You are on page 1of 6

http://www.energiterbarukan.

net

Biodiesel
DiuploadOlehAdministrator Monday, 20 August 2007

Halaman 1 dari 2

Indeks Artikel
Biodiesel Halaman 2

Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil asam-asam lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak nabati melalui proses trans atau esterifikasi. stilah biodiesel identik dengan bahan bakar murni. Campuran biodiesel (BXX) adalah biodiesel sebanyak XX`% yang telah dicampur dengan solar sejumlah 1-XX %

Latar Belakang Kebutuhan Biodiesel di Indonesia : Bahan bakar mesin diesel yang berupa ester metil/etil asam-asam lemak. Dibuat dari minyak-lemak nabati dengan proses metanolisis/etanolisis. Produk-ikutan: gliserin. Atau dari asam lemak (bebas) dengan proses esterifi-kasi dgn metanol/etanol. Produk-ikutan : air Kompatibel dengan solar, berdaya lumas lebih baik. Berkadar belerang hampir nihil,umumnya < 15 ppm. BXX = camp. XX %-vol biodiesel dengan (100 XX) %vol solar. Contoh: B5, B20, B100. Sudah efektif memperbaiki kualitas emisi kendaraan diesel pada level B2 !.

Keuntungan Pemakaian Biodiesel

Dihasilkan dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya terjamin Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin) Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik daripada solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin Dapat diproduksi secara lokal Mempunyai kandungan sulfur yang rendah Menurunkan tingkat opasiti asap Menurunkan emisi gas buang Pencampuran biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan biodegradibility petroleum diesel sampai 500 %

Bahan Baku Biodiesel Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai macam jenis tumbuhan tergantung pada sumberdaya utama yang banyak terdapat di suatu tempat/negara. Indonesia mempunyai banyak sumber daya untuk bahan baku biodiesel. Beberapa sumber minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku Biodiesel.

Nama Lokal Jarak Pagar Jarak Kaliki Kacang Suuk Kapok / Randu Karet Kecipir Kelapa Kelor Kemiri Kusambi Nimba Saga Utan Sawit Nyamplung Randu Alas Sirsak Srikaya

Nama Latin Jatropha Curcas Riccinus Communis Arachis Hypogea Ceiba Pantandra Hevea Brasiliensis Psophocarpus Tetrag Cocos Nucifera Moringa Oleifera Aleurites Moluccana Sleichera Trijuga Azadiruchta Indica Adenanthera Pavonina Elais Suincencis Callophyllum Lanceatum Bombax Malabaricum Annona Muricata Annona Squosa

Sumber Minyak Inti biji Biji Biji Biji Biji Biji Inti biji Biji Inti biji Sabut Inti biji Inti biji Inti biji Biji Inti biji Biji

Isi P / NP % Berat Kering 40-60 45-50 35-55 24-40 40-50 15-20 60-70 30-49 57-69 55-70 40-50 14-28 40-73 18-26 20-30 15-20 NP NP P NP P P P P NP NP NP P P P NP NP NP

Sabut dan biji 45-70 + 46-54

Spesifikasi Biodiesel sesuai SNI 04-7182-2006: No 1 2 3 4 5 6 7 Parameter Massa jenis pada 40 0C Viskositas kinematik pada 40 0C Angka setana Titik nyala (mangkok tertutup) Titik kabut Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50 0C) Residu karbon Dalam contoh asli Dalam 10% ampas distilasi Air dan sedimen Temperatur destilasi 90% % vol 0c % massa ppm-m (mg/kg) ppm-m (mg/kg) mg-KOH/g % massa % massa % massa % massa 9g-I2/100 g) 0c 0c Satuan kg/m3 mm2/s(cst) Nilai 850-890 2.3-60 Min 51 Min 100 Maks 18 Maks no 3 Maks 0.05 Maks 0.30 Maks 0.5* Maks 360 Maks 0.02 Maks 100 Maks 10 Maks 0.8 Maks 0.02 Maks 0.24 Maks 96.5 Maks 115 Negatif

8 9

10 Abu tersulfatkan 11 Belerang 12 Fosfor 13 Angka asam 14 Gliserol bebas 15 Gliserol total 16 Kadar ester alkil 17 Angka iodium 18 Uji Helphen

catatan: *dapat diuji terpisah dengan ketentuan kandungan sedimen maksimum

0.01% vol Spesifikasi solar sesuai SK Dirjen Migas No.. 3675K/24/DJM/2006: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Karakteristik Berat jenis pada suhu 15 0C Viskositas kinematik pada suhu 40 0C Angka setana / indeks Titik nyala 40 0C Titik tuang Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50 0C) Residu karbon Kandungan air T90/95 % massa mg/kg 0C g/m3 %m/m mg-KOH/g %m/m >%m/m %m/m %v/v mg/l 0C 0C Unit kg/m3 mm2/s Super 820-860 2.0-4.5 51/48 55 18 kelas 1 0.30 500 340/360 25 0.05 0.3 0.01 0.01 10 Tak terditeksi 10 Reguler 815-870 2.0-5.0 48-45 60 18 kelas 1 30 50 <370 0.35 0.6 0.01 0.01 10 Tak terditeksi -

10 Stabilitas oksidasi 11 Sulfur 12 Bilangan asam total 13 Kandungan abu 14 Kandungan sedimen 15 Kandungan FAME 16 Kandungan metanol dan etanol 17 Partikulat

*) SK Dirjen Migas No. 3675/24/DJM/2006 memperbolehkan penambahan bioetanol sampai dengan 10% (v/v)

Bioetanol
DiuploadOlehAdministrator Monday, 20 August 2007

Latar Belakang Seiringdengan menipisnya cadangan energi BBM, jagung menjadi alternatif yang penting sebagai bahan baku pembuatan ethanol (bahan pencampur BBM). Karenanya, kebutuhan terhadap komoditas ini pada masa mendatang diperkirakan mengalami peningkatan yang signifikan.Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme Gasohol campuran bioetanol kering/absolut terdena-turasi dan bensin pada kadar alkohol s/d sekitar 22 %-volume. Istilah bioetanol identik dengan bahan bakar murni. BEX gasohol berkadar bioetanol X %-volume. Bahan Baku Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari-buah mete Bahan berpati: a.l. tepung-tepung sorgum biji (jagung cantel), sagu, singkong/gaplek, ubi jalar, ganyong, garut, umbi dahlia.

Bahan berselulosa ( lignoselulosa):kayu, jerami, batang pisang, bagas, dll. Sekarang belum ekonomis, teknologi proses yang efektif diperkirakan akan komersial pada dekade ini ! Pemanfaatan Bioetanol Sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar bensin; digunakan dalam bentuk neat 100% (B100) atau diblending dengan premium (EXX) Gasohol s/d E10 bisa digunakan langsung pada mobil bensin biasa (tanpa mengharuskan mesin dimodifikasi). Hasil Panen Ton/ha/th 25 (236) 3,6 6 62,5* 6,8$ 75 27 80** Perolehan Alkohol Liter/ton 180 (155) 270 333,4 125 608 67 93 75 Liter/ha/th 4500 (3658) 973 2000 7812 4133 5025 2500 6000

Sumber Karbohidrat Singkong Tetes Sorgum Bici Ubi Jalar Sagu Tebu Nipah Sorgum Manis

*) Panen 2 kali/th; $ sagu kering; ** panen 2 kali/th. Sumber: Villanueva (1981); kecuali sagu, dari Colmes dan Newcombe (1980); sorgum manis, dari Raveendram; dan Deptan (2006) untuk singkong; tetes dan sorgum biji (tulisan baru) Teknologi Pengolahan Bioetanol Teknologi produksi bioethanol berikut ini diasumsikan menggunakan jagung sebagai bahan baku, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakannya biomassa yang lain, terutama molase. Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Pemurnian. 1. Persiapan Bahan Baku Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya. Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara umum terbagi menjadi beberapa proses, yaitu: Tebu dan Gandum manis harus digiling untuk mengektrak gula Tepung dan material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik Pemasakan, Tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi gula kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (Saccharification) dengan penambahan air, enzyme serta panas (enzim hidrolisis). Pemilihan jenis enzim sangat bergantung terhadap supplier untuk menentukan pengontrolan proses pemasakan.

Tahap Liquefaction memerlukan penanganan sebagai berikut: Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur Pengaturan pH agar sesuai dengan kondisi kerja enzim Penambahan enzim (alpha-amilase) dengan perbandingan yang tepat Pemanasan bubur hingga kisaran 80 sd 90 C, dimana tepung-tepung yang bebas akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly) seiring dengan kenaikan suhu, sampai suhu optimum enzim bekerja memecahkan struktur tepung secara kimiawi menjadi gula komplek (dextrin). Proses Liquefaction selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses menjadi lebih cair seperti sup. Tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana) melibatkan proses sebagai berikut: Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja Pengaturan pH optimum enzim Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 C sampai proses sakarifikasi selesai (dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang dihasilkan) 2. Fermentasi Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan enzim yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum. Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2. Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu optimum kisaran 27 sd 32 C, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction, sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan. Selanjutnya ragi akan menghasilkan ethanol sampai kandungan etanol dalam tangki mencapai 8 sd 12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan selanjutnya ragi tersebut akan menjadi tidak aktif, karena kelebihan etanol akan berakibat racun bagi ragi. Dan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah destilasi, namun sebelum destilasi perlu dilakukan pemisahan padatan-cairan, untuk menghindari terjadinya clogging selama proses distilasi. 3. Pemurnian / Distilasi Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78 C sedangkan air adalah 100 C (Kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 - 100 C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume. Prosentase Penggunaan Energy Prosentase perkiraan penggunaan energi panas/steam dan listrik diuraikan dalam tabel berikut ini: Prosentase Penggunaan Energi Identifikasi Proses Steam Listrik

Penerimaan bahan baku, penyimpanan, dan penggilingan Pemasakan (liquefaction) dan Sakarifikasi Produksi Enzim Amilase Fermentasi Distilasi Etanol Dehidrasi (jika ada) Penyimpanan Produk Utilitas Bangunan TOTAL

0% 30.5 % 0.7 % 0.2 % 58.5 % 6.4 % 0% 2.7 % 1 %> 100 %

6.1 % 2.6 % 20.4 % 4% 1.6 % 27.1 % 0.7 % 27 %> 0.5 % 100 %

Sumber: A Guide to Commercial-Scale Ethanol Production and Financing, Solar Energy Research Institute (SERI), 1617 Cole Boulevard, Golden, CO 80401 Peralatan Proses Adapun rangkaian peralatan proses adalah sebagai berikut: Peralatan penggilingan Pemasak, termasuk support, pengaduk dan motor, steam line dan insulasi External Heat Exchanger Pemisah padatan - cairan (Solid Liquid Separators) Tangki Penampung Bubur Unit Fermentasi (Fermentor) dengan pengaduk serta motor Unit Distilasi, termasuk pompa, heat exchanger dan alat kontrol Boiler, termasuk system feed water dan softener Tangki Penyimpan sisa, termasuk fitting

You might also like