You are on page 1of 6

Jumat, 23/05/2008 07:50 WIB

Selain Blue Energy, Ada Juga Banyugeni dari Yogya


Bagus Kurniawan - detikNews Yogyakarta - Ternyata penemuan Blue Energy atau bahan bakar air oleh Joko Suprapto bukanlah satu-satunya. Ada juga bahan bakar air yang ditemukan dan dikembangkan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang diberi nama 'Banyugeni'. Blue energy dan Banyugeni seharusnya bisa menjadi bahan bakar alternatif. Banyugeni atau Hidro-Kerosin ini dikembangkan oleh tim peneliti dari Tim peneliti dari Pusat Studi Pengembangan Energi Regional (Pusper) UMY. Tim yang terlibat penelitian sejak tahun 2007 adalah Drs Purwanto (konsultan ahli), Ir Bledug Kusuma Prasadja MT, Ir Tony Haryadi MT, Ir Lilik Utari MS, dan Dra Nike Triwahyuningsih. Bahan bakar air atau sering disebut hydrofuel ini akan dipatenkan dengan merek BanyugeniTM. Menurut Rektor UMY, Dr Khoiruddin Bashori, merek Banyugeni sudah dipatenkan dan sudah didaftarkan di kantor Ditjen HAKI Depkum dan HAM dengan nomor 00.2008.004866. Sedang teknologinya saat ini masih dalam proses paten. Peluncuran produk hidro kerosin pertama kali dilakukan pada tanggal 13 Februari 2008 di Kampus Terpadu UMY di Tamantirto, Kasihan Bantul. Waktu itu, rektor bersama Bupati Bantul Idham Samawi menyalakan kompor dan lampu minyak dengan Banyugeni. Hasilnya kedua alat itu bisa menyala seperti saat dinyalakan dengan minyak tanah. Selain kompor dan lampu teplok, uji coba bahan bakar baru itu dilakukan dengan mesin traktor, sepeda motor, dan pesawat aeromodeling. Untuk pesawat ultra ringan diujicobakan pada pesawat tipe Jora Rotax 582 di LPLP Solo pada tanggal 11 Februari. "Semua alat yang diisi hidro-kerosin bisa menyala dengan baik," kata Rektor UMY kepada detikcom, Jumat (23/5/2008). Menurut dia, hasil penemuan tim UMY ini sudah diminati banyak perusahaan. Mereka menawarkan kerjasama dengan bantuan modal yang sangat besar. Namun sampai sekarang, UMY belum bersedia dengan alasan masih perlu pengembangan yang lebih baik, sehingga bisa maksimal.

Hasil itu juga sudah diuji di sebuah laboratorium internasional, yakni PT CoreLab Indonesia. Hasilnya secara meyakinkan menunjukkan bahwa biofuel tersebut telah memenuhi standar bahan bakar BP Migas. BanyugeniTM mempunyai varian produk berupa hidro-kerosin (setara dengan minyak tanah), hidro-diesel (setara solar), hidro-premium (setara bensin), dan hidro-avtur (setara bahan bakar jet). Air untuk Bahan Bakar Secara ilmiah penggunaan air untuk bahan bakar sebenarnya sangat masuk akal. Air terdiri dari hidrogen dan oksigen, yang merupakan dua unsur yang mudah terbakar. Air yang digunakan untuk membuat minyak itu adalah air tawar biasa, yang diolah lewat teknologi mekanotermal-elektrokimia. Prosesnya melalui empat tahap, yakni mekanis, termal (pemanasan), elektris, dan kimiawi. Namun, Purwanto - salah seorang konsultan ahli dalam tim ini - masih merahasiakan campuran yang digunakan dalam proses kimiawi karena teknologi itu belum dipatenkan. Meski berbahan dasar air, hidro-premium tidak korosif atau menimbulkan karat. Bahan bakar ini juga tidak meninggalkan residu, cuma 0,5 persen dari maksimum 2,0 persen volume yang diizinkan. Kandungan bahan pencemar emisinya sangat rendah. Kandungan sulfur dari gas buang hanya 0,03 persen wt dari maksimum 0,05 persen wt yang diizinkan, serta kandungan timbal (Pb) hampir nol, dari batas tertinggi 0,013. Pengujian terhadap pesawat aeromodeling menunjukkan bahan bakar ini bisa memasok tenaga cukup besar, di atas 16 ribu rpm. Hidro-avtur yang digunakan juga tidak korosif dan beremisi rendah, total sulfur hanya 10 persen dan tidak mudah membeku (titik beku - 45 0C). Pada pengujian terhadap pesawat aeromodeling, bahan bakar ini dapat digolongkan sebagai bahan bakar jet dan akan tetap bersifat dingin (cool-fuel), memiliki IBP (titik didih awal) 164 0 C. Hidro-diesel juga tidak korosif. Titik didih awalnya 201 0 C, emisinya rendah dan tidak meninggalkan residu berlebihan, dengan indeks cetane 51,3. Hasil pengujian terhadap hidro-kerosin juga memperlihatkan bahwa bahan bakar ini

tidak beracun dan tidak beremisi pada pengujian dengan lampu minyak. Hidro-kerosin tidak menimbulkan asap jelaga yang berlebihan. Jadi, penemuan Joko Suprapto terhadap Blue Energy, sebenarnya bukanlah hal eksklusif, karena peneliti UMY juga menemukan hal sama. Baik Blue Energy atau Banyugeni hingga saat ini belum diproduksi massal. Padahal, bila kedua produk ini bisa diproduksi massal, kemungkinan bisa menjadi bahan bakar alternatif seiring dengan tingginya harga bahan bakar minyak. Alih-alih untuk memproduksi secara massal, Joko Suprapto saat ini masih raib. Dia dikabarkan diculik. Keberadaan Joko hingga saat ini masih gelap. (bgs/asy)

Dilaporkan Ke Polisi

Djoko Blue Energy Mengurung Diri Sabtu, 14 Juni 2008 | 10:49 WIB TEMPO Interaktif, Ngajuk:Menyusul rencana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melaporkan ke polisi, Djoko Suprapto, 48 tahaun warga Dusun Turi, Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, malah terkesan tenang. Hingga Sabtu (14/6) pagi, penemu Blue Energy ini tetap berada di rumahnya. Tempo tetap bertahan menunggu lelaki itu memberikan keterangan terkait sikap UMY yang merasa tertipu dalam proyek pemasangan pembangkit listrik mandiri Jodhipati buatannya. Situasi rumah seluas satu hektare itu masih dijaga sejumlah abdi dalem dan lelaki berpakaian preman yang mirip petugas dari Kepolisian Resort Nganjuk dan Komando Distrik Militer 0810 Nganjuk yang selama 24 jam menjaga rumah Djoko. "Bapak (Djoko) ada di rumah. Silakan tunggu saja siapa tahu beliau bersedia menerima anda," kata salah seorang abdi dalem Djoko, Sabtu (14/6). Selama menunggu di teras rumah Djoko, Tempo mendapat informasi bahwa ada anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sedang meluncur ke rumah Djoko. Selain itu sejumlah orang dekat Djoko terkait penemuan energi bahan bakar alternatif juga sedang bergerak menuju rumahnya. DWIDJO U. MAKSUM

Presiden Undang Puluhan Pakar Energi Senin, 02 Juni 2008 | 12:16 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Puluhan pakar energi baru dan terbarukan akan bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di gedung Sekretariat Negara, pukul 14.00 nanti. Tiga anggota tim Blue Energy dari Center of Food, Energy, and Water termasuk Heru Lelono turut diundang. Berdasarkan daftar undangan terdapat 62 pakar dan peneliti dalam Komunitas Energi Baru dan Terbarukan, antara lain, peneliti dari LIPI, BPPT, Batan, dan Bapeten. Presiden juga mengundang rektor dan akademisi dari UI, UGM, ITB, IPB, dan ITS. Beberapa diantaranya adalah pakar bio energi, energi angin, hidrogen, energi surya, energi gelombang, dan energi terbarukan lainnya. Dari kabinet hadir Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Widodo AS, Menteri Koordinator Kesejahteraan rakyat Aburizal Bakrie, Menteri Enegeri Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Menteri Pertanian Anton Apriantono, Menteri Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman, Menteri BUMN Sofyan Djalil.

30/05/08 15:44

Pakar UGM Bantah "Blue Energy"


Yogyakarta, (ANTARA News) - Pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, membantah dengan tegas bahwa air bisa langsung digunakan sebagai bahan bakar seperti yang termuat dalam informasi mengenai proses "blue energy". Menanggapi informasi blue energy (bahan bakar berbasis air) yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan di masyarakat, dosen Jurusan Kimia Fakultas MIPA UGM, Wega Trisunaryanti, Jumat mengatakan air adalah sumber energi, tetapi mustahil jika dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar. "Air harus melalui proses elektrolisis jika ingin digunakan sebagai bahan bakar," katanya. Lulusan jenjang S3 dari Osaka University itu menyatakan proses elektrolisis tersebut membutuhkan energi yang tinggi, sehingga biayanya mahal dibanding nilai energi yang dihasilkan.

Dengan proses elektrolisis air akan berubah menjadi hidrogen dan oksigen. Hidrogen yang dihasilkan dari proses tersebut baru bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Teknologi elektrolisis air tersebut bukan merupakan temuan baru di bidang teknologi karena sekitar 1960 telah ada ilmuwan yang mendokumentasikannya yaitu Dr. William Rhodes serta dipopulerkan oleh Prof. Yull Brown. Namun, lanjutnya, hidrogen bukanlah unsur yang mudah ditangani dan memiliki sifat yang bertolak belakang dengan hidrokarbon. Hidrogen memiliki sensitivitas yang tinggi, sedang hidrokarbon rendah. Di dalam kehidupan sehari-hari, teknik elektrolisis dapat ditemui dalam penggunaan accu. Namun proses elektrolisis accu hanya menghasilkan energi yang kecil. Sementara itu, Dosen Teknik Mesin dan Industri UGM, Jayan Sentanuhady, mengatakan bahwa bila hidrogen langsung direaksikan dengan oksigen maka akan menimbulkan reaksi energi yang besar. "Kecepatan jalar api yang terbentuk bisa mencapai 2.000 meter per detik, sehingga bisa menimbulkan gelombang ledakan yang besar," ujarnya untuk menjelaskan bahwa hidrogen bukan merupakan unsur yang mudah ditangani. Jika ada orang yang mengaku bisa menyimpannya di dalam toples, maka ia pasti menipu. Hidrogen memang bisa disimpan tetapi setelah mendapat perlakuan khusus, misalnya didinginkan atau ditekan,katanya. Ketua Senat Akademik UGM, Prof. Sutaryo, UGM menyatakan segala sesuatu yang berkaitan dengan energi akan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan pernyataan tentang proses "blue energy" yang selama ini dilansir di media telah menyalahi hukum kekekalan energi. (*)

Komentar Pembaca Thoemiran 19/06/08 22:43 Air tidak bisa menjadi bahan bakar?. Kalau hanya air saja tanpa unsur lain seperti proses elektolisa memang mahal, tetapi kalau air ditambah unsur lain bisa, contohnya air dicampur karbit akan menghasilkan gas sangat mudah terbakar. Dan contoh lainnya anda lihat sendiri tukang balon gas/terbang, air ditambah larutan asam dan logam menghasilkan gas yang mudah terbakar. Jalan terus penelitian bahan bakar alternatif!!!

You might also like