Professional Documents
Culture Documents
Penentuan variasi genetik Interaksi variasi genetik dan lingkungan Pemanfaatan variasi genetik
Pustaka
I Bab 7 I Bab 8 II Bab 2 III Bab 5
Uji genetik
Variasi
Penanda molekuler
Genetic Marker
E. pellita x urophylla
E. urophylla
Plus trees
Seleksi : a). Seleksi alami menyebabkan meningkatnya jumlah fitnest , yaitu pohon yang memiliki rekombinasi genotik sehingga lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan tertentu. b). Seleksi alam dianggap sebagai kekuatan alami yang mampu menurunkan variabilitas genetik
Generasi 1
Generasi 2
Mutasi : suatu proses baik secara fisik (sinar X/sinar Gamma) maupun kimia (colchicine) yang menyebabkan berubahnya struktur suatu gene
Gene flow (migrasi) a). Terjadi karena aliran gen, alel (migrasi) dari satu populasi ke populasi lain, spesies satu ke spesies lain b). Migrasi dapat disebabkan karena beberapa sebab, tetapi umumnya karena berpindahnya polen atau biji, karenanya terjadi pada level spesies melalui proses introgresi atau hibridisasi c). Karena proses hibridisasi berarti menciptakan genotip baru, sehingga meningkatkan variabilitas, sungguhpun populasi nampak tidak berobah
semakin banyak individu populasi yang terlibat dalam pola perkawinan yang terjadi akan meningkatkan derajat heterozigositas, sebagaimana yang diharapkan dalam prinsip Keseimbangan Hardy-Weinberg
Random Genetic Drift a). Perubahan frekwensi gen suatu populasi karena berobahnya frekwensi gen dari populasi aslinya
b). Hal ini terjadi karena kecilnya jumlah individu per populasi breeding (25 pohon atau kurang), akibat bencana alam atau pengaruh manusia. c). Genetic drift juga dianggap sebagai kekuatan alami yang mampu menurunkan variabilitas genetik
c). Inbreeding atau selfing yang menyebabkan menyempit nya keragaman genetik perlu dihindari karena dapat berdampak jelek terhadap kemampuan beradaptasi dengan lingkungan tertentu.
KONSEP KLEBS
Faktor Genetik
breeding DNA RNA kromosome
Env. Man
Improved Species Environmental Manipulation
Improved species
Accelerated optimal growth
2). Praktek breeding dan seleksi intensif akan mempengaruhi perobahan frekwensi alel atau gen, dan menurunkan basis genetik
Pengujian Multilokasi
Mengantisipasi rencana penanaman menggunakan materi genetik untuk skala luas dengan tapak yang sangat beragam
Pemapanan tanaman kehutanan selalu melibatkan area dalam skala yang luas Jarang terjadi tanaman berada dalam tapak yang homogen Variasi tapak tempat tumbuh sangat lebar, respons fenotipe akan bervariasi Ada kecenderungan interaksi tapak genotipe
Lokasi 1 2 7 4 6 9 5
Lokasi 2 5 9 3 4 10 2
Lokasi 3 8 1 6 2 8 9
8
1 3 10
7
6 8 1
10
4 5 7
b). Perbedaan pertumbuhan tersebut bukan karena faktor genetik melainkan hanya karena lingkungan yang berbeda. Contohnya : pohon pada suatu provenans tertentu tumbuh menyerupai semak pada lahan berpasir yang setiap saat terpengaruh oleh tiupan angin, mungkin pohon akan tumbuh secara normal manakala ditanam di lahan yang tidak berpasir dan letaknya jauh dari pantai. Namun, apakah pohon yang menyemak dilahan yang berpasir tsb, secara genetik berbeda dengan pohon yang tumbuh normal di lahan yang tidak berpasir. Perlu uji genetik yang dibuat di kedua lokasi tersebut.
c). Secara umum, telah terbukti bahwa pengaruh perbedaan lahan untuk species Pinus hanya memberikan kontribusi yang kecil terhadap total variasi dibanding dengan kontribusi yang diperoleh dari variasi genetik. d). Tetapi, perbedaan lahan didalam suatu provenans untuk species lain umumnya memberikan pengaruh yang cukup besar dan karenanya pengaruh lahan perlu diperhatikan ketika eksplorasi dan pengumpulan benih di hutan alam dilakukan.
b). Suatu pohon mempunyai satu tinggi dan satu diameter setinggi dada. Oleh karena itu tidak dimungkinkan adanya variasi tinggi dan diameter setinggi dada pada pohon yang satu. c). Tetapi untuk sifat-sifat lainnya variasi genetik dapat saja terjadi,sebagai contoh : Berat jenis kayu untuk beberapa Pinus yang ada di daerah beriklim sedang (temperate), menunjukkan adanya variasi dalam pohon mengikuti tinggi dan tempat kedudukan dimana sampel diambil. Sifat daun dalam pohon yang sama juga memiliki variasi yang sangat besar. Daun daun yang kedudukannya terbuka dan yang ada dibawah naungan akan memiliki ukuran yang berbeda.
Plus trees
Progeny test
roguing
Seed orhard
Controlled pollination
Plus trees
Cutting multiplication
Results :
Clone deployment
Ngawi, 3,5 years old of teak
Progeny test
Plus trees selection
Quantitative Characters : tree height and stem diameter, height of dead branch, crown wide Qualitative Characters : tree-straightness, cylindrical stem
Improved species
Keep sustainly the bio-deversity
17 m
1.5 m
2.5 m
3m
17 m Distance between planting line
1.5 m
Felling direction
20 m
Felling direction
Felling direction
Remaining native tropical rain forest located between line replanting trees
Newly planted
PERKEMBANGAN LANDSCAPE HUTAN HUJAN TROPIS SETELAH PENANAMAN MERANTI DENGAN TEKNOLOGI SILIN
Tahun (Umur) 0 Umur (Penyipan lahan) 5 Tahun Setelah Penanaman 10 Tahun Setelah Penanaman
NILAI HUTAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. Energi Perubahan Iklim Zat Bio-aktif Sumber Pangan Industry ~ Tenaga Kerja Lingkungan
Pendorea sp.
BIO-METHANOL
BACK
CARBON SEQUESTRATION
C. lanigerum
C. sp.
C. dioscorii
C. dioscorii
Phase I
Research ITTO ITTO PD 41/00 Rev. 3 (F,M) March 2002 to Feb 2005 ITTO PD 106/01 Rev. 1 (F) March 2002 to Feb 2005
Phase II
Pilot Project/ to test ITTO research result (PD 41& 106) For. Comp
Phase III
Commercial plantation forest companies
ITTO objective year 2000 1. In the long term, future supplies of forest products will increasingly come from commercial forest plantations 2. Commercial plantation will help Indonesia to relieve pressure and to save the remaining natural forests 3. Commercial plantation in the tropical countries in view of their superior growth rates, offers the hope of meeting demand for domestic timber consumption and international trade.