You are on page 1of 8

BUKU PANDUAN KUNJUNGAN KE LAPANGAN1

Dalam Rangka Seminar Nasional: Kelembagaan Efektif dalam Pengelolaan Sumberdaya Air di Wilayah Sungai Secara Terpadu, Novotel Bukit Tinggi 4 sampai dengan 7 Mai 2002.

Pendahuluan. Atas nama Masyarakat Sumatera Barat, Panitia secara khususnya mengucapkan selamat datang kepada Bapak dan Ibu peserta Seminar Nasional; Kelembagaan Efektif dalam Pengelolaan Sumberdaya Air di Wilayah Sungai Secara Terpadu, Novotel Bukit Tinggi 4 sampai dengan 7 Mai 2002. Semoga Bapak dan Ibu dapat menikmati suasana keramahan dan kenyamanan alam Minangkabau dengan tatanan masyarakat yang beradat dan demokrasi. Buku ini merupakan panduan dalam rangka kunjungan ke lapangan pada tanggal 5 Mai 2002, dengan tujuan untuk melihat secara langsung dilapangan pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air Danau Singkarak. Semoga dalam kunjungan ini dapat memberikan gambaran dan wacana dalam diskusi nantinya pada tanggal 6 sampai dengan 7 Mai 2002 di Novotel Bukit Tinggi. Buku ini akan menginformasikan tentang; (1) Kondisi Geografis Sumatera Barat, (2) Proyek PLTA Singkarak, (3) Batang Ombilin (4) Skeduling Perjalanan dan (5) Peta Perjalanan. 1. Kondisi Geografis Sumatera Barat Provinsi Sumatera Barat terletak di pantai barat Pulau Sumatera dengan luas wilayah 42.297,3 km2, mencakup dataran rendah hingga dataran tinggi, berpantai dan pergunungan yang merupakan bagian dari jajaran Bukit Barisan yang membujur dari utara ke selatan, dengan pemandangan alam yang permai kaya dengan keanekaragaman hayatinya . Berbatasan dengan; Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Bengkulu Sebelah Barat berbatasan dengan Lautan Indonesia Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Riau Dari luas areal tersebut yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian hanya sekitar 15 %, karena kondisi topografi yang berbukit dan relatif terjal. Sebagian besar dari luasan tersebut merupakan kawasan hutan yang menjadi kawasan resapan air dari sungai-sungai besar yang mengalir ke wilayah tetangga seperti Batang Kampar, Inderagiri di Provinsi Riau, Batang Hari di Provinsi Jambi dan beberapa Sungai yang bermuara langsung ke Pantai Barat. Disamping itu wilayah ini mengandung bahan-bahan tambang seperti; batu
1

Dipersiapkan Oleh Eri Gas Ekaputra Staf Peneliti PSI-SDALP Universitas Andalas Padang

bara, keramik, granit, kaolin, batu kapur sebagai bahan baku pabrik semen, tanah liat, oksidan dan bahan lainnya. Karena kawasan ini merupakan kawasan tampungan air atau kawasan hulu dari sungai-sungai besar, juga memiliki 5 buah danau alam yaitu, (a) Danau Maninjau (9.950 ha), (b)Danau Diatas (3.150 ha), (c) Danau Dibawah (1.400 ha), (d) Danau Talang (500ha), dan (e) Danau Singkarak (11.200 ha). Disamping memiliki sungai-sungai dan danau sebagai sumber air untuk kawasan sekitarnya, daerah ini juga terkenal dengan gunung-gunung berapinya antara lain; (a) Gunung Merapi (2.891 m, mal), (b) Gunung Singgalang (2.877 m, mal), (c) Gunung Tandikat (2.438 m, mal), (d) Gunung Talang (2.572 m, mal), (e) Gunung Talamau (2.912 m, mal) dan (f) Gunung Sago (2.271 m, mal). Sumatera Barat mempunyai garis pantai sepanjang 275 km yang terbentang dari Tenggara ke Barat Laut, dari perbatasan Provinsi Bengkulu, sampai Provinsi Sumatera Utara. Sekitas 120 km dari garis pantai terdapat sederetan Kepulauan Mentawai dengan pulau-pulau utamanya; (a) Pulau Siberut, (b) Pulau Sipora, (c) Pagai Utara, dan (d) Pulau Pagai Selatan, yang terkenal dengan kekayaan alam, flora dan fauna serta penduduknya memiliki tradisi dan kebudayaan yang spesifik. Provinsi ini prediksi sampai akhir tahun 2001 berpenduduk mendekati 5 juta dimana jumlah yang ada di Sumatera Barat sama jumlahnya dengan yang merantau (terbanyak di Jakarta 1,5 jt). Dibawah pimpinan seorang Gubernur yang bernama: H. Zainal Bakar,SH. Wilayah ini terbagi atas 15 Kabupaten dan Kota (9 Kabupaten dan 6 Kota), 114 Kecamatan dan 2159 desa, berdasarkan Perda No 9 tahun 2000, tentang ketentuan pokok pemerintahan Nagari maka desa-desa berubah menjadi 150 Nagari (data Biro Pemerintahan Nagari, Kelurahan Agustus 2001). 2. Danau dan Proyek PLTA Singkarak Danau Singkarak merupakan salah satu dari empat (Danau Maninjau, Agam dan Koto Panjang) sumber air yang dijadikan sebagai sumber tenaga untuk listrik (PLTA), yang bertujuan untuk melayani kebutuhan yang meningkat akan listrik di Daerah Provinsi Sumatera Barat dan Riau (Sumatera bagian Tengah) dan mengurangi ketergantungan pembangkit dengan bahan bakar minyak (disel). Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Danau Singkarak; 1076 Km 2 dengan luas Danau 112 Km2 . Elevasi muka air tertinggi 363.5 m. dml dan elevasi muka air terendah 359.5 m dml. Secara geologis Danau terjadi akibat dari patahan, merupakan pormasi patahan semangka dari arah Gunung Merapi dan Gunung

Talang, dimana danau tersebut tidak memiliki sumber air karena berupa kawasan cekungan tampungan air dari beberapa sungai yang ada disekitar danau terutama Batang (Sungai) Sumani dan Bantang Sumpur (merupakan sumber air terbesar yang mensuplai air untuk danau). Proyek PLTA Singkarak terletak di Desa Asam Pulau, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, sekitar 32 km sebelah Utara dari kota Padang. Proyek ini akan menghasilkan listrik sebesar 175 MW, produksi energi 986 GWH pertahun. Dengan memanfaatkan air Danau Singkarak melalui terowongan yang tembus melintasi Bukit Malintang dengan diameter 5 m sepanjang 16.5 km. Pembangunan mega proyek ini, dananya berasal dari Pemerintah Indonesia (GOI) dan Bantuan Luar Negri antara lain; Asia Development Bank (ADB) dan Japan Exim Bank (JEXIM) dengan total biaya sekitar 450 Juta USD. Pembangunan PLTA Singkarak dilaksanakan berdasarkan atas empat tahapan seperti; Tahapan Pertama: Survey pendahuluan, merupakan penyelidikan untuk pembangunan yang dimulai sejak tahun 1970 sampai dengan 1971 oleh Konsultan Lahmeyer dari Jerman, dilanjutkan tahun 1980 sampai dengan 1983 oleh ITS Itali. Tahapan Kedua: Perencanaan detail design yang dilaksanakan pada tahun 1985 sampai dengan 1988 oleh Konsultan Motor Colombus bekerja sama dengan Konsultan lokal yaitu PT. Central Development Enterprise dan PT Geobecon. Tahapan Ketiga: Review design pada tahun 1989 oleh Board of Expert (BOE) yang terdiri dari ahli Geologi, Sipil Engineering dan Tunnel Expert dari USA, Switserland dan Jerman Tahapan Keempat: Merupakan tahapan pembangunan yang dimulai tahun 1988. Dalam pekerjaan prasarana dilaksanakan oleh kontraktor lokal, dan untuk pelaksanaan pekerjaan utama dilakukan oleh kontraktor asing berkerja sama dengan kontraktor lokal.

Data Teknik dari PLTA Singkarak. . A DATA TEKNIK Kapasitas Pembangkit Kapasitas Terpasang Debit Andalan Debit rata-rata Debit rata-rata dari Buluh Intake Debit maksimum operasi Elevasi tertinggi untuk operasi Elevasi terendah untuk operasi Tinggi jatuh efektif Elevasi maksimum Tailrace Energi rata-rata tahunan Energi andalan Bendung Ombilin Type Tinggi Lebar masing-masing Panjang puncak (total) Pompa Penangkap Air Type I Lebar Tinggi Trash Rack Lebar Tinggi Terowongan Tekan Diameter Panjang Terowongan Tekan Terbuka Diameter Panjang Buluh Diversion Pintu penangkap air buluh Lebar Tinggi Kolam penampung pasir Panjang Lebar Buluh Tunnel Pipa Pesat KAPASITAS 175 Mw 36.2 m3/det 47.1 m3/det 3.4 m3/det 77 m3/det 363.50 m.a.l 359.50 m.a.l 275 m 61.50 m.a.l 968 GWh/tahun 756 GWh/tahun Radial Gate (4 unit) 3.65 m 8.5 m 37 m Fixed Wheel Gate 3.9 m 5.0 m 11 m 9.5 m 5.0 m 16.5 km 3.5 m 52.5 m 2.5 m 3.0 m 50 m 2 x 3.55 m 660 m

D E F

Pressure Shaft Diameter Panjang Kemiringan Manifold H Gedung Pembangkit Type Panjang Lebar Tinggi I Terowongan Kabel Panjang J Terowongan Masuk Diameter Panjang K Turbin Type Kapasitas Putaran Menit L Generator Type M Main Transformator Type Kapasitas Tegangan N Jaringan Transmisi 150 kV Panjang Sirkuit/ Tegangan
Sumber: PLN-Pikitring 2000

4.1 m 395 m 45o Steel Liner Under Ground 94 m 25 m 37 m 95 m 5.0 m 850 m Vertical Prancis Turbin 4 x 43.75 MVA 500 rpm 3 Phase AC Out Door 4 x 52 MVA 150/10.5 kV 45 Km Double /150 kV

3. Batang Ombilin Batang Ombilin merupakan satu-satunya sungai yang mengalirkan air yang berlebih di Danau Singkarak data sebelum proyek (1971 1980) rata-rata tahunan debit 47 m3/det. Dari hasil studi PSI-SDALP (2000) kondisi hidrologis dapat dilihat sebagai berikut: Batang Ombilin secara topografis relatif landai dimana perbedaan tinggi dihulu sampai kehilir antara 360 m mal 180 m mal, dengan panjang sungai 71 km (batas dengan muaro Sinamar). Sepanjang aliran tersebut bermuara dua buah sungai yang berpotensi sebagai penambahan air untuk batang Ombilin yaitu Batang Bengkawas (rata-rata 4 m3 /det) dan Batang Selo (rata-rata 12 m3/det) disamping empat sungai lainnya; Katialo, Silaki, Lunto dan Lasi sekitar rata-rata 2 1m3/det.

Sebaran curah hujan dan evaporasi disepanjang Batang Ombilin dari data sekunder Badan Meteorology dan Geofisika stasiun Saning Bakar, Padang Gantiang dan Tanjung Ampalu maka sepanjang aliran Batang Ombilin dapat dibedakan menjadi 3 Zona (Kawasan Hulu Zona A, Tengah Zona B dan Hilir Zona C). a. Kawasan Hulu (Zona A) Pada kawasan ini tampak curah hujan sepanjang tahunnya masih cukup tinggi, dimana bulan basahnya sekitar 9 10 bulan, dan bulan kering sekitar 3 2 bulan. Jadi, ketersediaan air di kawasan ini masih dianggap cukup disamping ada tambahan suplai dari batang bengkawas. Pada kawasan ini, pemanfaatan air batang Ombilin hanya digunakan untuk pertanian dengan menggunakan kincir, dari hasil inventarisasi yang dilakukan oleh PSI-SDALP Unand pada kawasan ini memiliki 58 unit kincir dan hanya 30 kincir yang beroperasi, sisanya dalam kondisi tidak beroperasi dan rusak. Fungsi kincir hanya sebagai suplay air pada musim kemarau, walaupun pada musim hujan kincir tetap berjalan guna mempertahankan air di sawah karena sawah-sawah dipinggir sungai sangat porous (cepat terserap dalam tanah) atau berpasir. b. Kawasan Tengah (Zona B) Dari sebaran hujan sepanjang tahunnya bulan basah hanya 2 3 bulan, sedangkan bulan kering 9 10 bulan, ketersediaan air di Batang Ombilin bertambah dengan bermuaranya Batang Selo dimana tambahannya cukup significan, Batang Selo berasal dari Gunung Merapi dengan luas DAS 335,070 km2. Pada kawasan ini, pemanfaatan air batang Ombilin mulai beragam seperti untuk pertanian dengan menggunakan kincir sebanyak 77 Unit, saat ini hanya beroperasi 38 unit, pompa untuk pertanian 5 unit, 2 unit PDAM, 2 unit PLTU dan 1 unit pencucian Batu Bara, disamping penggunaan lainnya seperti industri rumah tangga Batu Bata. Fungsi kincir untuk pertanian merupakan sumber utama, dikarenakan hujan tidak dapat memenuhi kebutuhan air untuk tanaman. c. Kawasan Hilir (Zona C) Pada kawasan ini sebaran hujan nya sama pada kawasan zona B, tapi pada kawasan ini ketersediaan airnya berkurang, karena pada kawasan Zona B disamping untuk pertanian air digunakan untuk PDAM dan pencucian batu bara. Pada kawasan ini pemanfaatan air Batang Ombilin hanya digunakan untuk pertanian dengan 231 unit kincir yang beroperasi 28 unit dan 9 buah pompa.

4. Skeduling perjalanan No Waktu (jam) 1 6.00 7.30 2 7.30 8.30 Lokasi Novotel Perjalanan Kegiatan Sarapan Menuju Danau Singkarak melalui jalan provinsi, Bukit Tinggi Padang Panjang Kubu Kerabil Danau Singkarak Penjelasan dari PLN di Outlet PLTA Singkarak (Bt. Ombilin) Menuju Talawi (Petani Pemakai Kincir) Wawancara dengan Petani Pemakai Air Kincir. Menuju Pondok Flora Solat Zuhur dan Makan Siang Menuju Novotel Bukit Tinggi Free Market Diserahkan kembali ke Panitia Seminar Nasional.

3 4 5 6 7 8 9 10

8.30 9.30 9.30 11.00 11.00 12.00 12.00 13.30 13.30 14.30 14.30 15.30 15.30 17.00 17.00

Simp Simawang Perjalanan Pertemuan Muara Batang Ombilin dengan Batang Selo Perjalanan Pondok Flora Perjalanan Pasar Bukit Tinggi Novotel

5. Peta Perjalanan

You might also like