You are on page 1of 60

longMYELORADICULOPATHY CASE Constant back pain causes a 67 year old woman with multiple myeloma to seek medical attention.

Diagnostic study reveal the presence of compression fractures that may be due to her malignancy to osteoporosis and or to her current corticosteroid regimen. Therapeutic alternatives for analgia include opioid agonist, NSAIDs, acetaminophen or combination product calcitonin, corticosteroids and biphosphonat. May also have roles in this particular patients treatment. After invitation of an individualizedregimen, the patient should be assessed carefully for adequancy of pain relief and the presence of adverse effects. The patien need further intervention after she develops constipation, nausea, and increased renal function tests four weeks after starting an analgesic regimen. Anatomi Fisiologis Sistem Saraf Sistem Saraf Pada Manusia Sistem saraf manusia adalah jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu sama lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antar individu dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu sitem saraf berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi antar sel maupun organ, serta dapat memproduksi hormon. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan system-system tubuh yang lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan yubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena kesadaran, ingatan, bahasa, sensasi dan dan gerakan. Jadi kemampuan suatu untuk dapat memahami, belajar memberi respon terhadap rangsangan

merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku manusia.

JARINGAN SARAF

Jaringan saraf terdiri dari Neuroglia dan sel Schwann (se-sel penyokong) serta sel Neuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel tersebut erat berkaitan dan saling terintegrasi satu sama lainya sehingga bersama-sama berfunfsi sebagai satu unit. NEURON Neuron adalah sel saraf dan merupakan unit anatomis dan fungsional system saraf. Setiap neuron mempunyai badan sel yang memiliki satu atau beberapa tonjolan. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). a.Serabut saraf dendrite Menghantarkan rangsang (impuls) dari luar sel saraf menuju ke badan sel saraf. b.Badan sel saraf Tempat metabolisme sel saraf. Badan sel terdapat sitoplasma, butirbutir Nissl dan inti sel c.Serabut saraf akson (neurit)

Menghantarkan rangsang (impuls) dari badan sel saraf menuju ke luar badan sel saraf.d.Persambungan (sinapsis) Tempat pertemuan ujung akson sel saraf dengan ujung dendrit sel saraf lainnya, sehingga merupakan tempat perpindahan impuls menuju sel saraf lainnya.

Akson yang diperbesar

Sinapsis Dendrit dan akson secara kolektif sering disebut sebagai serabut saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan dan meneruskan pesan-pesan neural disebabkan oleh karena sifat khusus menbran sel neuron yang mudah dirangsang dan dapat menghantarkan pesan elektrokimia. Klasifikasi Neuron

Neuron dapat diklasifikasikan menurut bentuknya Dibagi menjadi 4 tipe yaitu : Bipolar, Unipolar, Multipolar, dan Pyrimidal cell

a.Neuron Bipolar (Interneuron) Menpunyai dua serabut, satu dendrite dan satu akson. Jenis neuron ini dijumpai dalam epithel olfaktorius, dalam retina mata, dan dalam telinga. b.Neuron Unipolar (Sensory Neuron) Hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi satu cabang sentral yang berfungsi sebagai satu akson dan satu cabang perifer yang berguna sebagai dendrite. Jenis neuron ini merupakan neuron sensorik saraf perifer (misalnya sel-sel ganglion cerebrospinalis) c.Neuron Multipolar (Motoneuron) Mempunyai beberapa dendrite dan satu akson. Jenis neuron ini merupaka yang paling sering dijumpai pada system saraf sentral (misalnya, sel-sel motoris pada cornu anterior dan lateraris medulla spinalis, sel-sel ganglion otonom.) Neurotransmitter Merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari ujung akson terminal dan juga di reabsorbsikan untuk daur ulang. Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antar neuron, setiap neuron melepaskan satu transmitter. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permebilitas sel neuron, sehingga neuron menjadi lebih dapat menyampaikan impuls. Tempat-

tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau organorgan efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu-satunya tempat dimana suatu impuls dapat lewat dari suatu neuron keneuron lainnya atau efektor.ruang antara satu neuron dan neuron berikutnya disebut selah sinaptik (synaptic cleft). Neuron yang menghantarkan impuls saraf menuju ke sinaps disebut neuron prasinaptic, sedangkan neuron yang membawa impuls ke sinaps disebut neuron postsynaptic. Diketahui terdapat sekitar tigapuluh macam neurotransmitter, diantaranya adalah: a.Norephinephrin b.Acetylcholin c.Dopamin d.Serotonin e.Asam Gama-Aminobutirat (GABA) f.glisin. g.Endorphin h.Enkephalin Impuls Saraf Komponen listrik dari transmisi saraf mengenai transmisi impuls di sepanjang neuron. Permeabilitas membran sel neuron terhadap ion natrium dan kalium bervariasi dan dipengaruhi oleh perubahan kimia serta listrik dalam neuron tersebut (terutama neurotransmitter dan stimulus organ reseptor). Dalam keadaan istirahat, permeabilitas membran sel menciptakan kadar kalium intra sel yang tinggi, dan kadar natrium intra sel yang rendah, bahkan pada kadar natrium ektrasel yang tinggi. Impuls listrik timbul oleh pemisahan muatan akibat perbedaan kadar ion intra sel dan ekstra sel yang dibatasi menbran sel. Secara skematis perjalanan impuls saraf dapat dilihat sebagai berikut : Keadaan listrik pada saat membran istirahat (polarized). Ekstra sel lebih banyak ion natrium, sebaliknya ektra sel lebih banyak ion kalium. Membran dalam keadaan relatif intermeabel terhadap kedua ion.

Depolarisasi

Potensial membran istirahat berubah dengan adanya stimulus. Ion natrium masuk ke intra sel secara cepat. Pembentukan potensial aksi pada tempat perangsangan. Jika stimulus cukup kuat, potensial aksi akan dialirkan secara cepat ke sepanjang membran sel. Repolarisasi Potensial istirahat kembali terjadi. Ion kalium keluar dari sel dan permeabilitas membran berubah kembali. Terjadi pemulihan keadaan negatif di dalam sel dan positif diluar sel. Potensial aksi yang terjadi atau impuls pada saat terjadi depolarisasi dialirkan ke ujung saraf dan mencapai ujung akson. (akson terminal). Saat potensial aksi mencapai akson terminal akan dikeluarkanlah neurotransmitter, yang melintasi sinaps dan dapat saja merangsang saraf berikutnya. NEUROGLIA Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai macam sel yang secara keseluruhan menyokong, melindungi, dan sumbernutrisi sel saraf (neuron) pada otak dan medulla spinalis. Sedangkan sel Schwann merupakan pelindung dan penyokong neuron-neuron di luar system saraf pusat. Neuroglia menyusun 40% volume otak dan medulla spinalis.Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar 10:1. A.Tipe sel Glial yang di temukan di Saraf Pusat Ada empat neuroglia yang berhasil di identifikasi yaitu : Oligodendroglia, Ependima, Astroglia, dan Microglia. a.Oligodendroglia Merupakan sel glia yang bertanggungjawab menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat. Sel ini mempunyai lapisan dengan substansi lemak mengelilingi penonjolan atu sepanjang sel saraf sehingga terbentuk selubung myelin. Myelin pada susunan saraf tepi dibentuk oleh sel Schwann. Sel Schwann membentuk myelin maupun neurolema saraf tepi. Tidak semua neuron susunan saraf tepi bermyelin. Neurolema adalah membrane sitoplasma halus yang di bungkus oleh sel Schwann yang membungkus semua system saraf tepi. Neurolema merupakan struktur penyokong dan dan pelindung bagi tonjolan saraf.

b.Ependima Berperan dalam produksi Cerebro Spinal Fluid. Ependima adalah neuroglia yang membatasi sitem ventrikel Sistem Saraf c.Astroglia atau Astrocytes Berfungsi sebagai sel pemberi makan bagi neuron yang halus. Badan sel Astroglia berbentuk bintang dengan banyak tonjolan dan kebanyakan berakhir pada pembuluh darah sebagai kaki perivaskular foot processes. Bagian ini membentuk dinding perintang antara aliran kapiler dengan neuron. Dengan kata lain membantu neuron mempertahankan potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls dan transmisi simpati. d.Microglia Mempunyai sifat-sifat phagocyte yang menyingkirkan debris-debris yang dapat berasal dari sel-sel otak yang mati, bakteri dan lain-lain. Sel jenis ini ditemukan diselurun SSP dan dianggap berperan penting dalam proses melawan infeksi Pusat. Sel-sel inilah yang merupkan epithel dari Plexsus Coroideus ventrikel otak.

B.Tipe sel Glial yang ditemukan di Saraf Tepi a.Sel Schwann Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin

Bagian yang menyusun sel schwann : a.Selaput myelin Merupaka suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang mengisolasi tonjolan saraf. Myelin menghalangi aliran ion natrium dan kalium melintasi membran neuronal dengan hampir sempurna b.Nodus Renvier Celah-celah yang tidak memiliki myelin c.Neurilemma Bagian terluar dari sel schwann yang berperan sangat penting dalam perbaikan (regenerasi) apabila terjadi kerusakan pada akson. SUSUNAN SARAF MANUSIA Susunan saraf pada manusia meliputi saraf pusat dan saraf tepi. Saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Saraf tepi meliputi saraf sadar dan saraf tak sadar. Berikut ini bagan susunan saraf pada manusia:

A.Sistem Saraf Pusat (SSP) Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (Latin: 'ensephalon') dan sumsum tulang belakang (Latin: 'medulla spinalis'). Seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem ini yang mengintegrasikan dan mengolah semua pesan yang masuk untuk membuat keputusan atau perintah yang akan dihantarkan melalui saraf motorik ke otot atau kelenjar. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Otak dilindungi oleh tulangtulang tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruasruas tulang belakang. Asal pembentukan otak dan medulla spinalis adalah jaringan ectoderm yang tersusun sebagai struktur tubular. Struktur tersebut disebut neural tube. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut: 1.Duramatter berupa selaput yang kuat dan menempel pada tengkorak. terdiri dari dua

lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Diantara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural. 2.Arakhnoid Disebut demikian karena bentuknya mirip sarang laba-laba di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis semacam cairan limfa yang mengisi sela-sela membrane araknoid. Fungsi selaput araknoid sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik seperti benturan. 3.Pia matter lapisan yang terdekat dengan permukaan otak dan terdapat banyak pembuluh darah. Pembuluh darah membawa darah untuk mensuplai kebutuhan oksigen dan sari makanan bagi sel otak serta mengangkut sisa metabolisme sel. Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu: 1.badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea) 2.serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba) 3.sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih. OTAK (ENSEFALON)

Sistem saraf pusat terdiri dari Otak dan Sumsum Tulang Belakang, dimana otak mempunyai 5 bagian utama yaitu : a.Otak besar (Cerebrum) b.Dienensefalon c.Otak kecil (Cerebelum) d.Sumsum sambung (Medulla Oblongata) e.Jembatan Varol a.Otak besar (Cerebrum) Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Otak besar mengisi penuh bagian depan dari rongga tengkorak, dan terdiri dari dua belahan (hemifer) besar, yaitu belahan kiri dan belahan kanan,. Setiap belahan mengendalikan bagian tubuh yang berlawanan, yaitu belahan kiri mengatur tubuh bagian kanan, sebaliknya belahan kanan mengatur tubuh bagian kiri. Otak besar terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan luar ( korteks) yang berisi badan neuron dan lapisan dalam yang berisi serabut saraf yaitu dendrit dan

neurit. Otak besar terbagi menjadi empat lobus, yaitu lobus frontalis (bagian dahi), lobus parietalis (bagian ubun-ubun), lobus temporalis (bagian pelipis), lobus oksipitalis (bagian belakang kepala)

Otak besar merupakan saraf pusat yang utama karena berperan dalam pengaturan seluruh aktivitas tubuh,yaitu kecerdasan, keinginan, ingatan, kesadaran, kepribadian, daya cipta, daya khayal, pendengaran, pernapasan dan sebagainya. Setiap aktivitas akan dikendalikan oleh bagian yang berbeda, yaitu: Lobus frontalis (daerah dahi), berhubungan dengan kemampuan berpikir. Lobus temporalis (daerah pelipis), dan ubun-ubun mengendalikan kemampuan berbicara dan bahasa. Daerah belakang kepala merupakan pusat penglihatan dan memori tentang apa yang dilihat. Daerah ubun-ubun selain sebagai pusat berbicara juga pusat untuk merasakan dingin, panas, dan rasa sakit. Daerah pelipis selain sebagai pusat bicara juga sebagai pusat pendengaran. Otak besar tersusun dari dua Hemisfer Cerebral yang membentuk bagian terbesar otak. 1.Korteks Cerebral Terdiri dari 6 lapisan sel dan serabut saraf. Bagian fungsional korteks serebri terutama terdiri atas sebuah selaput tipis yang mengandung neuron-neuron dengan ketebalan 2-5mm, yang menutupi permukaan seluruh bagian otak besar yang berbelit dan njumlah total daerah ini kirakira m2 . Korteks cerebral mengandung bermacam-macam sel, ada tiga

maca sel yaitu : a.Granular b.Fusiformc.Piramidal yang paling besar 2.Ventrikel I dan II, terletak dalam hemisfer cerebral 3.Corpus Colosum, terdiri dari serabut termielinisasi, menyatukan kedua hemisfer. 4.Setiap hemisfer dibagi oleh fisura dan sulkus menjadi 4 lobus sesuai tulang tempatnya berada. a.Fisura Longitudinal Membagi cerebrum menjadi hemisfer kiri dan hemisfer kanan b.Fisura Transversal Memisahkan hemisfer cerebral dan cerebelum. Sulkus Pusat/Centralis (Fisura Ronaldo), memisahkan lobus frontal dan lobus parietal. c.Sulkus Lateral (Fisura Sylvius) Memisahkan lobus frontal dan temporal. Ada dugaan pada saat lahir biasanya lobus temporalis posterior kiri lebih besar daripada yang kanan, dan secara normal sisi kiri lebih banyak dipakai daripada sisi kanan. d.Sulkus Parieto-Oksipital Memisahlan lobus pariental dan oksipital. 5.Permukaan hemisfer serebral memiliki semacam konvolusi yang disebut Gyrus. Fungsi gyrus meliputi : a.Gyrus Prasentral, pada setiap hemisfer terletak dalam lobus frontal tepat di depal sulkus sentral. Gyrus ini mengandung neuron yang bertanggungjawab untuk aktivitas motorik volunter. b.Gyrus Postsentral, terletak dibelakang sulcus sentral, mengandung neuron yang terlibat dalam aktivitas sensorik. Area fungsional korteks serebral meliputi : 1.Area Motorik Primer a)Area motorik primer terdapat dalam gyrus prasentral tepatnya pada lipatan pertama dari bagian frontal lobus anterior sampai sulkus (estellate), memiliki akson pendek berfungsi sebagai interneuron intracortical.

sentralis. Pada prinsipnya ada 3 macam serabut (traktus) substansia putih otak : -Assosiasi Menghantarkan impuls antar gyrus dalam 1 hemisphere -Commissural Menghantarkan impuls gyrus ke gyrus anatar hemisphere -Proyeksi Menghantarkan impuls dari otak ke struktur di bawah otak (descending traktus): talamus, batang otak, medulla spinalis dan cerebrum (traktus pyramidalis). Menghantarkan impuls dari struktur perifer ke otak (asecending traktus) b)Area premotorik korteks Sebagian besar sinyal saraf yang terbentuk di area premotorik menyebabkan pola pergerakan yang melibatkan kelompok-kelompok otot untuk menjalankan tugas spesifik. c)Area Broca Area broca erat hubungannya dengan area korteks yang berfungsi untuk pernafasan sehingga sewaktu berbicara akan timbul aktivitas pita suara bersama-sama dengan gerakan mulut dan lidah. 2.Area Sensorik Korteks a)Area sensorik primer Terdapat pada gyrus postsentral. Neuron menerima informasi sensorik umum yang berkaitan dengan nyeri, tekanan, suhu, sentuhan, dan propriosepsi dari tubuh. b)Area visual primer Terletak pada lobus oksipital dan berfungsi menerima informasi dari retina mata. c)Area auditori primer Terletak pada tepi atas lobus temporal, berfungsi menerima impuls saraf yang berkaitan dengan pendengaran d)Area olfaktori primer Terletak pada permukaan mediak lobus temporal, berkaitan dengan

indra penciuman e)Area pengecap primer (gustatori) Terletak pada lobus pariental dekat bagian inferior girus postsentral, area ini terlibat dalam persepsi rasa. 3. Area Asosiasi Disebut area asosiasi karena area tersebut menerima dan menganalisis sinyal-sinyal dari berbagai regio baik dari kortes motorik maupun korteks sensorik, demikian juga struktur subkortikal. b.Dienensefalon Otak tengah manusia berukuran cukup kecil,dan terletak didepan otak kecil. Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjarkelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran. a)Talamus Talamus adalah pusat distribusi yang mengatur aktivitas di regio-regio spesifik pada korteks. Terdiri dari dua massa oval (lebar cm dan panjang 3 ) substansi abu-abu yang sebagian tertutup substansi putih. Masingmasing masa menonjol kelua untuk membentuk sisi dinding ventrikel ke 3. Ada 2 sinyal yang berjalan melalui talamus : 1. Jenis yang pertama, menjalarkan potensial aksi dengan cepat dan merangsang serebrum hanya dalam waktu beberapa detik saja. 2. Sinyal jenis kedua berasal dari sejumlah besar neuron-neuron kecil yang tersebar diseluruh area retikular batang otak. b)Hipotalamus Terletak di inferior talamus dan membentuk dasar serta bagian bawah sisi dinding ventrikel ke 3 Struktur 1. Bagian optik. anterior hipotalamus adalah substansi abu-abu yang menyelubungi klasma optik, yang merupakan persilangan pada saraf

2. Bagian tengah hipofisis posterior tempat melekatnya kelenjar hipofisa. Fungsi 1. Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian SSO yang melakukan pengakuan seksual. 2. Hipotalamus juga berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan,nyeri,kegembiraan, dan kemarahan. 3. Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan atau inhibisi hormon kelenjar hipofisis sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin. c.Otak kecil (Cerebelum) Cerebelum mempunyai fungsi utama dalam koordina gerakan otot yang terjadi secara sadar, kesinambungan dan posisi tidur. Cerebelum berhubungan dengan batang otak melalui pendunkulus serebri inferior (korpus retoform).Permukaan luas cerebelum berlipat-lipat menyerupai serebrum tapi lipatannya lebih kecil dan teratur, permukaan serebelum ini mengandung zat kelabu. Korteks serebelum dibentuk oleh substansi grisea terdiri dari 3 lapisan : 1.Lapisan granular luar 2.Lapisan Purkinje 3.Lapisan Granular Dalam Serabut saraf yang termasuk dan yang keluar dari serebrum harus melewati sesebelum. Fungsi serebelum yaitu : Arkhioserebelum (Vestibulo Serebelum) serabut aferen berasal dari telinga dalam diteruskan oleh nervus VIII (Auditorius) untuk keseimbangan dan rangsangan pendengaran ke otak. Paleoserebelum (Spinoserebelum) sebagai pusat penerima impuls dari reseptor sensasi umum medula spinalis dan nervus vagus (n.trigeminus) kelopak mata, rahang atas dan bawah serta otot pengunyah. fungsi vegetatif prnting untuk kehidupan, suhu seperti tubuh, frekuensi jantung, tekanan darah,

keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas

Neoserebelum (Pontoserebelum) korteks serebelum menerima informasi tentang gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan dan mengatur gerakan sisi badan. d.Sumsum sambung (Medulla Oblongata) Panjang medula oblongata sekitar 2,5 cm dan menjulur dari pons sampai medulla spinalis dan terus memanjang. Bagian terakhir pada area forumen magnum tengkorak. Medulla oblongata berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip. e. Jembatan Varol (Pons Varoli) Jembatan farol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang. Hampir semuanya terdiri dari substabsi putih. Pons menghubungkan medulla yang paling panjang dengan berbagai bagian otak melalui pedunkulus serebral. 1. 2. Pusat respiratorik terletak dalam pons dan mengatur frekuensi dan kedalaman pernafasan. Nuklei saraf kranial V, VI, dan VII terletak dalam pons yang juga menerima informasi darai saraf kranial VIII.

SUMSUM TULANG BELAKANG (MEDULA SPINALIS)

Sumsum tulang belakang adalah bagian susunan saraf pusat yang terletak didalam kanalis vertebralis besama ganglion radik posterior yang terdapat pada setiap foramen invertebralis teletak berpasangan kiri dan kanan. Organ ini mengurus persarafan tubuh, anggota badan serta bagian kepala. Dimulai dari bagian bawah medula oblongata setinggi korpus vertebrata servikalis I sampai ke korpus vertebra lumbalis I dan II A.Fungsi Medula Spinalis Mengendalikan berbagai aktivitas refleks dalam tubuh. Bagian ini mentransmisikan impuls ke dan dari otak melalui traktus asenden dan desenden B. Struktur umum medula spinalis Berbentuk slinder berongga dan agak pipih. Diameter stryktur ini biasanya ukutan jari kelingking. Panjang kita-kita 42cm. Dua pembesaran, pembesaran lumbal dan serviks. Menandai sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai. 31 pasang saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui foramina interverbal. Korda berakhir dibagian bawah vertebra lumbal pertama atau kedua. Meninges (durameter, araknoid, dan piameter) yang melapisi otak juga

melapisi korda Fisura median anterior (ventral) dalam dan fisura posterior (dorsal) yang lebih dangkal menjalar disepanjang korda dan membaginya menjadi bagian kanan dan kiri. C. Struktur internal medula spinalis Terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang diselubungi substansi putih. 1.Kanalis Sentralis berukuran kecil dikelilingi substansi abu-abu seperti huruf H 2.Batang atas dan baeah huruh H disebut tanduk atau kolumna dan mengandung badan sel, dendrit asosiasi dan neuron aferen serta akson tidak termielinisasi. Tanduk abu-abu posterior (dorsal) adalah batang vertikal atas substansi abu-abu. Mengandung badan sel dan menerima sinyal melalui saraf spinal dari neuron sensorik. Tanduk abu-abu anterior (ventral) adalah batang vertrikal bawah. Mengandung neuron motorik yang aksonnya mengirim impuls melalui saraf spinal ke otot dan kelenjar. Tanduk lateral adalah protusi diantara tanduk postertior dan anterior pada area toraks dan lumbal sistem saraf perifer. Komisura abu-abu menghubungkan substansi abu-abu disisi kiri dan kanan medula spinalis. Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi abu-abu terletak dibagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada medulla spinalis bagian tengah berupa materi kelabu benbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.

Sirkulasi Darah pada Sistem Saraf Pusat Sirkulasi darah pada sistem saraf terbagi atas sirkulasi pada otak dan medula spinalis. Dalam keadaan fisiologik jumlah darah yang dikirim ke otak sebagai blood flow cerebral adalah 20% cardiac out put atau 1100-1200 cc/menit untuk seluruh jaringan otak yang berat normalnya 2% dari berat badan orang

dewasa. Untuk mendukung tercukupinya suplai oksigen, otak mendapat sirkulasi yang didukung oleh pembuluh darah besar. Suplai Darah Otak 1. Arteri Carotis Interna kanan dan kiri Arteri communicans posterior Arteri ini menghubungkan arteri carotis interna dengan arteri cerebri posterior Arteri choroidea anterior, yang nantinya membentuk plexus choroideus di dalam ventriculus lateralis Arteri cerebri anterrior Bagian ke frontal disebelah atas nervus opticus diantara belahan otak kiri dan kanan. Ia kemudian akan menuju facies medialis lobus frontalis cortex cerebri. Daerah yang diperdarahi arteri ini adalah: a) facies medialis lobus frontalis cortex cerebro b) facies medialis lobus parietalis c) facies convexa lobus frontalis cortex cerebri d) facies convexa lobus parietalis cortex cerebri e) Arteri cerebri media Arteri cerebri media Berjalan lateral melalui fossa sylvii dan kemudian bercabang-cabang untuk selanjutnya menuju daerah insula reili. Daerah yang disuplai darah oleh arteri ini adalah Facies convexa lobus frontalis coretx cerebri mulai dari fissura lateralis sampai kira-kira sulcus frontalis superior, facies convexa lobus parielatis cortex cerebri mulai dari fissura lateralis sampai kira-kira sulcus temporalis media dan facies lobus temporalis cortex cerebri pada ujung frontal. 2. Arteri Vertebralis kanan dan kiri Arteri vertebralis dipercabangkan oleh arteri sub clavia. Arteri ini berjalan ke kranial melalui foramen transversus vertebrae ke enam sampai pertama kemudian membelok ke lateral masuk ke dalam foramen transversus magnum menuju cavum cranii. Arteri ini kemudian berjalan ventral dari medula oblongata dorsal dari olivus, caudal dari tepi caudal pons varolii. Arteri vertabralis kanan dan kiri akan bersatu menjadi arteri basilaris yang

kemudian berjalan frontal untuk akhirnya bercabang menjadi dua yaitu arteri cerebri posterior kanan dan kiri. Daerah yang diperdarahi oleh arteri cerbri posterior ini adalah facies convexa lobus temporalis cortex cerebri mulai dari tepi bawah sampai setinggi sulcus temporalis media, facies convexa parietooccipitalis, facies medialis lobus occipitalis cotex cerebri dan lobus temporalis cortex cerebri. Anastomosis antara arteri-arteri cerebri berfungsi utnuk menjaga agar aliran darah ke jaringan otak tetap terjaga secara continue. Sistem carotis yang berasal dari arteri carotis interna dengan sistem vertebrobasilaris yang berasal dari arteri vertebralis, dihubungkan oleh circulus arteriosus willisi membentuk Circle of willis yang terdapat pada bagian dasar otak. Selain itu terdapat anastomosis lain yaitu antara arteri cerebri media dengan arteri cerebri anterior, arteri cerebri media dengan arteri cerebri posterior. Suplai Darah Medula Spinalis Medula spinalis mendapat dua suplai darah dari dua sumber yaitu: 1) arteri Spinalis anterior yang merupakan percabangan arteri vertebralis 2) arteri Spinalis posterior, yang juga merupakan percabangan arteri vertebralis. Antara arteri spinalis tersebut diatas terdapat banyak anastomosis sehingga merupakan anyaman plexus yang mengelilingi medulla spinalis dan disebut vasocorona. Vena di dalam otak tidak berjalan bersama-sama arteri. Vena jaringan otak bermuara di jalan vena yang terdapat pada permukaan otak dan dasar otak. Dari anyaman plexus venosus yang terdapat di dalam spatum subarachnoid darah vena dialirkan kedalam sistem sinus venosus yang terdapat di dalam durameter diantara lapisan periostum dan selaput otak. Cairan Cerebrospinalis (CSF) Cairan cerebrospinalis atau banyak orang terbiasa menyebutnya cairan otak merupakan bagian yang penting di dalam SSP yang salah satu fungsinya mempertahankan tekanan konstan dalam kranium. Cairan ini terbentuk di Pleksus chroideus ventrikel otak, namun bersirkulasi disepanjang rongga sub arachnoid dan ventrikel otak. Pada orang dewasa volumenya berkisar 125 cc, relatif konstan dalam produksi dan absorbsi. Absorbsi terjadi disepanjang sub arachnoid oleh vili arachnoid. Ada empat buah rongga yang saling

berhubungan yang disebut ventrikulus cerebri tempat pembentukan cairan ini yaitu: 1) ventrikulus lateralis , mengikuti hemisfer cerebri, 2) ventrikulus lateralis II 3) ventrikulus tertius III dtengah-tengah otak 4) ventrikulus quadratus IV, antara pons varolli dan medula oblongata. Ventrikulus lateralis berhubungan dengan ventrikulus tertius melalui foramen monro. Ventrikulus tertius dengan ventrikulus quadratus melalui foramen aquaductus sylvii yang terdapat di dalam mesensephalon. Pada atap ventrukulus quadratus bagian tengah kanan dan kiri terdapat lubang yang disebut foramen Luscka dan bagian tengah terdapat lubang yang disebut foramen magendi. Sirkulasi cairan otak sangat penting dipahami karena bebagai kondisi patologis dapat terjadi akibat perubahan produksi dan sirkulasi cairan otak. Cairan otak yang dihasilkan oleh flexus ventrikulus lateralis kemudian masuk kedalam ventrikulus lateralis, dari ventrikulus lateralis kanan dan kiri cairan otak mengalir melalui foramen monroi ke dalam ventrikulus III dan melalui aquaductus sylvii masuk ke ventrikulus IV. Seterusnya melalui foramen luscka dan foramen megendie masuk kedalam spastium sub arachnoidea kemudian masuk ke lakuna venosa dan selanjutnya masuk kedalam aliran darah. Fungsi Cairan Otak 1. Sebagai bantalan otak agar terhindar dari benturan atau trauma pada kepala 2. Mempertahankan tekanan cairan normal otak yaitu 10 20 mmHg 3. Memperlancar metabolisme dan sirkulasi darah diotak. Komposisi Cairan Otak 1. Warna : Jernih , disebut Xanthocrom 2. Osmolaritas pada suhu 30 C : 281 mOSM 3. Keseimbangan asam basa a. PH : 7,31 b. PCO2 : 47,9 mmHg c. HCO3 : 22,9 mEq/lt d. Ca : 2,32mEq/lt e. Cl : 113 127 mEq/lt

f. Creatinin : 0,4 1,5 mg% g. Glukosa : 54 80 mg% h. SGOT : 0 - 19 unit i. LDH : 8 50 unit j. Posfat : 1,2 2,1 mg% k. Protein : 20 40 mg% pada cairan Lumbal 15 25 mg% pada cairan Cisterna 5 25 mg% pada cairan Ventrikuler l. Elektroporesis Protein LCS: Prealbumin : 4,6 % Albumin : 49,5% Alpha 1 Globulin : 6,7% Alpha 2 Globulin : 8,7% Beta dan Lamda Globulin : 18,5% Gamma Globulin : 8,2% Kalium : 2,33 4,59 mEq/lt Natrium : 117 137 mEq/lt Urea : 8 28 mg% Asam urat : 0,07 2,8 mg% Sel : 1 - 5 limposit/mm3 B. Sistem Saraf Tepi (SST) Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat. 1. Sistem Saraf Sadar Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu sarafsaraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang. Saraf Kranial Saraf kranial menghubungkan jaras-jaras saraf spinal dengan batang

otak. Saraf kranial ini merupakan saraf campuran ( merupakan saraf sensorik dan juga saraf motorik). Komponen-komponen saraf kranial: 1.komponen sensorik somatik : N. I, N. II, N. VIII 2.komponen motorik somatik: N. III, N. IV, N. VI, N.XI, N. XII 3.komponen campuran sensorik somatik dan motorik somatik: N. V, N. VII, N. IX, N. X 4.komponen motorik viseral (otonom) : N. III, N. VII, N. IX, N. X

Saraf Kranial I Olfaktorius II Optikus III Okulomotorius

Komponen sensorik sensorik Motorik

Fungsi Penciuman Pendengaran mengangkat kelopak mata atas konstriksi pupil sebagian besar gerakan ekstraokuler

IV Troklearis V Trigeminus

motorik Motorik

Gerakan mata ke bawah dan ke dalam Otot temporalis dan maseter (menutup rahang dan mengunyah) gerakan rahang ke lateral

Sensorik kulit wajah; dua pertiga depan kulit kepala; mukosa mata; mukosa hidung dan rongga mulut; lidah dan gigi

reflex kornea atau reflex mengedip

saraf cranial V, respons motorik melalui saraf cranial VII

VI Abdusen VII Fasialis

motorik Motorik

Deviasi mata ke lateral otot-otot ekspresi wajah termasuk otot dahi, sekeliling mata serta mulut lakrimasi dan salvias

Sensorik

Pengecapan dua pertiga depan lidah (rasa, manis, asam, dan asin)

VIII Cabang Vestibularis Sensorik Vestibulokoklearis Cabang Koklearis IX Glosofaringeus sensorik Motorik

Keseimbangan

Pendengaran Faring: menelan, reflex muntah Parotis: salivasi

Sensorik Faring, lidah posterior, termasuk rasa pahit X Vagus Motorik Faring: menelan, reflex muntah, fonasi: visera Sensorik abdomen Faring, laring:reflex muntah; visera leher, toraks dan abdomen. XI Asesorius motorik Otot

sternokleidomastoideus dan bagian atas dari otot trapezius; pergerakan kepala dan bahu XII Hipoglosus motorik Pergerakan lidah

Saraf kranial dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting. Saraf Spinal Saraf spinal berjumlah 31 pasang saraf gabungan yang keluar dari medulla spinalis, lalu dari kolumna vertebralis melalui celah sempit (foramina intervertebralia) antara ruas-ruas tulang vertebra. Berdasarkan asalnya, saraf spinal dibedakan atas: 8 pasang bagian cervical 12 pasang bagian thorakal 5 pasang bagian lumbar 5 pasang bagian sacral 1 pasang bagian coxigeus Saraf spinal merupakan saraf campuran yang mengandung serat-serat eferen yang membawa impuls baik sensorik maupun motorik. Serat-serat eferen yang masuk ke medulla spinalis akan membentuk akar belakang (radiks dorsalis). Radiks dorsalis menghantarkan impuls ke ganglia dorsal, mempengaruhi segmen-segmen kulit (dermatom). Sedangkan serat-serat yang keluar dari medulla spinalis membentuk akar depan (radiks ventralis) yang menghantarkan impuls ke otot-otot kelenjar. Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 4 buah pleksus yaitu sebagai berikut. a. Pleksus cervicalis terdiri dari 4 saraf servikal pertama. Mempengaruhi bagian

belakang kepala, leher, dan bahu; serta memberikan rangsangan pada saraf frenik. b.Pleksus brachialis terdiri dari 4 saraf servical yang terakhir dan saraf torakal pertama yang merangsang bagian ekstremitas atas. c. pleksus lumbal terdiri dari 4 saraf lumbal pertama dan juga meliputi 12 saraf torakal. Pleksus ini mempengaruhi bagian-bagian bawah tubuh dan ekstremitas bawah serta merangsang saraf femoral. d. pleksus sacral terdiri dari dua saraf lumbal terakhir dan tiga saraf lumbal pertama. Berfungsi untuk merangsang ekstremitas bawah dan memberikan rangsangan kepada saraf skiatik.

2. Saraf Tak Sadar (Otonom) Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. System saraf otonom merupakan system saraf campuran. Serabutserabut aferennya membawa masukan dari organ-organ visceral (berkaitan dengan pengaturan denyut jantung, diameter pembuluh darah, pernapasan, pencernaan makanan, rasa lapar, mual, pembuangan, dsb). Saraf eferen motorik system saraf otonom memfersarafo otot polos, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar visceral. System saraf otonom terutama berkaitan dengan pengaturan fungsi visceral dan interaksinya dengan lingkungan dalam. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung. Tabel Fungsi Saraf Otonom Parasimpatik mengecilkan pupil menstimulasi aliran ludah memperlambat denyut jantung membesarkan bronkus menstimulasi sekresi kelenjar Simpatik memperbesar pupil menghambat aliran ludah mempercepat denyut jantung mengecilkan bronkus menghambat sekresi kelenjar

pencernaan mengerutkan kantung kemih

pencernaan menghambat kontraksi kandung kemih

System Saraf Simpatis Berisi neuron praganglionik yang berada di antara segmen T1 dan L2 dari saraf spinal dan neuron-neron ganglionik yang berada di ganglia dekat kolumna bvertebra. Neuron ganglionik berada pada sisi lateral tanduk abu-abu dan akson-akson masuk melalui akar ventral dari setiap segmen. Ganglia kolateral. Visera abdomkinopelvis menerima inervasi simpatis melalui serabut praganglionik yang menerobos rantai simpatis tanpa sinaps. Serabut ini dimulai pada neuron-neuron praganglionik di segmen bawah torakal dan segmen atas lumbal. Serabut ini menjalar pada dinding rongga dada dan abdomen serta mengatur secara otonom keadaan di dalam rongga dad danabdomen. Medulla adrenal. Medulla adrenal dimodifikasi oleh ganglion simpatetik. Sinaps serabut praganglionik pada sel-sel neuroendokrin ber fungsi untuk melepaskan neurotransmitter epinephrine dan norepinephrin ke dalam sirkulasi umum. Secara anatomis neuron simpatis terletak di ruang tulang torakal dan lumbal yaitu pada susunan saraf medulla spinalis; akson-aksonnya disebut serabut praganglion, muncul melalui jalan pada semua akar saraf anterior dari ruas tulang leher (servikal) kedepan atau tulang torakal pertama menuju ruas tulang lumbal kedua dan ketiga. Jarak dari medulla ke serabut-serabut saraf ini mempunyai perbedaan karena adanya perbedaan hubungan setiap rantai. Komposisi serabut-serabut ini terdiri dari atas 22 mata rantai ganglia, yang meluas ke seluruh lajur sepanjang spinal dan kedua sisi tubuh tulang belakang. Beberapa dari sejumlah besar sinaps-sinaps bertemu dengan sel-sel saraf dalam rantai. Rantai-rantai lain yang melintas tanpa membuat hubungan atau kehilangan penghubung akan bergabung dengan ganglia besar prevertebral dalam toraks, abdomen, dan pelvis atau satru ganglia terminal di sekitar organ seperti kandung kemih atau rectum, serabut saraf postganglion yang berasal dari rantai simpatis bergabung kembali dengan saraf spinal yang

menuju ekstremitas, pembuluh-pembuluh darah, kelenjar keringat dan jaringan otot polos dalam kulit. Serabut-serabut postganglion dari pleksus prevertebral (misalnya pleksus jantung, paru-paru spanknik, dan pelvis) tersusun di daalam kepala dan leher, toraks, abdomen, dan pelvis, seterusnya akan berhubungan dengan serabutserabut dari bagian parasimpatis di dalam pleksus. Kelenjar adrenal, ginjal, hati, limpa, lambung, dan duodenum ada di bawah control pleksus siliaka yang terbesar umumnya diketahui sebagai pleksus solar. Fungsi system saraf simpatis adalah system ini siap-siaga untuk membantu dalam proses kedaruratan. Di bawah keadaan stress baik yang disebabkan oleh fisik maupun emosional dapat menyebabkan peningkatan untuk respons fight or flight jika ada ancaman. Sebagai akibatnya bronkiolus berdilatasi untuk memudahkan pertukaran gas, kontraksi jantung yang kuat dan cepat, dilatasi arteri menuju jantung dan otot-otot volunteer yang membawa lebih banyak darah ke jantung; konstriksi pembuluh darah perifer yang membuat kulit pada kaki dingin tetapi shunting darah ke organ esensial yang aktif; dilatasi pupil, hati mengeluarkanglukosa untuk energy ceopat; peristaltic makin lambat; rambut berdiri dan peningkatan keringat. Pelepasan simpatis yang menigkat cepat sama seperti tubuh diberikan suntikan adrenalin, sehingga stasiun system persarafan adrenergic kadang-kadang digunakan jika menunjukan kondisi seperti pada system persarafan simpatis. System saraf parasimpatis Fungsi system parasimpatis adalah sebagai pengontrol dominan untuk kebanyakan efektor visceral dalam waktu lama. Selama keadaan diam, kondisi tanpa stress, impuls dari serabut-serabut parasimpatis (kolinergik) menonjol. Serabut-serabut system parasimpatis terletak di dua area, satu pada batang otak, dan yang lainnya pada segemen spinal di bawah L2. Oleh karena lokasi serabut-serabut tresebut saraf parasimpatis menghubungkan area kraniosakral, sedangkan saraf simpatis menghubungkan area torakolumbal dari sitem saraf autonom. Parasimpatis cranial muncul dari otak tengah dan medulla oblongata. Serabut dari sel-sel pada otak tengah berjalan dengan saraf okukomotoris ketiga menuju ganglia siliaris, yang memiliki serabut postganglion yang

berhubungan dengan system simpatis lain yang megontrol bagian posisi yang berlawanan dengan mempertahankan keseimbangan antara keduanya pada saat yang bersamaan.

KONSEP PENYAKIT MYELORADICULOPATHY

1.

Pengertian

Myeloradiculopathy merupakan penyakit yang berhubungan dengan medula spinalis dan nervus radiks. Penyakit ini disebut juga radiculomyelopathy. Myeloradiculopathy dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal atau lumbal penyakit ini merupakan penyakit vertebra degeneratif. Dalam daerah lumbalis diperkirakan bahwa lebih dari 70% populasi dewasa, nyeri punggung bawah akan berkembang pada selama kehidupan. Vertebrata torasika, sindrom klinis relatif jarang ditemukan karena stabilisasi vertebra oleh lengkung iga. Dalam regio servikalis penyakit degeneratif lebih sering terjadi

dan bisa tampil sebagai kompresi radiks saraf dengan nyeri lengan radikular atau pada kanalis spinalis dengan akibatnya mielopati. Diskus intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini di gabungkan dalam suatu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. Dalam penyakit ini diskus intervertebralis mengalami ruptur, nukleus dari diskus menonjol ke dalam anulus (cincin fibrosa sekitar diskus), dengan akibat kompresif saraf. Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Penyakit ini bisa di akibatkan karena penonjolan diskus intervetebra yang mengakibatkan mielopathy dan radiculopahty. Kolumna vertebralis terdiri dari serangkaian sendi diantara korpus vertebra yang berdekatan, sendi lengkung vertebra, sendi kostovertebra, dan sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan diskus antarvertebra menyatukan korpus-korpus vertebra yang berdekatan. Ligamentum longitudinal anterior, suatu jaringan ikat berbentuk pita yang lebar dan tebal, berjalan secara longitudinal di depan korpus vertebra dan diskus antarvertebra serta berfungsi dengan periosteum dan anulus fibrosus. Didalam kanalis vertebralis di aspek posterior korpus vertebra dan diskus antarvertebra terletak ligamentum longitudinal posterior. Diantara dua korpus vertebra berdekatan, dari vertebra servikalis II (C2) sampai ke vertebra sakralis, terdapat diskus antarvertebra. Diskus ini membentuk suatu sendi fibrokartilaginosa yang tangguh antara korpus vertebra. Diskus antarvertebra terdiri dari dua bagian utama: nucleus pulposus dibagian tengah dan annulus fibrosus yang mengelilinginya. Diskus dipisahkan dari tulang di atsa dan di bawah oleh dua lempeng tulang rawan hialin yang tipis. Nukleus pulposus adalah bagian sentral semigelatinosa diskus, struktur ini mengandung berkas-berkas serat kolagenosa, sel jaringan ikat, dan sel tulang rawan. Bahan ini berfungsi sebagai peredam kejut antara korpus vertebra yang berdekatan, dan juga berperan penting dalam pertukaran cairan antara diskus dan kapiler. Anulus fibrosus terdiri dari cincin-cicin fibrosa konsentrik, yang mengelilingi nucleus pulposus. Fungsi annulus fibrosus adalah agar dapat terjadi gerakan antara korpus-korpus vertebra ( karena struktur serat yang seperti spiral), menahan nukelus pulposus, dan sebagai peredam kejut. Dengan demikian, annulus fibrosus berfungsi serupa dengan simpai disekitar tong air atau sebagai suatu pegas kumparan, menarik korpus vertebra agar menyatu melawan resistensi elastic nucleus pulposus, sedangkan nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan peluru (laher) antara dua korpus vertebra. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat singkat, gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau tahun. Kemudian, pada degenarasi pada diskus, kapsulnya mendorong kearah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal. Rangkaian nyeri yang diakibatkan oleh tekanan di daerah distribusi ujung saraf

yang terkena. Tekanan terus-menerus dapat menyebabkan perubahan degenaratif pada saraf yang terkena, seperti perubahan sensasi dan kerja refleks. 2. Etiologi Merokok Batuk yang terlalu lama Cara duduk yang salah Malas berolahraga Terlalu sering menyetir Sering mengangkat barang berat Trauma karena terjatuh, terbentur Usia lanjut Tumor/ keganasan (myeloma multipleks)

3.

Manifestasi klinis Nyeri punggung akut dan kronik Ataxia, ketidakmampuan untuk mengkoordinasikan gerakan otot yang mengakibatkan kesulitan dalam berjalan, bicara dan melakukan tugas perawatan diri Nyeri abdomen Nyeri ekstremitas bagian bawah atau kaki Tidak mampu berdiri dari posisi duduk Kelemahan yang mengganggu Paralysis atau kelemahan otot Paralysis kaki dan lengan Kehilangan sensori di bagian bawah Tidak mampu berjalan dan berdiri Penurunan kemampuan gerak Kelelahan akut yang ekstrim

Gejala dan Tanda Lokasi Radik s saraf yang terke na L5 Nyeri Kelemaha n otot Parestes ia Atrofi Refleks

L4 ke L5

Di atas sendi sakroiliak a, panggul, aspek

Dapat menyebab kan kaki lunglai, kesulitan dorsifleksi

Tungkai lateral, bagian distal kaki. diantara

Tidak bermakna

Biasanya tidak bermakn a, refleks lutut dan pergelan

L5 ke S1

S1

lateral paha dan betis, aspek medial kaki (nyeri yang menyeba r ke bawah panggul dan tungkai disebut skiatika) Diatas sendi sakroiliak a, bagian posterior seluruh tungkai sampai ke tumit, aspek lateral kaki Nyeri leher yang menyeba r ke bahu, lengan, dan lengan atas

kaki dan/jempol kaki, kesulitan berjalan dengan tumit

jari kaki pertama dan kedua

gan kaki mungkin berkuran g

C5 ke C6

C6

Dapat menyebab kan melemahn ya fleksi plantar, abduksi jari kaki dan otot hamstring, kesulitan berjalan jinjit Biseps

Pertengah Gastroknern Refleks an betis ius pergelan dan gan kaki aspek mungkin lateral berkuran kaki, g atau termasuk hilang jari kaki keempat dan kelima Aspek radial lengan atas, jempol, dan telunjuk. Tidak bermakna Refleks biseps hilang atau berkuran g

4.

Klasifikasi Berdasarkan letak tulang belakang yang terkena : Radiculopathy servikalis Nyeri servikal dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti : proses infeksi, perubahan degeneratif, trauma, tumor dan kelainan sistemik . Salah satu penyebab nyeri servikal adalah radikulopati. Berbagai keadaan yang

menyebabkan perubahan struktur anatomi tulang leher dapat menimbulkan keluhan radikulopati. Ciri khas radikulopati servikal adalah rasa nyeri radikuler pada leher dan bahu yang menyebar ke lengan, yang akan bertambah pada perubahan posisi leher dan dapat diikuti terbatasnya gerakan leher dan rasa sakit pada penekanan tulang dan kadang-kadang disertai parestesi pada lengan . Namun seringkali pula gejala nyeri radikuler tersebut tidak terlokalisasi baik sesuai dermatomal. Hal ini dikarenakan adanya tumpang tindih daerah persarafan. Degenerasi diskus servikal dapat mengakibatkan lesi yang dapat menyebabkan kerusakan medula spinalis dan radiks saraf. Penonjolan diskus servikal biasanya terjadi pada antar ruang C5-C6, C6-C7. Nyeri dan kekakuan terjadi pada leher bagian atas pundak dan daerah skapula, nyeri dapat juga terjadi pada ekstremitas atas dan kepala yang disertai parastesia dan kebas pada ekstremitas atas. Nyeri dimulai mendadak dan menjalar ke leher , dan menurun ke lengan, atau subakut dengan nyeri leher menahun dan nyeri lengan yang dimulai diam-diam. Nyeri diperburuk oleh gerakan leher seperti batuk, mengejan, atau bersin yang meningkatkan tekanan intra toraks dengan akibat peningkatan tekanan vena epiduralis dan kompresi radiks saraf yang terlibat. Penatalaksanaan medis biasanya meliputi pembatasan akivitas, analgesik, agen antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan immobilisasi leher. Atau dengan traksi halter 5-10 pon. Penting agar pasien selalu dipantau secara ketat perkembangan kelemahan motorik atau tanda mielopati yang merupakan indikasi untuk intervensi operasi.

Ada 2 jenis umum operasi, pendekatan anterior dan pendekatan posterior : 1. Pendekatan operasi anterior meliputi pemaparan korpus vertebralis melalui leher anterior dengan reseksi diskus yang terlibat. 2. Pendekatan posterior terdiri dari dekompresi lamina dan fasies di posterior, yang memaparkan radiks saraf dibawahnya pada foramen. Radiculopathy lumbalis Seperti pada vertebra servikalis, kompresi radiks saraf lumbalis bisa atas dasar diskus yang ruptur atau gangguan tulang pada foramen lateralis. Secara, patologi, diskus lunak terjadi akibat perkembangan progresif cacat di posterolateral di dalam anulus fibrosus. Secara klinis, didapatkan riwayat nyeri punggung bawah progresif dengan nyeri alih berikutnya ke dalam bokong atau tungkai proksimal didapatkan, kemudian berlanjut melibatkan keseluruhan dalam cara radikular. Di anggap bahwa ini terjadi berdasarkan penonjolan progresif nukleus pulposus melalui anulus dengan ruptur melalui ligamentum longitudinalis posterius yang menyebabkan kompresi radiks saraf. Secara klinis lebih dari 90% herniasi diskus lumbalis timbul pada

tingkat L5-S1 atau L4-L5. Radikulopati lumbalis bisa juga berdasarkan penyakit tulang, dengan degenerasi progresif dalam vertebra lumbalis, maka ada pembentukan osteofit posterior dan posterolateral, penyempitan resesus lateralis dan foramen serta hipertrofi unsur posterior. Hasil keseluruhan sama dengan radikulopathy servikalis disertai penyempitan kanalis spinalis, namun presentasi klinisnya lebih radikular akibat gangguan radiks lateral terhadap radiks saraf dibandingkan kompresi garis tengah, yang menyebabkan mielopati. Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan radikulo aktif biasanya mempunyai bukti iritasi radiks saraf. Ini mencakup tanda mekanik, seperti spasme muskulus paravertebralis, penurunan rentang gerakan punggung bawah, skoliosis lumbalis, nyeri radikular. Penatalaksanaan medis terdiri dari pembatasan aktivitas, analgesik, NSAID dan relaksan otot, panduan gerak badan untuk meningkatkan tonus otot abdomen sangat direkomendasikan. Setelah periode akut nyeri radikular atau nyeri punggung bawah harus dihindari untuk membungkuk dan mengangkat beban berat. Untuk ruptura diskus lumbalis, terapi bedah standar adalah hemilaminektomi sebagian dengan eksplorasi dan dekompresi radiks saraf yang terlibat. Ini terdiri dari insisi lumbalis garis tengah dengan diseksi anatomi untuk memaparkan lamina dan fasies pada tingkat yang terlibat. Pembuangan sebagian lamina, fasies medial, dan ligamentum flavum dilakukan, yang memaparkan kantong dura dan radiks saraf. Semua materi diskus yang ruptura harus disingkirkan. Dekompresi gangguan tulang lateral dilakukan bila diperlukan. Penting agar radiks saraf dieksplorasi sejauh mana yang diperlukan ke lateral untuk memastikan dekompresi yang memuaskan. Kimopapain adalah enzim proteolitik yang menimbulkan hidrolisis cepat polipeptida nonkolagen atau protein yang membentuk kondromukoprotein dari nukleus pulposus. Bila digunakan secrara bijaksana, kimopapain merupakan alternatif layak bagi operasi untuk pasien ruptura diskus.

Radiculopathy torasika Insiden diskus torasika cukup rendah hampir semuanya timbul dibawah vertebra torasika kelima. Secara klinis, distribusi nyeri terletak pada dinding dada atau abdomen, sehingga bisa mudah dikelirukan untuk penyakit toraks atau abdomen. Perubahan degeneratif dapat juga terlihat sebagai mielopati yang tak nyeri. Gejala klinis umumnya terbatas pada paraparesis spastik serta penurunan rasa tusukan jarum dan raba halus dalam ekstremitas bawah.

5.

Komplikasi Paraplegia

Adalah kelumpuhan pada kedua belah bagian bawah tubuh, termasuk dua belah kaki. Maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia, yaitu : Derajat I : kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris. Derajat II : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih dapat melakukan pekerjaannya. Derajat III : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak/aktivitas penderita serta hipoestesia/anesthesia. Derajat IV : terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan Paraperesis Adalah gangguan menurun yang menyebabkan kelemahan bertahap dengan kejang otot (kelemahan kejang) pada kaki. Refleks menjadi berlebihan, dan kram kaki, gugp, dan terjadi kejang, membuat gerakan kaki menjadi kaku dan menyentak (disebut kejang gaya berjalan). Berjalan secara bertahap menjadi lebih sulit. Orang bisa tersandung atau tergelincir karena mereka cenderung untuk berjalan berjingkat dengan kaki memutar ke dalam. Sepatu seringkali dikenakan turun ke daerah lebih dari jempol kaki. Kelelahan sering terjadi. Pada beberapa orang, otot pada lengan menjadi lemah dan kaku. Disfungsi atau lesi medula spinalis. Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis akibat trauma. Pada kasus-kasus mielopati, pemeriksaan status neurologi lokal merupakan hal yang sangat penting. Terapi cedera medula spinalis terutama ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan fungsi sensoris dan motorik.

Pengkajian

1. Data Biografi Nama Usia Jenis kelamin Pekerjaan 2. Anamnesa Keluhan utama : klien mengeluh sakit punggung yang dirasakan terus menerus Provoking Incident ( P ) Apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi multiple myeoloma pada bagian punggungnya. Dapat dikaji dari jenis pekerjaan klien dimana klien memiliki beban-beban pekerjaan berat, yang duduk, mengharuskannya (usia 30-60 tahun). Quality ( Q ) Menanyakan kepada klien seperti apa nyeri punggung yang dirasakan dan apakah adanya nyeri apabila di tekan ? Pada kasus di atas rasa nyeri yang di rasakan terasa amat sakit di sebabkan terjadinya ruptur /kerusakan tulang belakang dan kelemahan elastisitas diskusvertebralis dan anulus fibrosus sehingga dapat menyebabkan keluarnya nukleus pulposus yang ada di dalam anulus fibrosus ke diskus vertebralis. Kondisi ini dapat menimbulkan kerusakan sendi faset dan gangguan suplai darah kejaringan akibat dari terjepitnya serabut syaraf spinal. Terjepitnya serabut saraf dan penekanan inilah yang menimbulkan keluhan dan dapat menjalar ke daerah bokong dan ekstremitas bawah dan apabila penekanan ke syaraf tersebut berlebihan dapat menimbulkan kematian syaraf yang mengakibatkan kelumpuhan ekstremitas bawah. Region : radiation ( R ) Pada kasus, klien merasakan sakit pada daerah punggung Severity (Scale) ( S ) mengangkat : Ny. X : 67 tahun : wanita : tidak teridentifikasi

mengemudi dalam waktu lama. Ataupun karena proses degeneratif

Kaji seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan jika di nilai dari skala 110 . pada kasus ini biasanya nyeri yang dirasakan seperti tertusuktusuk dan akan semakin bertambah apabila terjadi penekanan disaat batuk, mengedan, bersin, membungkuk, mengangkat beban berat, berdiri secar tiba-tiba dari posis duduk. Time ( T ) Kaji sejak kapan klien merasa nyeri tersebut dan kaji juga pada saat kapan klien mengalami rasa nyeri 3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu a. Riwayat Penggunaan obat Klien melakukan terapi alternatif untuk analgasia termasuk opioid aganist, NSAID, carticosteroids dan asetaminofen, atau kombinasi produk. kalsitonin, bifosfonat.

4. Riwayat Kesehatan Sekarang Nyeri punggung terus-menerus dengan beberapa myeloma 5. Pola-pola Fungsi Kesehatan Pola aktivitas/istirahat : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan / matras yang keras saat tidur, penurunan rentang gerak dari ekstermitas pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan. Eliminasi : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam difekasi adanya inkontinesia / retensi urine. Integritas Ego : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga. Nyeri / kenyamanan : Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat kkaki atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak hentinya atau adnya episode nyeri yang lebih berat secara intermiten, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atu bahu / lengan, kaku pada leher (servikal), terdengar adanya suara krek saat nyeri baru timbul / saat trauma atau merasa punggung patah, keterbatasan untuk mobilisasi / membungkuk ke depan. Neurologi : Kesemutan, kekakuan, kelemahan pada tangan dan kaki.

Kebutuhan istirahat dan tidur Klien mungkin akan mengalami gangguan tidur karena merasa tidak nyaman seperti berkeringat, ansietas, berdebar-debar, dan mengeluhkan sakit punggung yang amat sakit.

Pengkajian spiritual o Apakah klien secara teratur melakukan ibadah sesuai

keyakinannnya. o Apakah klien secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan 6. Pemeriksaan Fisik Inspeksi o Punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evaluasi neurogenik o Perhatikan adanya kurfatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, pelvis yang miring atau adanya postur tingkai yang abnormal o Perhatikan apakah ada hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak, o Perhatikan apakah klien dapat mengenakan pakaian secara wajar atau tidak o Perhatikan kemungkinan adanya atrofi, pembengkakan dan perubahan warna kulit Palpasi dan perkusi o Harus dilakukan secara hati-hati dan halus supya tidak

mengganggu kenyamanan klien o Palpasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke daerah yang paling terasa nyerinya o Ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau entero-posterior o Palpasi dan perkusi perut, distensi perut, kandung kemih penuh, dll. 7. Pemeriksaan neurologik Pemeriksaan motorik

o Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerakan. o Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-kiri. o Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otototot tertentu. Pemeriksan sensorik gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan

Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu. Pemeriksaan refleks o Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif. o Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif. Pemeriksaan range of movement (ROM) Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri , functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri . 8. Pemeriksaan Diagnostik Foto rontgen Foto rontgen dari depan, samping, dan serong untuk mengidentifikasi ruang antar vertebra menyempit. Foto rontgen spinal : Memperlihatkan adanya degeneratiF pada tulang belakang / ruang interverbralis atau mengetahui patologi lain (tumor, ostaomilitis). Adapun pemeriksaan mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan fungsi lumbal dan pemotretan dengan sinar tembus. Memperlihatkan penyempitan dari ruang diskus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik. Elektroneumiografi (ENMG) Untuk mengetahui radiks mana yang terkena atau adanya polineuropati.

MRI (Magnetic Ressonance Imaging) Untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal. MRI : Pemeriksaan noninvasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan lunak serta dapat memperkuat bukti adanya herniasi secara spesifik

NURSING CARE PLAN Praoperasi N o 1. Diagnosa Keperawata n Nyeri b.d kompresi saraf di daerah distribusi ujung saraf DS: - Klien mengeluh nyeri punggung yang terus menerus Tujuan Klien menyatakan dapat mengontrol nyeri dan meningkatkan aktivitas fisik Intervensi Mandiri : 1. Kaji terhadap nyeri dengan skala 04 Rasional

1. Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas 2. Bantu tingkat cedera. klien dalam 2. Nyeri identifikasi dipengaruhi oleh faktor pencetus kecemasan, ketegangan, 3. Jelaskan suhu, distensi dan bantu klien kandung kemih, dengan dan berbaring tindakan pereda lama.

3. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi 4. Ajarkan lainnya telah relaksasi : menunjukkan Teknik-teknik keefektifan untuk dalam menurunkan mengurangi ketegangan nyeri. otot rangka, 4. Akan yang dapat melancarkan menurunkan peredaran darah, intensitas sehingga nyeri . kebutuhan 5. Ajarkan oksigen oleh metode jaringan akan distraksi selama terpenuhi nyeri akut sehingga akan 6. Berikan menguragi kesempatan nyerinya. waktu istirahat 5. Mengalihkan bila terasa nyeri perhatian dan berikan nyerinya ke halposisi yang hal yang nyaman menyenangkan. 7. Lakukan 6. Istirahat akan kompres hangat merelaksasi pada lokasi semua jaringan nyeri sehingga akan meningkatkan Kolaborasi : kenyamanan. 1. Berikan obat 7. Relaksasi otot analgetik sesuai dan program meningkatkan 2. Lakukan sirkulasi darah fisioterapi 1. Mengurangi rasa nyeri 2. Menentukan intervensi lebih lanjut 2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri DS : Klien mengeluh Meningkatnya aktivitas fisik klien sesuai dengan kemampuannya Mandiri : 1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. Kaji 1. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

nyeri nonfarmakologi dan noninvasif

nyeri punggung yang terus menerus

secara teratur fungsi motorik. 2. Pertahankan bedrest dan posisi yang tepat. 3. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit 4. Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit lalu 5. Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi. Kolabrasi : 1. Berikan obat analgetik sesuai program 2. Lakukan fisioterapi untuk latihan fisik klien Mandiri : 1. Kaji tingkat ansietas klien.

2. Menurunkan stress spinal. 3. Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan. 4. Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan. 5. Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan 1. Mengurangi rasa nyeri 2. Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ektremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapis 1. Membantu dan mengidentifikasi kekuatan dan keterampilan yang mungkin membantu klien mengatasi keadaannya sekarang dan untuk memberikan bantuan yang sesuai. 2. Memungkinkan

3.

Ansietas b.d proses penyakit

Klien tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang dapat diatasi

2. Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur. 3. Berikan

kesempatan pada klien untuk mengungkapk an masalah yang dihadapinya.

4. Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhan nya. 5. Libatkan keluarga

Kolaborasi : 1. Rujuk klien pada psikoterapi

klien untuk membuat keputusan yang didasarkan atas pengetahuannya 3. Kebanyakan klien mengalami masalah yang perlu untuk diungkapkan dan diberikan respon dengan informasi yang akurat untuk meningkatkan koping terhadap situasi yang sedang dihadapi. 4. Klien mungkin secara tidak sadar memperoleh keuntungan seperti terlepas dari tanggung jawab, perhatian, dan kontrol dari yang lain. 5. Keluarga mungkin secara tidak sadar memungkinkan klien untuk mempertahanka n ketergangtungan nya engan melakukan sesuatu yang klien sendiri mampu melakukannya tanpa bantuan orang lain. 1. Memberikan dukungan untuk beradaptasi pada perubahan

dan memberikan sumber-sumber untuk mengatasi masalah 4. Kurang pengetahua n b.d kondisi prognosis penyakit Klien mampu memahami tentang kondisi dan prognosis penyakitnya Mandiri : 1. Jelaskan proses dan prognosis penyakitnya serta pembatasan kegiatan seperti hindari mengemudik an kendaraan dalam periode waktu yang lama 2. Diskusikan mengenai pengobatan dan juga efek sampingnya. 3. Anjurkan klien untuk menggunaka n matras yang kuat, bantal kecil yang datar dibawah leher, dan tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup. 4. Diskusikan mengenai kebutuhan diet. 1. Pengetahuan dasar yang memadai memungkinkan pasien untuk membuat pilihan yang tepat. Dapat meningkatkan kerjasama klien mengenai program pengobatan dan memndapatkan penyembuhan yang optimal. 2. Menurunkan resiko komplikasi atau trauma. 3. Dapat menurunkan regangan otot melalui dukungan struktural dan pencegahan terhadap hiperekstensi dari tulang belakang. 4. Diet tinggi serat dapat mengurangi konstipasi, kalori yang dibatasi dapat meningkatkan pengontrolan atau penurunan berat badan yang dapat menurunkan tekanan pada diskus intervertebralis

5.

Risiko Gangguan Integritas Kulit b.d bedrest, pembatasan terapi, pembatasan gerak

Keadaan kulit klien utuh dan tidak terjadi dekubitus

1. Kaji fungsi motorik dan sensorik setiap 4 jam. 2. Kaji derajat ketergantung an klien 3. Monitor daerah yang tertekan 4. Jaga kebersihan tempat tidur, laken tetap bersih, kencang, dan kering 5. Monitor intake dan output nutrisi 6. Lakukan alih posisi setiap 2 jam 7. Pertahankan sikap tubuh yang terapeutik pada bahu, lengan, panggu, dan tungkai 8. Gunakan alat bantu untuk menjaga penekanan Mandiri : 1. Pastikan pola defekasi yang biasa dan bantu menggunaka nnya. Bandingkan dengan rutinitas saat ini. 2. Kaji rasional

1. Paralisis otot dapat terjadi dengan cepat dengan pola yang makin naik 2. Mengidentifikasi kemampuan klien dalam kebutuhan ADL 3. Mengidentifikasi tanda-tanda awal dekubitus 4. Laken yang basah, kotor, dan kusut memudahkan terjadinya dekubitus 5. Nutrisi yang adekuat mengurangi risiko dekubitus 6. Melancarkan aliran darah pada bagian yang tertekan 7. Bagian yang tertekan memerlukan perhatian khusus karena berisiko terjadinya dekubitus 8. Mengurangi risiko dekubitus

6.

Konstipasi b.d efek samping obat-obatan

Menetapkan atau mempertahankan pola normal fungsi otot

1. Tentukan luasnya masalah dan indikasi kebutuhan atu tipe intervensi sesuai kebutuhan 2. Identifikasi tindakan terhadap kondisi medis dasar

suatu masalah ; singkirkan penyebab medis, misalnya obstruksi usus, kanker, kecanduan obat-obatan, impaksi 3. Tentukan munculnya sensitivitas makanan atau obat 4. Mulai program latihan , istirahat, diet individual, dan latihan ulang usus 5. Berikan diet dengan kadar serat tinggi dalam bentuk tepung sereal, roti, buah-buahan segar 6. Kurangi atau batasi makanan seperti produk susu 7. Dorong peningkatan pemasukan cairan Kolaborasi : 1. Berikan obatobat sesuai petunjuk, seperti obat pelunak feses, misalnya

sangat diperlukan untuk memcapai fungsi usus optimal 3. Dapat mencetuskan terjadinya diare 4. Tergantung pada kebutuhan klien. Kehilangan tous muskuler akan megurangi peristaltis atau dapat merusak kontrol spingter rectal 5. Meningkatkan konsistensi feses, meningkatkan pengeluaran feses 6. Makanan ini diketahui sebagai pencetus konstipasi 7. Tingkatkan konsistensi feses normal 1. Meningkatkan regularitas dengan meningkatkan serat dan atau meningkatkan konsistensi feses

6.

Risiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d tidak adekuatnya masukan makanan karena adanya nausea

1. Menyiapkan pola diet dengan masukan kalori adekuat untuk meningkatka n atau mempertaha nkan berat badan yang tepat 2. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu

Metamucil 1. Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian 2. Berikan makanan sedikit tapi sering 3. Buat pilihan menu yang ada dan diizinkan untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin

1. Perbaikan status nutrisi meningkatka n kemampuan berpikir dan kerja psikologis 2. Untuk mengurangi rasa mual dan meningkatka n pemasukan yang adekuat 3. Klien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa menontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan.

Pasca operasi 1. Nyeri berhubunga n dengan perlukaan sekunder operasi

Klien mengungkapkan nyeri berkurang, hilang dengan kriteria hasil: Tidak merintih atau menangis Ekspresi wajah rileks Klien mampu beristirahat dengan baik

Mandiri. Mandiri. 1. Kaji 1. Untuk nyeri,catat membantu lokasi dan mengetahui karakteristi derajat k dan ketidaknyam intensitas anan dan nyeri keefektifan (skala0-10). analgesic 2. Motivasi sehingga untuk memudahkan melakukan dalam teknik memberi pengaturan tindakan. napas dan 2. Teknik mengalihka relaksasi n dapat perhatian. mengurangi 3. Hindari rangsangan sentuhan nyeri. seminimal 3. Sentuhan mungkin dapat

2.

Resiko penyebaran infeksi berhubunga n dengan prosedur tindakan invasiv insisi jaringan tubuh.

Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan disinfeksi secara tepat dan benar.

untuk mningkatkan mengurang rangsangan i nyeri. rangsangan 4. Tingkat nyeri. pencahayaan 4. Kurangi yang lebih tingkat rendah pencahaya nyaman an. setelah Kolaborasi. pembedahan. 1. Berikan Kolaborasi. analgetik 1. Analgesik sesuai membantu dengan mngurangi program nyeri. medis. Mandiri. Mandiri. 1. Cuci 1. Melindungi tangan klien dari sebelum sumberdan sumber sesudah infeksi,mence melakukan gah infeksi tindakan silang. secara 2. Mengurangi tepat. kontaminasi 2. Ciptakan dan paparan lingkungan pasien ruangan terhadap yang bersih agen dan bebas infektious. dari 3. Mencegah kontaminas dan i dunia luar. mengurangi 3. Jaga area transmisi kesterilan penyakit. luka 4. Mencegah operasi. kontaminasi 4. Lakukan patogen. teknik Kolaborasi. aseptik dan 1. Mencegah desinfeksi pertumbuhan secara dan tepat perkembanga dalam n kuman. merawat luka. Kolaborasi. 1. Berikan terapi antibiotik.

PENATALAKSANAAN NYERI Tujuan keseluruhan dal;am pengobatan nyeri adalah mengurungu nyeri sebesar-besarnya dengan kemungkinan efek samping paling kecil. Terdapat dua metode umum untuk terapi nyeri : Farmakologik dan nonfamakologik. PENDEKATAN FARMAKOLOGIK Obat adalah bentuk pengendalian nyeri yang paling sering digunakan. Terdapat tiga kelompok obat nyeri : 1. Analgesic Nonopioid : Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS) Langkah pertama, sering efektif untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang, menggunakan analgesic nonopioid, terutama asetaminofen (Tylenol) dan OAINS. Tersedia bermacam-macam OAINS dengan efek antipiretik, analgesic dan (kecuali asetaminofen) antiinflamasi. Asam asetilsalisilat (aspirin) dan ibuprofen (motrin, advil) mungkin merupakan OAINS yang paling sering digunakan. OAINS sangat efektif untuk mengatasi nyeri akut derajat ringan, penyakit meradang yang kronik seperti arthritis, dan nyeri akibat kanker yang ringan. OAINS menghasilkan analgesia yang bekerja ditempat cedera melalui inhibisi sintesis prostaglandin dari precursor asam arakidonat. Prostaglandin (terutama PGE1, PGE2, dan PGE3) mensensitisasi nosiseptor dan bekerja secara sinergitis dengan produk inflamatorik lain ditempat cedera, misalnya bradikinin, histamine, untuk menimbulkan hiperanalgesia. prostaglandin. Berbeda dengan opioid, OINS tidak menimbulkan ketergantungan atau toleransi fisik. Semua memiliki ceiling effect; yaitu peningakatan dosis melebihi kadar tertentu tidak menambah efek analgesic. Namun, Dengan demikian, OAINS menganggu mekanisme transduksi di nosiseptor aferen primer dengan menghambat sintesis

dosis puncak tertentu tersebut (ceiling dose) mungkin lebih tinggi daripada dosis awal anjuran, dengan demikian penambahan dosis dapat diterima. Penyulit tersering yang berkaitan dengan pemberian OAINS adalah gangguan saluran cerna, meningkatnya waktu perdarahan (aspirin), penglihatan kabur, perubahan minor fungsi hati, dan berkurangnya fungsi ginjal. Asetaminofen (Tylenol) hamper sama efektinya dengan aspirin dalam sifat analgesic-antipiretik. Namun, asetaminofen kurang memiliki efek antiinflamasi, karena obat ini merupakan inhibitor kelas siklooksigenase yang lemah apabila terdapat peroksida dalam konsentsi tinggi seperti dijumpai di jaringan perifer yang meradang. Sebaliknya, asetaminofen memiliki kemampuan menghambat siklooksigenase di otak, tempat konsentrasi peroksida rendah-sehingga obat ini memiliki efek antipiretik. Keunggulan asetaminofen dibandingkan aspirin sebagai obat antipiretik dan analgesic adlah bahwa obat ini tidak menimbulkan efek pada system kardiovaskular atau pernafasan, dan tidak menimbulkan gangguan keseimbangan asam dan basa, fungsi trombosit, atau aktivitas siklooksigenase kelas satu di lambung dan ginjal. Apabila asetaminofen atau aspirin tidak efektif untuk menghilangkan nyeri maka keduany dapat dikombinasikan dengan suatu narkotik lemah seperti oksikodon atau kodein agar lebih efektif meredakan obat. Kekurangan utama asetaminofen adalah bahwa obat ini dapat menyebabkan kerusakan hati fatal dalam dosis yang berlebihan. 2. Analgesic Opioid Opioid saat ini adalah analgesic paling kuat yang tersedia dan digunakan dalam penatalaksanaan nyeri sedang-berat sampai berat. Obat ini merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pascaoperasi dan nyeri terkait kanker. Morfin adalah salah satu obat yang paling luas digunakan untuk nyeri berat dan masih menjadi standar pembanding untuk menilai obat analgesic lain. Berbeda dengan OAINS, yang bekerja di perifer, morfin menimbulkan efek analgesiknya di sentral. Mekanisme pasti kerja opioid telah semakin jelas sejak penemuan reseptor-reseptor opioid endogen di

system limbic, thalamus, PAG, substansia gelatinosa kornu dorsalis, opioid eksogen seperti morfin menimbulkan efek dengan mengikat reseptor opioid dengan cara serupa dengan opioid endogen (endorphinenkefalin); yaitu morfin memiliki efek agonis (meningkatkan kerja reseptor). Dengan mengikat reseptor opioid di nucleus modulasi-nyeri di batang otak, morfin menimbulkan efek pada system-sistem desenden yang mengahmbat nyeri. Di tingkat kornu dorsalis medulla spinalis, morfin juga menghambat transmisi impuls nosiseptor yang datang dengan mengikat reseptor opioid di substansi gelatinosa. Efek opioid dapat bergantung pada tipe reseptor yang diikat. Telah cukup banyak yang diketahui tentang tiga tipe reseptor opioid : reseptor mu-, kappa- dan delta-. Tipe reseptor morfin. Banyak obat dari golongan yang paling penting untuk morfin agonis-mu, walaupun analgetik klinis disebut reseptor mu karena afinitasnya terhadap potensinya berbeda-beda (Baumann, 1997). Pengetahuan tentang dosis ekuianalgesik obat opioid bermanfaat saat kita mengganti obat atu cara pemberian. Perlu dicatat bahwa pemberian meperidin (Demerol) tidak di anjurkan untuk digunakan nyata, dalam terutama penatalaksanaan kejang nyeri karena of toksisitasnya yang (American Society

Anesthesiologist [ASA], 1996; Waitman,McCaffery, 2001). Obat-obat golongan opioid memiliki pola efek samping yang sangat mirip, termasuk depresi pernafasan, mual dan muntah, sedasi, dan konstipasi. Selain itu, semua opioid berpotensi menimbulkan tolerans, ketergantungan dan ketagihan (adiksi). Toleransi terhadap opioid tertentu terbentuk apabila opioid tersebut diberikan dalam jangka panjang, misalnya pada terapi kanker. Ketergantungan fisik adalah juga suatu proses fisiologi yang ditandai dengan timbulnya gejala-gejala putus obat setelah penghentian mendadak suatu obat opioid atau setelah pemberian antagonis. Sindrom putus obat ini diperkirakan atau disebabkan oleh aktivitas cerminan kepada noradrenergic di SSP yang tertekan selama pemberian opioid jangka panjang. Adiksi ketergantungan psikologik, mengacu sindrom perilaku berupa hilangnya kekhawatiran berkaitan dengan penggunaan dan akuisisi obat, yang menyebabkan perilaku menimbun obat dan peningkatan dosis tanpa pengawasan.

3. Antagonis dan Agonis-Antagonis Opioid Antagonis opioid adalah obat yang melawan efek obat opioid dengan mengikat reseptor opioid dan menghambat pengaktifannya. Nalokson, suatu antagonis opioid murni, menghilangkan analgesia dan efek samping opioid. Nalokson digunakan untuk melawan efek kelebihan dosis narkotik, yaitu yang paling serius adalah depresi pernafasan dan sedasi. Obat opioid lain adalah kombinasi agonis dan antagonis seperti pentazonin (Talwin) dan butorfanol (Stadol). Apabila diberiakn kepada pasien yang bergantung pada narkotik, maka obat-obat ini dapat memicu gejala putus obat. Agonis-antagonis opioid adalah analgetik efektif apabila diberikan tersendiri dan lebih kecil kemungkinannya menimbulkan efek samping yang tidak di inginkan (misalnya, depresi pernafasan) dibandingkan dengan agonis opioid murni. 4. Obat Osteoporosis Pengobatan osteoporosis dan penyakit tulang lainnya terdiri dari berbagai macam obat (biposponat / bisphosphonates, terapihormon estrogen, selective estrogen receptor modulators or SERMs), seperti calcium an vitamin D.Bisphosphonate oral untuk osteoporosis pada wanita post menopause khususnya, harus diminum satu kali seminggu tau satu kali sebulan pertama kali di agi hari dengan kondisi perut kosong untuk mencegah interaksi dengan makanan. Obat untuk osteoporosis harus menunjukkan kemampuan melindungi dan meningkatkan massa tulang juga menjaga kualitas tulang supaya mengurangi resiko tulang patah. Beberapa obat meningkatkan ketebalan tulang atau memperlambat kecepatan penghilangan tulang. Bisphosphonates dapat mencegah kerusakan tulang, menjaga massa tulang, dan meningkatkan kepadatan tulang di punggung dan panggul.,mengurangi resiko patah tulang. a. Golongan Biposponat Golongan biposponat adalah Risedronate, Alendronate, Pamidronate, Clodronate, Zoledronate (Zoledronic acid). Selain untuk osteoporosis golongan bipsoponat jug adigunakan untuk terapi lainnya misalnya untuk hiperkalsemia.sebagai contoh Zoledronisc acid.

Zoledronic acid digunakan untuk mengobati kadar kalsium yang tinggi pada darah yang mungkin disebabkan oleh jenis kanker tertentu. Zoledronic acid juga digunakan bersama kemoterapi kanker untuk mengoabti tulang yang rusak yang disebabkan multiple myeloma atau kanker lainnya yang menyebar ke tulang. Zoledronic acid bukan obat kanker dan tidak akan memperlambat atu menghentikan penyebaran kanker. Tetapi dapat digunakan untuk mengobati penyakit tulang yang disebabkan kanker. Zoledronic acid bekerja dengan cara memperlambat keruaskan tulang dan menurunkan pelepasan kalsium dari tulang ke dalam darah. b. Selective Estrogen Receptor Modulator Sementara terapi sulih hormon menggunakan estrogen pada wanita pasca menopause, efektif mengurangi turnover tulang dan memperlambat hilangnya massa tulang. Tapi pemberian estrogen jangka panjang berkaitan dengan peningkatan resiko keganasan pada rahim dan payudara. Sehingga sekarang sebagai alternatif pengganti estrogen adalah golongan obat yang disebut SERM (Selective Estrogen Receptor Modulator). Obat ini berkhasiat meningkatkan massa tulang tetapi tidak memiliki efek negatif dari estrogen, obat golongan SERMs adalah Raloxifene. c. Metabolit vitamin D Sekarang ini sudah diproduksi metabolit dari vitamin D yaitu calcitriol dan alpha calcidol. Metabolit ini mampu mengurangi resiko patah tulang akibat osteoporosis. d. Calcitonin Salmon calcitonin diberikan lisensinya untuk pengobatan osteoporosis. Sekarang ini juga ada yang sintetiknya. Sediaan yang ada dalam bentuk injeksi.. Dosis rekomendasinya adalah 100 IU sehari, dicampur dengan h 600mg calcium dan 400 IU vitamin D. Calcitonin menekan aksi osteoclast dan menghambat pengeluarannya. Merupakan hormone polipeptida yang berefek hipokalsemik dan hipofosfatemik. Kalsitonin disekresi oleh kelenjar tiroid. Proses sekresi dan biosintesis dipengaruhi oleh kadar ion Ca2+ plasma. Jika ion ini meningkat maka kadar hormone juga akan meningkat. Kalsitonin memiliki masa paruhnya 10 menit. Efek hipokalsemik dan hipofosfatemik kalsitonin terutama terjadi akibat efek penghambatan langsung kalsitonin terhadap resorpsi tulang oleh sel-sel osteoklast dan sel-sel osteosit. Kalsitonin juga memabnatu merangsang pembentukan tulang oleh osteoblast. Selain itu juga mengurangi efek osteolisis hormone paratoroid. Kerja kalsitonin tidak dihambat oleh inhibitor sintesis RNA maupun protein. Kalsitonin meningkatkan ekskresi Ca 2+, fosfat dan Na+ sehingga tidak mempengaruhi absorpsi Ca2+ di saluran cerna. Pemberian kalsitonin diberikan secara parenteral. Jika diberikan secara oral akan cepat dirusak oleh cairan lambung. Pemberian untuk pasien dengan osteoporosis post-menopause diberikan 50 IU 3 kali seminggu. Untuk penderita usia lanjut, penderita dengan gejala fraktur vertebra. Efek samping pemberian kalsitonin ruam kulit, mual, muntah, diare, flushing di daerah muka dan malese.

Pada awal terapi akan terjadi peningkatan eksresi Na + dan air. Na+ berhubungan dengan efek langsung pada ginjal dan untuk memperbaiki dinamik sirkulasi (hemodinamik). Juga Smungkin terjadi inflamasi pada tempat suntikan. Indikasi. efek hipokalsemik dan hipofosfatemik hormone dimanfaatkan untuk keadaan hiperkalsemia idiopatik dan keracunan vitamin D.efektif untuk dekalsifikasi yang dapat terjadi pada berbagai kelainan pada osteoporosis, resorpsi tulang yang bertambah pada imobilisasi penderita, dan Pagets disease. 5. Adjuvant atau Koanalgesik Obat adjuvant atau koanalgesik adalah obat yang semula di kembangkan untuk tujuan selain menghilangkan nyeri tetapi kemudian memiliki sifat analgeti atau efek komplementer dalam penatalaksanakan nyeri. Sebagian dari obat ini sangat efektif dalam mengendalikan nyeri neuropatik yang mungkin tidak berespon terhadap opioid. Antidepresan trisiklik, seperti amitriptilinn (elavil) atau imipramin (tofranil), adalah analgetik yang sangat efektif untuk nyeri neuropatik, serta berbagai penyakit lain yang menimbulkan nyeri. Antidepresan trisiklik menghilangkan nyeri dengan menghambat penyerapan ulang amina-amina biogenic di SSP. Antidepresan trisiklik diperkirakan meningkatkan efek inhibitorik serotonin dan norepinefrin pada neuronneuron untuk transmisi nyeri spinal. Obat adjuvant lain yang bermanfaat dalam pengobatan nyeri adalah hidroksizin (Vistaril) yang memiliki efek analgetik pada beberapa penyakit dan efek adiktif apabila diberikan bersama morfin; pelemas otot misalnya Diazepam (Valium), yang digunakan untuk mengobati kejang otot yang berkaitan dengan nyeri; dan steroid misalnya deksametazol (dekadron), yang telah di gunakan untuk mengendalikan gejala yang berkaitan dengan kompresi medulla spinalis atau metastasis tulang pada pasien kanker. PENDEKATAN NONFARMAKOLOGIK Walaupun obat-obat analgesic sangat mudah diberikan, namun banyak pasien dan dokter kurang puas dengan pemberian jangka panjang untuk nyeri yang tidak terkait dengan keganasan. Metode nonfarmakologi untuk menghilangkan nyeri dapat dibagi menjadi pungtudua kelompok :

1. Terapi dan Modalitas Fisik Terapi fisik utnuk meredakan nyeri mencakup berbagai bentuk stimulasi kulit (pijat, stimulasi saraf dengan listrik transkutis, akupungtur, aplikasi panas atau dingin, olahraga). Dasar dari stimulasi kulit adalah teori pengendalian gerbang dari transmisi nyeri. Stimulasi kulit akan merangsang serat-seratnon-nosiseptif yang berdiameter besar untuk menutup dapat gerbang bagi serat-serat berdiameter kecil yang dan menghantarkan nyeri sehingga nyeri dapat dikurangi. Stimulasi kulit juga menyebabkan tubuh mengeluarkan endorphin neurotransmitter lain yang menghambat nyeri. Salah satu strategi stimulasi kulit tertua dan paling sering digunakan adalah pemijatan atau penggosokkan. Pijat dapat dilakukan dengan jumlah tekanan dan stimulasi yang bervariasi terhadap berbagai titik-titik pemicu miofasial diseluruh tubuh. Utnuk mengurangi gesekan digunakan minyak atau lotion. Pijat akan melemaskan ketegangan otot dan meningkatkan sirkulasi local. Pijat punggung memiliki efek relaksasi yang kuat. Stimulasi saraf dengan listrik melalui kulit (TENS atau TNS) terdiri dari suatu alat yang digerakkan oleh batere yang mengirim impuls listrik lemah melalui elektroda yang diletakkan di tubuh. Elektroda umumnya di letakkan di atas atau dekat dengan bagian yang nyeri. TENS digunakan untuk penatalaksanaan nyeri akut dan kronik : nyebri pascaoperasi, nyeri punggung bawah, phantom limb pain, neuralgia perifer, dan arthritis rheumatoid. Akupungtur adalah teknik kuno dari Cina berupa insersi jarum halus ke dalam berbagai titik akupungtur (pemicu) di seluruh tubuh untuk meredakan nyeri. Metode noninvasive lain untuk merangsang titik-titik pemicu adalah pemberian tekanan dengan ibu jari, suatu teknik yang disebut akupresur. Efektivitas metode ini mungkin dapat dijelaskan dengan teori control gerbang dan teori bahwa akupungtur merangsang pelepasan opioid endogen. Range of Motion (ROM) exercise (pasif, dibantu, atau aktif) dapat digunakan untuk melemaskan otot, memperbaiki sirkulasi, dan mencegah nyeri yang berkaitan dengan kekakuan dan imobilitas.

Aplikasai panas adalah tindakan sederhana yng telah lama diketahui sebagai metode yang efektif untuk mengurangi nyeri dan juga kejang otot. Panas dapat salurkan melalui konduksi (botol air panas, bantalan pemanas listrik, lampu, kompres basah panas), konveksi (whirpool, sitz bath, berendam air panas), atau konversi (ultrasonografi, diatermi). Nyeri akibat memar, spasme otot, dan arthritis berespon baik terhadap panas. Karena melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah local, panas jangan digunakan setelah cedera traumatic saat masih ada edema dan peradangan. Karena meningkatkan aliran darah, panas mungkin meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, histamine, dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri local. Panas juga mungkin merangsang serat saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak dapat di hambat. Berbeda dengan terapi panas, yang efektif untuk nyeri kronik, aplikasi dingin lebih efektif untuk nyeri akut (misalnya trama akibat luka bakar, tersayat, terkilir). Aplikasi dingin mengurangi aliran darah kesuatu bagian dan mengurangi perdarahan serta edema. Terapi dingin menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit. 2. Strategi Kognitif-Perilaku Strategi kognitif-perilaku bermanfaat dalam mengubah persepsi pasien terhadap nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan memberi pasien perasaan yang lebih mampu untuk mengendalikan nyeri. Strategistrategi ini mencakup relaksasi, penciptaan khayalan (imagery), hypnosis, dan biofeedback. Pada metode-metode yang menekankan relaksasi otot, fasilitator memimta passion untuk memfokuskan diri ke kelompok otot yang berbeda dan secara voluntary mengontraksikan dan melemaskan otototot tersebut secara berurutan. Cara lain untuk menginduksi relaksasi adalah olahraga bernafas dalam, meditasi, dan mendengarkan musikmusik yang menenangkan. Teknik-teknik relaksasi akan mengurangi rasa cemas, tegangan otot, dan stress emosi sehingga memutuskan siklus-

nyeri, saat nyeri dan stress saling memperkuat. Teknik-teknik pengalihan mengurangi nyeri dengan memfokuskan perhatian pasien kepada stimulasi lain dan menjauhi nyeri. Menonton televise, membaca adalah buku, mendengarkan umum music, dan melakukan penciptaan percakapan contoh-contoh pengalihan,

khayalan dengan tuntunan adalah suatu bentuk pengalihan fasilitator yang mendorong pasien untuk memvisualisaikan atau memikirkan pemandangan atau sensasi yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatian metode ini juga bergantung pada sering dikombinasikan dengan relaksasi. Hypnosis adalah suatu metode kognitif yang bergantung pada bagaimana memfokuskan perhatian pasien menjauhi nyeri; metode ini bergantung pada kemampuan ahli terapi untuk menuntun perhatian pasien kfisiologik tere bayangan-bayangan yang paling konstruktif. Intervensi pengalihan yang paling efektif apabila digunakan untuk nyeri akut. Tetapi dapat juga efektif pada nyeri kronik. Kemempuan intervensi pengalihan untuk meredakan nyeri didasarkan pada teori bahwa apabila dua rangsangan yang berpisah, focus pada salah satu akan menghilangkan focus pada yang lain. Namun, semakin besar rasa nyeri, semakin kompleks rangsangan pengalih yang harus diberikan. Umpan-balik hayati adalah suatu teknik yang bergantung pada kemampuan untuk memberikan ukuran-ukuran terhadap parameter ukuran-ukuran tertentu terhadap pasien. Sehingga pasien dapat belajar mengendalikan parameter tersebut termasuk suhu kulit, ketegangan otot, kecepatan denyut jantung, tekanan darah dan gelombang otak. Alat umpan balik hayati mengubah parameter-parameter fisiologik menjadi sinyal visual dan dilihat oleh pasien. Pasien mula-mula dikenalkan kepada respon yang berkaitan dengan stress seperti meningkatnya ketegangan otot, denyut jantung, atau tekanan darah ini dan kemudian citra diajar visual, bagaimana mengendalikan respon-respon melalui menjauhi nyeri. Teknik ini

bernafas dalam, atau olahraga relaksasi. Biasanya diperlukan beberapa sesi sebelum pasien belajar mengendalikan respon mereka. Walaupun umpan balik hayati sudah dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah nyeri kronik, namun pemakaian metode ini untuk mengobati nyeri kepala. Factor-faktor yang mungkin berperan member efek

menguntungkan pengalihan, dan

adalah

relaksasi

otot,

berkurang peningkatan

rasa

cemas,

adanya

perasaan

kemampuan

mengendalikan gejala.

You might also like