Professional Documents
Culture Documents
Hasil itu juga sudah diuji di sebuah laboratorium internasional, yakni PT CoreLab Indonesia. Hasilnya secara meyakinkan menunjukkan bahwa biofuel tersebut telah memenuhi standar bahan bakar BP Migas. BanyugeniTM mempunyai varian produk berupa hidro-kerosin (setara dengan minyak tanah), hidro-diesel (setara solar), hidro-premium (setara bensin), dan hidro-avtur (setara bahan bakar jet). Air untuk Bahan Bakar Secara ilmiah penggunaan air untuk bahan bakar sebenarnya sangat masuk akal. Air terdiri dari hidrogen dan oksigen, yang merupakan dua unsur yang mudah terbakar. Air yang digunakan untuk membuat minyak itu adalah air tawar biasa, yang diolah lewat teknologi mekanotermal-elektrokimia. Prosesnya melalui empat tahap, yakni mekanis, termal (pemanasan), elektris, dan kimiawi. Namun, Purwanto - salah seorang konsultan ahli dalam tim ini - masih merahasiakan campuran yang digunakan dalam proses kimiawi karena teknologi itu belum dipatenkan. Meski berbahan dasar air, hidro-premium tidak korosif atau menimbulkan karat. Bahan bakar ini juga tidak meninggalkan residu, cuma 0,5 persen dari maksimum 2,0 persen volume yang diizinkan. Kandungan bahan pencemar emisinya sangat rendah. Kandungan sulfur dari gas buang hanya 0,03 persen wt dari maksimum 0,05 persen wt yang diizinkan, serta kandungan timbal (Pb) hampir nol, dari batas tertinggi 0,013. Pengujian terhadap pesawat aeromodeling menunjukkan bahan bakar ini bisa memasok tenaga cukup besar, di atas 16 ribu rpm. Hidro-avtur yang digunakan juga tidak korosif dan beremisi rendah, total sulfur hanya 10 persen dan tidak mudah membeku (titik beku - 45 0C). Pada pengujian terhadap pesawat aeromodeling, bahan bakar ini dapat digolongkan sebagai bahan bakar jet dan akan tetap bersifat dingin (cool-fuel), memiliki IBP (titik didih awal) 164 0 C. Hidro-diesel juga tidak korosif. Titik didih awalnya 201 0 C, emisinya rendah dan tidak meninggalkan residu berlebihan, dengan indeks cetane 51,3. Hasil pengujian terhadap hidro-kerosin juga memperlihatkan bahwa bahan bakar ini
tidak beracun dan tidak beremisi pada pengujian dengan lampu minyak. Hidro-kerosin tidak menimbulkan asap jelaga yang berlebihan. Jadi, penemuan Joko Suprapto terhadap Blue Energy, sebenarnya bukanlah hal eksklusif, karena peneliti UMY juga menemukan hal sama. Baik Blue Energy atau Banyugeni hingga saat ini belum diproduksi massal. Padahal, bila kedua produk ini bisa diproduksi massal, kemungkinan bisa menjadi bahan bakar alternatif seiring dengan tingginya harga bahan bakar minyak. Alih-alih untuk memproduksi secara massal, Joko Suprapto saat ini masih raib. Dia dikabarkan diculik. Keberadaan Joko hingga saat ini masih gelap. (bgs/asy)
Dilaporkan Ke Polisi
Djoko Blue Energy Mengurung Diri Sabtu, 14 Juni 2008 | 10:49 WIB TEMPO Interaktif, Ngajuk:Menyusul rencana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melaporkan ke polisi, Djoko Suprapto, 48 tahaun warga Dusun Turi, Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, malah terkesan tenang. Hingga Sabtu (14/6) pagi, penemu Blue Energy ini tetap berada di rumahnya. Tempo tetap bertahan menunggu lelaki itu memberikan keterangan terkait sikap UMY yang merasa tertipu dalam proyek pemasangan pembangkit listrik mandiri Jodhipati buatannya. Situasi rumah seluas satu hektare itu masih dijaga sejumlah abdi dalem dan lelaki berpakaian preman yang mirip petugas dari Kepolisian Resort Nganjuk dan Komando Distrik Militer 0810 Nganjuk yang selama 24 jam menjaga rumah Djoko. "Bapak (Djoko) ada di rumah. Silakan tunggu saja siapa tahu beliau bersedia menerima anda," kata salah seorang abdi dalem Djoko, Sabtu (14/6). Selama menunggu di teras rumah Djoko, Tempo mendapat informasi bahwa ada anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sedang meluncur ke rumah Djoko. Selain itu sejumlah orang dekat Djoko terkait penemuan energi bahan bakar alternatif juga sedang bergerak menuju rumahnya. DWIDJO U. MAKSUM
Presiden Undang Puluhan Pakar Energi Senin, 02 Juni 2008 | 12:16 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Puluhan pakar energi baru dan terbarukan akan bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di gedung Sekretariat Negara, pukul 14.00 nanti. Tiga anggota tim Blue Energy dari Center of Food, Energy, and Water termasuk Heru Lelono turut diundang. Berdasarkan daftar undangan terdapat 62 pakar dan peneliti dalam Komunitas Energi Baru dan Terbarukan, antara lain, peneliti dari LIPI, BPPT, Batan, dan Bapeten. Presiden juga mengundang rektor dan akademisi dari UI, UGM, ITB, IPB, dan ITS. Beberapa diantaranya adalah pakar bio energi, energi angin, hidrogen, energi surya, energi gelombang, dan energi terbarukan lainnya. Dari kabinet hadir Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Widodo AS, Menteri Koordinator Kesejahteraan rakyat Aburizal Bakrie, Menteri Enegeri Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Menteri Pertanian Anton Apriantono, Menteri Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman, Menteri BUMN Sofyan Djalil.
30/05/08 15:44
Dengan proses elektrolisis air akan berubah menjadi hidrogen dan oksigen. Hidrogen yang dihasilkan dari proses tersebut baru bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Teknologi elektrolisis air tersebut bukan merupakan temuan baru di bidang teknologi karena sekitar 1960 telah ada ilmuwan yang mendokumentasikannya yaitu Dr. William Rhodes serta dipopulerkan oleh Prof. Yull Brown. Namun, lanjutnya, hidrogen bukanlah unsur yang mudah ditangani dan memiliki sifat yang bertolak belakang dengan hidrokarbon. Hidrogen memiliki sensitivitas yang tinggi, sedang hidrokarbon rendah. Di dalam kehidupan sehari-hari, teknik elektrolisis dapat ditemui dalam penggunaan accu. Namun proses elektrolisis accu hanya menghasilkan energi yang kecil. Sementara itu, Dosen Teknik Mesin dan Industri UGM, Jayan Sentanuhady, mengatakan bahwa bila hidrogen langsung direaksikan dengan oksigen maka akan menimbulkan reaksi energi yang besar. "Kecepatan jalar api yang terbentuk bisa mencapai 2.000 meter per detik, sehingga bisa menimbulkan gelombang ledakan yang besar," ujarnya untuk menjelaskan bahwa hidrogen bukan merupakan unsur yang mudah ditangani. Jika ada orang yang mengaku bisa menyimpannya di dalam toples, maka ia pasti menipu. Hidrogen memang bisa disimpan tetapi setelah mendapat perlakuan khusus, misalnya didinginkan atau ditekan,katanya. Ketua Senat Akademik UGM, Prof. Sutaryo, UGM menyatakan segala sesuatu yang berkaitan dengan energi akan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan pernyataan tentang proses "blue energy" yang selama ini dilansir di media telah menyalahi hukum kekekalan energi. (*)
Komentar Pembaca Thoemiran 19/06/08 22:43 Air tidak bisa menjadi bahan bakar?. Kalau hanya air saja tanpa unsur lain seperti proses elektolisa memang mahal, tetapi kalau air ditambah unsur lain bisa, contohnya air dicampur karbit akan menghasilkan gas sangat mudah terbakar. Dan contoh lainnya anda lihat sendiri tukang balon gas/terbang, air ditambah larutan asam dan logam menghasilkan gas yang mudah terbakar. Jalan terus penelitian bahan bakar alternatif!!!