You are on page 1of 20

I.

Pendahuluan
Manusia membutuhkan suply oksigen secara terus-menerus untuk proses respirasi sel, dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai limbah beracun produk dari proses tersebut. Pertukatan gas antara oksigen dengan karbondioksida dilakukan agar proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini berasal dari atmosfer. Oksigen masuk kedalam tubuh melalui perantaraan alat pernapasan yang berada di luar. Pengertian pernafasan atau respirasi itu sendiri adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan. Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu : 1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara. 2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.

II. Struktur Sistem Pernapasan Manusia


Makroskopis Sistem pernafasan secara garis besarnya terdiri dari paru-paru dan susunan saluran yang menghubungkan paru-paru dengan yang lainnya, yaitu hidung, faring, laring, dan trakea. Secara lengkap dan skematis jalur udara pernafasan untuk menuju sel-sel tubuh adalah : Rongga hidung > faring > laring > trakea > bronkus (extrapulmonal) > paru-paru (bronkus intrapulmonal > bronkiolus terminalis > bronkiolus respiratorius >ductus alveolaris > sacus alveolaris > alveolus/alveoli). Melalui jalur tersebut, kita dapat membaginya kembali menjadi dua bagian, yaitu; 1. Bagian konduksi Ialah bagian yang berperan dalam penghantaran udara. Pada jalur ini, tidak terjadi pertukaran udara antara tubuh dengan udara luar. Jalur ini terdiri atas, Rongga hidung > faring > laring > trakea > bronkus (extrapulmonal) > paru-paru (bronkus intrapulmonal > bronkiolus terminalis) 2. Bagian respirasi Ialah bagian yang berperan dalam proses pertukaran udara. Pada jalur ini sudah terjadi pertukaran antara oksigen dengan karbondioksida. Jalur ini terdiri atas, paru-paru (bronkiolus respiratorius >ductus alveolaris > sacus alveolaris > alveolus/alveoli).
1

Berikut ini adalah penjelasannya satu persatu mengenai bagian-bagian tubuh yang berperan dalam system respirasi manusia; a. Rongga Hidung Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Rongga hidung berhubungan dengan tulang dahi, tulang ayak, kelenjar air mata, telinga bagian tengah, serta rongga mulut. Oleh sebab itu kita juga bisa bernafas melalui mulut.

Ke arah inferior hidung mempunyai dua saluran masuk yaitu nares yang terpisah oleh septum nasi. Permukaan inferolateral hidung berakhir sebagai alae nasi yang bulat, medial permukaan lateral berlanjut pada dorsum nasi di tengah. Rangka bagian tulang terdiri atas os nasale, processus frontalis maxillae dan bagian nasal ossis frontalis. Rangka tulang rawannya tersiri atas cartilago septi nasi, cartilage nasi lateralis dan cartilage ala nasi major dan minor. Keterbukaan bagian atas hidung dipertahankan oleh os nasale, processus frontalis maxillae dan di bagian bawah oleh tulang-tulang rawannya. Otot hidung tersusun dari M. nasalis dan M. depressor septi nasi. Pendarahan hidung bagian luar disuplai oleh cabang-cabang A. facialis, A. dorsalis nasi cabang A. opthalmica dan A. infraorbitalis cabang A. maxillaries interna. Persarafan otot-otot hidung oleh N. facialis; kulit sisi medial punggung hidung sampai ujung hidung dipersarafi oleh cabang-cababg infratrochlearis dan nasalis externus N. opthalmicus; kulit sisi lateral oleh cabang infraorbitalis N. maxillaries.
2

Udara masuk dan keluar melalui rongga hidung. Dengan udara luar dihubungkan oleh lubang hidung luar (nares eksternal), dengan faring dihubungkan oleh lubang hidung dalam (nares internal/khoane). Rongga hidung dipisahkan oleh suatu sekat yang disebut septum basal, menjadi bagian kiri dan kanan sedangkan dari rongga mulut dibatasi oleh maksila dan tulang langit-langit mulut. b. Faring Faring merupakan rongga pertigaan dari saluran pencernaan (esofagus), saluran pernafasan (batang tenggorok), dan saluran rongga hidung. Apabila makan sambil bicara, kita sering tersedak dan batuk-batuk. Hal ini karena makanan masuk menuju saluran pernafasan. Terdapat mekanisme gerak refleks untuk mengeluarkan benda atau makanan yang masuk ke saluran pernafasan tersebut. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Aktivitas menelan dan bernafas telah diatur sedemikian rupa dengan semacam katup epiglotis serta gerakan laring ke atas sewaktu menelan, sehingga saluran pernafasan tertutup rapat. c. Laring Laring merupakan saluran udara setelah faring. Dalam laring terdapat selaput suara yang ketegangannya diatur oleh serabut-serabut otot sehingga dapat menghasilkan tinggi rendahnya nada suara yang diperlukan. Keras lemahnya suara ditentukan oleh aliran udara yang melewati selaput suara.

d. Trakea
3

Trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dinding batang tenggorok (trakea) dan dinding bronkus (cabang batang tenggorok) terdiri atas tiga lapisan jaringan. Dari dalam berupa lapisan epithelium (bersilia dan berlendir), lapisan tulang rawan dengan otot polosnya, serta bagian terluar berupa jaringan ikat. Trakea merupakan pipa yang terdiri dari gelang-gelang tulang rawan. Bagian pangkal selalu dalam keadaan terbuka. Tempat percabangan disebut bifurkasi. e. Bronkus Bronkus (cabang batang tenggorok) terdiri dari dua jenis. Yaitu bronkus extrapulmonal

dan bronkus intrapulmonal. Bronkus ekstrapulmonal adalah percabangan langsung dari trakea, sedangkan bronkus intrapulmonal adalah bronkus yang sudah ada masuk dalam kedua paru-paru. f. Paru-paru Paru-paru (pulmo) terletak di dalam rongga dada. Di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk, di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru kiri memiliki ukuran lebih kecil daripada paru-paru kanan. Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus). Alveolus terdapat
4

pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan. Alveolus (jamak)

Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.

Mikroskopis Selain susunan secara mikroskopis. Alat respirasi juga tersusun atas bagian-bagian yang lebih kecil lagi atau biasa disebut susunan mikroskopis. Berikut ini penjelasannya berdasarkan bagian konduksi dan bagian respirasi yang telah dijelaskan sebelumnya; Bagian konduksi 1) Hidung a. Kavum nasi Merupakan organ yang berongga, terdiri dari : - Tulang - Tulang rawan hialin - Otot bercorak - Jaringan ikat
5

Kulit luar, terdiri dari: - Epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk - Rambut -rambut halus - Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat Kavum nasi secara umum dibagi dua bagian, yaitu; i. Vestibulum nasi, merupakan daerah lebar di belakang nares anterior, dengan ciri-ciri; Epitel berlapis gepeng Terdapat vibrissae --- rambut 2 kasar yang berfungsi menyaring udara pernafasan Terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar keringat ii. Regio respirasi, yaitu daerah dibelakang vestibulum nasi, yang memiliki ciri-ciri; Terdapat epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet Pada lamina propria terdapat gld. nasalis merupakan kelenjar campur. Sekret kelenjar disini menjaga kelembaban kavum nasi dan menangkap partikel partikel debu yang halus dalam udara inspirasi dan terdapat noduli limfatisi Lamina propria ini menjadi satu dengan periosteum / perikondrium ( dinding konka nasalis ) oleh karena itu membran mukosa di hidung sering disebut mukoperiosteum / mukoperikondrium / membrana Schneider Terdapat serat kolagen,serat elastin,limfosit,sel plasma ,sel makrofag Bagian dinding lateral atas dan atap posterior kavum nasi mengandung organ olfaktorius: - Regio Olfaktorius - Pada konka nasalis superior terdapat epitel khusus / epitel olfaktorius - Terdapat pada pertengahan kavum nasi - Daerah epitel olfaktorius ini mencakup 8 10 mm ke bawah pada tiap sisi septum nasi dan pada permukaan konka nasalis superior - Batas tidak teratur dengan luas 500 mm2 - Mukosa warna coklat kekuningan Tunika mukosa terdiri dari epitel olfaktorius ,ada 4 macam sel, yaitu: a) Sel olfaktorius terletak diantara sel basal dan sel penyokong Merupakan neuron bipolar dengan dendrit kepermukaan dan akson ke lamina propria Ujung dendrit menggelembung disebut vesikula olfaktorius Dari permukaan keluar 6 8 silia olfaktorius
6

Akson tak bermyelin dan bergabung dengan akson reseptor lain di lamina propia membentuk Nervus Olfaktorius / N. II b) Sel sustentakuler / sel penyokong Bentuk sel silindris tinggi dengan bagian apex lebar dan bagian basal menyempit Inti lonjong Pada permukaan terdapat mikrovili Sitoplasma mempunyai granula kuning kecoklatan c) Sel basal Bentuk segitiga Inti lonjong Merupakan reserve cell / sel cadangan yang akan membentuk sel penyokong dan mungkin menjadi sel olfaktorius d) Sel sikat Sel yang mempunyai mikrovili di bagian apikal Lamina propria: - Mempunyai banyak vena - Mengandung kelenjar terutama jenis serosa / kelenjar Bowman, berperan untuk membasahi epitel dan silia dan juga sebagai pelarut zat zat kimia yang dalam bentuk bau / dapat melarutkan bau-bauan Tunika mukosa fosa nasalis melanjut ke sinus paranasalis. Sinus paranasalis ialah rongga dalam tengkorak yang berhubungan dengan Kavum nasi. Pada sinus paranasalis epite bertingkat torak,bersilia,bersel goblet. Lamina propria lebih tipis dari kavum nasi dan melekat pada peritonium dibawahnya. Kelenjar-kelenjar disini memproduksi mukos yang akan dialirkan ke kavum nasi oleh gerakan silia-silia. Bila terjadi peradanganakan terjadi gangguan yang biasa disebut sinusitis 2) Faring Merupakan ruangan dibelakang kavum nasi, yang menghubungkan traktus digestivus dan traktus respiratorius. Faring ini dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain; a) Nasofarings Merupakan epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Pada lamina propria terdapat kelenjar campur. Pada bagian posterior terdapat jaringan limfoid yang membentuk tonsila faringea. Pada anak anak sering membesar dan meradang ---adenoiditis. Terdapat muara
7

dari saluran yang menghubungkan rongga hidung dan telinga tengah disebut osteum faringeum tuba auditiva. Sekelilingnya banyak kelompok jaringan limfoid disebut tonsila tuba b) Orofarings Epitel berlapis gepeng. Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah. Orofaring akan dilanjutkan ke bagian atas menjadi epitel mulut dan ke bawah ke epitel oesophagus. Disini terdapat tonsila palatina ,yang sering meradang disebut tonsilitis c) Laringofarings Epitel bervariasi,sebagian besar Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Terletak di belakang larings 3) Laring Larings terdiri atas sembilan tulang rawan, yaitu;: T.R Hialin : - 1 T.R.Tiroid - 1 T.R Krikoid - 2 T.R Aritenoid T.R Elastis : - 1 T.R Epiglotis - 2 T.R Kuneiformis - 2 T.R Kornikulata Ujung T.R Aritenoid : T.R Elastis Ligamentum mengikat tulang rawan ini dan berartikulatio dengan otot intrinsik 4) Trakea Trakea memiliki gambaran khas, yaitu; Rangka berbentuk C terdiri atas T.R. Hialin Jumlah 16 20 buah Cincin cincin T.R. satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan penyambung padat fibroelastis dan retikulin disebut lig. anulare untuk mencegah agar lumen trakea jangan meregang berlebihan. Sedang otot polos berperan untuk mendekatkan kedua T.R Bagian trakea yang mengandung tulang rawan disebut pars kartilagenia. Bagian trakea yang mengandung otot disebut pars membranasea. Bagian posterior trakea terdapat banyak Rangsangan N.laringeus rekuren menyebabkan

kelenjar sepanjang lapisan muskular.

kelenjar kelenjar mengeluarkan sekretnya.

Mukosa Trakea: Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Lamina basalis agak tebal dan jelas. Lamina propria mempunyai serat serat elastin yang berjalan longitudinal, membentuk membran elastika interna. Terdapat kelenjar kelenjar campur Tunika submukosa : Terdiri dari Jaringan ikat jarang, lemak, kelenjar campur ( Glandula Trakealis ) yang banyak di bagian posterior. Pars membranasea ada serat otot polos yang berjalan transversal , longitudinal , oblique disebut M.Trakealis Tunika adventisia : Terdapat kelenjar campur. Jaringan fibroelastis yang berhubungan dengan perikondrium sebelah luar pars kartilagenia Sel sel epitel trakea / epitel respiratorius : 1) Sel Goblet; - Mensintesa dan mensekresi lendir - Mempunyai apparatus Golgi dan retikulum endoplasma kasar di basal sel - Ada mikrovilli di apex - Sifat sekresi apokrin - Mengandung tetesan mukus yang kaya akan polisakarida 2) Sel Sikat, mempunyai mikrovilli di apex yang berbentuk seperti sikat. Ada 2 macam selb sikat, yaitu: - Sel sikat 1 : mempunyai mikrovili sangat panjang - Sel sikat 2 : dapat berubah menjadi sel pendek 3) Sel Basal : Merupakan sel induk yang akan bermitosis dan berubah menjadi sel lain. 4) Sel sekretorik / bergranula; - Pada sitoplasma terdapat granula dengan diameter 100 300 milimikron - Sifat granula mengandung katekolamin yang akan mengatur aktivitas sel goblet dan gerakan silia - Tergolong sel APUD ( Amine Precursor Uptake Decarboxylation ) - Mengatur sekresi mukosa dan serosa 5) Bronkus a) Ekstrapulmonal, memiliki cri yang sama dengan trakea tetapi diameter lebih kecil. b) Intrapulmonal, memiliki ciri-ciri; - Mukosa membentuk lipatan longitudinal - Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet - Membrana basalis jelas - Lamina propria, terdiri dari;
9

jaringan ikat jarang serat elastis dan muskulus polos spiral Noduli limfatisi Kel.Bronkialis ----kelj.campur - Bentuk sferis - Tulang rawan tidak beraturan - Susunan muskulus seperti spiral c) Bronkus kecil, memiliki; - Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet - Bronkus terkecil, epitel selapis torak bersilia bersel goblet - Tulang rawan kecil - Kelenjar (terkadang ada, terkadang tidak) d) Bronkiolus terminalis, memiliki ciri-ciri; - Diameter 0,3 mm - Epitel selapis torak bersilia , sel goblet / Epitel selapis torak rendah - Diantara deretan sel ini terdapat sel clara yang memiliki mikrovili dan bergranula kasar - Lamina propria

Bagian respirasi 1) Bronkiolus respiratorius, memiliki ciri-ciri; - Bagian antara bag.konduksi dan bag.respirasi - Pendek 1 4 mm ,diameter 0,5 mm - Epitel torak rendah / Epitel selapis kubis, silia + / -, goblet - Diantara sel kubis terdapat sel clara - Lamina propria : serat kolagen + serat elastin,otot.polos terputus-putus 2) Duktus alveolaris, memiliki ciri-ciri; - Dinding tipis,sebagian besar terdiri dari alveoli - Dikelilingi sakus alveolaris - Di mulut alveolus epitel selapis gepeng (sel alveolar tipe 1) - Jaringan ikat fibroelastis, otot polos + /- sebagai titik titik kecil - Terbuka ke atrium : ruang yang menghubungkan beberapa sakus alveolaris 3) Sakus alveolaris, merupakan; - Kantong yang dibentuk oleh beberapa alveoli
10

- Terdapat serat elastin dan serat retikulin yang melingkari muara sakus alveoli - Sudah tak punya otot polos 4) Alveolus / alveoli, merupakan; - Kantong kantong kecil terdiri dari selapis sel seperti sarang tawon - Pertukaran gas ( O2 dan CO 2) antara udara dan darah - Di sekitar alveoli terdapat: serat elastin : inspirasi --- melebar expirasi --- menciut serat kolagen : cegah regangan yang berlebihan --- sehingga kapiler + septum interalveolaris tidak rusak Jumlah : 300 -500 juta alveoli

III. Mekanisme Pernapasan


Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar. Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan. a. Pernapasan Dada Pernapasan dada adalah pernapasan yang lebih banyak melibatkan otot antar tulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut; Inspirasi (inhalase) : otot external antar tulang rusuk berkontraksi > tulang-tulang rusuk terangkat masuk Ekspirasi (exhalase) : otot internal antar tulang rusuk berkontraksi > tulang-tulang rusuk kembali ke posisi semula > rongga dada mengecil > tekanan udara di dalam membesar > terjadi ekspirasi. b. Pernapasan Perut > rongga dada membesar > tekanan udara di dalam mengecil > udara

11

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang prosesnya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme pernapasan adalah sebagai berikut. Inspirasi (inhalase) : diafragma berkontraksi > otot perut berelaksasi > diafragma mendatar > rongga dada membesar > tekanan udara mengecil > udara masuk Ekspirasi (exhalase) : diafragma relaksasi > otot perut berkontraksi > diafragma naik > rongga dada mengecil > tekanan udara membesar > udara keluar Jadi secara keseluruhan, proses inspirasi dan ekspirasi dapat ditulis sebagai berikut; Inspirasi Otot-otot antartulang rusuk eksternal berkonstraksi > otot-otot antartulang rusuk internal relaksasi > tulang-tulang rusuk terangkat > diafragma berkontraksi > rongga dada membesar > volume udara meningkat > tekanan udara menurun > udara masuk Ekspirasi Otot-otot antartulang rusuk eksternal relaksasi > otot-otot antartulang rusuk internal berkontraksi > tulang-tulang rusuk turun > diafragma relaksasi > rongga dada mengecil > volume udara menurun > tekanan udara meningkat > udara keluar Gambar.1.4 Inspirasi dan Ekspirasi

Volume udara pernafasan Dalam keadaan normal, paru mengandung sekitar 2 sampai 2,5 liter udara selama siklus respirasi, tetapi dapat diisi sampai 5,5 liter atau dikosongkan sampai tersisa 1 liter. Pada orang dewasa sehat, rata-rata jumlah maksimum udara yang dapat dikandung oleh kedua paru adalah sekitar 5,7 liter pada pria (4,2 liter pada wanita). Bentuk anatomis, usia, distensibilitas paru, dan ada atau tidaknya penyakit pernapasan mempengaruhi kapasitas paru total ini.
12

Pada akhir ekspirasi tenang (biasa), paru masih mengandung sekitar 2200 ml udara. Selama satu kali benapas biasa dalam keadan istirahat, sekitar 500 ml udara dihirup dan udara dalam jumlah yang sama dihembuskan, sehingga selama bernapas tenang volume paru bervariasi antara 2200 ml pada akhir ekspirasi dan 2700 ml pada akhir inspirasi. Selama ekspirasi maksimum, volume paru dapat menurun sampai 1200 ml pada pria (1000 ml pada wanita), tetapi paru tidak akan pernah dapat dikosongkan secara total karena saluran pernapasan kecil akan kolaps selama ekspirasi paksa pada volume paru yang rendah, sehingga aliran keluar udara lebih lanjut dapat dicegah. Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan. Perubahan-perubahan volume paru yang terjadi selama bernapas dapat diukur dengan menggunakan spirometer. Melalui spirometer inilah kita dapat menentukan, terkecuali volume residual; Tidal volume (TV), ialah volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu kali bernapas. Nilai rata-rata dalam keadaan istirahat adalah 500 ml. Volume cadangan inspirasi (VCI), ialah volume tambahan yang dapat secara maksimum dihirup melebihi tidal volume istirahat. Nilai rata-ratanya 3000 ml. Kapasitas inspirasi (KI), Ki didapat dari penambahan VCI dengan TV. Nilai rata-ratanya 3500 ml. Volume cadangan ekspirasi (VCE), ialah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru-paru sesudah ekspirasi biasa. Volume residual (VR), ialah volume minimum udara yang tersisa di paru-paru, bahkan setelah ekspirasi maksimum. Nilai rata-ratanya 1000 ml. Kapasitas residual fungsional (KRF), ialah volume udara di paru-paru pada akhir ekspirasi pasif normal (KRF=VCE+VR). Nilai rata-ratanya 2200 ml. Kapasitas vital (KV), didapat dari KV=VCI+TV+VCE, nilai rata-ratanya 4500 ml. Kapasitas paru total (KPC), ialah volume udara maksimum yang dapat ditampung oleh paru (KPT=KV+VR. Nilai rata-ratanya 5700 ml. Berikut ini ialah skema diagram volume udara pernapasan;

13

Pertukaran udara pernafasan Jumlah oksigen yang diambil melalui pernapasan tergantung pada kebutuhan dan biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan. Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak membutuhkan oksigen dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih banyak. Seseorang yang memiliki kebiasaan memakan lebih banyak daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada seorang vegetarian. Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 liter oksigen sehari (24 jam). Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah berkurang. Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein.

Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihatkan menurut persamaan reaksi bolak-balik berikut ini :
14

Hb4 + O2 4 Hb O2 (oksihemoglobin) berwarna merah jernih Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi. Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mm Hg, sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan oksigen di lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104 mm Hg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi. Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mm hg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 40 mm hg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas. Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada jaringan? Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mm Hg dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah. Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung menurut reaksi kimia berikut: C02 + H20 (karbonat anhidrase) H2CO3 Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga mempengaruhi pH darah menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat. Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni sebagai berikut. 1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase (7% dari seluruh CO2). 2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari seluruh CO2). 3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut.
15

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala alkalosis.

IV. Pemeriksaan paru-paru


1. Pemeriksaan fisik paru Pada pemeriksaan fisik paru, dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Bedrikut ini penjelasannya secara rinci; a. Inspeksi Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar pemeriksa dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh pasien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Pemeriksaan paru dilakukan dengan melihat peranjakan ke-2 sisi anda simetris atau tidak.dilakukan dengan cara melihat secara langsung keadaan pasien dari segi sebagai berikut. 1) Contour, Confek, tidak ada defresi sternum 2) Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal 3) Keabnormalan struktur Thorax 4) Contour dada simetris 5) Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata 6) RR dan ritme selama satu menit. b. Palpasi adalah dilakukan dengan ke-2 tangan memegang ke-2 sisi dada. Dinilai peranjakan kedua sisi ada (simetris atau tidak) dan bila ada suara penderita, apakah teraba simetris atau tidak oleh ke-2 tangan pemeriksa dari segi sebagai berikut. 1) Temperatur kulit 2) Premitus : fibrasi dada 3) Pengembangan dada 4) Krepitasi 5) Massa 6) Edema
16

Adapun langkah-langkah yang perlu dipehtikan sewaktu melakukan palpasi bagi pemeriksa ialah; - Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai. - Tangan pemeriksa harus dalam keadaan hangat dan kering - Kuku jari pemeriksa harus dipotong pendek. - Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir. Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain. c. Perkusi Dilakukan dengan mengetukan jari tengah terhadap jari tengah yang lain yang diletakan mendatar di atas dada. Pada daerah paru berbunyi sonor, pada daerah jantung berbunyi redup (dull), sedangkan di atas lambung (dan usus) berbunyi timpani. Pada keadaan pneumothorax akan berbunyi hipersonor, berbeda dengan Bagian paru yang lain. Pada keadaan hemothorax, akan berbunyi redup (dull). Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah : Sonor : suara perkusi jaringan yang normal. Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia. Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar. Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah cavern paru, pada klien asthma kronik. d. Auskultasi Dilakukan dengan cara memeriksa pasien menggunakan stetoskop pada 4 tempat yakni bawah ke-2 klavikula, pada garis mid-klavikularis, dan pada kedua aksila. Bunyi nafas harus sama kiri-kanan. Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah : Rales, yaitu suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC. Ronchi, yaitu nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.

17

Wheezing, yaitu bunyi yang terdengar ngiii.k. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma. Pleura Friction Rub, yaitu bunyi yang terdengar kering seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura. Selain itu terdapat juga jenis bunyi vesikuler, broncho vesikuler, Hyper ventilasi 2. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan radiologi Gambaran radiologi pada gangguan saluran pernapasan pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut; - Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah. - Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah. - Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru. - Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. - Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru. b. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. c. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu sebagai berikut. - Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation. - Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right bundle branch block). - Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative. d. Scanning paru

18

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru. e. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

V. Kesimpulan
Respirasi merupakan suatu proses yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Dimana dalam proses bernapas ini, tubuh (organ-organ yang bersangkutan) mengambil oksigen dari atmosfer/udara bebas, kemudian disalurkan ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukan melalui darah sebagai bahan bakar metabolisme tubuh agar tubuh tetap dapat hidup sebagaimana fungsinya. Dan juga mengeluarkan karbondioksida beserta air sebagai sisa hasil metabolisme tubuh. Jika tubuh kekurangan oksigen, maka proses metabolisme tubuh akan terganggu dan itu sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup tubuh tersebut. Hal ini bisa ditandai dengan berbagai macam hal. Dalam kasus pada PBL kali ini hipotesis yang dibuat adalah kekurangan oksigen dapat mengakibatkan sesak napas. Jadi, berdasarkan hasil belajar yang telah dijabarkan diatas, maka hipotesis tersebut dapat diterima.

19

Daftar Pustaka
1. Anonim. Mekanisme Pernapasan. 2000. Diunduh dari www.free.vlsm.org, 21 Mei 2009 2. Junkazayama. Pengukuran CO2 Hasil Respirasi Manusia. Diunduh dari

www.one.indoskripsi.com, 21 Mei 2009 3. Anonim. Sistem Pernapasan Manusia. Diunduh dari www.e-smartschool.com, 21 Mei 2009 4. Anonim. Volume dan Kapasitas Paru-paru. Diunduh dari

www.farmasi07itb.wordpress.com, 21 Mei 2009 5. Kurnia Yasavati, Santoso Mardi, Wati Wong W., Sumadikarya Indriani. Buku panduan keterampilan medik (skill lab) semester 2. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana;2009;h.25-8.59-66. 6. Goenawan Johannes, et all. Bahan kuliah blok 7: sistem respirasi I. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana;2009. 7. Sloane Ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2004;h.266-274. 8. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2001;h.411-435.

20

You might also like