Professional Documents
Culture Documents
Bab ini memfokuskan pada penelitian dalam bimbingan dan konseling di lingkungan
pendidikan Singapura. Bab ini mempresentasikan konsep-konsep penting, proses-proses
dan metode-metode penelitian, statistik dasar, sejarah singkat penelitian lokal dalam
bimbingan dan konseling, dan contoh-contoh penelitian lokal tentang berbagai aspek
bimbingan dan konseling. Tujuan utama bab ini adalah untuk memberikan informasi dan
bimbingan mengenai konsep-konsep dasar dan prosedur-prosedur penelitian bagi para
guru-konselor yang tertarik untuk melakukan penelitian berbasis-sekolah dalam bimbingan
dan konseling.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian pada dasarnya merupakan aktivitas pemecahan masalah yang berkaitan dengan
suatu isu atau perhatian, menguji hipotesis atau menjelaskan fenomena.
Penelitian adalah upaya sistematis untuk meberikan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan. Penelitian mungkin memberikan jawaban-jawaban yang umum dan
abstrak, seperti yang sering diberikan oleh penelitian dasar, atau mungkin
memberikan jawaban-jawaban yang spesifik dan sangat konkret, seperti yang sering
diberikan oleh bukti konklusif atau penelitian terapan (Tuckman, 1999; 4).
1
dan mengevaluasi tindakan-tindakan yang sedang dilakukan dalam bimbingan, konseling,
disiplin siswa dan manajemen kasus.
METODE-METODE PENELITIAN
Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif menggunakan pendekatan yang berusaha untuk menjelaskan data baik
dengan metode kuantitatif maupun metode kualitatif. Deskripsi kuantitatif biasanya
didasarkan pada analisis statistik dari data yang dikumpulkan menurut berbagai jenis
variabel. Variabel adalah karakteristik yang bisa mempunyai berbagai nilai, misalnya nilai
nominal, nilai ordinal, nilai interval atau nilai rasio. Deskripsi kualitatif meliputi catatan
wawancara, bagian naratif, catatan kasus, catatan diskusi kelompok, etnografi tentang
perilaku tertentu, nilai, kepercayaan, kejadian, atau fenomena dalam suatu keadaan.
Penelitian Korelasional
2
dua variabel bebas atau lebih untuk memperbaiki hubungan dengan sebuah variabel
terikat.
Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimental memanipulasi satu variabel atau lebih agar dapat mengamati dan
mencatat pengaruh intervensi atau perlakuan. Variabel yang dipilih oleh peneliti untuk
dimanipulasi dalam sebuah eksperimen disebut variabel bebas. Variabel terikat adalah
variabel dalam sebuah eksperimen yang berubah sebagai akibat dari perlakuan. Agar dapat
menunjukkan pengaruh perlakuan, maka hasil pengujian terhadap sebuah kelompok
kontrol digunakan untuk dibandingkan dengan hasil pengujian terhadap kelompok
eksperimental.
Sebagai contoh, seorang guru melibatkan sekelompok siswa dalam sebuah tes
percobaan terhadap sebuah CD-ROM baru untuk olahraga fisik. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah olahraga fisik (perlakuan) dan variabel terikatnya adalah skor
kebugaran fisik siswa. Para siswa yang dipilih secara acak untuk menggunakan CD-ROM
ini membentuk kelompok eksperimental. Para siswa dengan jumlah yang sama, yang juga
dipilih secara acak, ditetapkan sebagai kelompok kontrol yang tidak melakukan olahraga
fisik. Hipotesis guru adalah bahwa skor kebugaran fisik para siswa di dalam kelompok
eksperimental akan meningkat setelah menggunakan CD-ROM, sedangkan skor
kebugaran fisik para siswa dalam kelompok kontrol tidak akan meningkat.
Biasanya, penelitian kuasi-eksperimental hanya digunakan di dalam penelitian
terapan oleh karena keterbatasan-keterbatasan untuk mengontrol variabel-variabel di
dalam situasi kehidupan real, misalnya situasi kelas. Ketika menguji pengaruh dari alat
bantu mengajar atau intervensi/penanganan konseling, ada banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi hasil perlakuan. Beberapa contoh dari faktor-faktor ini adalah kemampuan
siswa, pengajaran guru, dinamika kelas dan lingkungan sekolah, semua faktor tersebut
tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Bila ada perubahan yang diobservasi, kemungkinan
besar peneliti tidak dapat mengklaim bahwa perlakuan itu merupakan satu-satunya
penyebab perubahan, karena beberapa dari faktor-faktor lain ini bisa juga memberikan
kontribusi pada perubahan tersebut.
PROSES PENELITIAN
Proses penelitian biasanya dimulai dengan pemilihan topik penelitian. Kemudian diikuti
dengan menyatakan masalah penelitian, tujuan dan signifikansi penelitian, serta menulis
pertanyaan dan hipotesis penelitian. Setelah tujuan ditetapkan, tahap berikutnya meliputi
mengkaji literatur yang relevan, membuat konsep model atau rancangan penelitian,
menentukan skopa penelitian (populasi dan masalah), memilih metode pengumpulan dan
analisis data, merancang atau memilih instrumen untuk pengumpulan data, bekerja sesuai
jadual penelitian, batas waktu dan anggaran, dan jika perlu membentuk panitia atau tim
penelitian. Tahap ketiga mencakup melaksanakan rencana kegiatan, mengajukan
permohonan pembiayaan jika perlu, mendapatkan ijin untuk pengumpulan data,
mempredeksikan masalah-masalah etis dan melakukan survei, wawancara, diskusi
kelompok fokus, studi kasus, dan seterusnya.
Tahap keempat memeriksa analisis dan interpretasi data, diskusi mengenai limitasi-limitasi
dan masalah-masalah etis, diikuti dengan melaporkan temuan-temuan penelitian dan
membuat rekomendasi. Dalam penelitian akademik atau tesis, tahap akhirnya adalah
menulis tesis atau disertasi untuk diberikan kepada supervisor atau penasehatnya. Peneliti
untuk sebuah proyek kontrak atau proyek yang disponsori menulis laporan dan
3
menyerahkannya kepada klien atau sponsor dari proyek tersebut. Publikasi temuan-
temuan penelitian atau laporan penelitian bergantung pada faktor-faktor seperti kualitas
kerja penelitian, kerahasiaan data dan temuan-temuan, ijin untuk mengungkapkan latar
belakang dari penelitian, nilai pasar dari topik penelitian, dan masalah-masalah
lainnya yang terkait.
Masalah Penelitian
Masalah penelitian yang ditetapkan dan dipilih dengan tepat adalah awal yang baik dalam
proses penelitian. Sepuluh karakteristik dari masalah penelitian tesis yang baik yang
direkomendasikan oleh Anderson dan Arsenault (1998) adalah sebagai berikut.
• Masalah tersebut dinyatakan secara ringkas dan jelas.
• Masalah tersebut menghasilkan pertanyaan-pertanyaan penelitian.
• Masalah tersebut didasarkan pada teori.
• Masalah tersebut berhubungan dengan satu bidang studi akademik atau lebih.
• Masalah tersebut mempunyai dasar dalam literatur penelitian.
• Masalah tersebut sangat signifikan atau penting.
• Penelitian yang diusulkan ”dapat dilakukan” dalam batas waktu dan anggaran yang
ditentukan.
• Tersedia atau dapat diperoleh data yang cukup.
• Kekuatan metodologis peneliti dapat diterapkan untuk masalah tersebut.
• Masalah tersebut adalah baru; belum dijawab secara memadai.
Di dalam penelitian, mungkin tidak realistis untuk mengharapkan orang baru yang
tidak mempunyai pengalaman penelitian sebelumnya untuk mengajukan masalah
penelitian yang mengandung kesepuluh karakteristik tersebut. Meskipun demikian,
masalah penelitian seharusnya ditulis dengan jelas dan mempunyai dasar teoretis atau
literatur. Dalam mengidentifikasi masalah penelitian, peneliti seharusnya juga mengingat
masalah-masalah etis, akses terhadap data, batas waktu dan anggaran.
Masalahan penelitian dalam bimbingan dan konseling biasanya merupakan masalah
tentang kebutuhan atau problem siswa dalam berbagai aspek pertumbuhan dan
pengembangan siswa. Beberapa contohnya adalah prestasi akademik, kebutuhan
emosional dan sosial, motivasi, kesejahteraan psikososial, kesulitan belajar, suasana kelas,
penyesuaian terhadap sekolah, masalahan perilaku dan disiplin, tekanan orangtua dan gaya
pengasuhan orangtua, perencanaan pendidikan dan perkembangan karier. Beberapa
penelitian action research yang umum yang dilakukan oleh para guru di sekolah-sekolah
Singapura adalah survei tentang kebutuhan siswa (penilaian kebutuhan), penelitian tentang
ketrampilan belajar dan manajemen stres, penanganan masalah disiplin, evaluasi terhadap
efektivitas program, penelitian percobaan tentang penilaian sekolah dan kurikulum baru.
4
Tidak ada perbedaan signifikan dalam konsep diri antara anak laki-laki dan anak
perempuan (hipotesis nol).
Ada perbedaan signifikan dalam konsep diri antara anak laki-laki dan anak perempuan
(hipotesis alternatif).
Konsep diri anak laki-laki secara signifikan lebih tinggi daripada konsep diri anak
perempuan (hipotesis terarah).
Adanya pertanyaan lain seperti, “Apakah ada hubungan signifikan antara prestasi
akademik dan penyesuaian terhadap sekolah?”, kita dapat merumuskan dua hipotesis ini.
Tidak ada hubungan signifikan antara prestasi akademik dan penyesuaian terhadap
sekolah (hipotesis nol).
Ada hubungan signifikan antara prestasi akademik dan penyesuaian terhadap sekolah
(hipotesis alternatif).
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Ada bermacam-macam informasi yang harus ditangkap dan digunakan oleh para peneliti
pada berbagai tingkat. Langkah pertama yang biasanya kita pikirkan di dalam mencari
informasi dan kajian literatur/kepustakaan adalah perpustakaan, terutama bagian referensi.
NIE LIBRIS (Perpustakaan) mempunyai koleksi yang banyak dari buku, majalah dan
disertasi mencakup berbagai disiplin. Di dalam perpustakaan ini ada juga sumber-sumber
media dan lingkungan belajar yang dilengkapi dengan IT. Cara yang lebih menyenangkan
dan efisien untuk memperoleh informasi yang relevan adalah dengan menjelajahi Internet
untuk database online misalnya United States ERIC (Education Resources and
Information Center) yang merupakan pusat informasi yang terkenal bagi para peneliti
pendidikan. ERIC/CG (Counselling and Student Services Clearinghouse) menyediakan
referensi dan sumber-sumber yang baik untuk konselor dan personel layanan siswa.
Alamat website-nya adalah: http://ericcass.uncg.edu/. Bahan referensi lainnya meliputi
arsip, dokumen-dokumen kebijakan, ceramah pelayanan dan laporan konferensi.
Sementara kita memerlukan beberapa kata kunci untuk memulai pencarian informasi, kita
tidak boleh melupakan kata sandi “fokus”. Kita perlu untuk berkonsentrasi pada topik
penelitian dan tujuan pencarian. Jika tidak, kita bisa dengan mudah tersesat dalam jaringan
informasi yang kompleks dan tidak teratur.
Kajian literatur merupakan bagian integral dari penelitian, terutama dalam
penelitian akademik dan tesis. Kajian literatur merefleksikan kualitas penelitian dan
kompetensi peneliti. Kajian literatur seharusnya mencakup literatur penelitian lokal dan
literatur dari luar negri yang relevan dengan topik dan dasar pengetahuan untuk teori yang
digunakan dalam penelitian tersebut. Untuk informasi lokal tentang penelitian pendidikan,
kita dapat menemukan referensi-referensi yang bermanfaat dalam majalah-majalah yang
diterbitkan oleh majalah National Institute Education (NIE) seperti Asia Pasific Journal of
Education, REACT dan Teaching and Learning. Beberapa penerbitan lokal yang baru dan
relevan adalah Growing up in Singapore: Research Perspectives on Adolescent (edisi A.
Chang, S. Gopinathan & W K. Ho), Psychology in Singapore: Issues of an Emerging
Discipline (edisi. A. G. Tan & M. Goh) dan Studies in Educational Learning
Environments (edisi. S. C. Goh & M. S. Khine).
Setelah memperoleh informasi yang relevan, langkah berikutnya adalah
mencatatnya dengan cara yang terorganisir dan sistematis. Untuk mengkaji literatur, dapat
disarankan untuk menggunakan pertanyaan penelitian sebagai panduannya. Satu ciri
5
umum dalam kajian literatur adalah melaporkan studi-studi penelitian yang telah dilakukan
pada topik penelitian yang dikaji dan meringkas temuan-temuannya. Satu cara untuk
Tabel 10.1
Rangkuman Temuan-temuan dalam Korelasi antara Kematangan Karier dan SES
Pengumpulan data
6
Metode survei adalah metode yang paling umum digunakan dalam penelitian
kuantitatif sedangkan observasi naturalistik, studi kasus, wawancara dan diskusi kelompok
fokus sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Namun, wawancara dan diskusi
kelompok fokus dapat juga digunakan dalam penelitian kuantitatif ketika ukuran sampel
cukup besar untuk analisis statistik.
Survei
Survei yang menggunakan kuesioner, dafrar cek atau tes yang dicetak atau dengan sarana
elektronik (e-survei melalui ‘e-mail’ atau Internet) adalah metode yang paling efisien
untuk pengumpulan data dari sampel responden yang besar (100 atau lebih). Aturan umum
untuk sebuah sampel yang reliabel adalah 10 persen dari populasi untuk sebuah survei
tertentu.
Metode survei memerlukan perlengkapan analisis kuantitatif yang menggunakan
perangkat lunak komputer seperti SPSS. Interpretasi statistik juga perlu ditangani dengan
cermat. Ukuran dan representasi sampel yang dipilih harus mempunyai dampak langsung
pada validitas dan reliabilitas temuan-temuan. Untuk sampel kecil (misalnya di bawah 20),
analisis statistik mungkin tidak bermakna. Peneliti lebih mampu untuk membuat
kesimpulan dan menarik generalisasi dari temuan-temuannya jika sampelnya lebih
representatif (misalnya sampling yang distratifikasi). Pemilihan instrumen yang reliabel
dan valid juga sangat penting dalam metode pengumpulan data ini.
Wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam situasi bersemuka atau telepon dapat menjadi sumber
untuk informasi yang lebih personal dan mendalam. Metode ini memerlukan pelatihan
bagi pewawancara dan perencanaan yang cermat tentang pertanyaan dan jadual
wawancara. Metode ini lebih mahal daripada metode survei dalam hal waktu, sumber daya
manusia dan sumber daya finansial. Kadang-kadang, mendapatkan akses ke orang yang
diwawancarai dapat menjadi hambatan dalam proses penelitian. Orang membutuhkan
jejaring yang baik untuk mendapatkan kontak yang berguna dan keterampilan komunikasi
yang efektif dalam melakukan wawancara. Mencatat dan membuat kode juga merupakan
keterampilan penting dalam metode pengumpulan data ini.
Observasi Langsung
7
Observasi langsung atau naturalistik terhadap perilaku adalah pendekatan yang paling
penting dan menarik untuk mengumpulkan data. Pendekatan itu sering digunakan dalam
penelitian perkembangan anak, perbandingan lintas budaya, etnografi dan penelitian
sosial lainnya. Sebagai contoh, observasi naturalistik digunakan dalam penelitian Piaget
mengenai masa pertumbuhan bayi, yang dilengkapi dengan eksperimentasi skala kecil.
Proses tersebut biasanya sangat menyita banyak waktu dan tenaga. Akurasi pencatatan dan
reliabilitas pengamat menjadi masalah utama dalam pendekatan ini. Peneliti perlu untuk
memutuskan apa yang diobservasi, bagaimana mengobservasinya dan menilai validitas
data yang dikumpulkan. Lembar pencatatan (pengkodean) yang didesain dengan baik yang
didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan penelitian yang ditetapkan dengan jelas dan para
pengamat yang dilatih dengan benar adalah kunci-kunci bagi pengukuran kualitas dalam
penelitian-penelitian dengan pendekatan yang demikian.
Studi Kasus
Studi kasus adalah metode penelitian kualitatif yang memfokuskan pada fenomena
spesifik di dalam suatu batasan, misalnya perilaku siswa yang mengganggu dalam kelas
tertentu. Studi kasus berorientasi proses dan berbasis pada konteks. Sebagai contoh, dalam
sebuah situasi konseling, studi kasus biasanya digunakan untuk menyelidiki masalah,
faktor-faktor kebetulan, proses intervensi dan hasil-hasil dari ”sebuah kasus.” Sebuah
kasus bisa jadi adalah seseorang yang sedang membutuhan bantuan, misalnya seorang
klien dalam proses membantu. Dalam konteks yang lebih luas, sebuah kasus dapat juga
merupakan sekelompok orang yang terlibat dalam sebuah ”masalah” misalnya sebuah
keluarga, sebuah klik dalam suatu kelas, sebuah gang remaja atau bahkan sebuah sekolah
yang dihadapkan dengan kesulitan atau tantangan spesifik. Karena metode studi kasus
memungkinkan investigator untuk menyelidiki ranah afektif seperti emosi atau perasaan,
maka metode ini juga merupakan alat yang efektif dalam training yang profesional bagi
konselor, pekerja sosial, dan terapis.
Melakukan sebuah studi kasus membutuhkan ketrampilan khusus. Peneliti
diharapkan untuk menggunakan berbagai sumber bukti dan berbagai alat untuk
mengumpulkan informasi. Triangulasi dapat digunakan untuk menginterpretasikan
temuan-temuan dan untuk mengambil sudut pandang yang berbeda di dalam analisis data
untuk mereduksi bias. Walaupun ada keterbatasan-keterbatasan terhadap generalisasi
temuan-temuan, peneliti yang terlatih seharusnya mampu untuk memperoleh reliabilitas
dan validitas penelitian-penelitian dengan metode ini.
Statistik Dasar
Level Pengukuran
8
Dalam penelitian apapun, di dalamnya dikumpulkan data dengan berbagai level atau tipe
pengukuran, dan digunakan berbagai prosedur statistik. Pengukuran dapat dilakukan
dengan skala menurut kategori-kategori, atau skala menurut ukuran atau besarnya. Empat
level atau tipe pengukuran telah didefinisikan oleh Stevens (1968) dan digunakan secara
luas di dalam statistik.
Skala Nominal
Pada level pengukuran nominal, sebuah skala terdiri dari sekelompok kategori dengan
berbagai nama. Skala nominal mengklasifikasikan kasus-kasus ke dalam berbagai kategori
dengan berbagai nama tetapi tidak membuat perbedaan kuantitatif apapun antara dua kasus
ini.
Skala nominal dapat digunakan untuk mengukur variabel-variabel gender dengan
menklasifikasikan orang sebagai pria atau wanita. Di dalam eksperimen, skala nominal
dapat digunakan untuk mengklasifikasikan subjek-subjek sebagai kelompok eksperimental
atau kelompok kontrol. Skala nominal hanya dapat mengidentifikasi apakah dua subjek
berada dalam kategori sama tetapi tidak dapat menyatakan kategori mana yang lebih tinggi
dari yang lainnya. Dengan demikian, skala nominal hanya memberikan perbedaan
kualitatif tetapi bukan informasi kuantitatif antara dua subjek.
Skala Ordinal
Pada level pengukuran ordinal, sebuah skala terdiri dari sekelompok kategori yang disusun
dengan urutan yang mempunyai makna. Jadi, skala ordinal itu memisahkan kasus-kasus
tidak hanya menurut namanya tetapi juga menurut besarnya.
Dengan menggunakan skala ordinal, sekelompok siswa dapat disusun mulai dari
paling tinggi ke yang paling pendek tanpa mengukur tingginya. Sebagai contoh, John bisa
jadi yang paling tinggi, Joe tertinggi kedua, dan David tertinggi ketiga dalam sekelompok
siswa tetapi kita tidak tahu berapa sentimeter perbedaan tinggi John dan Joe atau Joe dan
David. Perhatikan juga bahwa perbedaan antara John dan Joe dan perbedaan antara Joe
dan John mungkin tidak sama. Contoh ini menunjukkan bahwa sebuah skala ordinal hanya
dapat memberikan suatu informasi yang berhubungan dengan ukuran subyek tetapi tidak
memberikan informasi tentang berapa banyak perbedaan yang ada antara kedua kategori.
Skala Interval
Pada level pengukuran interval, sebuah skala terdiri dari sekelompok nilai yang berbeda.
Perbedaan antara nilai-nilai ini direfleksikan secara sama dalam perbedaan-perbedaan
antara ukurannya. Singkatnya, skala interval dapat menyusun kasus-kasus dan
memberikan perbedaan yang tepat di antara keduanya. Dibandingkan dengan skala
nominal dan ordinal, skala interval memberikan data yang lebih kuantitatif untuk
melakukan analisis statistik. Sebagai contoh, nilai-nilai dari tes matematik diukur dengan
skala interval. Perbedaan antara nilai 70 dan nilai 73 merepresentasikan perbedaan
kuantitatif yang sama dengan nilai 65 dan nilai 68 dengan selisih 3 angka dalam kedua
kelompok angka itu. Tetapi, skala interval tidak mempunyai nol absolut, skala interval
hanya dapat membandingkan dua kasus karena perbedaannya tetapi tidak di dalam hal
rasio. Sebagai contoh, dalam mengukur temperatur yang menggunakan skala Centigrade
(100 derajat), kita dapat menyatakan bahwa perbedaan antara 30°C dan 15°C adalah 15°
tetapi kita tidak dapat mengatakan bahwa rasio 30°C terhadap 15°C adalah 2. Hal ini
karena jika kita mengukur dua temperatur yang sama tersebut dalam skala Fahrenheit,
9
kedua temperatur itu secara berturut-turut sama dengan 82°F dan 59°F dan rasio dari 82°F
terhadap 59°F bukan 2 lagi.
Skala Rasio
Pada level pengukuran rasio, sebuah skala terdiri dari sekelompok kategori yang berbeda,
dengan interval-interval yang bermakna dan nol yang absolut. Jadi, skala rasio
memungkinkan kita untuk mengidentifikasi perbedaan antara dua kasus dan
menginterpretasikan perbedaan itu dari segi rasio. Sebagai contoh, sebuah skala rasio
dapat digunakan untuk mengukur usia dalam tahun. Dari skala itu, kita dapat mengatakan
bahwa subjek A adalah 20 tahun lebih tua dari subjek B, atau bahwa A adalah dua kali
tuanya dengan B.
Dalam pengukuran, pemilihan skala ditentukan oleh karakteristik dari variabel-
variabel dan oleh tujuan penelitian. Adalah penting untuk diingat bahwa berbagai tipe
skala mempunyai berbagai limitasi pada berbagai proses matematik dan mempengaruhi
interpretasi yang mungkin terhadap hasil-hasil statistik.
Statistik Deskriptif
Tendensi Sentral
Tendensi sentral adalah prosedur statistik untuk menentukan satu skor tunggal untuk
merepresentasikan semua skor yang diukur pada satu variabel. Dalam laporan penelitian,
tendensi sentral memberikan ide umum tentang sekumpulan data secara keseluruhan.
Mean
Tendensi sentral yang paling umum digunakan adalah mean atau rata-rata skor
aritmatik. Dari sebuah sampel, mean-nya ( X ) sama dengan jumlah ( ∑ ) dari semua
skor (X) dibagi dengan jumlah total skor (n). Rumus mean untuk sebuah sampel
adalah:
X= ∑X
n
Contoh
Sebuah kelompok berisi 10 siswa menjalani tes matematik dan nilainya ditunjukkan
sebagai berikut: 76, 69, 71, 74, 73, 72, 76, 76, 69, 74.
(76 + 69 + 71 + 74 + 73 + 72 + 76 + 76 + 69 + 74)
X =
10
730
= = 73
10
10
Mean dari kumpulan data ini adalah 73
Median
Ketika nilai ekstrem ada dalam sekumpulan data, median adalah pengukuran tendensi
central yang lebih baik. Jika sekumpulan skor disusun dari nilai yang paling rendah
sampai yang tertinggi, skor mediannya adalah angka dimana 50 persen skor ada di
bawahnya dan 50 persen skor ada di atasnya. Untuk menghitung median dari
sekumpulan skor, kita menyusun skor tersebut menurut nilainya.
Contoh
Sebuah kelompok berisi 10 siswa menjalani tes Bahasa Inggris dan memperoleh nilai-
nilai ini: 69, 69, 71, 72, 73, 74, 74, 76, 76, 76. Median skor tesnya terletak antara nilai
kelima dan keenam, di tengah-tengah antara 73 dan 74, yaitu (73 + 74) / 2 = 73.5
Modus
Modus adalah pengukuran tendensi sentral yang lainnya. Modus adalah skor atau
kategori yang mempunyai frekuensi tertinggi. Menggunakan contoh yang sama dari tes
Inggris di atas, skor yang diperoleh oleh para siswa adalah: 69, 69, 71, 72, 73, 74, 74,
76, 76, 76.
Skor yang paling sering terjadi adalah 76 (tiga kali), jadi modus untuk kumpulan data
ini adalah 76.
Dalam melaporkan tendensi sentral, modus itu bukan pengukuran yang sering
digunakan. Tetapi, ketika data diukur dengan skala nominal, modus adalah satu-satunya
pengukuran tendensi sentral yang mungkin.
Variabilitas
Deviasi Standar
Di dalam laporan penelitian, deviasi standar adalah pengukuran variabilitas yang paling
sering digunakan. Deviasi standar adalah jarak rata-rata setiap skor dari mean.
Untuk sebuah sampel yang berisi nilai-nilai, rumus menghitung deviasi standarnya
adalah
s=
SS x
= ∑(X − X ) 2
(n − 1) (n − 1)
Dalam rumus tersebut, SSx adalah jumlah deviasi kuadrat, yang sama dengan jumlah
selisih antara masing-masing nilai X yang diobservasi dan mean dari X variabel.
Untuk tes matematik di atas, deviasi standar dari kumpulan nilai-nilai tersebut adalah:
11
Statistik Inferensial
Di dalam studi penelitian apapun, tidaklah mungkin untuk mengukur seluruh kasus dalam
sebuah populasi. Kebanyakan, hanya kasus-kasus dari sampel yang dipilih yang diukur.
Namun, pertanyaan-pertanyaan penelitian dirumuskan berhubungan dengan seluruh
populasi. Sebagai contoh, sebuah pendekatan konseling spesifik digunakan untuk
membantu sebuah sampel remaja di dalam manajemen kemarahan. Dalam mengukur
efektivitas pendekatan ini, peneliti tidak hanya tertarik untuk menemukan apakah
pendekatan itu efektif untuk para remaja dalam sampel tersebut. Tujuan penelitian adalah
juga untuk menemukan apakah pendekatan konseling dapat digunakan untuk membantu
semua remaja untuk menangani kemarahan secara efektif. Karena itu, kita memerlukan
prosedur statistik untuk mempelajari data yang dikumpulkan dari sebuah sampel dan
kemudian membuat statemen-statemen umum tentang populasinya. Statistik inferensial
adalah prosedur statistik yang digunakan untuk membuat generalisasi tentang populasi
yang didasarkan pada hasil-hasil yang diperoleh dari sebuah sampel yang dipilih.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah prosedur yang paling sering digunakan dalam statistik
inferensial. Hipotesis adalah pernyataan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih
dari sebuah populasi. Semua pengujian statistik mengacu pada pengujian hipotesis nol.
Jika kita ingin mengetahui apakah sebuah intervensi spesifik itu efektif, maka kita menguji
hipotesis nol bahwa tidak ada perbedaan antara orang yang telah menerima intervensi dan
yang tidak menerima intervensi. Sebagai contoh, jika kita ingin menyelidiki apakah ada
perbedaan dalam keyakinan harga diri antara siswa pria dan siswa wanita, maka hipotesis
nol kita akan menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara siswa pria dan siswa wanita
dalam keyakinan harga dirinya. Dari pengujian hipotesis dengan prosedur statistik yang
tepat, jika kita bisa menolak hipotesis nol, maka pada kasus yang pertama kita mengatakan
bahwa intervensi spesifik itu efektif untuk membantu klien, dan pada kasus yang kedua
kita mengatakan bahwa ada perbedaan signifikan dalam keyakinan harga diri pada siswa
pria dan siswa wanita.
Dalam statistik inferensial, kita membuat kesimpulan mengenai hubungan antara
variabel-variabel dari sebuah populasi yang tidak diukur tetapi kita membuat kesimpulan
tersebut didasarkan pada data yang diperoleh dari sebuah sampel. Adalah mungkin bagi
kita dengan benar menolak hipotesis nol dan melaporkan sebuah hubungan yang
signifikan tetapi mungkin juga bagi kita secara tidak benar menolak hipotesis nol. Tingkat
signifikansinya adalah pernyataan probabilitas yang digunakan dalam statistik inferensial
untuk menentukan peluang/kemungkinan bahwa kita secara tidak benar menolak hipotesis
nol yang benar. Tingkat signifikansi yang secara umum digunakan dan yang diterima
secara luas adalah 0.05 atau 0.01. Dalam statistik inferensial, ketika kita menolak hipotesis
nol, nilai-nilai ini menunjukkan bahwa kita mempunyai peluang kurang dari 5% (tingkat
0.05) atau 1% (tingkat 0.01) untuk secara tidak benar menolak hipotesis nol yang benar.
Dalam statistik inferensial, berbagai tipe prosedur digunakan untuk memenuhi
persyaratan berbagai tipe pengujian hipotesis dan untuk menjawab berbagai tipe
pertanyaan penelitian. Namun, semua prosedur pengujian hipotesis ini mencakup:
menghitung sebuah nilai spesifik, misalnya t, r atau F, dan kemudian membandingkan
nilai tersebut dengan sebuah nilai kritis yang diperoleh dari tabel statistik yang sesuai. Jika
nilai yang dihitung itu lebih besar dari nilai kritis, maka hipotesis nol akan ditolak.
12
Uji t Sampel Independen
Uji t sampel independen adalah prosedur statistik yang digunakan untuk menganalisis data
yang diperoleh dari dua kelompok subjek berbeda dan untuk menentukan apakah ada
perbedaan mean populasi. Uji t sampel independen digunakan untuk desain kelompok
perbandingan dengan satu variabel independen yang mempunyai dua tingkat/level.
Dalam sebuah penelitian, dua kelompok ini dapat menjadi satu kelompok
eksperimental dan satu kelompok kontrol yang dirancang untuk menentukan apakah,
misalnya, sebuah teknik konseling itu efektif. Dalam contoh lain, sebuah penelitian bisa
berupa membandingkan keyakinan harga diri pada siswa pria dan siswa wanita. Rumus
untuk uji t sampel independen adalah:
X1 − X 2
t=
s12 s22
+
n1 n2
dimana:
X 1 dan X 2 adalah rata-rata X yang diperoleh dari dua kelompok secara berturut-
turut;
s1 dan s2 adalah deviasi standar X dari dua kelompok secara berturut-turut; dan
n1 dan n2 adalah jumlah total kasus dalam dua kelompok secara berturut-turut.
Mari kita mengasumsikan bahwa perhitungan yang didasarkan pada rumus di atas
menghasilkan nilai t sebesar 2,69 dan tingkat signifikansinya ditetapkan pada 0,05. Tahap
berikutnya adalah menetapkan apakah kita dapat menyimpulkan ada perbedaan mean
populasi dengan peluang membuat kesalahan kurang dari 5%. Untuk melakukan hal itu,
kita perlu menghitung jumlah derajat kebebasan yang tepat sebelum mencari informasi
dari tabel untuk nilai kritis dari t. Sebuah uji t sampel independen mempunyai jumlah
derajat kebebasan (df) n1 + n2 - 2. Sebagai contoh, jika 16 subjek dipilih dari kedua
kelompok, maka df dari contoh ini adalah (16 + 16 - 2) = 30. Nilai kritis dari t tercantum
di hampir semua buku statistik apa saja. Pemeriksaan tabel t menyatakan bahwa nilai t
kritis dengan derajat kebebasan 30 adalah 2,042. Karena nilai t yang dihitung adalah 2.69,
yang lebih besar dari nilai kritis 2,042, maka kita dapat menolak hipotesis nol dan
melaporkan bahwa perbedaan tersebut adalah signifikan pada tingkat 0.05.
Uji t Berpasangan
Uji t berpasangan digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh di dalam desain
within-group dengan variabel independen yang mempunyai dua level/tingkat. Uji t
berpasangan sering digunakan untuk membandingkan perbedaan antara skor pra-tes dan
pasca-tes. Sebagai contoh, uji t berpasangan dapat digunakan untuk membandingkan
tingkat kecemasan dalam sekelompok siswa sebelum dan setelah mengikuti lokakarya
manajemen stres. Dalam tipe studi ini, setiap subjek diukur dua kali pada variabel yang
sama.
Di dalam sebuah uji berpasangan, nilai t dihitung berdasarkan pada perbedaan skor
(D) antara skor pasca-tes (X2) dan skor pra-tes (X1) dari setiap subjek.
D = X2-X1
13
Rumus uji t berpasangan adalah
D
t=
sD2 ,
n
dimana:
D adalah mean dari perbedaan skor antara X1 dan X2;
sD adalah deviasi standar dari skor D; dan
n adalah ukuran sampel (yang juga merupakan jumlah pasangan skor pasca-tes dan
pra-tes).
Derajat kebebasan (df) dalam uji t berpasangan = (n – 1). Dari jumlah derajat
kebebasan (df), kita dapat memeriksa tabel t, mencari nilai t kritis yang sesuai dan
kemudian membuat keputusan di dalam pengujian hipotesis.
Korelasi
Korelasi adalah prosedur statistik untuk menentukan apakah dua variabel saling
berhubungan. Misalnya, kita dapat menentukan apakah ada hubungan antara nilai yang
diperoleh siswa dalam tes matematik dan nilai yang diperoleh dalam tes sains. Kita dapat
juga menentukan apakah ada hubungan antara keyakinan kemampuan diri siswa dan
prestasi akademiknya. Hubungan antara dua variabel bisa positif atau negatif. Sebuah
korelasi positif berarti bahwa ketika nilai satu variabel meningkat, nilai variabel yang
lainnya juga meningkat, seperti dalam kasus hubungan antara prestasi akademik dengan
keyakinan kemampuan diri. Korelasi adalah negatif jika nilai satu variabel meningkat
sedangkan nilai variabel yang lainnya menurun secara ekuivalen, seperti hubungan antara
umur siswa dengan waktu yang mereka habiskan di rumah.
Korelasi yang paling sering digunakan adalah korelasi Pearson, yang digunakan
untuk menghitung korelasi antara dua variabel yang diukur dengan skala interval atau
skala rasio. Rumus untuk korelasi Pearson adalah:
r= ∑ ( X − X )(Y − Y )
SS x SSY
dimana:
r adalah koefisien korelasi antara variabel X dan Y (yaitu antara -1 dan +1);
X adalah nilai individual dari variabel X dan X adalah mean dari X;
Y adalah nilai individual dari variabel Y dan Y adalah mean dari Y;
SSx adalah jumlah deviasi kuadrat dari X; dan
SSy, adalah jumlah deviasi kuadrat dari Y.
Dari sebuah sampel tertentu, kita dapat menghitung nilai r untuk memeriksa apakah
ada hubungan antara dua variabel dan apakah r tidak sama dengan 0 (ketika tidak ada
hubungan). Kita juga perlu mengetahui secara pasti apakah korelasi tersebut positif atau
negatif. Setelah itu, kita dapat menggeneralisasikan hasilnya untuk menentukan apakah
ada hubungan antara kedua variabel ini dalam populasi tersebut. Untuk melakukan hal ini,
kita perlu menghitung derajat kebebasan (df = n - 2) dan kemudian memeriksa nilai kritis
untuk korelasi Pearson dari tabel koefisien korelasi dalam buku statistik apa saja.
Sebagai contoh, untuk sebuah sampel berisi 32 siswa, kita diharapkan mendapatkan
nilai r sebesar 0,32 antara nilai tes sains dan bahasa Inggris mereka dengan menggunakan
rumus di atas. Dari tabel yang sesuai, kita menemukan bahwa dengan df sebesar 30 (32 -
2), nilai r kritis adalah 0,349 pada level/tingkat signifikansi 0,05. Karena 0,32 lebih kecil
14
dari 0,349, maka kita tidak menolak hipotesis nol dan harus menyimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara nilai yang diperoleh dalam tes sains dan tes Inggris dalam populasi
tersebut.
Etika Penelitian
Para peneliti perlu mempertimbangkan berbagai masalah etis pada berbagai tahap proses
penelitian. Pada tahap awal, masalah etis yang perlu dipertimbangkan adalah hak-hak para
partisipan atau responden. Prinsip mendapatkan persetujuan dari para partisipasn
merupakan salah satu dari masalah-masalah etis yang paling penting yang perlu
dipertimbangkan di dalam penelitian yang melibatkan partisipan manusia. Peneliti harus
menjelaskan kepada para partisipan mengenai tujuan penelitian dan memperoleh
persetujuannya untuk berpartisipasi di dalamnya. Partisipan juga mempunyai hak atas
privasi, kerahasiaan dan anonimitas. Hak-hak yang sedemikian harus dihormati baik di
dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Dalam mencatat data dan melaporkan
temuan-temuannya, peneliti harus berhati-hati untuk tidak mengungkapkan identitas
subyek. Dalam penelitian eksperimental, peneliti harus sensitif terhadap kebutuhan,
perasaan dan keselamatan partisipan. Peneliti mempunyai kewajiban moral untuk
memaksimalkan manfaat yang mungkin dan meminimalkan kerugian yang mungkin.
Kerugian, dalam konteks ini, meliputi ketidaknyamanan fisik, keadaan memalukan,
kerugian ekonomi dan sosial, kecemasan dan tekanan emosional atau psikologis.
Untuk mengumpulkan data dari sekolah-sekolah di Singapura, peneliti perlu
memperoleh ijin dari Data Management Department of the Ministry of Education dan
persetujuan dari kepala sekolah masing-masing. Dalam beberapa hal, persetujuan orangtua
juga diperlukan. Jika penelitian perlu menggunakan instrumen atau paket intervensi yang
didesain oleh sesama peneliti atau materi-materi sumber yang hak ciptanya dimiliki
penerbit, peneliti perlu memperoleh kejelasan dari berbagai sumber sebelum memulai
pengumpulan data.
Masalah etis yang lainnya meliputi reliabilitas instrumen dan penilai atau pengamat
yang terlibat dalam penelitian, dan reliabilitas dalam generalisasi temuan-temuan. Para
peneliti harus sensitif terhadap dampak dari laporan penelitian dan menghindari bias
dalam gender, usia dan kelompok etnis dalam desain penelitian. Memberi rujukan dan
mengakui sumber informasi dan kepemilikan instrumen penelitian adalah perbuatan etis
yang baik yang harus selalu diperhatikan dalam semua jenis penelitian.
Upaya Awal
15
modifikasi perilaku dengan anak-anak pra-remaja dan konseling kelompok dengan remaja
yang mempunyai permasalahan emosional dan sosial.
Diperlengkapi dengan pengalaman-pengalaman praktis yang dikumpulkan di kedua
klinik tersebut, para staf juga mulai untuk menyusun modul pelatihan/pendidikan paruh-
waktu dan purna waktu untuk memperlengkapi para guru dengan keterampilan konseling
dasar. Pada akhir 1980-an, modul pendidikan purna waktu yang khusus ini telah
berkembang menjadi program pelatihan/pendidikan purna waktu 8 modul yang disusun
dengan baik untuk melatih guru-konselor di sekolah-sekolah (Tan, 1990). Pengalaman
empiris dari kedua klinik ini, yang dicatat dalam sebuah penelitian mengenai 40 kasus
yang dipilih, didokumentasikan dalam sebuah risalah penelitian berjudul Interdisciplinary
Approach in Helping School Pupils with Learning Problems (Quah, 1982).
Menekankan nilai penelitian edukasional untuk menjembatani kesenjangan antara
teori dan praktik, Institute of Education (IE) mengadakan konferensi pertama tentang
penelitian pendidikan dengan tema “Research and Teacher Education” pada tahun 1983 di
bawah kepemimpinan direktur Dr. Sim Wong Kooi yang merupakan seorang peneliti yang
kritis. Konferensi yang pertama ini diikuti dengan implementasi dari penelitian utama
dalam program pendidikan guru (RITE) yang dimaksudkan untuk membangun basis
pengetahuan untuk pelatihan/pedidikan para guru (Ho, 1990).
Pada tahun 1989, staf dari Guidance and Testing Department di IE melakukan
penelitian kuasi-eksperimental tentang konsep kariernya para siswa Secondary One serta
Secondary Two di sebuah sekolah pemerintah. Proyek tersebut menggunakan pendekatan
non-tradisional untuk membandingkan konseling individual dan bimbingan kelompok
dalam bimbingan karier. Pengalaman dan temuan-temuan penelitian dilaporkan di dalam
risalah penelitian IE lainnya yang berjudul The Effectiveness of Career Guidance
Approaches (Lui, 1989). Ini adalah beberapa contoh dari upaya-upaya awal untuk
penelitian di dalam bimbingan dan konseling.
Pada akhir 1980-an, Dr. Sim Wong Kooi dan Dr. Tan Esther memimpin sebuah tim
penelitian di Institute of Education (IE) untuk mengembangkan sebuah perangkat lunak
bimbingan karier interaktif yang dibantu komputer yang disebut JOBS (Job Orientation
Backup System) untuk digunakan di sekolah-sekolah menengah di Singapura (Tan, 1994).
Proyek R&D ini begitu sukses sehingga proyek itu telah berjalan lebih dari satu dekade
dan perangkat lunak tersebut sekarang ini sedang di-upgrade menjadi program bimbingan
karier berbasis web.
Di pertengahan 1990-an, Dr. Esther Tan memimpin sebuah tim penelitian di
National Institute of Education untuk melakukan penelitian longitudinal lima-tahun
tentang perkembangan psikososial dan kognitif serta penyesuaian terhadap sekolah dari
1.000 remaja dari empat sekolah menengah. Penelitian ini menyelidiki pengembangan
kognitif remaja dalam hal kemampuan bahasa, konsep matematik dan penalaran abstrak.
Untuk menyelidiki ranah afektifnya, tim peneliti terus mengikuti para siswa dalam
perkembangan sosialnya ini di rumah, penyesuaian sekolah dan pengembangan karier dari
tahun ke tahun. Temuan-temuan penelitian dari penelitian logitudinal lima-tahun ini
sedang didokumentasikan dalam sebuah risalah penelitian.
Selain penelitian-penelitian yang disebutkan di atas, ada banyak lagi proyek
penelitian dalam bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh staf NIE, para guru yang
mengikuti pelatihan/pendidikan purna waktu, dan para mahasiswa tingkat master dan
doktoral dalam rangka memenuhi kualifikasi pasca sarjana. Topik-topik penelitian ini
16
bermacam-macam dan sangat luas, mulai dari tekanan guru (Tan, 1985) sampai dengan
disiplin sekolah (Tan & Cheng, 1999).
Lim, Wong dan Lim (2002) menganalisis 77 tesis master yang diselesaikan selama tahun
1998 sampai 2002 oleh para mahasiswa program MA(AP) di National Institute of
Education (NIE), Nanyang Technological University, di Singapura. Studi penelitian ini
dianalisis menurut kategorisasi berikut ini: (a) topik penelitian; (b) metodologi penelitian;
(c) sample yang diselidiki; (d) jumlah instrumen yang digunakan; dan (e) tipe pengukuran
yang digunakan. Kita mendiskusikan tiga dari katergorisasi tersebut dalam bab ini.
Topik Penelitian
Topik-topik penelitian ini dikelompokkan menjadi tujuh bidang inti psikologi yaitu
psikologi konseling, psikologi pendidikan, seksualitas manusia, psikologi organisasi-
industri, psikologi militer, psikologi kepribadian dan psikologi sosial. Penelitian di dalam
psikologi konseling (41,5 persen) dan psikologi pendidikan (33,8 persen) merupakan
proporsi paling besar untuk tesis tingkat master. Topik-topik penelitian sisanya adalah
psikologi kepribadian (14,3 persen), psikologi sosial (5,2 persen), seksualitas manusia (2,6
persen), dan psikologi organisasi-industri dan psikologi militer masing-masing 1,3 persen.
Perlu diperhatikan bahwa topik-topik penelitian tersebut dipilih secara bebas oleh para
kandidat MA(AP).
Topik yang paling populer dalam psikologi konseling adalah parenting (pengasuhan
orangtua) dan kesejahteraan/kesehatan psikologis. Topik yang populer dalam psikologi
pendidikan adalah proses mental dan pengembangan profesional yang lebih tinggi. Di
bidang psikologi kepribadian, beberapa mahasiswa memilih untuk meneliti keyakinan
harga diri dan konsep diri siswa di sekolah. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pilihan topik penelitian mencakup minat pribadi mahasiswa, bidang spesialisasinya
(misalnya psikologi pendidikan atau psikologi konseling), tempat kerjanya pada saat itu,
aksesibilitas ke setiap sampel yang dilibatkan dalam penelitian dan ketersediaan staf
pengajar yang mengkhususkan diri di setiap bidang penelitian tersebut.
Untuk memberikan kepada pembaca beberapa ide mengenai jenis penelitian yang
dilakukan dalam bimbingan dan konseling, beberapa contoh diberikan dalam tabel 10.2.
Tabel 10.2
Tesis Tingkat Master dalam Bimbingan dan Konseling
17
Penyalahgunaan obat Studi komparatif mengenai pengguna heroin dan Ip Lee Lee 1999
ekstasi di SAF.
Konseling Tipe kepribadian sebagai penentu dari perilaku Alvin Goh 2000
mencari bantuan.
Efektivitas menggunakan tehnik terapi realitas pada Alice yeo 2002
siswa dalam keadaan yang membahayakan.
Hubungan antara kepribadian dan orientasi Laurence Ho 2000
konseling.
Rasa malu dan kekerasan pada pria: Sebuah studi Karam Singh 2000
empiris dan implikasinya untuk konseling.
Manajemen stres Strategi mengatasi remaja dalam keadaan Ling Ai Hua 2000
membahayakan.
Strategi mengatasi para profesional konseling. Molly Ho 2000
Faktor-faktor risiko dan perilaku bunuh diri pada Mary 2001
anak muda. Mathew
Sebuah studi tentang level stres yang dihadapi oleh Sthephenie 2001
orang tua dari anak-anak yang mengalami Leow
kelumpuhan serebral.
Keluarga, pernikahan dan Profil kepuasan pernikahan para pasangan Singapura.Leong Yoke 2000
pengasuhan orangtua Yin
Persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan orangtua. Lathika Devi 2000
Profil pelaku kekerasan anak di Singapura. Jasmin 2001
Lopez
Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti mahasiswa dikelompokkan secara luas
menjadi dua bidang – prosedur penelitian kuantitatif (88 persen) dan kualitatif (12 persen).
Beberapa tesis diklasifikasikan menjadi dua kategori atau lebih (misalnya metodologi
deskriptif dan korelasional). Kategori metodologi penelitian mencakup kategori kuantitatif
misalnya lapangan (7,1 persen), laboratorium (0 persen), kuasi-eksperimental (7,1 persen),
korelasional (15,5 persen) dan desain deskriptif (58,5 persen). Hanya sedikit penelitian
menggunakan metode kualitatif seperti observasi naturalistik (2,4 persen) dan studi kasus
(9,5 persen).
Jenis Pengukuran
Sebuah tinjauan tentang jenis pengukuran yang digunakan dalam disertasi-disertasi ini
menunjukkan bahwa sebagian besar peneliti mahasiswa (42,3 persen) menggunakan
ukuran standar sedangkan 32 persen dari mereka menggunakan ukuran yang dimodifikasi.
Ukuran standar mengacu pada tes atau skala yang digunakan dalam format aslinya tanpa
modifikasi apapun. Ukuran yang dimodifikasi mengacu pada tes atau skala yang
diadaptasikan atau dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan sampel atau tujuan
penelitian. Sebagai contoh, skala-skala tersebut mungkin saja “dibatasi” dengan
memodifikasi atau mengganti beberapa istilah. Sekitar 25 persen dari peneliti mahasiswa
menggunakan ukuran yang dikembangkan sendiri untuk pengumpulan data. Ini adalah
instrumen original yang dikembangkan oleh peneliti itu sendiri.
Kesimpulan
Karena tujuan utama bab ini adalah untuk memberikan suatu pengetahuan dasar dan
petunjuk-petunjuk praktis bagi guru-konselor yang ingin memulai penelitian dalam
bimbingan dan konseling, maka ulasan tentang metode penelitian tersebut tidak
18
komprehensif atau luas. Dengan demikian, metode penelitian seperti penelitian
longitudinal dan etnografi tidak dimasukkan. Evaluasi atau penelitian sebab-akibat juga
tidak dibahas secara rinci.
Aplikasi pengalaman penelitian dan temuan-temuannya dapat membantu
meningkatkan belajar, kesejahteraan dan perkembangan siswa secara keseluruhan. Hal itu
dapat juga meningkatkan keyakinan, kemampuan dan kepuasan pekerjaan guru. Di level
nasional, action research dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk pembuatan
kebijakan dalam sistem pendidikan, memperbaiki administrasi sekolah dan meningkatkan
perkembangan kurikulum dan staff. Presentasi temuan-temuan penelitian di konferensi-
konferensi nasional atau internasional dan publikasi-publikasi berikutnya dapat
membangkitkan lebih banyak minat dan gairah dalam penelitian pendidikan. Educational
Research Association di Singapura dan Australia Association of Research in Education
bersama-sama memberikan sebuah hadiah perjalanan pada tahun 1996 untuk mendorong
para lulusan pasca sarjana yang baru lulus untuk mendapatkan pengalaman dari
mempresentasikan temuan-temuan penelitiannya di konferensi-konferensi internasional
dan untuk melakukan penelitian lebih lanjut setelah menyelesaikan pendidikan formalnya.
Penelitian adalah proses yang terus menerus, tidak semata-mata merupakan proyek
untuk memenuhi persyaratan dalam sebuah program studi atau untuk menerima kontrak
dari klien atau sponsor. Penelitian harus dikenali sebagai aspek penting dalam
pembelajaran seumur hidup dan perkembangan profesional dari para guru, para guru-
pendidik, para konselor dan para profesional lainnya. Penelitian dapat menginformasikan
dan meningkatkan praktik-praktik pedagogik dan proses-proses konseling karena temuan-
temuan penelitian dapat membantu mengakhiri kesenjangan antara teori dam praktik.
Karena itu, tantangan bagi kita semua, para guru, para konselor sekolah dan para guru-
pendidik, oleh karenanya adalah terlibat dalam penelitian dan membantu untuk
meningkatkan kultur penelitian yang penuh semangat dan antusiasme di antara para
praktisi serta akademisi di Singapura untuk membuat perbedaan dalam mengedukasi kaum
muda kita dan memberikan kontribusi untuk pembangunan bangsa. Misi ini bukan tidak
mungkin.
19