You are on page 1of 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.

Metabolisme kalsium Kalsium berperan penting dalam fungsi biologis, baik dalam bentuk ion bebas maupun bentuk terikat. Salah satu fungsi utama kalsium kompleks adalah dalam proses mineralisasi tulang. Sebagian besar kalsium tubuh ada di dalam tulang dalam bentuk kompleks kalsium-fosfat, yang utama adalah hidoksiapatit, yang bertanggung jawab sebagai material pengisi tulang. Di dalam tulang, kalsium memiliki dua peran utama yaitu, berperan dalam kekuatan tulang serta dinamitas penyimpanan kalsium di tulang. Sebagian besar kalsium dalam plasma terikat protein yaitu albumin dan globulin dan protein pengikat kalsium lain di dalam sel. Sebagian besar kompleks ion kalsium dalam plasma berupa kalsium fosfat, kalsium karbonat, dan kalsium oksalat (Peacock, 2010).

Gambar 1. Metabolisme kalsium (Anonim, 2010).

a.

Absorbsi Asupan kalsium yang berasal dari makanan akan diabsorbsi sebagian besar di usus halus bagian proksimal. Apabila dalam makanan mengandung 100 mg kalsium, 300 mg akan diabsorbsi dan sisanya 700 mg akan dieksresi melalui feses (Prasetyawan, 2002). Vitamin D aktif meningkatkan penyerapan Ca2+ di usus, karena Ca2+ tidak serta merta diserap oleh usus. sebagian besar Ca2+ yang tertelan tidak akan diserap dan akan keluar bersama tinja jika tidak dipengaruhi oleh vitamin D (Sherwood, 2011).

b.

Eksresi Ekskresi kalsium melalui urin rata-rata 100 400 mg/hari. Kalsium yang difiltrasi glomerulus sebagian besar diabsorbsi kembali pada bagian proksimal tubulus renalis, loop henle dan sedikit bagian distal tubulu renalis (Prasetyawan, 2002).

2.

Hormon homeostasis kalsium Kadar serum kalsium antara 8,8 10,4 mg/dl pada orang sehat. Serum kalsium 51% berupa ion bebas, 40% kompleks terikat protein, dan 9% ionik kompleks. Untuk

menghindari toksisitas kalsium, konsentrasi serum kalsium terionisasi harus dijaga secara ketat pada rentang fisiologis antara 4,4 5,4 mg/dl (Peacock, 2010).

Gambar 2. Homeostasis kalsium (Tortora, 2012)

Hormon hormon yang berperan penting dalam mengatur konsentrasi kalsium antara lain; a. Parathormon Parathormon adalah hormon peptida yang disekresikan oleh kelenjar paratiroid. Merupakan hormon utama yang bertanggung jawab dalam

pemerliharaan homeostasis kalsium dan esensial mempertahankan keseimbangan kalsium. Efek paratiroid antara lain meningkatkan konsentrasi kalsium dalam plasma dan keseluruhan cairan ekstrasel sehingga mencegah hipokalsemia (Sherwood, 2011). Penurunan kadar serum kalsium mengaktifkan kalsium reseptor di kelenjar paratiroid untuk meningkatkan sekresi parathormon, yang nantinya akan meningkatkan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal, dan meningkatkan resorpsi tulang (Peacock, 2010). Peran parathormon antara lain: i. Merangsang pemindahan Ca2+ dari cairan tulang menembus membran psteositik osteoblas ke dalam plasma, perpindahan yang kecil akan diperbanyak menjadi refluks Ca2+ secara besar besaran dan cepat antara cairan tulang dan plasma (Sherwood, 2011). ii. Merangsang disolusi tulang, mendorong pemindahan Ca2+ dan PO43perlahan dari cadangan stabil mineral tulang ke dalam plasma dengna merangsang osteoklas untuk menghancurkan tulang dan secara transien menghambat aktifitas osteoblas (Sherwood, 2011). iii. Dibawah pengaruh parathormon ginjal meningkatkan resorbsi Ca2+ yang terfiltrasi di urin, dan merurunkan reasorbsi PO43- sehingga eksresinya di urin meningkat (Sherwood, 2011). iv. Secara tidak langsung meningkatkan penyerapan Ca2+ dan PO43- dari usus halus dengan mengaktifkan vitamin D di hati dan ginjal (Sherwood, 2011). b. Kalsitonin Kalsitonin merupakan hormon polipeptida yang mempunyai sifat yang berlawanan dengan hormon paratiroid, yaitu menyebabkan efek hipokalsemia. Sekresi kalsitonin berbanding lurus dengan kadar kalsium plasma. Peningkatan

kadar kalsium plasma secara langsung dapat menigkatkan kadar kalsitonin (Prasetyawan, 2002). Kalsitonin diproduksi oleh sel C kelenjar tiroid. Memiliki dua efek utama pada tulang (Sherwood, 2011); i. Dalam jangka pendek menurunkan pemindahan Ca2+ dari cairan tulang ke plasma. ii. Dalam jangka panjang menurunkan resorpsi tulang dengan menghambat osteoklas. c. Kalsitriol Vitamin D diaktifkan melalui dua proses biokimiawi yang melibatkan penambahan gugus hidroksil, reaksi pertama terjadi di hati dan reaksi kedua terjadi di ginjal. Hasil akhrinya adalah bentuk vitamin D aktif atau 1,25(OH)2D atau dikenal sebagai kalsitriol. Dua tahap pengakrigan vitamin D ini dirangsang oleh parathormon sebagai respon terhadap penurunan kadar Ca2+ plasma (Sherwood, 2011).. Pada orang sehat, kira kira hanya sekitar 30% dari kalsium diabsorpsi dari total kalsium yang ke saluran pencernaan. Proses absorpsi kalsium secara aktif dikontrol oleh 1,25(OH)2D atau kalsitriol. Peningkatan parathormon juga menstimulasi ginjal untuk mensekresi kalsitriol untuk meningkatkan absorpsi kalsium di usus (Peacock, 2010).

3.

Fungsi kalsium Kalsium berperan di dalam proses kontraktilitas otot, pembelahan sel, motilitas sel, sekresi hormon, aktifitas saraf, ekspresi gen, regulasi dan apoptosis (Kargas, 2007). Fraksi kalsium bebas bebas berperan penting dalam sejumlah aktivitas esensial seperti berikut (Sherwood, 2011); a. Eksitabilitas neuro-muskulus Penurunan Ca2+ bebas menyebabkan saraf dan otot mudah terangsang, sedangkan peningkatan Ca2+ bebas akan menurunakn eksitabilitas neuromuskulus. Penurunan Ca2+ bebas meningkatkan permeabilitas Na dan meningkatkan refluks Na dan bergesernya potensial mendekati ambang. Pada keadaan hipokaslemia,

jaringan peka rangsang dapat dibawa ke ambang rangsang oleh rangsangan yang secara fisiologis tidak efektif, sehingga otot rangka melepaskan kontraksi secara spontan. Otot dapat mengalami spasme tanpa adanya rangsangan normal. b. Proses pembekuan darah

Gambar 3. Skema pembekuan darah (Tortora, 2012).

Kalsium berfungsi sebagai kofaktor dalam beberapa tahap pada jenjang reaksi dalam pembekuan darah. Kalsium berperan mengaktifkan faktor pembekuan darah seperti faktor X, faktor V, dan fibrinogen.

c.

Penggabungan eksitasi-kontraksi di otot jantung dan otot polos Masuknya Ca2+ cairan ekstrasel ke dalam sel otot jantung dan otot polos akibat peningkatan permeabilitas Ca2+ sebagai respon terhadap suatu potensial aksi melalui mekanisme kontraksi. Kalsium juga dibutuhkan untuk penggabungan eksitasi kontraksi di otot rangka, tetapi kalsium dibebaskan dari simpanan kalsium intrasel sebagai respon terhadap potensial aksi.

d.

Penggabungan rangsangan dan sekresi Masuknya kalsium ke dalam sel sekretorik karena peningkatan permeabilitas terhadap kalsium sebagai respon terhadap rangsangan yang sesuai memicu pelepasan produk sekretorik melalui proses eksositasi. Proses ini penting untuk sekresi sekresi neorotransmitter oleh sel saraf, serta sekresi hormon peptida dan katekolamin oleh sel endokrin.

e.

Pemeliharaan tautan antar sel Kalsium membentuk bagian dari semen intrasel yang menyatukan sel sel tertentu secara erat.

f.

Motilitas dan pergerakan silia. Dengan mekanisme kontraksi oleh filamen aktin, yang diawali adanya perpindahan ion kalsium.

g.

Kalsium intrasel berperan sebagai 2nd messenger di banyak sel. Kalsium merupakan salah satu komponen yang berperan sebagai second messenger dalam mekanisme kerja hormon. Selain kalsium ada juga cAMP, cGMP (cyclic guanosine monophosphate), inositol trisphosphate (IP3), dan diacylglycerol (DAG) (Tortora, 2012).

h.

Di dalam tulang dan gigi kalsium merupakan unsur esensial bagi integritas struktural dan fungsional. Matriks ekstraselular mengandung 15% air, 30% serat kolagen, dan 55% kristal garam mineral. Sebagian besar garam mineral yang utama adalah kalsium fosfat [Ca3(PO4)2]. Bersama mineral lain seperti kalsium hidroksida [Ca(OH)2], membentuk kristal hydroxyapatite [Ca10(PO4)6(OH)2].

Anonim. 2010. Pocket Medicine (2): Calcium story from intake experts to metabolic experts. http://new-holism.com/?p=2013 Tortora GJ., Derrickson B. 2012. Principle of Anatomy and Physiology 13th edition. Danvers: John Wiley & Sons, Inc.

You might also like