You are on page 1of 16

TUGAS I PENCEMARAN LINGKUNGAN

D I S U S U N
Oleh:

Hartati 60300110016
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2013

Pencemaran Lingkungan
Pencemaran Udara 1. Kajian Eksperimen Pengaruh Uap Air dan Gas Hasil Elektrolisis pada Udara Bilas Terhadap Kandungan NOX dalam Gas Buang Motor Diesel. Abstrak Gas dan senyawa nitrogen oxides (NOx) dan sulphur oxides (SOx) dari emisi motor diesel pasti memberikan andil besar terhadap polusi udara yang mempengaruhi kesehatan ribuan makhluk hidup, lingkungan dan pemanasan global. Pokok bahasan utama pada tugas akhir ini adalah tentang pengaruh uap air dan gas hasil elektrolisis pada udara bilas terhadap kandungan NOx dalam gas buang motor diesel. Dalam eksperiment nanti akan dibuat sebuah alat elektrolisis yang digunakan untuk menghasilkan gas dan uap air. Uap air dan gas hasil elektrolisis ini digunakan bersama udara luar untuk pembakaran motor diesel. Dengan adanya penambahan uap air ini diharapkan mampu menurunkan temperature dalam ruang bakar motor diesel, sehingga dapat menurunkan kadar NOx dalam gas buang motor diesel. Variasi yang dilakukan adalah tanpa menggunakan alat elektrolisis, variasi penggunaan pipa kecil dan variasi mengalirkan gas elektrolisis langsung ke ruang

pembakaran/penggunaan pipa besar. Kondisi tersebut pada beban konstan yaitu 1500 Watt. Data-data yang terdapat dari semua pengukurantersebut dianalisa sehingga di dapat perbandingan kadar NOx dan persentase penurunan yang terjadi. Kata Kunci : NOx, reduksi, elektrolisis, uap air.

2. Analisis Penyebaran Pencemar Udara di Kawasan Industri Cilegon. Abstrak Penyebaran pencemar udara, terutama dari industri

ditentukan oleh tinggi cerobong (stack), semakin tinggi stack yang digunakan, semakin jauh jarak polutan yang diemisikan. Aplikasi model untuk mengkaji sebaran polutan di kawasan industri menggunakan model Screen3. Model ini digunakan untuk menganalisis sebaran polutan yang diemisikan dari pabrik. Berdasarkan penerapan model, pada berbagai stabilitas atmosfer, semakin besar kecepatan angin, konsentrasi maksimum polutan yang diemisikan semakin besar dengan jarak sebaran semakin kecil. Untuk menilai kehandalan model digunakan nilai mutlak z-score. Di UBP Suralaya emisi SO2 pada unit-1 sampai unit-7 diperoleh rentang 0,183 sampai 2,203. Nilai mutlak z-score sebesar 2,203 hanya terjadi pada unit-4. Berdasarkan syarat nilai zscore, aplikasi model termasuk pada kategori hasil yang dapat diterima, kecuali pada unit-4 aplikasi model termasuk pada ketgori hasil yang diragukan. Secara umum model screen3 dapat digunakan untuk menganalisis sebaran emisi SO2 di kawasan industri, sedangkan untuk menganalisis emisi debu di kawasan tersebut, perlu diperhatikan kandungan partikel pada bahan bakar yang digunakan karena akan berimplikasi pada debit emisi pencemar yang diemisikan. Kata Kunci : polutan, model screen3, stabilitas atmosfer, konsentrasi maksimum, dan kawasan industri. 3. Penggunaan Tumbuhan Sebagai Pereduksi Pencemaran Udara Plant Application as Reducer Air Pollution. Abstrak Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar dan jenis sumber pencemar yang ada seperti dari kegiatan industri, kegiatan

transportasi dan lain-lain. Pencemar udara yang terjadi sangat ditentukan oleh kualitas bahan bakar yang digunakan, teknologi serta pengawasan yang dilakukan. Lebih dari 70 % pencemaran udara di kota-kota besar disebabkan oleh kendaraan bermotor, sedangkan 30 % sumber pencemaran berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan lain-lain. Pada studi kasus di dalam reaktor tanaman terdapat reduksi udara ambien SO2 dan NOx. Polutan udara influent SO2 sebesar 0,006 ppm, polutan udara effluent SO2 sebesar 0,005 ppm, sehingga terdapat reduksi polutan SO2 sebesar 0,001 ppm oleh tanaman puring. Sedangkan polutan udara influent NOx sebesar 0,053 ppm, polutan udara effluent NOx sebesar 0,033 ppm, sehingga terdapat reduksi polutan NOx sebesar 0,02 ppm oleh akalipa merah. Kata Kunci : Tanaman, Pereduksi, Pencemaran Udara. 4. Kualitas debu dalam udara sebagai dampak industri pengecoran logam ceper. Abstrak Dalam tulisan ini disampaikan hasil penelitian kandungan debu dalam udara ambient untuk daerah industri pengecoran logam Ceper yang terletak di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten-Jawa Tengah. Industri pengecoran logam ini merupakan industri yang dilakukan oleh masyarakat yang tergabung dalam koperasi Batur Jaya. Mengingat sejarah pembentukannya sebagai industri rakyat yang telah

berlangsung secara turun menurun sejak jaman kolonialisasi, maka masalah lingkungan belum pernah menjadi bagian dari proses pengembangan industri ini. Melalui penelitian ini dicoba mengidentifikasi

permasalahan lingkungan yang telah timbul di daerah industri ini, khususnya masalah pencemaran debu didalam udara ambient. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

konsentrasi debu di wilayah ini telah melampaui nilai ambang batas yang diperbolehkan. Untuk itu perlu adanya usaha untuk menurunkan kadar tersebut melalui konsep pembangunan industri yang berwawasan lingkungan. Kata Kunci : Pencemaran udara, Penelitian Kualitas debu dalam udara, industri pengecoran logam Ceper. 5. Peranan kualitas bahan bakar bensin terhadap kinerja mesin, konsumsi bahan bakar, tingkat kerusakan mesin dan pencemaran udara. Abstrak Pengembangan dan perbaikan desain motor bensin langsung mempengaruhi tingkat mutu bahan bakarnya. Dari hasil penelitian temyata bahwa peningkatan perbandingan kompresi mesin dan penyempumaan bentuk ruang bakar dan sistem gas buang dapat langsung meningkatkan kinerja mesin dan mengurangi pencemaran udara akibat emisi gas buang mesin. Perbaikan desain dan Iconstrulesi motor bensin harus disertai dengan penyesuaian mutu bahan bakar yang digunakan. Mutu bensin yang tidak sesuai dengan kebutuhan Iconstrulesi mesin dapat mengakibatkan kerusakan, kehilangan kinerja mesin, boros bahan bakar serta meningkatkan pencemaran udara akibat gas. Kata Kunci: Bahan bakar, bensin, pencemaran lingkungan Pencemaran Air 1. Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Abstrak Walaupun telah diberlakukan berbagai macam kebijakan dan peraturan terkait dengan pengendalian pencemaran air, namun penurunan kualitas badan air masih terus berlangsung. Hal ini disebabkan karena lemahnya pengawasan dan penegakan hukum maupun teknologi pengendalian pencemaran air yang berbasis

pembubuhan bahan kimia masih belum bisa memenuhi kriteria yang diberlakukan. Tulisan ini menguraikan proses bioremediasi sebagai alternatif dalam upaya pengendalian pencemaran air, meliputi: isolasi, pengujian perbanyakan bakteri. Hasil isolasi dan identifikasi yang berasal dari bakteri indigenous didapatkan: Microccocus, Corynebacterium, Phenylobacterium, EnhydroBacillus, bacter, Morrococcus, Flavobacterium, dan Pseudomona, yang dapat degradasi zat pencemar, dan

Staphylococcus,

mendegradasi logam Pb, nitrat, nitrit, bahan organik, sulfida, kekeruhan, dan amonia. Sedangkan dari bakteri commercial product didapatkan jenis: Bacillus, Pseudomonas, Escherichia, serta enzym Amylase, Protease, Lipase, Esterase, Urease, Cellulase, dapat mendegradasi pencemar organik, nitrogen, fosfat, maupun kontrol pertumbuhan alga. Perbanyakan bakteri dari isolat bakteri indigenous dapat dikerjakan di laboratorium sedangkan bakteri commercial product bisa didapatkan di pasaran umum.
Kata Kunci : bioremediasi, isolasi, pengujian, identifikasi, perbanyakan bakteri.

2. Identifikasi Pencemaran Logam Berat Raksa Di Sungai Citarum Hulu Jawa Barat. Abstrak Citarum Hulu Sungai telah mengalami degradasi kualitas air untuk kondisi kritis, di mana 12 km atau 47,1% dari sungai yang sangat tercemar oleh limbah yang berasal dari industri, kegiatan rumah tangga, dan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan merkuri (Hg) kandungan logam Citarum Hulu sungai, dan untuk mengevaluasi dampak yang mungkin terjadi. Hasil penelitian yang diperoleh di daerah Citarum Hulu menunjukkan kandungan logam berat Hg dari 0,0032 mg / L di Citarum Wangisagara, 0,0042 mg / L di Citarum Sapan, 0,0002 mg / L di

Citarum Dayeuhkolot, 0,008 mg / L di Citarum Nanjung, dan 0,0043 mg / L di Citarum Tanjungpura sungai. Ini semua masih di bawah batas standar 0,01 mg / L. Namun, dua anak sungai menunjukkan lebih tinggi dari kandungan Hg standar, yaitu 0,0228 mg / L di Citepus Cisirung dan 0,0183 mg / L di Cimahi Leuwigajah sungai. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi air yang sebenarnya, mengingat peran kunci Citarum Hulu sungai sebagai sumber utama pasokan air selama tiga bendungan besar di Jawa Barat, yaitu Saguling, Cirata, Jatiluhur bendungan. Bendungan-bendungan yang digunakan oleh penduduk setempat untuk perikanan jaring apung dan untuk irigasi pertanian pertanian setempat. 3. Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah Dosmetik Di Lingkungan Kumuh. Abstrak Di daerah Banjar Ubung Sari, pola penyebaran

penduduknya tidak merata dan volume penduduk pendatangnya cukup besar. Hal ini mengakibatkan makin berkembangnya permukiman-permukiman yang kurang terencana dengan baik dan kurang terencana sehingga dapat mengakibatkan sistem

pembuangan limbah rumah tangga seperti pembuangan limbah kamar mandi/wc dan dapur tidak terkoordinasi dengan baik. Limbah tersebut dapat berakibat pada pencemaran air tanah yang dapat mengakibatkan terjadinya penyebaran beberapa penyakit menular. Hasil penelitian terhadap air sumur yang berasal dari air sumur bor tidak mengalami pencemaran oleh bakteri, sehingga air sumur bor dapat dikonsumsi menjadi air minum. Untuk air yang berasal dari sumur gali sebagian besar tercemar oleh bakteri E.Coli dan bakteri Coliforms, sehingga air sumur yang berasal dari sumur gali sebagian tidak boleh dikonsumsi menjadi air minum. Tetapi

sebagian besar (82,98 %) penduduk Banjar Ubung Sari memakai air dari PDAM untuk kebutuhan sehari-harinya. Permasalahan pembuangan tinja dan air seni di daerah tersebut diatasi dengan direncanakan sebuah tangki septik yang terletak di gang/jalan, perencanaan ini dilaksanakan karena lahan yang dikuasai oleh penduduk sekitar tidak cukup untuk merencanakan tangki septik di halaman rumah. Selain itu, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya masalah lingkungan hidup, masalah kesehatan penduduk sekitar, dan untuk meringankan beban/biaya pengurasaan tangki septik bagi penduduk sekitar. Kata Kunci: Banjar Ubung Sari, Pencemaran Air, Tangki Septik 4. Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Sungai Blukar Kabupaten Kendal Abstrak Sungai, salah satunya sungai Blukar yang merupakan sungai utama di DAS Blukar, yang berfungsi sebagai wadah pengaliran air kondisinya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai. Kondisi sungai Blukar saat ini diperkirakan telah mengalami penurunan kualitas air disebabkan berbagai aktivitas manusia seperti permukiman, pertanian dan industri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air sungai Blukar berdasarkan baku mutu kualitas air sungai menurut PP Nomor 82 Tahun 2001, serta menganalisis beban pencemaran yang masuk ke sungai Blukar yang berasal dari aktivitas permukiman, pertanian dan industri. Kualitas air sungai diukur dan diamati pada 7 titik pengambilan sampel. Parameter yang diukur dan diamati yaitu parameter fisika, parameter kimia dan parameter mikrobiologi. Selanjutnya dilakukan penentuan status mutu air dengan menggunakan metode indeks pencemaran sesuai

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003. Hasil penelitian menunjukkan parameter BOD dan COD di beberapa titik telah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Nilai indeks pencemaran dari hulu ke hilir cenderung semakin meningkat berdasarkan kriteria sungai Kelas II yaitu berkisar antara 0,49 sampai 3,28. Status mutu air menunjukkan air sungai Blukar telah tercemar dengan kondisi cemar ringan. Kegiatan yang menyumbang beban pencemaran BOD paling besar adalah dari kegiatan permukiman dan pertanian yang merupakan sumber non point source. Keywords: indeks pencemaran, beban pencemaran, sungai Blukar.

5. Pengaruh Aktivitas Industri Terhadap Kualitas Air Sungai Diwak di Bergas Kabupaten Semarang dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai. Abstrak Sungai menjadi salah satu sumber daya alam yang rentan terhadap pencemaran. Limbah cair dari kegiatan industri berpotensi menjadi sumber pencemar yang mengurangi kualitas air dan daya tampung sungai. Sungai Diwak merupakan sungai di Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang yang menjadi badan penerima air limbah beberapa industri. Hal ini menyebabkan munculnya permasalahan dengan masyarakat akibat dugaan pencemaran oleh air limbah industri. Penelitian ini bertujuan menganalisis kualitas air Sungai Diwak pada segmen industri sebagai akibat adanya pengaruh beban pencemaran oleh air limbah industri dengan indikator BOD, COD, TSS, DO, suhu dan pH serta memberikan rekomendasi upaya pengendalian pencemaran air sungai dengan analisis SWOT. Lokasi pengambilan sampel air sungai dilakukan pada segmen industri mulai Kedungwuni hingga Jembatan Diwak

dan dibagi menjadi 4 stasiun (ST1, ST2, ST3 dan ST4) dengan sampel air limbah dari 3 industri A, B,C (OT1, OT2 dan OT3). Pengambilan sampel air sungai dilakukan pada Bulan Mei 2011 (musim penghujan) dan Bulan Juli 2011 (musim kemarau). Dari hasil analisa air limbah diketahui bahwa ketiga industri tersebut memberikan potensi beban pencemaran (BPAj) pada Sungai Diwak berupa nilai BOD, COD dan TSS. Adanya beban pencemaran ini menyebabkan kualitas air Sungai Diwak musim penghujan dan kemarau tidak memenuhi kriteria Air Kelas II, yaitu kriteria mutu air bagi sungai yang belum ditentukan kelasnya sesuai Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001, dikarenakan nilai BOD yang melebihi baku mutu. Dari perhitungan daya pulih dengan Metode Streeter-Phelps diketahui bahwa BOD air sungai pada musim penghujan belum melebihi BOD maksimum dari daya tampung Sungai Diwak, namun hal yang sebaliknya terjadi pada musim kemarau. Indeks Pencemaran air pada masing masing stasiun menunjukkan Status Mutu air Sungai Diwak tergolong tercemar ringan hingga sedang. Strategi Pengendalian Pencemaran air Sungai Diwak yang diberikan yaitu : kajian penetapan kelas air dan daya tampung Sungai Diwak sesuai peruntukannya, peningkatan frekuensi kegiatan pengawasan dan pemantauan kegiatan industri, penambahan jumlah titik pantau dan frekuensi pemantauan kualitas air Sungai Diwak, serta penegakan hukum maupun rewards kepada industri dalam pengelolaan lingkungan. Kata kunci : beban pencemaran, kualitas air, Sungai Diwak xiv.

Pencemaran Tanah 1. Aplikasi Metode Geolistrik Skala Mode Untuk Menentukan Nilai Resistivitas Lapisan Tanah Yang Mengalami Pencemaran Abstrak Pemantauan tentang sebaran limbah cair dari industry di lingkungan pemukiman perlu dilakukan. Sulitnya mengamati secaralangsung sebaran limbah dalam tanah menjadi persoalan yang harus diselesaikan. Pengukuran menggunakan metode geolistriktahanan jenis konfigurasi Schlumberger dengan alat resistivitymeter G-Sound. Pemodelan dibuat menggunakan ukuran panjang200 cm dan lebar 100 cm kemudian pengukuran dilakukan sebelum penginjeksian dan setelah penginjeksian limbah kuningan danminyak jarak. Pengolahan data menggunakan software

Res2Dinv32. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai resistivitas tanahsebelum diinjeksi limbah cair yaitu berkisar antara 47!m 75 !m. Resistivitas tanah setelah diinjeksi limbah minyak jarak denganmassa jenis 0,912, 0,918, dan 0,920 g/cm berturut-turut adalah 47 71, 47 - 63, dan 47 55 !m. Sedangkan resistivitas tanahsetelah diinjeksi limbah kuningan dengan massa jenis 1,018, 1,019, dan 1,020 g/cm berturut-turut adalah 47 75, 47 63, dan 47 51 !m. Penginjeksian limbah cair pada lapisan tanah skala model mempengaruhi nilai resistivitas listrik tanah. Hal ini karenalimbah yang bersifat konduktif mengisi ruang interfase tanah yang sebelumnya berisi udara. 2. Kesesuaian Tanah Baki Bagi Biodegradasi Sianida Abstrak Satu kajian untuk menganalisis kesesuaian tanah baki sebagai medium untuk proses biodegradasi bahan pencemar sianida dibentangkan dalam kertas kerja ini. Tanahtanah baki yang dikaji adalah dari kawasan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) di

Bangi (tanah baki granit) dan dari Hospital Universiti Kebangsaan Malaysia (HUKM) di Cheras, Kuala Lumpur (tanah baki sedimen). Sampel tanah yang telah dimasukkan dengan bahan pencemar sianida dirawat dengan kaedah biorawat secara lumpur cair atau enapcemar: Sampel juga dicampur dengan larutan bemutrien dan dimasukkan dengan bakteria yang telah dibiakkan terlebih dahulu dalam tanah baki yang mengandungi pencemar sianida. Sampel tanah baki dari kedua-dua kawasan diuji dalam dua keadaan iaitu keadaan nutrien biasa dan keadaan nutrien bermangkin (glukosa). Masa uji kaji yang diambil untuk proses biodegradasi bahan pencemar ialah selama 78 jam. Keputusan menunjukkan bahawa kepekatan bahan pencemar di dalam kedua-dua tanah baki mengalami penurunan manakala biojisim bakteria mengalami peningkatan. Keputusan semua uji kaji menunjukkan tanah baki HUKM mempunyai ciri-ciri yang lebih sesuai bagi menjalankan proses biodegradasi terhadap bahan pencemar sianida berbanding tanah baki UKM. Ini kerana tanah baki HUKM mempunyai ciri kimia tanah yang baik seperti kandungan karbon organik dan bahan organik yang tinggi, nilai pH tanah mempercepatkan proses biodegradasi. berasid bagi

3. Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) Sebagai Residu Pestisida Pada Lahan Pertanian Bawang Merah Di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Abstrak Keberhasilan pembangunan pertanian menimbulkan

dampak negatif terhadap lingkungan terutama sumberdaya lahan. Produksi bawang merah rata-rata menurun setiap tahunnya, dikawatirkan akibat penggunaan bahan agrokimia seperti pestisida yang cenderung berlebihan baik konsentrasi maupun dosisnya, sehingga terjadi akumulasi logam-logam berat seperti Pb pada

tanah. Penelitian ini bertujuan mengetahui: (i) pengaruh residu pestisida terutama logam berat Pb pada lahan pertanian bawang merah, (ii) tingkat pencemaran tanah akibat logam berat Pb, (iii) kandungan residu logam berat Pb dalam tanah. Metode penelitian adalah studi kasus pada lahan pertanian tanaman bawang merah dengan mengambil sampel tanah sebelum tanam dan sesudah panen, dan sampel pestisida yang digunakan, kemudian diuji kandungan Pb (mg/kg) baik sampel tanah maupun pestisida dengan metode uji AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 (tujuh) macam pestisida yang digunakan para petani mengandung logam berat Pb, dan dalam satu musim tanam dapat menyumbang Pb dalam tanah sebanyak 2991,26 mg/Ha. Ada tambahan logam berat Pb yang merupakan selisih antara sebelum tanam dan sesudah panen sebesar 43,071,60 mg/Ha. Angka koefisien korelasi sebesar 0,989** menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat antara variabel dosis pestisida terhadap tambahan logam berat Pb. Uji regresi linier berganda variabel frekuensi penyemprotan, dosis pestisida, dan variabel kandungan Pb dalam pestisida terbukti berpengaruh sangat signifikan terhadap tambahan logam berat Pb dalam tanah. 4. Aplikasi Isolat Bakteri Hidrokarbonoklastik asal Rizosfer Mangrove pada Tanah Tercemar Minyak Bumi. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan bakteri hidrokarbonoklastik untuk mengurangi jumlah hidrokarbon minyak tanah tercemar minyak bumi. Bakteri hidrokarbonoklastik diisolasi dari rizosfir mangrove ditanam di tanah yang

terkontaminasi minyak bumi di Sungsang, Sumatera Selatan. Sampel diambil dengan menggunakan metode sampling

didefinisikan dari daerah yang terkontaminasi minyak. Sampel

tanah di sekitar akar tanaman bakau diambil secara acak di daerah yang terkontaminasi. Isolat yang diperoleh dari isolasi dan seleksi bakteri dari hutan mangrove yang dirombak pada skala laboratorium menggunakan media minyak diperkaya mengikuti rancangan acak lengkap. Sembilan isolat bakteri

hidrokarbonoklastik yang ditemukan mampu tumbuh pada minyak bumi yang terkandung media in vitro. Dua isolat terbaik dalam senyawa hidrokarbon minyak bumi merendahkan adalah

Pseudomonas Alcaligenes (I5) dan Alcaligenes facealis (I8). P. Alcaligenes dan A. facealis mampu menurunkan TPH sampai dengan 63% dan 70% masing-masing. Kemampuan isolat tersebut di kompleks mendegradasi hidrokarbon adalah 6,5-7,0 kali lebih tinggi dibandingkan kontrol. 5. Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Berat Zn Menggunakan Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas). Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang fitoremediasi zink menggunakan jarak pagar di tanah yang terkontaminasi seng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi jarak pagar di meremediasi tanah yang terkontaminasi zink dan menentukan pertumbuhan Jatropha curcas di tanah yang terkontaminasi seng. ZnCl2, Jatropha curcas, tanah kebun dan kotoran yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Memberikan logam pengobatan dilakukan setelah tanaman proses aklimatisasi di media selama satu minggu. Zinc diberikan dalam empat konsentrasi yang berbeda dari 0 mg / l, 500 mg / l, 1500 mg / l dan 2500 mg / l selama 28 hari waktu pemaparan. Pengamatan parameter pertumbuhan dan analisis kandungan seng di pabrik dan media dilakukan pada 7, 14, 21 dan 28 hari. Data dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA), dan jika ada efek pengobatan akan lebih diuji dengan uji Fisher dengan 5%.

Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi varians zink pengaruh pada tinggi tanaman, daun adalah dan, kering berat. Jatropha curcas memiliki kemampuan untuk mengakumulasi zink. Akumulasi Zn di akar lebih tinggi dibandingkan non-root. Nilai transfer factor (FT) diperoleh pada konsentrasi tertinggi 2500 mg / l dan dalam waktu pemaparan 28 hari sama dengan 1,45 (FT> 1). Keseluruhan Jatropha curcas sebagai potensi akumulator seng, tetapi dianggap kurang efektif dan ekonomis (nilai (FT <20) untuk diaplikasikan sebagai agen fitoremediator zink.

You might also like