You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di lembaga sekolah tingkat pertama sangat didominasi oleh pelajaran umum seperti IPA dan IPS, sedangkan Pelajaran Agama Islam (akhlak) di lembaga tersebut sangat minim, mulai dari alokasi waktu yang diberikan hanya 2 jam di setiap kelas, guru agama Islam hanya berjumlah beberapa orang, serta buku panduan yang diajarkan di sekolah tersebut juga belum memadai baik dari segi isi buku maupun pengarang buku tersebut. Melihat dari fenomena tersebut, tentunya akan sangat sulit mencapai tujuan pendidikan keagamaan dengan baik yang ada dalam kurikulum mata pelajaran, dengan waktu yang begitu singkat padahal si anak tidak hanya dituntut mendapatkan materi tentang apa itu akhlak dan berbagai macamnya, tapi justru hal yang paling utama adalah bagaimana cara pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Jika kita meminjam pendapat kaum Hedonis, sebagaimana yang di kutip Ahmad Amin, dalam Bukunya yang berjudul .Etika (Ilmu Akhlak)., maka alokasi waktu tersebut jauh dari cukup, karena pelajaran akhlak menuntut adanya praktik dalam masyarakat, mereka berpendapat, .Pelajaran akhlak mempunyai pengaruh yang besar dalam praktik hidup, karena teori ini membatasi tujuan hidup. Yaitu kebahagiaan perseorangan yang menurut pendapat paham Hedonism atau kebahagiaan masyarakat menurut pendapat paham Universalistic. Dalam kehidupan nyata sendiri, setiap manusia akan lebih banyak mendapatkan pendidikan akhlak melalui dunia nonformal, atau lebih pada pemberian contoh dari kaum yang lebih tua, yang terkadang kaum tua sendiri lebih banyak memberikan contoh yang tidak baik. Karenanya sektor pendidikan formal (melalui sekolah) atau nonformal

(Pendidikan Pesantren) menjadi solusi yang amat diperlukan oleh masyarakat guna pendidikan akhlak anak.

Dengan harapan ketika si anak terjun kemasyarakat ia mampu memposisikan dirinya sebagai manusia yang bisa diterima diberbagai golongan atau usia, dan bahkan

harapan yang lebih jauh ia menjadi manusia yang terhormat. Permasalahannya sekarang adalah, apakah dengan tenggang waktu pendidikan yang relatif sedikit atau sebentar tersebut si anak mampu menjawab semua permasalahan yang ada di masyarakatnya yang seiring waktu permasalahan tersebut akan berkembang atau apakah ia mampu menjadi remaja yang diharapkan? Karena pada realita-nya masyarakat hanya bisa menuntut hal yang baik. Dengan mempelajari kasus yang penyimpangan norma pada saat dahulu2, serta di barengi dengan melihat realita perkembangan zaman saat ini, tentunya penanaman nilai-nilai keagamaan sangatlah dibutuhkan dalam proses pendidikan. Apalagi jika merujuk kepada penjelasan diatas, jelas sekali, akan tercipta peluang besar terjadi penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh para siswa. Sebagai contoh kecil, mereka tidak bersikap baik terhadap teman, guru, orang tua, dan lingkungan, apalagi terhadap Tuhan mereka yang abstrak. Di mulai dari kelas satu siswa naik ke kelas dua lalu naik ke kelas tiga yang mana di masa ini siswa kelas tiga berada di masa pubertas atau masa peralihan dari remaja menuju dewasa (umur 13-17 tahun). Hal ini yang sangat dikhawatirkan seharusnya oleh semua kalangan khususnya oleh umat Islam yang berkecimpung di dunia pendidikan. Karena di masa ini siswa akan mencoba sesuatu yang mereka belum ketahui akan baik dan buruknya sikap yang mereka lakukan, maka oleh karena itu pendidikan agama harus diutamakan oleh pihak pendidik lebih khusus lagi dalam bidang moralitas atau akhlak. Berkaitan dengan masalah akhlak, Islam menawarkan berberapa landasan teori yang tertuang dalam al-Quran dan Hadis, yang kesemua itu sudah membuktikan oleh para tokoh Islam, diantaranya Ibnu Miskawaih dan al-Ghazali, kemudian mereka pun menjadi pemerhati kehidupan manusia dan menjadikan perkembangan akan moralitas atau akhlak

manusia umumnya dan khususnya anak remaja sebagai salah satu kajian utamanya. Adapun landasanlandasan tersebut ialah sebagai berikut: 1. Al-Qur.an

Sesungguhnya engkau (muhammad) berada diatas budi pekerti yang agung (Q.S. Al-Qalam : 4).

2. Al-Hadis

"Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia" .

Pandangan hidup yang materialitis atau hanya mementingkan keuntungan dunia, mempengaruhi masyarakat yang nampak pada tingkah lakunya dengan meninggalkan amalan-amalan ibadah serta tidak memperdulikan lagi untuk mempelajari Al-Qur.an sebagai kitab suci dan mengaplikasikannya dalam kehidupan dunia dan untuk keselamatan di akhirat kelak. Manusia lebih mementingkan waktu dan materi keduniaan, sehingga melalaikan kewajiban utamanya sebagai makhluk Allah swt beribadah dan berakhlak mulia. Maka dalam dunia pendidikan agama tidak bisa di pisahkan, walaupun di SMP/ SLTP banyak pelajaran-pelajaran akan tetapi setiap mata pelajaran memiliki ciri khas dan karakteristik tertentu yang dapat membedakannya dengan mata pelajaran lainnya. Begitu juga halnya mata pelajaran pendidikan agama Islam, khususnya di sekolah menengah pertama (SMP). Adapun karakteristik mata pelajaran PAI di SMP adalah sebagai berkut:

1. Diberikannya mata pelajaran PAI, khususnya di SMP, bertujuan untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya sehingga dapat dijadkan bekal untuk mempelajari berbagai bidang ilmu atau mata

pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh-pengaruh negative yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut. 2. Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu akidah, syariah dan akhlak. Akidah merupakan penjabaran dari kosep iman; syariah meupakan penjabaran dari konsep Islam, syariah memiliki dua dimensi kajian pokok, yaitu ibadah dan muamalah, dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian keIslaman (ilmu-ilmu agama) seperti ilmu kalam (teologi Islam, usuluddin, ilmu tauhid) yang merupakan pengembangan dari akidah, ilmu fikih yang merupakan pengembangan dari syariah, dan ilmu akhlak (etika Islam, moralitas Islam) yang merupakan pengembangan dari akhlak, termasuk kajia-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai mata pelajaran di SMP. B. Perumusan Masalah Setelah membatasi masalah dalam penelitian ini, penulis memutuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana implementasi pembelajaran akhlak di lingkungan sekolah.

BAB II LANDASAN TEORI C. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Istilah pendidikan berasal dari kata .didik. yang mendapat awalan akhiran .an. yang mengandung arti perbuatan .Paedagogie., yang berarti bimbingan kepada anak didik. pe. dan

(hal, cara, dan

sebagainya). Istilah pendidikan merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu

Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan istilah edution. yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan kata Tarbiyah yang berarti pendidikan. Pendidikan berasal dari kata .didik., lalu kata ini mendapat awal .me. sehingga menjadi .mendidik., artinya memelihara dan memberikan latihan dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (lihat kamus besar bahasa Indonesia, 1991:232). Pengertian pendidikan dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan menusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya memberikan peningkatan (to elicit, to give riset to), dan mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (mc leod, 1989). Jadi yang dimaksud dengan Pendidikan ialah bimbingan atau pertolongan secara sadar yang diberikan oleh Pendidik kepada siterdidik dalam perkembangan jasmaniah dan rohaniah kearah kedewasaan dan

seterusnya ke arah terbentuknya kepribadian muslim.

Dan, Pendidikan dalam arti sempit, ialah bimbingan yang diberikan kepada anak didik sampai ia dewasa. Pendidikan dalam arti luas, ialah bimbingan yang diberikan sampai mencapai tujuan hidupnya; bagi pendidikan Islam, sampai terbentuknya kepribadian muslim. Jadi pendidikan Islam, berlangsung sejak anak dilahirkan sampai mencapai

kesempurnaannya atau sampai akhir hidupnya. Sebenarnya kedua jenis pendidikan ini (arti sempit atau arti luas) satu adanya. Jika kita merujuk kamus bahasa Arab, kita akan menemukan tiga akar kata untuk istilah Tarbiyah. Pertama, .rabba-yarbu. yang artinya bertambah dan berkembang. Kedua, rabiya-yarbu yang dibandingkan dengan khafiyayakhfa yang berarti .tumbuh dan berkembang.. dibandingkan dengan madda-yamuddu dan Ketiga rabba-yarubbu yang .memperbaiki, mengurusi

berarti

kepentingan, mengatur, menjaga, dan memperhatikan.. Dari pengertian-pengertian dasar diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa: Pertama, pendidikan merupakan kegiatan yang betul-betul memiliki tujuan, sasaran, dan target. Kedua, pendidik yang sejati dan mutlak adalah Allah SWT. Ketiga, pendidikan menuntut terwujudnya program berjenjang melalui peningkatan kegiatan pendidikan dan pengajaran selaras dengan urutan sistematika menanjak yang membawa anak dari suatu perkembangan ke perkembangan lainnya. Keempat, peran seorang pendidik harus sesuai dengan tujuan Allah swt menciptaknya. Artinya, pendidik harus mampu mengikuti syariat agama Allah. Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Azyumardi Azra dalam bukunya Esei-Esei Intelektual Muslim Dan Pendidikan Islam, mengomentari bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Religi berasal dari bahasa Latin, menurut satu pendapat asalnya ialah .Relegere. yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Tetapi menurut pendapat lain kata itu berasal dari Religare yang berarti mengikat. Sedangkan Islam, menurut pemakaian bahasa, berarti berserah diri kepada Allah. Hal ini dipertegas oleh firman Allah berikut ini:

Artinya : .Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepadaNyalah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. .(Ali Imran: 83).

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam. Berbicara tentang tujuan pendidikan, tak dapat tidak mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup, yaitu tujuan hidup manusia. Di mana manusia diciptakan untuk menjadi khalifah, manusia yang dianggap sebagai khalifah Allah tidak dapat memegang peranan tanggung jawab sebagai khalifah kecuali kalau ia dilengkapi dengan potensipotensi yang membolehkan berbuat demikian. An-Nahlawy menunjukkan 4 tujuan dalam pendidikan Islam yaitu: 1) Pendidikan akal dan persiapan pikiran, Allah menyuruh manusia merenungkan kejadian langit dan bumi agar beriman kepada Allah. 2) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anakanak. Islam adalah agama fitrah, sebab ajarannya tidak dari tabiat asal manusia. 3) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik laki-laki ataupun perempuan. 4) Berusaha untuk menyeimbangkan segala potesi-potensi dan bakatbakat. Al-Jammali menyebutkan tujuan-tujuan pendidikan Islam sebagai berikut:

1) Memperkenalkan kepada manusia akan kedudukannya di antara makhlukmakhluk dan bertanggung jawab perseorangan dalam hidup ini. 2) Memperkenalkan kepada manusia akan hubungan-hubungan sosialnya dan tanggung jawabnya. 3) Memperkenalkan kepada manusia akan makhluk (alam semesta) dan

mengajaknya memahami hikmah penciptanya dalam menciptakannya. 4) Memperkenalkan kepada manusia akan pencipta alam maya pada ini, untuk mengenal Allah dan bertaqwa kepada-Nya. Al-Abrasy dalam kajiannya tentang pendidikan Islam menyimpulkan lima tujuan bagi pendidikan Islam:

1) Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia 2) Persiapan untuk kehidupan dinia dan akhirat 3) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat 4) Menyiapkan pelajar dalam menguasai profesi tertentu agar dapat mencari rezeki dam hiodup dengan mudah diasamping memelihara segi kerohaniaan dan keagamaan. 5) Menumbuhkan semangat ilmiah dalam jiwa pelajar itu mengkaji bukan sekedar ilmu. Ibnu Khaldun, sebagai seorang pemikir terakhir dari zaman keemasan Islam yang benyak menuliskan mengenai pandidikan, terutama pada karyanya yang terkenal, yaitu muqadimah, membagi tujuan pendidikan itu kepada: 1) Mempersiapkan seseorang dari segi keagamaan yaitu mengajarkannya syiarsyiar agama menurut Al-Qur.an dan As-Sunnah. 2) Menyiapkan seseorang dari segi akhlak 3) Menyiapkan seseorang dari segi kemayarakatan dan social 4) Menyiapkan seseorang dari segi pekerjaan 5) Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran 6) Menyiapkan seseorang dari segi keseniaan yang bernuansa Islam.

You might also like