You are on page 1of 2

Minggunya Bulutangkis

Hari Minggu yang sangat menyenangkan, bukan hanya sekedar menyenangkan tapi super menyenangkan. Hari itu untuk pertama kalinya, impian saya untuk bertemu pemain timnas bulutangkis Indonesia dan menonton secara langsung pertandingan bulutangkis di Gedung Olah Raga (GOR) Alhamdulillah sudah terkabulkan. Hari itu merupakan final pertandingan Kejurnas bulutangkis (PBSI) yang tidak kalah menarik jika dibandingkan dengan kejuaraan-kejuaraan dunia lain yang biasanya ditayangkan di tv, seru dan asli buat suara parau karena teriak-teriak melulu sampai urat-urat leher rasanya mau putus semua. Pertandingan dimulai pukul 13.00 di GOR Sudiang yang biasanya dipakai hanya untuk bermain futsal. Layaknya kaula muda lain yang sangat antusias menonton pertandingan itu, saya yang hari itu berpakaian casual hanya berangkat seorang diri dari Maros ditemani motor kesayangan dan hanya berbekal doa dari orang tua. Karena kesibukan sang kakak yang kian padatnya, akhirnya saya sebagai badminton lover yang biasanya ditemani kakak untuk hang-out bersama memberanikan diri menyaksikan secara langsung Taufik Hidayat dkk bertanding. Saat berada di loket antrian yang begitu sesak, saya bingung untuk membeli tiket biasa atau tiket VIP, pertimbangan saya jika membeli tiket VIP akan lebih dekat melihat atlet yang bertanding namun harganya yang tidak begitu bersahabat dengan kantong saya, akhirnya saya lebih memilih tiket biasa supaya bisa berbaur dengan banyak penonton yang bisa diajak loncatloncat, teriak, dan gila bareng. Setelah berada dalam GOR yang berskala nasional itu, saya sibuk memilih tempat duduk yang stategis untuk menyaksikan pertandingan. Setelah keliling-keliling di area penonton, akhirnya saya duduk di bangku penonton berwarna biru baris kedua. Kegiatan ini dihadiri pula oleh beberapa tamu penting seperti Bapak Gubernur Sulawesi Selatan serta beberapa stafnya. Partai pertama dibuka dengan pasangan ganda campuran antara Jawa Timur dengan Jawa Tengah yang dimenangkan oleh pasangan ganda campuran dari Jawa Tengah. Salah satu partai yang paling ditunggu yaitu pertandingan tunggal putra timnas Indonesia yang sudah punya jam terbang sendiri di kancah perbulutangkisan dunia yaitu antara Simon Santoso dengan Dyonisius Hayom Rumbaka. Saya pribadi mendukung Hayom karena saya ingin adanya regenerasi dari atlet bulutangkis Indonesia. Simon sudah lebih lama terjun dalam kejuaraan-kejuaraan dunia meskipun dia belum mampu meraih masa keemasannya, sedangkan Hayom baru dua tahun terakhir ini terjun dikejuaraan dunia. Selama partai tunggal putra ini berlangsung, sesekali saya berteriak HayomHayom semangat sambil loncat-loncat tidak jelas, sesekali memperlihatkan ekpresi kesal dan ceria. Saat pertandingan berlangsung, Hayom sempat bersitegang dengan wasit karena shuttlecock yang dianggap masuk oleh Hayom dinyatakan keluar oleh wasit. Kejadian serupa berlangsung sebanyak dua kali, Hayom terlihat emosi dan kesal dengan keputusan wasit, tetapi pertandingan kembali berlangsung normal. Pertandingan berlangsung rubber set karena set pertama dimenangkan oleh Hayom dan set kedua dimenangkan oleh Simon. Pertandingan yang betul-betul menunjukkan kelas kedua pemain, sangat seru dan menegangkan apalagi jika poin-poin kritis. Dan akhirnya Hayom berhasil menutup set ketiga dengan kemenangan mutlak. Yang paling saya sukai, ekspresi kemenangan Hayom saat berhasil mengalahkan seniornya Simon Santoso. Hayom merayakan kemenangannya dengan melempar baju ke bangku penonton, tetapi saya bukanlah penonton yang beruntung itu. Setelah pertandingan Hayom-Simon berakhir, saya mulai beranjak dari tempat duduk untuk mencari tempat strategis lainnya. Seketika itu saya melihat panitia penjaga kursi VIP tidak ada di tempat, saya langsung menyerobot masuk, dan mengambil tempat yang dekat dari lapangan pertandingan, lalu duduk manis dengan wajah sumringah. Berharap tidak ada pengecekan tiket oleh panitia diwaktu-waktu tertentu.

Partai selanjutnya adalah partai yang sangat, sangat, sangat saya nantikan yaitu ganda putra pasangan Muhammad Ahsan dan Frans Kurniawan dari PB Djarum dengan Nova Widiyanto dan pasangannya dari PB Tangkas. Muhammad Ahsan yang merupakan salah satu pemain favorit saya bermain sangat bagus dengan pasangannya hari itu. Partai ini juga berlangsung dengan rubber set. Menurut saya, partai tanpa rubber set bagaikan sayur tanpa garam, dan rubber set tanpa deuce, bagaikan bakso tanpa sambel. Partai ini merupakan klimaks dari partai-partai sebelumnya, begitu mencengangkan dan butuh tenaga ekstra untuk teriak AhsanAhsan berkali-kali. Set pertama dimenangkan oleh PB Tangkas, sedangkan set kedua dimenangkan oleh PB Djarum. Dan akhirnya set ketiga ditutup dengan kemenangan pasangan Muhammad Ahsan dan Frans Kurniawan. Ahsan dan Frans merayakannya dengan melemparkan baju yang penuh keringat dan raket ke bangku penonton seperti yang dilakukan Hayom sebelumnya, dan lagi-lagi saya bukan orang yang beruntung itu, tapi kami para penonton terutama saya pribadi merasa senang dapat tontonan gratis karena Ahsan dan Frans buka baju memperlihatkan otot-ototnya yang atletis. Saya yang mirip cacing kepanasan tidak bisa diam di bangku penonton karena ulah kedua atlet tersebut. Acara terakhir yaitu penyerahan medali kepada para pemenang. Semua jurnalis sudah siap dengan kameranya di tempat masing-masing. Saya yang pada saat itu tepat berada di belakang podium juara sudah siap teriak-teriak. Tak diduga tak disangka, bunga yang dilemparkan Markis Kido pemain ganda putra Indonesia berhasil saya dapatkan. Dan seketika itu pula, saya bisa berjabat tangan langsung dengan Gresia Poli dan Pia Zebadiah yang keduanya merupakan atlet timnas Indonesia. Satu lagi momen yang Insya Allah tidak akan terlupakan bahkan terhapus sedikitpun dari benak saya, yaitu ketika saya menjulurkan tangan dan tanpa sengaja memegang wajah Ahsan yang sedang berlari-lari kecil karena dikejar oleh para fans yang nekat. Saya yang pada hari itu memakai baju putih polos agar dapat ditandatangani oleh beberapa atlet dan sudah siap dengan pulpen di tangan, pulang dengan baju hampa karena tidak ada satu coretanpun yang menghiasi baju saya. Tetapi saya tidak pulang dengan tangan hampa karena ada rangkaian bunga dari Markis Kido yang berhasil saya dapatkan. Suatu pengalaman yang sangat mengesankan sekaligus melelahkan. Minggu ceria yang hanya akan menjadi sebuah memori manis sekaligus menjadi motivasi dalam menjalani hari-hari berikutnya. Berharap akan terulang kembali dimasa sekarang ataupun dimasa yang akan datang, yang pastinya akan lebih seru dan menarik untuk dikenang dan dituangkan dalam sebuah tulisan.

AMALIAH CAHIRUL NUSU 70200110007 KESMAS A

You might also like