You are on page 1of 3

Diagnosis Gullain Barre Sindrom pada Pasien laki-Laki 34 Tahun dengan Riwayat Infeksi Saluran Pernafasan akut

Abstrak
Seorang laki-laki berusia 34 tahun datang dengan keluhan kelemahan keempat anggota gerak, dan mengalami riwayat demam dan flu yang dialami kurang lebih satu bulan sebelum masuk rumah sakit. Sakit kepala, penurunan kesadaran, kejang, demam, mual, muntah tidak dialami oleh penderita. Pasien ini dicurigai menderita Gullain Barre Sindrom. Gullain Barre Sindrom adalah suatu kelainan sistem saraf akut dan difus yang mengenai radiks spin alis dan saraf perifer, dan kadang-kadang juga saraf kranialis, yang biasanya timbul setelah suatu infeksi. Manifestasi klinis utama dari SGB adalah suatu kelumpuhan yang simetris tipe lower motor neuron dari otot-otot ekstremitas, badan dan kadang-kadang juga muka. Kata kunci : Gullain Barre Sindrom, infeksi, lower motor neuron

ISI
Seorang pasien laki-laki 34 tahun, datang dengan keluhan kelemahan keempat anggota gerak dialami penderita sejak kurang lebih sepuluh hari sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan terjadi perlahanlahan. Penderita juga mengalami riwayat demam dan flu yang dialami kurang lebih satu bulan sebelum masuk rumah sakit. Sakit kepala, penurunan kesadaran, kejang, demam, mual, muntah tidak dialami oleh penderita. Buang air besar dan buang air kecil seperti biasa. Sebelumnya pasien tidak pernah mengeluh gejala serupa. Riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung disangkal. Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini dalam keluarga. Penderita tidak mempunyai kebiasaan merokok maupun minum minuman beralkohol. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang, vital sign TD 110/70mmHg, nadi 118x/menit, RR 20x/menit dan suhu 37 C, cor/pulmo dalam batas normal, GCS 15. Pemeriksaan nervus kranialis dalam batas normal. Pada pemeriksaan status motorik didapatkan tonus otot pada keempat eksremitas menurun. Kekuatan otot pada ekstremitas kanan atas 3/3/3, pada ekstremitas kiri atas 3/3/3, pada ekstremitas kanan bawah 3/3/3, pada ekstremitas kiri bawah 3/3/3. Refleks fisiologis, refleks biseps +/+ menurun, refleks triseps +/+ menurun, refleks patella +/+ menurun. Refleks patologis Babinsky group dan non Babinsky group -/-, clonus -/-. Pada pemeriksaan status sensorik ditemukan hipestesi daerah distal keempat ekstremitas ( gloves and stocking sign). Pada pemeriksaan darah rutin, Hb 12,3mg%, AL 5,9rb, dan lainnya dalam batas normal. Ureum 27, kreatinin 1,1, GDS 172, SGOT 105, SGPT 334. Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pada pasien ini dicurigai menderita gullain barre sindrom.

Diagnosis Tetraparesis LMN ec syndrome guillain barre Gullain Barre Sindrom

Terapi Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah infus RL 14tpm. Injeksi metilprednisolon 3x500mg, Injeksi Alinamin F (Vit B1) 1x1gr, Injeksi Kalmeco (mecobalamin/ Vit B12) 3x1gr, Injeksi Gamaras (plasma immunoglobulin 5%) 2botol/hari, Infusion Cernevit (multivitamin) 1x1 vial.

Diskusi Syndrome Guillain Barre (SGB) adalah suatu kelainan sistem saraf akut dan difus yang mengenai radiks spinalis dan saraf perifer, dan kadang-kadang juga saraf kranialis, yang biasanya timbul setelah suatu infeksi. Manifestasi klinis utama dari SGB adalah suatu kelumpuhan yang simetris tipe lower motor neuron dari otot-otot ekstremitas, badan dan kadang-kadang juga muka. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia pada setiap musim dan merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan demielinisasi pada akar saraf tepi. Pada umumnya sindrom ini sering didahului oleh influenza atau infeksi saluran nafas bagian atas atau saluran pencernaan. Beberapa varian dari sindroma Guillan-Barre dapat diklasifikasikan, yaitu Acute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy (AIDP), Subacute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy, Acute motor axonal neuropathy (AMAN), Acute motor sensory axonal neuropathy (AMSAN), Fishers syndrome, Acute pandysautonomia. Penderita pada kasus ini didiagnosis dengan tetraparesis LMN karena pada anamnesis penderita mengeluhkan adanya kelemahan anggota gerak yang dialami sejak kurang lebih sepuluh hari sebelum masuk rumah sakit. Dari pemeriksaan fisik dan neurologis pada status motorik didapatkan tonus otot pada keempat ekstremitas menurun, kekuatan otot pada ekstremitas kanan atas 3/3/3, pada ekstremitas kiri atas 3/3/3, pada ekstremitas kanan bawah 3/3/3, pada ekstremitas kiri bawah 3/3/3. Parese adalah kelemahan atau kelumpuhan parsial yang ringan atau tidak lengkap atau suatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan terganggu. Kelemahan adalah hilangnya sebagian fungsi otot untuk satu atau lebih kelompok otot yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang terkena. Kelemahan atau kelumpuhan yang mengenai keempat anggota gerak disebut dengan tetraparese. Hal ini diakibatkan oleh adanya kerusakan otak, kerusakan tulang belakang pada tingkat tertinggi (khususnya pada vertebra cervikalis), kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan neuromuscular atau penyakit otot. Kerusakan diketahui karena adanya lesi yang menyebabkan hilangnya fungsi motorik pada keempat anggota gerak, yaitu lengan dan tungkai. Pada tetraparese kadang terjadi kerusakan atau kehilangan kemampuan dalam mengontrol sistem pencernaan, fungsi seksual, pengosongan saluran kemih dan rektum, sistem pernafasan atau fungsi otonom. Selanjutnya, dapat terjadi penurunan/kehilangan fungsi sensorik, adapun manifestasinya seperti kekakuan, penurunan sensorik, dan nyeri neuropatik. Walaupun pada tetraparese itu terjadi kelumpuhan pada keempat anggota gerak tapi terkadang tungkai dan lengan masih dapat digunakan atau jari-jari tangan yang tidak dapat memegang kuat suatu benda tapi jari-jari tersebut masih bisa digerakkan, atau tidak bisa menggerakkan tangan tapi lengannya masih bisa digerakkan. Hal ini semua tergantung dari luas tidaknyanya kerusakan. Dalam kasus ini pada anamnesis dan pemeriksaan fisik serta neurologisnya didapatkan adanya kesan hipestesi pada status sensorik dan kekuatan otot dan tonus otot yang menurun pada status motoriknya. Tetraparese berdasarkan topisnya dibagi menjadi dua, yaitu : Tetraparese spastik yang terjadi karena kerusakan yang mengenai upper motor neuron (UMN), sehingga menyebabkan peningkatan tonus otot atau hipertoni dan tetraparese flaksid yang terjadi karena kerusakan yang mengenai lower motor neuron (LMN), sehingga menyebabkan penurunan tonus atot atau hipotoni. Kerusakan pada lower motor neuron (LMN) dapat mengenai motoneuron, radiks dan saraf perifer, maupun pada otot itu sendiri. Dalam kasus ini penderita mengalami penurunan tonus otot sehingga dapat disimpulkan adanya kerusakan pada lower motor neuron. Kerusakan pada lower motor neuron dapat disebabkan oleh banyak hal yang memberi gambaran klinis yang sama berupa tetraparese, namun dalam kasus ini penderita didiagnosis dengan tetraparese LMN ec Syndrome guillain Barre. Sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk SGB, pengobatan terutama secara simptomatis. Tujuan utama pengobatan adalah perawatan yang baik dan memperbaiki prognosisnya.

Kesimpulan Pada pasien ini didiagnosis Tetraparesis LMN ec syndrome guillain barre Gullain Barre Sindrom berdasarkan gambaran klinis karena didapatkan pada pasien keluhan kelemahan keempat anggota gerak, adanya kesan hipestesi pada status sensorik dan kekuatan otot dan tonus otot yang menurun pada status motoriknya hal ini disebabkan karena adanya kerusakan pada lower motor neuron. Pasien juga memiliki riwayat demam dan flu yang dialami kurang lebih satu bulan sebelum keluhan kelemahan timbul.

Referensi 1. Mantay Kristi McClellan PA-S, Armeau Elin Phd PA-C, Parish Thomas DHSc PA-C. Recognizing Guillain-Barr Syndrome in the Primary Care Setting. The Internet Journal of Allied Health Sciences and Practice. Vol.5 No. 1. Jan 2007. 2. Senevirante Udaya MD(SL) MRCP. Guillain-Barr Syndrome: linicopathological Types and Electrophysiological Diagnosis. Department of Neurology, National Neuroscience Institute, SGH Campus. Vol.12 No.1. 2003. 3. Deborah M. Green, MD; Allan H. Ropper, MD. Mild Guillain Barre Syndrome. American Medical Association. Vol.58. Juni 2001. Available from : http://www.archneurol.com. 4. Ted M Burns MD. Guillain Barre Syndrome. Thieme Medical Publishers (Semin Neurol. Vol.28(2) p.152-167. April 2008. Available from : http:// ww.thieme.com 5. Tarakad S Ramachandran, MBBS, FRCP (C), FACP, Chief Editor: Nicholas Y Lorenzo, MD. Acute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy. May 2011. Available from: http://www.medscape.com. 6. Koller Hubertus MD, Kieseier Bernd C MD, Jander Sebastian MD, Hartung Hans Peter MD. Chronic Inflamatory Demyelinating Polyneuropathy. The New England Journal of Medicine. 352;13. March 2005. Available from : http://www.nejm.org.

Penulis Mutiana Muspita Jeli, Bagian Ilmu Penyakit Syaraf, RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta

You might also like