You are on page 1of 2

Sherly Mecillia 118114151 / FKK B 2011

Sejarah Peracikan Obat


Peracikan obat memiliki sejarah yang panjang. Dari beribu ribu abad yang lalu hingga jaman modern ini. Bahan obat-obatan dalam bentuk tumbuh-tumbuhan dan mineral telah ada jauh sebelum keberadaan manusia. Penyakit-penyakit yang diderita manusia dan naluri dari manusia untuk mempertahankan hidupnya telah memicu berbagai penemuan - penemuan obat, walaupun dalam bentuk yang sederhana. Sebagai contoh, naluri orang - orang primitif untuk menghilangkan rasa sakit pada luka adalah dengan merendamnya pada air dingin atau menempelkan daun segar pada luka. Masyarakat zaman dahulu memiliki beberapa pengetahuan tentang sifat obat dari hewan, tumbuhan, jamur, bakteri serta mineral anorganik dalam lingkungan mereka. Peradaban kuno menggunakan peracikan obat untuk agama, perawatan, menjaga kesehatan dengan baik, merawat orang sakit dan mengawetkan orang yang telah meninggal. Peracik ini juga telah menghasilkan minyak pertama dari tumbuhan dan hewan. Mereka juga telah dapat menemukan racun, membuat salep untuk pasien terluka dan parfum. Pada sekitar tahun 3000 sebelum masehi, telah terdapat tablet kuno dan tulisan - tulisan pada batu tentang dokumen ilmu kedokteran dan farmasi. Pada abad ke-16 sebelum masehi, terdapat pula suatu kertas yang berisi lebih dari 800 formula atau resep dan menyebutkan sekitar 700 obat-obatan. Obat-obatan tersebut berasal dari tumbuh-tumbuhan, mineral dan hewan. Pada masa itu bahan pembawa yang digunakan dalam sediaan adalah anggur, susu, madu dan bir. Lumpang, penggilingan tangan, ayakan dan timbangan biasa telah digunakan oleh orang Mesir untuk membuat suppositoria, obat kumur, pil, obat hisap, lotion, salep mata dan plester. Jadi pada masa tersebut, pembuatan obat-obatan masih sangat tradisional dan tidak efisien, selain itu hasilnya pun menjadi kurang efektif. Misalnya untuk membuat obat jantung hanya bisa dibuat infus dari daun digitalis. Dalam dunia Islam, khususnya pada abad pertengahan, banyak apoteker dan ahli kimia Muslim yang ahli dalam meracik, menyimpan, serta menjaga aneka obat-obatan. Pada masa itu banyak ilmuwan yang mempunyai pengaruh besar terhadap kemajuan peracikan obat lewat terbitan buku buku

mereka tentang obat obatan. Banyak ilmuwan juga yang telah diasah ilmunya tentang komposisi, dosis dan meracik obat lewat hadirnya buku buku tersebut. Akibat perkembangan peracikan obat yang melesat pada abad ini, toko obat pertama muncul di Baghdad pada 754 M.

Selama tahun 1800-an, peracikan obat fokus dalam peningkatan, persiapan dan peracikan obat mentah. Simplisia, seperti opium, berasal dari sumber-sumber alam dan biasanya mengandung beberapa senyawa kimia. Para peracik obat mengekstrak simplisia tersebut menggunakan air atau alkohol untuk membentuk ekstrak dan ramuan. Era modern peracikan obat dimulai pada abad ke-19. Pada abad ini pula peracik obat mulai mengisolasi dan mengidentifikasi bahan aktif yang terkandung dalam ramuan simplisia. Lewat fraksinasi dan rekristalisasi, peracik obat akan memisahkan bahan aktif, seperti morfin, dan menggunakannya dalam simplisia. Pada saat ini, dengan isolasi obat dari "bahan baku" atau simplisia lahirlah perusahaan farmasi modern. Di masa modern ini dengan semakin berkembangnya teknologi pembuatan obat (misalnya ekstraksi, timbangan elektrik yang peka, mesin tablet dan lain-lain), maka banyak ditemukan obat-obat baru yang lebih manjur, tidak beracun dan mudah dipakai. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya bermacam-macam bentuk sediaan obat sesuai dengan penggunaannya.

You might also like