You are on page 1of 22

KELAINAN RETROGRESIF

Kelompok : 2 DEWI SARTIKA NAILUS SAADAH MIFTAHUL JANNAH DESI MAWARNI SALMINA EVI RISTIANI

KELAINAN RETROGESIF
Pengertian Retrogresif

Kelainan Regresif = Retrogresif = Proses kemunduran


termasuk di dalamnya :

Atropi

Degenerasi dan Infiltrasi


Gangguan Metabolisme Kematian sel ; Nekrosis

Apoptropi
Postmortal Penimbunan pigment

Melanin

1. Atropi
Atropi adalah perubahan ukuran sel dari normal menjadi lebih kecil akibat berkurangnya substansi sel sehingga jaringan yang disusun oleh sel tersebut menjadi lebih kecil. Mengecilnya alat tubuh tersebut karena sel-sel yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut mengecil.

Atropi dibedakan menjadi :


.

Atropi fisiologik

Atropi fisiologik adalah atropi yang merupakan proses normal pada manusia. Penyebab atropi senilis adalah :

Involusi akibat menghilangnya rangsang tumbuh (growth stimuli) berkurangnya perbekalan darah akibat arteriosclerosis berkurangnya rangsang endokrin

Atropi patologik Atropi disuse adalah atropi yang terjadi pada organ yang tidak beraktifitas dalam jangka waktu lama. Atropi desakan terjadi pada suatu organ tubuh yang terdesak dalam waktu lama. Atropi endokrin terjadi pada organ tubuh yang aktivitasnya tergantung pada rangsang hormon tertentu. Atropi vaskuler terjadi pada organ yang mengalami penurunan aliran darah hingga dibawah nilai krisis.

Atropi patologik dapat dibagi beberapa kelompok :

Atropi payah (exhaustion atrophy) terjadi karena kelenjar endokrin yang terus menghasilkan hormone yang berlebihan akan mengalami atropi payah. Atropi serosa dari lemak terjadi pada malnutrisi berat atau pada kakheksia. Jaringan lemak yang mengalami atropi akan menjadi encer seperti air atau lender. Atropi coklat juga memiliki hubungan dengan malnutrisi berat atau kakheksia dan organ yang mengalami atropi adalah jantung dan hati.

2. Degenerasi dan Infiltrasi


Degenerasi Ialah perubahan-perubahan morfologik akibat jejas-jejas yang nonfatal. Perubahan perubahan tersebut masih dapat pulih (reversible). Meskipun sebab yang menimbulkan perubahan tersebut sama, tetapi apabila berjalan lama dan derajatnya berlebih akhirnya mengakibatkan kematian sel atau yang disebut nekrosis. Jadi sebenarnya jejas sel (cellular injury) dan kematian sel merupakan kerusakan sel yang berbeda dalam derajat kerusakannya.Pada jejas sel yang berbentu degenerasi masih dapat pulih, sedangkan pada nekrosis tidak dapat pulih (irreversible).

3. Gangguan Metabolisme
Memang setiap sel selalu terancam mengalami kerusakan, tetapi sel hidup mempunyai kemampuan untuk coba menanggulanginya. Jejas ini kemudian mengakibatkan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak pada sel. Gangguan metabolisme intraseluler ini akhirnya mengakibatkan perubahan pada struktur sel.

4. Nekrosis
Sel yang diawetkan dalam larutan fiksatif(contoh formalin) adalah sel mati tapi tidak mengalami nekrosis sebab sel tersebut tidak menunjukkan perubahan morfologi sel. Dua proses yang menyebabkan perubahan pada nekrosis adalah :

akibat dari pencernaan oleh enzim yang ada dalam sel denaturasi protein.

Nekrosis dapat disebabkan oleh :

Ishkemi : perbekalan (supply) oksigen dan makanan untuk suatu alat terputus.

Agens biologik : Toksin bakteri yang dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah dan thrombosis.
Agens Kimia : dapat eksogen maupun endogen. Meskipun zat kimia yang biasa terdapat dalam tubuh , seperti natrium dan glucose, tapi kalau konsentrasinya tinggi dapat mengakibatkan nekrosis akibat gangguan osmotik sel

Agen fisik : Trauma, suhu yang sangat ekstrim baik panas atau dingin, tenaga listrik, cahaya matahari, tenaga radiasi.

Kerentanan (Ihypersensitivity) : kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara didapat(accuired) dan menimbulkan reaksi imunologik.

5. Apoptosis
Apoptosis adalah kematian sel per sel , sedangkan nekrosis melibatkan sekelompok sel. Membran sel yang mengalami apoptosis akan mengalami penonjolanpenonjolan keluar tanpa disertai hilangnya integritas membran. Sedangkan pada nekrosis akan mengalami kehilangnya integritas membran

6. Postmortal
Serangkaian perubahan yang terjadi setelah kematian tubuh antara lain :

Autolisis ; jaringan yang mati dihancurkan oleh enzimenzim antara lain enzim dari lisosom, mikroorganisme yang mengifeksi jaringan mati. Tubuh yang mati akan mencair, kecuali jika dicegah dengan pengawetan atau pendinginan. Algor Mortis ; suhu tubuh menjadi dingin sesuai suhu lingkungan memerlukan waktu 24 s/d 48 jam untuk menjadi dingin sesuai suhu lingkungan.

Rigor Mortis (kaku mayat); timbul setelah 2 s/d 4 jam setelah kematian. Mencapai puncak setelah 48 jam dan kemudian menghilang selama 3 sampai 4 hari. Livor Mortis (lebam mayat) ; Nampak setelah 30 menit kematian dan mencapai puncaknya setelah 6 hingga 10 jam.Lebam mayat timbul pada bagian bawah tubuh. Pembekuan Darah postmortal ; beku darah post mortal berkonsistensi lunak, elastic dan seperti gel, berbeda dengan thrombus yang konsistensinya keras dan kering.

Jejas postmortal ; enzim dalam tubuh masih aktif untuk beberapa waktu setelah kematian. Jejas postmortal tidak dijumpai reaksi radang pada jejas, sedangkan pada lesi antemortal Nampak reaksi radang. Pembusukan ; hancurnya tubuh yang mati karena invasi bakteri. Kulit menjadi kehijauan setelah 1 sampai 2 minggu.

7. Penimbunan pigmen
Pigment adalah substansi berwarna yang dapat merupakan bahan normal dalam sel. Pigmen yang ada dalam tubuh dapat berasal dari endogen yang disintesa dalam tubuh, dan eksogen berasal dari luar tubuh. Pigmen eksogen dari luar tubuh misal :

debu carbon

perak, masuk kedalam tubuh sebagai obat-obatan


tanda rajah (tattoo)

Pigmen endogen Hampir seluruhnya berasal dari peruntuhan haemoglobin, meliputi :

Hemosiderin ; adalah pigmen yang berbentuk granular atau kristal dan berwarna kuning keemasan hingga coklat dan banyak mengandung zat besi didalam sel (intraselular). Hematoidin ; pigmen bentuk Kristal berwarna coklat keemasan, tidak mengandung zat besi dan identik dengan bilirubin. Bilirubin ; pigmen normal yang dijumpai pada empedu, berasal dari haemoglobin tetapi tidak mengandung besi.

8. Melanin
Beberapa hal yang dapat mengurangi pengurangan pigmen melanin :

Faktor yang menghalangi kualitas enzim tirosinase. Defisiensi tembaga (Cu) Zat yang mengandung belerang seperti glutation dan sistein.

kelainan yang terjadi pada melanin :

hiperpigmentasi menyeluruh, gravidarum, ACTH >> penyakit

misal Addison

chloasma

hiperpigmentasi lokal, misal bercak tanpa penambahan melanosit (ephelides), neurofibromatosis hipopigmentasi menyeluruh pada albino hipopigmentasi lokal, misal vitiligo, bekas luka

9. Mineral
Selain zat karbon, hydrogen, nitrogen dan oksigen yang merupakan bagian terpenting dalam jaringan pada tubuh terdapat 13 macam unsur lain yang juga sangat penting dalam kehidupan manusia, 7 diantaranya terdapat dalam jumlah banyak yaitu kalsium, fosfor, magnesium, natrium, kalium, chlor, dan sulfur. Sedangkan 6 lainnya merupakan trace elements tetapi vital yaitu besi, tembaga, mangan, yodium, kobal (Co), dan seng (Zn).

10. Defisiensi
Ketidak seimbangan nutrisi merupakan penyebab utama jejas sel antara lain defisiensi protein, vitamin dan mineral. Jumlah lipid yang berlebihan merupakan faktor pendukung terjadinya arteriosklerosis yang dapat menyebabkan sel/jaringan mengalami defisiensi oksigen dan makanan. Jejas yang disebabkan oleh defisiensi nutrisi antara lain Starvation, marasmus, kwashiorkor atau yang lebih dikenal gangguan nutrisi.

DAFTAR PUSTAKA

http://lunaticdipa.blogspot.com/2011/01/kelainanretrogesif-setiap-sel.html file:///D:/Document.Net/Zoom%20Net/Adaptasi%20dan %20Kerusakan%20Sel%20_%20hmkuliah.htm file:///D:/Document.Net/Zoom%20Net/perbedaanantara-hipertropy-dan.html

You might also like