You are on page 1of 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Ester asam lemak dialam terdapat dalam bentuk ester antara gliserol dengan asam lemak ataupun terkadang ada gugus hidroksilnya yang teresterkan tidak dengan asam lemak tetapi dengan phospat seperti pada phospolipid. Disamping itu ada juga ester antara asam lemak dengan alkoholnya yang membentuk monoester seperti terdapat pada minyak jojoba. Ester asam lemak sering dimodifikasi baik untuk bahan makan maupun untuk bahan surfaktan, aditif, detergen dan lain sebagainya. Modifikasi ester asam lemak dapat dilakukan dengan beberapa cara. a. Esterifikasi

Gambar 2.1 Reaksi Esterifikasi (Tarigan, 2002) Esterifikasi adalah suatu reaksi ionik, yang mana gabungan dari reaksi adisi dan reaksi penataan ulang eliminasi b. Interesterifikasi

Gambar 2.2 Reaksi Interesterifikasi (Tarigan, 2002) Interesterifikasi dapat digambarkan sebagai pertukaran gugusan antara dua buah ester dimana hal ini hanya dapat terjadi apabila terdapat katalis. Katalis yang sering digunakan untuk reaksi ini adalah logam natrium atau kalium dalam bentuk metoksilat atau etoksilat. Dalam reaksi ini ion logam natrium atau kalium akan menyebabkan terbentuknya ion enolat yang selanjutnya diikuti dengan pertukaran gugus alkil.

c. Alkoholisis

Gambar 2.3 Reaksi Alkoholisis (Tarigan, 2002) Alkoholisis adalah reaksi suatu asam karboksilat dengan alkohol untuk membentuk suatu ester, dimana reaksinya biasanya lambat namun dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis yang biasa dipergunakan adalah suatu asam anorganik seperti HCl dan H2SO4. d. Asidolisis

Gambar 2.4 Asidolisis (Tarigan, 2002) Asidolisis adalah reaksi pembentukan suatu ester antara asam lemak dengan ester yang lain. Disini terjadi pertukaran gugus alkil pada ester dengan atom hidrogen dari asam yang digunakan. Katalis yang digunakan akan menyebabkan terjadinya proton abstraction yang kemudian diikuti dengan perenggutan alkil dari ester oleh ion enolat yang terbentuk. Ketiga transesterifikasi. Reaksi esterifikasi dapat juga terjadi antara suatu alkohol dengan asil halida ataupun dengan suatu anhidrida. Reaksi dengan alkohol tersier sangat lambat, namun dengan penggunaan kondisi yang tepat ester dapat dihasilkan. Ester dari alkohol tersier dapat juga dihasilkan dengan baik dengan menggunakan reagen Grignard. Ester juga dapat dibuat dengan mereaksikan suatu garam perak dengan alkil halida dalam larutan etanolik, namun demikian metode esterifikasi ini sangat sulit dilakukan (Tarigan, 2002). Reaksi esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kadar air dan asam lemak bebas bahan baku, jenis pelarut, rasio pelarut terhadap bahan baku, jenis katalis, konsentrasi katalis, waktu reaksi, suhu reaksi, ukuran bahan dan kecepatan pengadukan. reaksi yang terakhir diatas dikelompokkan menjadi reaksi

2.2 Faktor-Faktor Dalam Reaksi Esterifikasi a. Waktu Reaksi Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan karena tidak memperbesar hasil. b. Pengadukan Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi dengan zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi sempurna. Sesuai dengan persamaan Archenius : k = A e(-Ea/RT) dimana, T = Suhu absolut ( C) R = Konstanta gas umum (cal/gmol K) E = Tenaga aktivasi (cal/gmol) A = Faktor tumbukan (t-1) k = Konstanta kecepatan reaksi (t-1) Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan reaksi. Sehingga dalam hal ini pengadukan sangat penting mengingat larutan minyak katalismetanol merupakan larutan yang immiscible. c. Katalisator Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu reaksi sehingga pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin besar. Pada reaksi esterifikasi yang sudah dilakukan biasanya menggunakan konsentrasi katalis antara 1 - 4 % berat sampai 10 % berat campuran pereaksi. d. Suhu Reaksi Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. Bila suhu naik maka harga k makin besar sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin besar (Nurul dkk., 2010).

2.3

Aplikasi Reaksi Esterifikasi (Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) Dari Minyak Dedak Dan Metanol Dengan Proses Esterifikasi Dan Transesterifikasi) Dedak diperam selama 4 bulan untuk meningkatkan kandungan asam lemak

bebas dalam dedak. Pada pembuatan biodiesel dari minyak dedak dengan menggunakan metanol ini digunakan metode esterifikasi dan transesterifikasi. Untuk proses ekstraksi, dedak dimasukkan ke dalam labu leher tiga, kemudian ditambahkan metanol dengan perbandingan berat dedak dan metanol adalah 1:5, proses ekstraksi dilakukan selama 120 menit pada suhu 60 oC. Setelah 120 menit dilakukan pemisahan sisa ampas dedak dari minyak dan metanol menggunakan kertas saring dan akan diperoleh filtrat berupa campuran antara minyak dedak dan metanol yang berwarna kuning kecoklatan. Filtrat hasil ekstraksi dengan volume tertentu dimasukkan kembali ke dalam labu leher tiga untuk proses esterifikasi menggunakan katalis H2SO4 sebanyak 1% v/v minyak. Proses esterifikasi berlangsung sesuai dengan variabel percobaan, yaitu selama 60; 75; 90; 105; dan 120 menit, pada suhu 40; 45; 50; 55; dan 60 oC. Selama proses esterifikasi berlangsung, dilakukan titrasi menggunakan larutan NaOH 0,1 N setiap 15 menit untuk mengetahui konversi FFA menjadi fatty acid ester. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna sampel dari kuning kecoklatan menjadi merah muda. Setelah proses esterifikasi, dilanjutkan dengan proses transesterifikasi dengan katalis NaOH pada suhu 60 oC, waktu dan konsentrasi katalis sesuai 4 dengan variabel percobaan yaitu 60; 75; 90; 105; dan 120 menit, serta konsentrasi katalis NaOH sebanyak 1,5 ; 1,75 ; 2 ; 2,25 ; 2,5 % w/w. Hasil dari reaksi transesterifikasi adalah metil ester. Setelah proses transesterifikasi selesai, produk didiamkan selama 24 jam hingga terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berupa metil ester dan lapisan bawah berupa gliserol. Metil ester yang terbentuk dikeringkan pada suhu 100 oC untuk menghilangkan air dan sisa metanol yang masih ada, kemudian dianalisa densitas dan kandungan metil esternya dengan GC-MS (Nurul dkk., 2010).

Gambar 2.2 Diagram Blok Proses Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) Dari Minyak Dedak Dan Metanol Dengan Proses Esterifikasi Dan Transesterifikasi (Nurul dkk., 2010)

You might also like