You are on page 1of 4

AMALIAH CHAIRUL NUSU 70200110007 KESMAS A

KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2011

Topik: Mahasiswa dan Tawuran Garuda di Dadaku Mahasiswa seringkali diidentikkan dengan yang namanya tawuran, tak ayal jika sebagian besar generasi-generasi terpelajar zaman sekarang cenderung menggunakan otot ketimbang otak dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Aksi tawuran yang seringkali muncul dikalangan mahasiswa biasanya terjadi karena ketidaksetujuan atas peraturan atau kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak kampus, pemerintah daerah, pemerintah pusat, ataupun karena masalah-masalah internal antarmahasiswa. Hal inilah yang membuat publik menjadi resah, karena akibat dari aksi tawuran ini akan berdampak pada masyarakat umum, misalnya pemblokiran jalan yang dibarengi aksi pembakaran ban di tengah jalan, serta pengrusakan fasilitas-fasilitas umum. Bahkan biasanya, pengguna jalan yang tadinya tidak ikut terlibat dalam aksi ini, malah ikut andil karena merasa emosi dan dirugikan. Inilah yang akan memperparah aksi tawuran tersebut, yang tadinya hanya dua arah, sekarang melebar menjadi beberapa arah. Tawuran yang terjadi biasanya diawali dengan demo atau orasi dengan alasan-alasan tertentu di tempat-tempat umum, biasanya dengan membawa spanduk-spanduk yang bertuliskan aspirasi mereka. Jika tidak digubris oleh pihak-pihak tertentu, maka terjadilah aksi tawuran. Tawuran ini ada yang sifatnya biasa saja bahkan adapula yang anarkis. Tak jarang ada yang luka-luka bahkan ada korban dari aksi yang dilakukan, baik itu dari kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum. Biasanya, jika sudah ada korban barulah salah satu pihak yang bertikai angkat bicara untuk menyelsesaikan permasalahan diantara mereka. Sungguh ironi, namun itulah harga yang harus dibayar. Kalau kata pepatah, tawuran tanpa korban bagaikan sayur tanpa garam. Kalau kata bang haji Rhoma Irama Sungguh terlalu. Kejam memang, namun ini sudah merupakan tradisi yang turun-temurun bahkan

mendarahdaging, bak garuda di dadaku. Aksi-aksi tawuran seperti ini, di dalamnya terdapat pula tokoh-tokoh, misalnya terdapat orang yang memerankan tokoh propokator alias dalang dibalik aksi tersebut, adapula tokohtokoh figuran yang berasal dari mahasiswa sendiri ataupun masyarakat umum. Seperti sinetron memang, namun perbedaannya terletak pada label nyata atau tidaknya. Dalam sinetron 100% peristiwa yang terjadi di dalamnya asli direkayasa, namun ceritanya bisa saja diadaptasi dari kisah nyata. Sedangkan aksi-aksi tawuran 100% nyata, misalnya korban-korbannya asli lukaluka bahkan meninggal dunia. Tokoh propokator dalam aksi tawuran seperti ini, biasanya orang yang punya nama dalam dunia kampus. Istilah sederhananya, mereka yang punya kekuasaan dalam pergaulan mereka, biasanya seorang ketua atau pemimpin sekaligus sebagai otak permasalahan. Biasanya orang ini punya dendam pribadi atau kelompok, seperti sebuah ambisi

yang tidak dapat direalisasikan tanpa bantuan orang banyak. Sedangkan tokoh figuran dalam aksi tawuran, sebagian berasal dari orang-orang kepercayaan si propokator, sebagiannya lagi berasal dari orang-orang netral atau yang saya istilahkan sebagai orang-orang yang tidak bersalah. Biasanya orang-orang yang tidak bersalah ini diikut-ikutkan saja dalam aksi tersebut,. Jika mereka menolak, maka akan berdampak buruk pada mereka yang menolak, misalnya terjadi pengeroyokan atau pengasingan. Jadi sebagian besar yang ikut dalam aksi tersebut adalah orang-orang yang tidak tahu-menahu mengenai alasan mereka terlibat dalam aksi tersebut. Biasanya mereka ikut terlibat karena ada Pelicinnya atau sebut saja sogokan dari pemimpin aksi tawuran tersebut. Sekali lagi Uang ambil bagian dari hal-hal seperti ini. Selain itu, adapula yang terpaksa ikut dalam aksi tawuran tersebut karena alasan takut dikeroyok atau dikucilkan dari pergaulan. Setelah berada di lapangan, mereka tahunya hanya jotos sini jotos sana, lempar sini lempar sana, tendang sini tendang sana. Pokoknya mereka lakukan semeriah mungkin bahkan seheboh mungkin, agar seluruh perhatian tertuju pada aksi tersebut. Kalau kata Slogan Putri Indonesia Semua mata tertuju. Seluruh wartawan baik dari media cetak maupun elektronik berlomba-lomba untuk meliput aksi tersebut. Dan akhirnya, jadilah gempar seluruh tanah air. Kenyanglah sudah kita dengan kejadian-kejadian seperti ini. Tawuran dikalangan mahasiswa ini sebenarnya merupakan aksi yang dilakukan para mahasiswa agar pemerintah atau pihak yang terkait bergeming untuk mengambil langkah cepat dalam mengubah peraturan-peraturan yang telah ada yang tidak disetujui para mahasiswa ataupun dalam menangani masalah tertentu yang berujung pada aksi-aksi tidak jelas seperti ini. Kalau saya bisa menyimpulkan, tawuran ini hanya sebuah gertakan yang ditujukan pada pihakpihak tertentu, yang intinya banyak merugikan orang lain bahkan hingga merenggut nyawa manusia. Masih untung jika tawuran yang dilakukan itu menghasilkan hal-hal yang diharapkan, bagaimana jika tidak sama skali. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Menurut saya pribadi, hanya 0,0000 sekian persen hal positif dari aksi tawuran yang dilakukan mahasiswa seperti itu. Sisanya itu semua adalah hal negatif yang tidak ada bagus-bagusnya sama sekali. Sebagai seorang yang baru dalam dunia kampus, kesan pertama mengenai mahasiswa dan tawuran itu seperti surat dan prangko yang kemana-mana selalu nempel, seperti halnya mahasiswa dan tawuran bagai cap yang sudah melekat bahkan menjadi doktrin tersendiri bagi masyarakat. Sebagai seorang perempuan, saya pribadi memang menganut paham antitawuran, tapi tak jarang pula kaum perempuan ikut andil dalam aksi tawuran mahasiswa. Banyak jalan yang dapat diambil dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dalam dunia kampus. Mahasiswa harus kritis serta bermental baja. Ini berarti bahwa, persoalan yang kita hadapi agar diselesaikan dengan cara terpelajar dan bukan dengan tawuran.

Kalimat Pertama: Matahari terus berjalan mendekati peraduannya. Sinarnya yang kuning keemasan kini mulai bersulam kemerahan. Ombak datang silih berganti seolah menyapa dan menciumi pasir-pasir pantai yang putih nan bersih. Kini sang mentari berubah menjadi sang rembulan seakan menjadi saksi bisu kepergianku meninggalkan kampung halaman menuju ke kota untuk menuntut ilmu. Malam merupakan waktu yang paling tepat untuk berpisah dengan orang-orang yang saya sayangi, karena air mata yang menetes pada saat itu setidaknya tidak begitu nampak, serta ekspresi wajah kehilangan pada malam itu dapat tersamar oleh cahaya bulan. Sehingga hanya Tuhan, saya, serta bulan yang tahu, betapa perih hati ini meninggalkan orangtua serta keluarga yang amat saya sayangi dan cintai sepenuh hati di kampung halaman. Kalimat Terakhir: Adzan dhuhur berkumandang di seluruh pelosok-pelosok negeri. Di suatu kampung kecil terlihat banyak warga yang berbondong-bondong mendatangi masjid. Meskipun hujan turun, hal itu tak menghalangi antusias warga untuk salat berjamaah di sebuah masjid sederhana yang menjadi kebanggaan warga setempat. Tidak hanya para orangtua yang rajin keluar masuk masjid, namun banyak pula kaula muda yang masih ingat akan kewajibannya sebagai seorang muslim. Ada yang pergi dan pulang bersamasama, serta tak jarang pula ada yang pergi dan pulang seorang diri. Hal itu bukanlah menjadi suatu masalah mengingat masalah akhirat merupakan hal yang tidak boleh ditawar-tawar. Seorang gadis berjilbab putih mengangkat sedikit kain roknya dan berjalan hati-hati dengan payung di bawah hujan. Gadis itu baru keluar dari masjid. Kalimat Pertama dan Kalimat Terakhir: Langit dini hari selalu memikatnya. Bahkan sejak ia masih kanak-kanak. Itu merupakan waktu-waktu terfavorit yang banyak menginspirasi hidupnya hingga saat ini, dimana kala waktu itu tiba, suasana hening sangat terasa ditemani alunan ayat-ayat suci Al-Quran yang senantiasa menenangkan hatinya. Sungguh sesuatu yang jarang dijumpai dan mahal harganya. Pada saat seperti itulah, ia mampu merasakan arti kekhusyukan dalam kesendirian yang sebenarnya. Keelokan langit dini hari sangat sulit digambarkan hanya dengan kata-kata, membuat dirinya terpaku dan terdiam membisu menikmati anugrah terindah dari Yang Maha Kuasa. Ia tak bisa melewatkan pesona ayat-ayat kauni yang maha indah itu begitu saja.

You might also like