27,321,199 117,882,577 0.873 102,963,208

2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904 334,320,904 144,978,776 27,321,199 117,657,577 0.816 96,043,630

2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904 334,095,904 145,203,776 27,321,199 117,882,577 0.763 89,932,054

2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904 334,095,904 145,203,776 27,321,199 117,882,577 0.713 84,048,648

2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904 382,668,904 96,630,776 27,321,199 69,309,577 0.666 46,183,898

2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904 334,095,904 145,203,776 27,321,199 117,882,577 0.623 73,411,345

2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904 334,095,904 145,203,776 27,321,199 117,882,577 0.582 68,608,733

2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904 334,320,904 144,978,776 27,321,199 117,657,577 0.544 63,997,926

2,400,000 3,180,000 24,360,000 330,719,904 334,095,904 145,203,776 27,321,199 117,882,577 0.508 59,925,525

Lampiran 9. Analisis Sensitivitas Akibat Kenaikan harga input 7%


Tahun INFLOW 1. Pendapatan usaha Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Bangunan 1200 M Mesin spagheti cool storage oven (gas) oven listrik microwave kompor gas panggangan fritatta loyang DBC panci besar panci kecil teflon sedang kuali sedang mixer besar mixer kecil blender mesin granitta kulkas besar rak piring 80,000,000 30,000,000 25,000,000 10,500,000 350,000 750,000 1,380,000 6,240,000 990,000 360,000 150,000 216,000 250,000 25,000,000 600,000 1,800,000 30,000,000 7,000,000 7,000,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 350,000 750,000 1,380,000 10,500,000 350,000 750,000 1,380,000 6,240,000 990,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 350,000 750,000 1,380,000 0 1 360,720,000 360,720,000 2 515,376,000 515,376,000 3 515,376,000 515,376,000 4 515,376,000 515,376,000 5 515,376,000 515,376,000 6 515,376,000 515,376,000 7 515,376,000 515,376,000 8 515,376,000 515,376,000 9 515,376,000 515,376,000 10 515,376,000 515,376,000

55,000 AC komputer kalkulator meja kursi mobil motor perlengkapan makan Total Biaya Investasi Biaya Operasional Biaya Variabel bahan baku alumunium foil gaji karyawan biaya telepon biaya listrik Total Biaya variabel Biaya Tetap transport keamanan perawatan, kebersihan pam biaya tak terduga website promosi 2,688,000 660,000 1,200,000 3,120,000 1,800,000 3,360,000 1,440,000 3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000 47,040,000 1,140,000 211,199,904 1,560,000 3,480,000 264,419,904 53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904 2,500,000 4,500,000 170,000 3,400,000 5,500,000 95,000,000 8,500,000 5,238,000 345,449,000 3,376,000

55,000

55,000 2,500,000 4,500,000

55,000

170,000

170,000 3,400,000 5,500,000

170,000

5,238,000 6,081,000 3,376,000 3,376,000 51,949,000 3,376,000 3,376,000 6,081,000 3,376,000

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

PBB Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional Total Outflow Benefit sebelum pajak pajak net benefit DISCOUNT FACTOR 7% PRESENT VALUE NPV 7% IRR NET B/C PAYBACK PERIODE 345,449,000 -345,449,000 0 -345,449,000 1 -345,449,000 473,432,179 21% 2.4 8 Tahun 1 bulan

14,268,000 298,196,057 298,196,057 62,523,943 62,523,943 0.935 58,433,591

3,180,000 24,360,000 353,870,297 357,246,297 158,129,703 27,321,199 130,808,504 0.873 114,253,213

3,180,000 24,360,000 353,870,297 359,951,297 155,424,703 27,321,199 128,103,504 0.816 104,570,618

3,180,000 24,360,000 353,870,297 357,246,297 158,129,703 27,321,199 130,808,504 0.763 99,793,181

3,180,000 24,360,000 353,870,297 357,246,297 158,129,703 27,321,199 130,808,504 0.713 93,264,655

3,180,000 24,360,000 353,870,297 405,819,297 109,556,703 27,321,199 82,235,504 0.666 54,796,989

3,180,000 24,360,000 353,870,297 357,246,297 158,129,703 27,321,199 130,808,504 0.623 81,460,962

3,180,000 24,360,000 353,870,297 357,246,297 158,129,703 27,321,199 130,808,504 0.582 76,131,740

3,180,000 24,360,000 353,870,297 359,951,297 155,424,703 27,321,199 128,103,504 0.544 69,679,818

3,180,000 24,360,000 353,870,297 357,246,297 158,129,703 27,321,199 130,808,504 0.508 66,496,410

Lampiran 10. Analisis Sensitivitas akibat Penurunan Harga Output 5%


Tahun INFLOW 1. Pendapatan usaha Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Bangunan Mesin spagheti cool storage oven (gas) oven listrik microwave kompor gas panggangan fritatta loyang DBC panci besar panci kecil teflon sedang kuali sedang mixer besar mixer kecil blender mesin granitta kulkas besar rak piring 80,000,000 30,000,000 25,000,000 10,500,000 350,000 750,000 1,380,000 6,240,000 990,000 360,000 150,000 216,000 250,000 25,000,000 600,000 1,800,000 30,000,000 7,000,000 7,000,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 600,000 1,800,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 350,000 750,000 1,380,000 10,500,000 350,000 750,000 1,380,000 6,240,000 990,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 360,000 150,000 216,000 250,000 350,000 750,000 1,380,000 0 1 342,684,000 342,684,000 2 489,607,200 489,607,200 3 489,607,200 489,607,200 4 489,607,200 489,607,200 5 489,607,200 489,607,200 6 489,607,200 489,607,200 7 489,607,200 489,607,200 8 489,607,200 489,607,200 9 489,607,200 489,607,200 10 489,607,200 489,607,200

55,000 AC komputer kalkulator meja kursi mobil motor perlengkapan makan Total Biaya Investasi Biaya Operasional Biaya Variabel bahan baku alumunium foil gaji karyawan biaya telepon biaya listrik Total Biaya variabel Biaya Tetap transport keamanan perawatan, kebersihan pam biaya tak terduga website promosi 2,688,000 660,000 1,200,000 3,120,000 1,800,000 3,360,000 1,440,000 3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000 47,040,000 1,140,000 211,199,904 1,560,000 3,480,000 264,419,904 53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904 2,500,000 4,500,000 170,000 3,400,000 5,500,000 95,000,000 8,500,000 5,238,000 345,449,000 3,376,000

55,000

55,000 2,500,000 4,500,000 170,000 3,400,000 5,500,000

55,000

170,000

5,238,000 5,911,000 3,376,000 3,376,000 51,949,000 3,376,000 3,376,000 6,081,000 3,376,000

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

53,760,000 3,600,000 239,999,904 3,000,000 6,000,000 306,359,904

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

3,360,000 1,080,000 1,800,000 4,740,000 3,600,000 4,200,000 2,400,000

PBB Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional Total Outflow Benefit sebelum pajak pajak net benefit DISCOUNT FACTOR 7% PRESENT VALUE NPV 7% IRR NET B/C PAYBACK PERIODE 345,449,000 -345,449,000 0 -345,449,000 1 -345,449,000 459,003,310 21% 2.3 8 Tahun 4 Bulan

14,268,000 278,687,904 278,687,904 63,996,096 63,996,096 0.935 59,809,436

3,180,000 24,360,000 330,719,904 334,095,904 155,511,296 27,321,199 128,190,097 0.873 111,966,195

3,180,000 24,360,000 330,719,904 336,630,904 152,976,296 27,321,199 125,655,097 0.816 102,571,989

3,180,000 24,360,000 330,719,904 334,095,904 155,511,296 27,321,199 128,190,097 0.763 97,795,611

3,180,000 24,360,000 330,719,904 334,095,904 155,511,296 27,321,199 128,190,097 0.713 91,397,768

3,180,000 24,360,000 330,719,904 382,668,904 106,938,296 27,321,199 79,617,097 0.666 53,052,234

3,180,000 24,360,000 330,719,904 334,095,904 155,511,296 27,321,199 128,190,097 0.623 79,830,350

3,180,000 24,360,000 330,719,904 334,095,904 155,511,296 27,321,199 128,190,097 0.582 74,607,804

3,180,000 24,360,000 330,719,904 336,800,904 152,806,296 27,321,199 125,485,097 0.544 68,255,579

3,180,000 24,360,000 330,719,904 334,095,904 155,511,296 27,321,199 128,190,097 0.508 65,165,345

Lampiran 11. Layout DBC & Spageti Restaurant

Gudang Dapur WC WC

Taman

Sensasi Death By Chocolate

kasir

Mini Bar Mesin Granitta

Etalase cokelat

Pintu masuk Ket : 1. meja makan 2. Kursi Parkir

Jendela

Jendela

You might also like