You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Konsep Latar Belakang hak asasi yang manusia dimiliki adalah oleh suatu bentuk hak yang yang sama tidak

Hak asasi manusia merujuk kepada hak yang dimiliki oleh semua insan. sebagaimana semua insan manusia

dipengaruhi oleh asal, ras, dan warga negara. Oleh karena itu secara umum hak asasi manusia dapat diartikan sebgai hak-hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia lahir dan merupakan pemberian Tuhan. Ruang lingkup hak asasi manusia itu sendiri adalah:

1. Hak untuk hidup 2. Hak untuk memperoleh pendidikan 3. Hak untuk hidup bersama-sama seperti orang lain 4. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama 5. Hak untuk mendapatkan pekerjaan
Dalam hal proses penegakan hukum, apabila implementasi lebih berorientasi pada penghoirmatan terhadaphak asasi manusia maka akan lebih menggugah masyarakat untuk menjunjung tinggi hukum itu sendiri. Dalam hubungannya dengan hal ini, hak asasi manusia memiliki dua segi yaitu segi moral dan segi perundangan. Apabila dilihat dari segi moral, hak asasi manusia merupakan suatu tanggapan moral yang didukung oleh anggota masyarakat. Sehubungan dengan segi ini anggota masyarakat akan mengakui wujud hak tertentu yang harus dinikmati oleh setiap individu, yang dianggap sebagai sebagaian dari sifat manusia, walaupun mungkin tidak tercantum dalam undang-undang. Jadi, masyarakat pun mengakui secara moral akan eksistensi hak asasi yang dimiliki oleh setiap manusia. Dari segi perundangan, hak asasi manusia diartikan sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dalam konteks nasional, tak dapat dipungkiri bahwa isi dari adat istiadat dan budaya yang ada di Indonesia juga mengandung pengakuan terhadap hak dasar dari seorang manusia. Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat 1

kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Maka dengan ini penulis mengambil judul Hak Asasi Manusia dan Konsep Kemanusiaan.

1.2

Rumusan Masalah

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam penyusunan Makalah ini, maka penulis membatasi masalah-masalah yang akan dibahas diantaranya: 1. Apa definisi dari filsafat manusia (hakikat manusia)? 2. Bagaimana pengertian dan sejarah Hak Asasi Manusia di Indonesia? 3. Bagaimana dasar-dasar konstitusional pelaksanaan prinsip-prinsip HAM di Indonesia? 4. Bagaimana pelaksanaan ham dalam relasi hukum dan kekuasaan di Indonesia? 5. Bagaimana contoh studi kasus dari pelanggaran HAM di Indonesia? 1.3 Tujuan

Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan,yaitu: 1. Penulis ingin mengetahui arti filsafat manusia (hakikat manusia) sebenarnya 2. Penulis ingin memahami tentang pengertian dan sejarah dari hak asasi manusia (HAM) di Indonesia 3. Penulis ingin mendalami dasar-dasar konstitusional pelaksanaan prinsipprinsip HAM di Indonesia 4. Penulis ingin mengetahui pelaksanaan HAM dalam relasi hukum dan kekuasaan di Indonesia 5. Penulis ingin membahas studi kasus tentang pelanggaran yang terjadi di Indonesia 1.4 Metode Penulisan

Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan artikel referensi yang diperoleh dari realitas maya yang berhubungan dengan Pancasila dan Kewarganegaraan.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Filsafat Manusia (Hakikat Manusia)

Filsafat Manusia bisa diartikan sebagai sebuah pandangan tentang hakekat yang sebenarnya dari keadaan dan kehidupan manusia beserta dengan segala kaitanya yang telah dirumuskan melalui sebuah proses berfikir secara mendalam. Filsafat manusia merupakan sebuah hasil dari perumusan pikiran yang ada mengenai siapa sebenarnya manusia, bagaimana hakekat dari manusia itu sendiri dan segala kaitan yang ada tentang seorang manusia. Ciri utama dari seseorang yang menganut paham filsafat adalah bahwa dia akan berfikir dengan cara menggunakan disiplin berfikir yang tinggi. Ada 2 aspek dalam memahami hakekat manusia, yaitu : - Ekstensif, meliputi pembahasan yang berhubungan dengan Sifat, Gejala, Kegiatan, dan segala sesuatu yang meyangkut pada segala bidang. - Intensif, meliputi pembahasan yang mengarah pada intisari dari manusia. Hakekat manusia adalah sebagai berikut : a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. c. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya. d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya. e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati f. Suatu keberadaan Tuhan yang berpotensi ia yang perwujudanya yang merupakan mengandung ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas g. Makhluk yang berarti adalah makhluk kemungkinan baik dan jahat. h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

2.2

Pengertian dan Sejarah Hak Asasi Manusia di Indonesia 2.2.1 Pengertian HAM (Hak Asasi Manusia) adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM. Pada hakikatnya Hak Asasi Manusia terdiri atas dua hak dasar yang paling fundamental, ialah hak persamaan dan hak kebebasan. Dari kedua hak dasar inilah lahir hak-hak asasi lainnya. HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam UUD 1945 Republik Indonesia. Menurut Jack Donnely, hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata positif, karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum melainkan semata-mata bahwa dalam berdasarkan hak asasi martabatnya sebagai manusia. Sementara dibawanya masyarakat. universal. Dasar dari semua hak asasi ialah bahwa manusia memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan harkat dan cita-citanya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Slamet Marta Wardaya yang menyatakan bahwa hak asasi manusia yang dipahami sebagai natural rights merupakan suatu kebutuhan dari realitas sosial yang bersifat universal. Nilai universal ini yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai produk hukum nasional di berbagai negara untuk dapat melindungi dan menegakkan nilai-nilai kemanusian. Bahkan nilai universal ini dikukuhkan dalam intrumen internasional, termasuk perjanjian internasional di bidang HAM. Sementara dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia menegaskan bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, 4 Meriam Budiardjo, dengan bahwa berpendapat di itu manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan bersamaan Dianggap kelahirannya beberapa hak kehidupan tanpa dimilikinya

perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin dan karena itu bersifat

dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun. 2.2.2 Pemikiran periode Sejarah dan sebelum Pengaturan HAM ( di Indonesia ), (2001), periode membagi setelah

Secara garis besar Prof. Bagir Manan pada bukunya Perkembangan perkembangan HAM pemikiran HAM di Indonesia dalam dua periode yaitu Kemerdekaan 19081945 Kemerdekaan (1945sekarang). A. Periode Sebelum Kemerdekaan ( 19081945 ) Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat. Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan nasib sendiri Sarekat Islam, menekankan pada usaha usaha unutk memperoleh penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial. Partai Komunis Indonesia, sebagai partai yang berlandaskan paham Marxisme lebih condong pada hak hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu isu yang berkenan dengan alat produksi. Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerdekaan. Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan. Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan pada hak politik yaitu di hak untuk mengeluarkan serta hak pendapat, untuk hak turut untuk dalam menentukan nasib sendiri, hak berserikat dan berkumpul, hak persamaan muka hukum penyelenggaraan Negara. Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI antara Soekarno dan Soepomo di satu pihak 5

dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada pihak lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan dan lisan. B. Periode Setelah Kemerdekaan ( 1945 sekarang ) a) Periode 1945 1950 Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan untuk untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk kedalam hukum dasar Negara ( konstitusi ) yaitu, UUD 45. komitmen terhadap HAM pada periode awal sebagaimana ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945. Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik. Sebagaimana tertera dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. b) Periode 1950 1959 Periode 1950 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan periode Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini menapatkan suasana liberal momentum kebebasan demokrasi yang yang sangat menjadi membanggakan, semangat karena

demokrasi

atau

parlementer

mendapatkan tempat di kalangan elit politik. Seperti dikemukakan oleh Prof. Bagir Manan pemikiran dan aktualisasi HAM pada periode ini mengalami pasang dan menikmati kebebasan. Indikatornya menurut ahli hukum tata Negara ini ada lima aspek. Pertama, semakin banyak tumbuh partai partai politik dengan beragam ideologinya masing masing. Kedua, Kebebasan pers sebagai pilar demokrasi betul betul menikmati kebebasannya. 6 bulan madu

Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam suasana kebebasan, fair ( adil ) dan demokratis. Keempat, parlemen atau dewan perwakilan rakyat resprentasi dari kedaulatan rakyat menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat dengan melakukan kontrol yang semakin efektif terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan. c) Periode 1959 1966 Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin sebagai reaksi penolakan Soekarno terhaap sistem demokrasi Parlementer. Pada sistem ini (demokrasi terpimpin) kekuasan berpusat pada dan berada ditangan presiden. Akibat dari sistem demokrasi terpimpin Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran supratruktur politik maupun dalam tataran infrastruktur poltik. Dalam kaitan dengan HAM, telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak politik. d) Periode 1966 1998 Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada semangat untuk menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada tahun 1967 yang merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan Pengadilan HAM, pembentukan Komisi dan Pengadilan HAM untuk wilayah Asia. Selanjutnya pada pada tahun 1968 diadakan seminar Nasional Hukum II yang merekomendasikan perlunya hak uji materil ( judical review ) untuk dilakukan guna melindungi HAM. Begitu pula dalam rangka pelaksanan TAP MPRS No. XIV/MPRS 1966 MPRS melalui Panitia Ad Hoc IV telah menyiapkan rumusan yang akan dituangkan dalam piagam tentang Hak hak Asasi Manusia dan Hak hak serta Kewajiban Warganegara. e) Periode 1970-1980

Sementara itu, pada sekitar awal tahun 1970-an sampai periode akhir 1980-an persoalan HAM mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati, dilindungi dan ditegakkan. Pemerintah pada periode ini bersifat defensif dan represif yang dicerminkan dari produk hukum yang umumnya restriktif terhadap HAM. Sikap defensif pemerintah tercermin dalam ungkapan bahwa HAM adalah produk pemikiran barat yang tidak sesuai dengan nilai nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila serta bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal HAM sebagaimana tertuang dalam rumusan UUD 1945 yang terlebih dahulu dibandingkan dengan deklarasi Universal HAM. Selain itu sikap defensif pemerintah ini berdasarkan pada anggapan bahwa isu HAM seringkali digunakan oleh Negara Negara Barat untuk memojokkan Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Meskipun dari pihak pemerintah mengalami kemandegan bahkan kemunduran, pemikiran HAM nampaknya terus ada pada periode ini terutama dikalangan masyarakat yang dimotori oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan masyarakat akademisi yang concern terhaap penegakan HAM. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat melalui pembentukan jaringan dan lobi internasional terkait dengan pelanggaran HAM yang terjadi seprti kasus Tanjung Priok, kasus Keung Ombo, kasus DOM di Aceh, kasus di Irian Jaya, dan sebagainya. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an nampak memperoleh hasil yang menggembirakan karena terjadi pergeseran strategi pemerintah dari represif dan defensif menjadi ke strategi akomodatif terhadap tuntutan yang berkaitan dengan penegakan HAM. Salah satu sikap akomodatif pemerintah terhadap tuntutan penegakan HAM adalah dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM ) berdasarkan KEPRES No. 50 Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993. Lembaga ini bertugas untuk memantau dan menyelidiki pelaksanaan HAM, serta memberi pendapat, pertimbangan, dan saran kepada pemerintah perihal pelaksanaan HAM. f) Periode 1998 sekarang

Pergantian rezim pemerintahan pada tahan 1998 memberikan dampak yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat ini mulai dilakukan pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah orde baru yang beralwanan dengan pemjuan dan perlindungan HAM. Selanjutnya dilakukan penyusunan peraturan perundang HAM undangan yang berkaitan dengan dan pemberlakuan dalam kehidupan ketatanegaraan

kemasyarakatan di Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan banyaknya norma dan ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait dengan penegakan HAM diadopsi dari hukum dan instrumen Internasional dalam bidang HAM. Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. pada tahap penentuan telah ditetapkan beberapa penentuan perundang undangan tentang HAM seperti amandemen konstitusi Negara ( Undang undang Dasar 1945 ), ketetapan MPR ( TAP MPR ), Undang undang (UU), peraturan pemerintah dan ketentuan perundang undangam lainnya. 2.3 Dasar-Dasar Konstitusional Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Ham di

Indonesia
Pasal 27 ayat 1 "Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum

dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya"
Pasal 28 "Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran

dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang"


Pasal 29 ayat 2 "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu"
Pasal 30 ayat 1 "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam

usaha pembelaan negara"


Pasal 31 ayat 1 "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran" UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM) memuat

prinsip bahwa hak asasi manusia harus dilihat secara holistik bukan parsial sebab HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya 9

yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukun, Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia 2.4 Pelaksanaan HAM dalam Relasi Hukum dan Kekuasaan

Saat ini perlindungan HAM sudah diatur dalam konstitusi yang sudah mengalami empat kali perubahan beserta Undang-undang tentang HAM. Namun persoalan pelanggaran HAM masih tetap terdengar. Paling tidak, faktor utama kenapa pemenuhan HAM di Indonesia tidak memadai adalah karena lemahnya penegakan hukum. Dimana hukum hanya diartikan apa yang tertulis dalam Undang-undang, tanpa melihat keadilan dan kemanfaatan. Akibatnya, nilai suatu keadilan akan menjadi di nomorduakan oleh adanya kepastian hukum yang telah diatur dalam peraturan perundangan. Keadaan ini juga semakin diperparah dengan pemahaman dari aparat penegak hukum itu sendiri dalam menjalankan tugasnya. Akibatnya, pemenuhan HAM akan semakin sulit. Masalah penegakan HAM, apabila pemenuhan HAM erat kaitannya dengan penegakan hukum, maka sama artinya apabila penegakan hukum gagal sudah barang tentu pemenuhan HAM tidak akan bisa terwujud. Dalam penegakan hukum ada juga terdapat banyak faktor yang sangat berpengaruh, salah satunya adalah aparat penegak hukumnya itu sendiri. Dimana aparat penegak hukum merupakan penyelenggara negara yang bertugas melindungi dan memberikan jaminan HAM kepada warga masyarakat. Pengawasan HAM dilaksanakan oleh Mahkamah Agung (MA) sebagai amanat Pasal 24 UUD 1945. Yang merupakan pemegang Kekuasan Kehakiman, dan bertugas melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan, sebagai bentuk pengawasan internal institusi peradilan. Namun dengan semakin kompleknya problem penegakan hukum dan untuk meningkatkan check and balances, maka semua pihak merasa perlu dilakukan perbaikan dalam segala bidang mencakup internal maupun eksternal lembaga peradilan tersebut. Maka, selain pembenahan payung hukum juga telah dilakukan upaya menggiatkan dan menguatkan institusi pengawas eksternal diantaranya, dikenal dengan Komisi Kepolisian yang hadir sebagai amanat dari UU No.2 tahun 2004 tentang Kepolisian, selain itu guna pengawasan Kejaksaan juga telah terbentuk Komisi Kejaksaan yang mengacu pada amanat UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, terakhir untuk pengawasan peradilan dikenal dengan Komisi Yudisial adalah realisasi dari Pasal 24 B UUD 1945. Sedangkan berkaitan dengan 10

administrasi dan pelayanan pubik yang dilakukan oleh aparatur penyelenggara negara untuk mengawasinya maka telah pula dibentuk Komisi Ombudsman Nasional yang berada di bawah payung hukum Keputusan Presiden No 44 Tahun 2000. Pada dasarnya semua lembaga non-struktural yang disebut di atas, selain mempunyai tugas dan kewenangan masing-masing, juga memiliki kesamaan adalah menjamin pemenuhan HAM bagi masyarakat. 2.5 Studi Kasus: Orang Hilang dan Kematian Aktivis Munir

Penculikan aktivis 1997/1998 adalah peristiwa penghilangan orang secara paksa atau penculikan terhadap para aktivis pro-demokrasi yang terjadi menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1997 dan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1998. Peristiwa penculikan ini dipastikan berlangsung dalam tiga tahap: Menjelang pemilu Mei 1997, dalam waktu dua bulan menjelang sidang MPR bulan Maret, dan dalam periode tepat menjelang pengunduran diri Soeharto pada 21 Mei. Pada bulan Mei 1998, sembilan di antara mereka yang diculik selama periode kedua dilepas dari kurungan dan muncul kembali. Beberapa di antara mereka berbicara secara terbuka mengenai pengalaman mereka. Tapi tak satu pun dari mereka yang diculik pada periode pertama dan ketiga muncul.[1] Selama periode 1997/1998, KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) mencatat 23 orang telah dihilangkan oleh alat-alat negara. Dari angka itu, 1 orang ditemukan meninggal (Leonardus Gilang), 9 orang dilepaskan penculiknya, dan 13 lainnya masih hilang hingga hari ini. Kematian Munir Munir Said Thalibpria kelahiran Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965 adalah pria keturunan Arab yang juga seorang aktivis HAM Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. Semasa hidupnya Munir merupakan pendiri dan koordinatir Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras) pada tahun 1998. Munir sangat aktif memperjuangkan HAM. Munir meninggal diracun oleh pollycarpus dalam pesawat dengan jurusan ke Amsterdam, 7 September 2004 pada umur 38 tahun, saat itu Munir akan melanjutkan studi S2 bidang hukum humaniter di Universitas Utrecht, Belanda. Pukul 21.30 WIB.

11

BAB III KESIMPULAN Filsafat kaitanya manusia yang merupakan sebuah pandangan sebuah tentang proses hakekat berfikir yang secara

sebenarnya dari keadaan dan kehidupan manusia beserta dengan segala telah dirumuskan melalui mendalam. Hakekat manusia adalah: Makhluk yang dapat menggerakkan hidupnya, Individu yang memiliki sifat rasional, yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, makhluk yang dalam proses menjadi berkembang, selalu melibatkan dirinya dalam usah mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik, Makhluk Tuhan, Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan, suatu keberadaan yang berpotensi Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah tuhan yang dibawa sejak lahir. Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap pribadi manusia secara kodrati sebagai anugerah dari tuhan, mencangkup hak hidup,hak kemerdekaan/kebebasan dan hak memiliki sesuatu. Perkembangan HAM di Indonesia dibagi dalam dua periode yaitu periode sebelum Kemerdekaan ( 19081945 ), periode setelah Kemerdekaan (1945 sekarang). Dasar-dasar diataranya: Pasal 27 ayat 1 "Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya" Pasal 28 "Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undangundang" Pasal 29 ayat 2 "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu" Pasal 30 ayat 1 "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara" Pasal 31 ayat 1 "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran" 12 konstitusional pelaksanaan prinsip-prinsip HAM di Indonesia

UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM) memuat prinsip bahwa hak asasi manusia harus dilihat secara holistik bukan parsial sebab HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukun, Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia Perlindungan HAM sudah diatur dalam konstitusi beserta Undang-undang tentang HAM HAM erat kaitannya dengan penegakan hukum. Dalam penegakan hukum ada juga terdapat banyak faktor yang sangat berpengaruh, salah satunya adalah aparat penegak hukum. Aparat penegak hukum merupakan penyelenggara negara yang bertugas melindungi dan memberikan jaminan HAM kepada warga masyarakat Pengawasan HAM dilaksanakan oleh Mahkamah Agung (MA) yang merupakan pemegang Kekuasan Kehakiman, dan bertugas melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan, sebagai bentuk pengawasan internal institusi peradilan. Upaya menggiatkan dan menguatkan institusi pengawas eksternal diantaranya, dikenal dengan Komisi Kepolisian, Komisi Kejaksaan, Komisi Yudisial, Komisi Ombudsman Pada dasarnya semua lembaga non-struktural yang disebut di atas, selain mempunyai tugas dan kewenangan masing-masing, juga memiliki kesamaan adalah menjamin pemenuhan HAM bagi masyarakat. Penegakkan HAM di Indonesia saat ini masih kurang dilihat dari masih adanya pelanggaran HAM seperti pada studi kasus yaitu penculikan aktivis mahasiswa dan pembunuhan aktivis HAM Munir.

13

BAB IV DAFTAR PUSTAKA DINAMIKA PENEGAKAN HUKUM DAN HAM, Ahmad Samawi bryantobing01.blog.com/hak-asasi-manusia/ http://adysanjayaputra.blogspot.com/2011/06/konsep-manusia-kebutuhan-dasarmanusia.html http://sosbud.kompasiana.com/2011/11/01/konsep-negara-kemanusiaan-bentuknegara-masa-depan/ http://makalahhakasasimanusiaham.blogspot.com/ http://www.gudangmateri.com/2011/01/definisi-ham-hak-asasi-manusia.html http://id.wikipedia.org/wiki/Penculikan_aktivis_1997/1998 http://id.wikipedia.org/wiki/HAM http://id.wikipedia.org/wiki/Munir_Said_Thalib http://dahlenablog.blogspot.com/2007/08/penegakan-hukum-sebagai-pemenuhanhak.html http://husnyarifuddin.blogspot.com/ http://education.poztmo.com/2011/06/pengertian-hak-asasi-manusia-ham.html http://www.anneahira.com/tokoh-ham.htm http://www.jawaban.com/index.php/news/detail/id/91/news/120906160848/limit/0/T olak-Lupa-Munir-Peringatan-Sewindu-Kematian http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_12.html

14

You might also like