You are on page 1of 13

BAB I PANDANGAN TEORITIS 1.

1 PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan manusia itu tiada taranya di muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari makhluk apapun yang bisa dijumpai dan jauh lebih rumit dari mesin apapun yang bisa dibuat. Manusia juga sulit dipahami karena keunikannya. Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun. Juga dengan sesamanya. Tetapi, bagaimanapun sulitnya atau apapun hambatannya, manusia ternyata tidak pernah berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan barang kali sudah menjadi ciri atau sifat manusia juga untuk selalu mencari tahu dan tidak pernah puas dengan pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya, termasuk pengetahuan tentang dirinya sendiri dan sesamanya. Sekian banyak upaya yang telah diarahkan untuk memahami manusia. Tetapi tidak semua upaya tersebut membawa hasil, namun upaya pemahaman tentang manusia tetap memiliki arti penting dan tetap harus dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa kualitas hidup manusia, tergantung kepada peningkatan pemahaman kita tentang manusia. Dan psikologi, baik secara terpisah maupun sama-sama dengan ilmu-ilmu lain, sangat berperan secara mendalam dalam penganganan masalah kemanusiaan ini. Kekesalan-kekesalan kita pada dasarnya adalah disebabkan oleh ketidak tahuan kita terhadap tipe kepribadian masing-masing siswa, sehingga kita sering kesal dengan sikapsikap siswa yang tidak sesuai dengan keinginan kita, kemudian memarahi, tanpa memahami, dan tanpa memberikan solusi yang sesuai dengan pribadi dan kebutuhan siswa. Inilah yang kami maksudkan dengan pentingnya mengenal kepribadian dan faktor-faktor siswa.

Mungkin kita tidak sadar, bahwa sikap memarahi yang kita lakukan kepada siswa kita yang tidak pernah bertanya di kelas, bisa menyebabkan siswa malah menjadi minder, malas belajar dan semakin tidak memiliki keberanian di kelas, kenapa ini bisa terjadi?, karena pada dasarnya siswa yang bersangkutan diam bukan disebabkan karena dia tidak tertarik dengan pelajaran, tetapi lebih disebabkan oleh tipe kepribadian introvert yang ada pada dirinya sehingga dia cenderung pendiam. Kesalahan kita adalah, sebenarnya kita harus memotivasinya dan bukan sebaliknya memarahinya. Semoga contoh ini bisa memberi pengertian pada pembaca tentang pentingnya mengenal tipe kepribadian siswa

BAB II PEMBAHASAN 2.1 TEORI MENDASAR Banyak para ahli yang memberikan perhatian dan mencurahkan penelitiannya untuk mendeskripsikan penelitiannya mengenai tentang pola tingkah laku yang nantinya menunjukkan juga pada pola tingkah laku manusia sebagai bahan perbandingannya. Polapola tingkah laku bagi semua Homo Sapiens hampir tidak ada, bahkan bagi semua individu yang tergolong satu ras pun, tidak ada satu system pola tingkah laku yang seragam. Sebabnya tingkah laku Homo Sapiens tidak hanya ditentukan oleh system organic biologinya saja, melainkan juga akal dan pikirannya serta jiwanya, sehingga variasi pola tingkah laku Homo Sapiens sangat besar diversitasnya dan unik bagi setiap manusia. Dengan pola tingkah laku dalam arti yang sangat khusus yang ditentukan oleh nalurinya, dorongan-dorongan dan refleksnya. Jadi Kepribadian dalam konteks yang lebih mendalam adalah susunan unsurunsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu. Menurut Atkinson (1996) dalam bukunya Pengantar Psikologi Jilid-2 mendefinisikan kepribadian sebagai pola perilaku dan cara berfikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan. Istilah khas menyiratkan adanya konsistensi perilaku, bahwa orang cenderung untuk bertindak atau berfikir dengan cara tertentu dalam berbagai situasi. Menurut Kelly (dalam Koeswara, 1991) kepribadian diartikan sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Menurut Wheeler (dalam Patty, 1982) kepribadian adalah pola khusus atau keseimbangan daripada reaksi-reaksi yang teratur yang menampakkan sifat khusus individu diantara individu-individu yang lain. Menurut Sigmund Freud sang pendiri aliran Psikoanalisa (dalam Koeswara, 1991) memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id (dorongan, atau nafsu), Ego (diri) dan superego (nilai yang diintroyeksikan melalui pendidikan). Menurutnya tingkah laku, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut.

Menurut Hall (1998) kepribadian merupakan hakekat keadaan manusiawi, yaitu bahwa kepribadian merupakan bagian dari individu yang paling mencerminkan atau mewakili pribadi, bukan hanya dalam arti bahwa ia membedakan individu tersebut dari orang lain, tetapi yang lebih penting, bahwa itulah ia yang sebenarnya. Menurut Alport (1971) dalam Sarwono (2002) mendefinisikan kepribadian sebagai berikut: Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system that determine his unique adjustments to his environment berdasar pada definisi Alport tersebut kepribadian memiliki unsur-unsur sebagai beikut (Sarwono (2002): 1. Organisasi yang dinamis. Tidak statis, tetapi selalu berubah setiap waktu. 2. Organisasi itu terdapat dalam diri individu, dan tidak meliputi hal-hal diluar individu. 3. Organisasi itu terdiri atas sistem psikis, yaitu sifat, bakat, dan sebagainya, dan sistem fisik yaitu anggota dan organ-organ tubuh yang saling terkait. 4. Organisasi itu menentukan corak penyesuaian diri yang unik dari tiap individu terhadap lingkungannya.

2.2 TIPE KEPRIBADIAN Menurut Mahmud (1990) kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut: 1. Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin. 2. Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif. 3. Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar evasive, neurotik. 4. Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah. 5. Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri, sedih. 6. Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional. 7. Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya. 8. Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab. 9. Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri. 10. Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah. 11. tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
3

12. Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan. Menurut Eysenck (1964) tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Kepribadian Ekstrovert :dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial. 2. Kepribadian Introvert :dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik. 3. Neurosis : dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup. Diatas telah dibahas tentang pengertian kepribadian dan tipe-tipe kepribadian. Telah sangat jelas bahwa yang dimaksud dengan kepribadian adalah suatu ciri khas yang menetap pada diri seseorang dalam berbagai situasi dan dalam berbagai kondisi, yang mampu membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Dan diatas juga telah dijelaskan mengenai tipe-tipe kepribadian, ada individu-individu yang bersahabat, menyenangkan, ramah, banyak bicara, impulsif dan sebagainya. Lalu bagaimana kaitannya dengan peningkatan prestasi belajar?, tentu saja sangat berkaitan. Dalam dunia pendidikan, sebagai seorang pendidik atau dalam lingkup lebih kecil dalam rumah tangga sebagai orang tua kita pasti akan dihadapkan pada berbagai karakteristik kepribadian, ada siswa-siswa yang menyenangkan, periang, mau terbuka terhadap permasalahan yang sedang dihadapinya, aktif dalam berbagai organisasi yang ada di sekolah dan sebaliknya ada siswa-siswa yang terkesan membosankan, pendiam, tidak terbuka, tidak hangat dan lain sebagainya. Tentu saja sebagai seorang pendidik kita sangat dituntut untuk memahami karakteristik kepribadian setiap siswa, sehingga selaku pendidik kita dapat memberikan stimulasi atau perlakuan yang sesuai dengan tipe kepribadian siswa yang kita hadapi. Dengan begitu treatment-treatment yang kita berikan kepada siswa akan mengantarkan siswa kepada suatu kondisi optimal, baik dalam bidang prestasi akademik maupun prestasi non akademik. Tetapi akan menjadi kebalikannya jika treatment-treatment yang kita berikan tanpa mempertimbangkan aspek kepribadian siswa, mungkin karena terguran kita yang terlalu kasar, karena cara kita menyampaikan kurang sesuai dengan pribadi anak, justeru akan mengantarkan peserta didik kedalam kondisi destruktif, delinkuen, tidak berprestasi.

Berbicara kehidupan manusia sebagai individu memang tidak akan pernah keluar dari kerangka mengenai kepribadian. Kepribadian merupakan konsep dasar psikologs yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Kepribadian mempengaruhi dan menjadi kerangka acuan dari pola pikir, perasaan, perilaku, serta bertindak sebagai aspek fundamental dari setiap individu.

BAB III BENTUK-BENTUK KEPRIBADIAN

Setiap manusia pasti memiliki kepribadian di mana dengan kepribadian inilah satu individu bereaksi dan berinteraksi dengan yang individu lain dan lingkungan sekitarnya. Kepribadian inilah yang merupakan ciri khas yang membedakan antar individu. 3.1 SANGUINIS Mereka ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senang sekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu. Namun orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir `pendek, dan hidupnya serba tak beratur. Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya bisa jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin planning/rencana. Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Kelebihan :

Suka bicara, antusias, ekspresif. Penuh rasa ingin tahu, mudah berteman, suka berkumpul. Mudah memaafkan, berhati tulus, dan bersifat kekanak-kanakan. Senang dipuji dan senang diperhatikan. Spontanitas dan pengambil inisiatif yang handal.

Kelemahan :

Susah untuk diam dan moody (cepat berubah perasaan). Dominan dalam percakapan dan egois. Kurang terencana dan membesar-besarkan masalah. Suara dan tertawanya keras.

3.2 MELANKOLIS Berseberangan dengan sang sanguinis. Melankolis cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankoli cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali. Orang melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang `melankoli tak `kan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun istri `melankoli anda, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain. Kelebihan :
Penuh Serius,

pikiran, selalu menganalisis, dan mendalam. bertujuan jelas, dan terjadwal. musik, artistik, dan kreatif.

Menyukai Sensitif,

rela berkorban, dan idealis tinggi. dan mempunyai standard tinggi.

Perfeksionis Hemat,

tekun, terinci, teratur. solusi dari masalah dengan pemecahan yang kreatif.

Mencari Jika

sudah dimulai, harus dituntaskan. pendengar yang baik.

Setia dan

Kelemahan :
Selalu

melihat masalah dari sisi negatif, mudah merasa bersalah dan rendah diri. banyak membuang waktu dengan menganalisis dan merencanakan standard yang terlalu tinggi sehingga sulit merasa puas.

Terlalu

Mempunyai

Sulit

bersosialisasi dan sering mengkritik orang lain, tetapi sensitif jika mendapatkan

kritikan.
Sulit

untuk mengungkapkan perasaan dan mempunyai rasa curiga yang besar.

3.3 KOLERIS Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa saja ia `suruh melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy itu membuat banyak orang koleris tak punya banyak teman. Orang-orang berusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban karakternya yang suka `ngatur dan tak mau kalah itu. Orang koleris senang dengan tantangan, suk a petualangan. Mereka punya rasa, hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua. Karena itu mereka sangat goal oriented, tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Kelebihan : Suka memimpin, pembuat keputusan, dinamis, dan aktif. Sangat membutuhkan perubahan dan suka mengoreksi kesalahan. Mempunyai kemauan keras dan selalu menginginkan pencapaian target. Mandiri, bebas, menyukai tantangan. Menyukai pemecahan yang praktis dan bergerak cepat. Pekerja keras dan mempunyai tujuan yang jelas. Suka mengorganisasi, selalu merasa benar, dan mempunyai visi ke depan.

Kelemahan : Otoriter, tidak sabar, dan mudah marah. Terlalu kaku dan susah diajak santai. Menyukai kontroversi, emosi tidak simpatik, dan tidak suka air mata. Tidak menyukai yang sepele dan bertele-tele. Sering terburu-buru dalam mengambil keputusan. Sering menuntut orang lain dan menghalalkan segala cara demi suatu tujuan.
8

3.4 PHLEGMATIS Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya nggak terus berkepanjangan. Kaum phlegmatis cenderung kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kekuatan :

Mudah bergaul, tenang, santai, damai. Tidak banyak bicara, bijaksana, dan mediator yang baik. Mencari cara termudah dan kuat di bawah tekanan. Menyenangkan dan tidak suka menyinggung perasaan. Simpatik, baik hati, dan peduli.

Kelemahan :

Kurang antusias, takut, kuatir Keras kepala dan menghindari tanggung jawab Lebih suka menjadi penonton dan kurang berorientasi tujuan Seseorang yang pemalu dan pendiam Kurang memotivasi diri

3.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN 3.5.1 Faktor Biologis Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita
9

mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.

3.5.2 Faktor Sosial Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat; yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial adalah tradisitradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu. Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.

3.5.3 Faktor Kebudayaan Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapaaspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain: A. Nilai-nilai (Values) Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota

10

suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.

B. Adat dan Tradisi. Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.

C. Pengetahuan dan Keterampilan. Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya.

D. Bahasa Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan cirri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.

E. Milik Kebendaan (material possessions) Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.

11

BAB V PENUTUP Kesimpulan Dari penjabaran para ahli bisa diambil kesimpulan bahwa, kepribadian siswa itu terbentuk dari proses pembelajaran ataupun yang memang ada sejak lahir atau berupa naluri dan dorongan yang bersifat alami. Dan kadang-kadang pembentukan pribadi seseorang ada juga yang berdasarkan pengalaman dimasa kanak-kanak, yang mana adanya pola pengasuhan oleh orang tua serta naluri alami yang memang memberikan respon ketika mengalami dan mempelajari sesuatu. Sebagaimana unsur-unsur pengetahuan yang terdapat dalam pembentukan kepribadian manusia, yang dihimpun menjadi satu, juag tidak berasal dari naluri saja, tetapi juga pembelajaran. Karena dalam alam bawah sadar manusia berbagai pengetahuan larut dan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang seringkali tercampur aduk tidak teratur.

DAFTAR PUSTAKA

12

Atkinson, Rita L. 1996, Pengantar Psikologi Jilid-2, Terjemahan oleh Taufiq, (Jakarta:Erlangga). Koeswara, E. 1991, Teori-teori kepribadian, (Bandung:Eresco). Patty, F. dkk.1982, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya:Usaha Nasional). Hall, Calvin S.1998, Teori-teori Psikodinamik, (Yogyakarta:Kanisius). Sarwono, Sarlito W. 2002, Psikologi Sosial, (Jakarta:Balai Pustaka). Mahmud, DImyati. 1990, Psikologi Suatu Pengantar, (Yogyakarta:BPFE).
http://search.proquest.com/docview/922368405/139CF45BD4E2C819439/5?accountid=464

http://kingberaksi.blogspot.com/2012/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html http://definisi.org/search/bentuk-bentuk-kepribadian

13

You might also like