You are on page 1of 40

ISI

1. NAMA ATAU TEMA BLOK Skizofrenia/ Blok Brain and Mind System 2. FASILITATOR/ TUTOR Dr. Tri Widyawati, M.Si

3. DATA PELAKSANAAN a. Hari b. Pemicu ke c. Waktu d. Ruangan 4. PEMICU A, 28 tahun, pria, belum menikah, diantar polisi ke rumah sakit karena mengamuk dan memukul seorang pria 60 tahun yang tidak dikenalnya di jalan. Ketika perawat menanyakan siapa namanya, A membentak perawat dan berkata, Kamu tidak tahu siapa saya? Betapa bodohnya. Sayakan walikota Medan yang baru saja dilantik minggu lalu, apa kamu tidak pernah baca Koran? Tanpa bicarapun semua orang dapat mengenal siapa saya dan mengetahui apa yang ada dalam pikiran saya. Saat dilakukan wawancara dan pemeriksaan psikiatri, A terlihat sibuk berbicara sendiri dan memaki- maki. Ketika ditanya dengan siapa ia berbicara, A mengatakan ia sedang berkomunikasi dengan staf ahlinya yang bodoh dan tidak punya inisiatif. Mereka bisa berkomunikasi dengan melalui telepati, setelah secara tiba- tiba ada kekuatan ghaib yang memasukkan pikiran asing ke pikirannya, sejak saat itu A mengatakan ia menjadi lebih pintar dan bisa mengobati orang. Segala pikiran dan perbuatan yang dilakukan A kini dikendalikan oleh kekuatan ghaib tersebut. Namun banyak orang yang cemburu dengan kehebatannya sehingga berusaha mencelakakan dan mengguna- gunai A, salah satunya pria yang 60 tahun yang dipukulnya tadi. A yakin bahwa pria tersebut berniat untuk membunuhnya. : Senin, 15 Maret 2010 dan Kamis, 18 Maret 2010 : 6 (enam) : 10.30- 13.00 : Ruang Tutorial I (Gedung Baru)

More Info I Tak lama kemudian ibu A datang ke rumah sakit dan memberikan keterangan bahwa A sudah menunjukkan perubahan perilaku sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu; A yang semula rajin bekerja menjadi malas keluar rumah, malas mandi dan malas bertemu siapa saja. Satu bulan terakhir, A mulai berbicara- bicara sendiri dan marah- marah tanpa sebab. Sebelumnya A dikenal sebagai anak yang baik, rajin dan tidak banyak bicara. A belum punya pacar dan tidak mempunyai teman dekat. Sehari- hari sepulang dari kantor, A lebih suka menghabiskan waktu di kamar sendiri, dengan saudara- saudaranya pun A tidak begitu dekat, A begitu kelihatan tidak terlalu perduli dengan pujian dan kritikan orang, sehingga terkesan A sangat dingin. Riwayat trauma pada kepala dan penggunaan zat adiktif tidak dijumpai. Hasil pemeriksaan: Status presens Sensorium : compos mentis.

TD: 120/80 mmHg; Pols: 80x/menit; pernafasan: 16x/menit; suhu normal. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium: urine/ darah rutin: dalam batas normal. Berdasarkan hasil pemeriksaaan yang dilakukan, dokter menganjurkan A untuk dirawat inap dan memberikan suntikan haloperidol intramuskular. More Info II Keesokan harinya, saat kunjungan pagi, dokter menjumpai A dalam keadaan mata mendelik ke atas, lidah tertarik ke dalam. Apa yang terjadi pada A?

5. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Mengetahui dan memahami mekanisme pertahanan ego. B. Mengetahui dan memahami gangguan kepribadian. C. Mengetahui dan memahami gangguan isi pikiran dan proses pikir. D. Mengetahui dan memahami skizofrenia. E. Mengetahui dan memahami obat antipsikotik.

6. PERTANYAAN YANG MUNCUL DALAM DISKUSI KELOMPOK


A. Apa yang dimaksud dengan mekanisme pertahanan ego? Apa saja jenis- jenis mekanisme pertahanan ego yang ada?

B. Apa yang dimaksud dengan gangguan kepribadian? Apa saja jenis gangguan kepribadian dan bagaimana ciri dari gangguan kepribadian tersebut ? Apa kriteria yang digunakan untuk menegakkan diagnostik gangguan kepribadian? C. Apa yang dimaksud dengan gangguan isi dan proses berpikir? Apa contoh gangguan isi dan proses pikir yang ada? D. Apa yang dimaksud dengan skizofrenia? Mengapa skizofrenia bisa terjadi? E. Apa saja obat- obatan yang termasuk antipsikotik? Bagaimana kerja obat- obatan tersebut dan apa efek samping yang dapat ditimbulkan?

7. JAWABAN ATAS PERTANYAAN

A.

MEKANISME PERTAHANAN EGO (EGO DEFENSE MECHANISM)


Menurut Sigmund Freud, Mekanisme Pertahanan Ego (MPE) bersumber dari bawah

sadar (unconscious) yang digunakan Ego untuk mengurangi konflik antara dunia internal seseorang dengan realitas eksternal. Fungsi pertama dan utama defense mechanism adalah untuk mempertahankan diri dalam menghadapi realitas eksternal yang penuh tantangan. Bila realitas eksternal menuntut terlalu banyak, melebihi kapasitas diri untuk mengatasinya, maka kepribadian akan mengaktifkan defense mechanism. Begitu pula sebaliknya, bila hasrat dan dorongan dari dalam diri terlalu kuat, dan bila dorongan itu akan mengancam keharmonisan relasi individu dengan realitas eksternal, maka defense mechanism akan diaktifkan untuk meredamnya. (1) Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan ego untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya. MPE hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Dalam teori psikoanalitik yang dikemukakan Freud, istilah mekanisme pertahanan ego cenderung dikonotasikan negatif. Mekanisme ini dianggap maladaptif dan patologis. Namun, setelah berkembangnya ego psychology, konsepsi mengenai MPE telah berubah. Menurut teori ini, ego defense merupakan mekanisme psikis yang kita perlukan untuk adaptif dengan realitas eksternal. Bila individu menggunakan defense mechanism secara efektif dan sesuai dengan tahapan perkembangannya, maka dikatakan individu tersebut menggunakan defense mechanism yang matang. Bila individu menggunakan defense mechanism yang tidak efektif dan tidak sesuai dengan tahapan perkembangannya, dikatakan individu tersebut menggunakan defense mechanism yang tidak matang, atau bahkan archaic (primitif).(1)

Seperti yang telah dikemukakan di atas, defense mechanism adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh Ego. Ego adalah salah satu dari tiga struktural kehidupan manusia yang dikemukakan Sigmund Freud dalam teori psikoanalitiknya. Dua komponen lainnya adalah Id dan Superego. Ketiga struktur ini memiliki fungsi dan tugas masingmasing. Dalam teori itu dikemukakan, Id adalah struktur kepribadian yang orisinil, bersifat impulsif dan paling primitif. Pada mulanya, yang ada adalah Id. Id terletak di ketidaksadaran,

sehingga tidak bersentuhan langsung dengan realitas. Oleh karena itu, Id dikenal dengan istilah pleasure principal. Pleasure principal berprinsip pada kesenangan dan berusaha menghindari rasa sakit. Id-lah yang memunculkan berbagai hasrat dan dorongan dasar yang kemudian menggerakkan tingkah laku. Dua dorongan dasar yang utama adalah dorongan seksual dan dorongan agresi. Ada kesan bahwa Id berisi segala sesuatu yang buruk dalam diri manusia. Sesungguhnya tidak demikian. Dorongan dan hasrat dari Id, yakni seksualitas dan agresivitas menjadi baik atau buruk, tergantung dari pengarahan yang dilakukan. Struktur kepribadian yang bertugas mengarahkan berbagai dorongan Id agar tidak bertentangan dengan realitas eksternal adalah Ego. Ego merupakan komponen kepribadian yang bertugas sebagai eksekutor. Sistem kerjanya memakai prinsip realistic karena struktur keperibadian ini memang bersentuhan langsung dengan realitas eksternal. Ego mengatur interaksi dan transaksi antara dunia internal individu dengan realiitas eksternal. Untuk melaksanakan tugas itu. Ego memiliki tiga fungsi, yaitu reality testing, identify dan defense mechanism. Reality testing adalah kemampuan utama Ego, yaitu untuk mempersepsi realitas. Kemudian Ego akan menyesuaikan diri sedemikian rupa agar dapat menguasai realitas tersebut. Identify adalah fondasi kepribadian. Identitas terbentuk sejak awal kehidupan, mengalami krisis di masa remaja, dan terus berkembang dalam perjalanan hidupnya. Pembentukan identitas terjadi melalui interaksi individu dengan orang- orang yang penting dalam kehidupannya. Superego merupakan kekuatan moral dan etik dari kepribadian. Superego merupakan struktur kepribadian (bagian dari dunia internal) yang mewakili nilai- nilai realitas eksternal. Superego memakai prinsip idealistic (idealistic principle), yakni mengejar hal- hal yang bersifat moralitas. Superego mendorong individu untuk mematuhi nilai- nilai yang berlaku di realitas eksternal. Hal ini dilakukan untuk menghindari konflik antara individu dengan realitas eksternal. Superego diibaratkan sebagai polisi internal yang mendorong kita untuk tidak melanggar nilai dan norma yang berlaku dalam realitas eksternal, dengan atau tanpa orang lain yang mengawasi.(1)

Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Ego Berdasarkan buku Dinamika Kepribadian (Arif, 2006), mekanisme pertahanan ego dikelompokkan menjadi tiga (1), yakni: a. Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang (Mature) 1. Sublimasi Sublimasi adalah mekanisme yang mengubah atau mentrasformasikan dorongandorongan primitif, baik dorongan seksual dan agresi, menjadi dorongan yang sesuai dengan norma dan budaya yang berlaku di realitas eksternal. Misalnya: dorongan seksual diubah menjadi dorongan kreatif untuk menghasilkan karya seni; dorongan agresi diubah menjadi daya juang untuk mencapai suatu tujuan.

2. Kompensasi Kompensasi merupakan upaya untuk mengatasi suatu kekurangan dalam suatu bidang dengan cara mengupayakan kelebihan di bidang lain. Misalnya: seseorang yang tidak memiliki prestasi akademik yang baik memiliki prestasi olahraga yang sangat baik.

3. Supresi Supresi merupakan satu- satunya mekanisme pertahanan ego yang dilakukan secara sadar. Supresi merupakan upaya peredaman kembali suatu dorongan libidinal (dorongan Id) yang berpotensi konflik dengan realitas eksternal. Peredaman dorongan ini dianggap telah melalui suatu pertimbangan rasional. Contoh: salah seorang teman Anto menyinggung dan membangkitkan amarah dan dorongan agresinya. Namun, Anto meredam kembali dorongan untuk bertindak agresi secara impulsif karena akan mengakibatkan dampak yang serius pada relasi saya dengannya. Kemudian, Anto memilih untuk mengungkapkan perasaan secara asertif di waktu yang lebih tepat.

4. Humor Melalui humor, seseorang dapat mengubah penghayatan akan suatu peristiwa yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan. Humor juga dapat berfungsi

menyalurkan agresivitas tanpa bersifat destruktif. Misalnya: menertawakan diri sendiri ketika apa yang dikehendaki tidak tercapai.

b. Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Tidak Matang (Immature) 1. Represi Represi adalah upaya meredam suatu dorongan libidinal yang berpotensi konflik dengan realitas eksternal. Yang membedakannya dengan supresi adalah represi dilakukan tanpa membiarkannya sadar terlebih dahulu. Oleh karena dorongan yang diredam ini tidak melalui kesadaran, orang mengolahnya secara rasional. Contoh: seseorang yang kurang asertif mungkin akan lebih sering mengggunakan represi untuk meredam kemarahan dan agresivitanya ketika ia tidak berani menolak hal- hal yang tidak disukainya. Dari luar kelihatan sabar, tetapi diketidaksadarannya dipenuhi gejolak amarah. Dibutuhkan energi psikis yang lebih besar untuk melakukan represi dibandingkan dengan supresi. Hal ini dapat menyebabkan kepribadian melemah. Saat kepribadian semakin lemah, represi yang dilakukan semakin tidak efektif. Dorongan yang hendak diredam seringkali lolos dengan berbagai cara. Misalnya: fenoma slip of the tongue, yaitu ketika suatu ucapan yang netral menjadi agresif ataupun porno. Fenomena latah juga termasuk di dalamnya. Orang yang sungguh- sungguh latah akan mengucapkan kata- kata porno saat ia latah. 2. Proyeksi Proyeksi merupakan mekanisme di mana seseorang secara psikis menolak dan mengeluarkan bagian diri yang tidak dikehendakinya. Bagian yang tidak dikehendaki ini tampil pada orang lain. Orang yang melakukan proyeksi tidak dapat mengenali tampilan yang dilihatnya pada orang lain sebagai bagian dari dirinya. Contoh: seseorang yang tidak mengenal hasrat seksual yang bergejolak dalam dirinya akan melihat kebanyakan orang lain berpikir dan bertingkah laku porno. 3. Introyeksi Mekanisme ini dilakukan dengan cara mengambil alih suatu ciri kepribadian yang ditemukannya pada orang lain. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan struktur kepribadian pada orang yang bersangkutan. Contoh: dalam beberapa organisasi tertentu, senior sering memberikan tekanan psikis yang sangat berat kepada anggota baru. Dalam kondisi stress berat, anggota baru tersebut akan lebih mudah mengintroyeksikan tindakan seniornya ini. Untuk perlindungan diri, para anggota baru tersebut mengubah salah satu struktur kepribadiannya, serupa dengan senior yang menyiksanya. yang bersangkutan tidak mungkin

4. Reaksi Formasi Reaksi formasi merupakan suatu upaya melakukan hal yang sebaliknya untuk melawan suatu dorongan internal yang dapat menimbulkan konflik. Contoh: seorang yang memiliki hasrat seksual yang tinggi berlaku seolah- olah dia sangat membenci segala sesuatu yang berbau seks. 5. Undoing Undoing adalah upaya simbolik untuk membatalkan suatu impuls yang telah terwujud menjadi tingkah laku. Hal ini biasanya dilakukan dengan melakukan ritual tertentu. Contoh: seseorang tidak dapat menahan diri untuk melakukan masturbasi. Kemudian dia menyesal dan melakukan upaya untuk membersihkan pelanggaran yang dia lakukan dengan suatu ritual, misalnya mandi dan mencuci tangan. Hal ini akan berulang kali dilakukannya bila dia mengulang perbuatan masturbasi. 6. Rasionalisasi Rasionalisasi adalah upaya mendistorsikan persepsinya akan suatu realitas. Pikiran akan memberikan alasan- alasan yang kelihatannya masuk akal. Hal ini dilakukan agar suatu kenyataan yang semula berbahaya dan dapat mengguncang

kepribadiannya, menjadi lebih mudah diterima. Misalnya: bagi seorang yang self-esteemnya rapuh, penolakan cinta dari lawan jenis akan mengguncang kepribadiannya. Orang yang bersangkutan kemudian melakukan rasionalisasi dengan mendistorsikan kenyataan. Dia beranggapan bahwa lawan jenis tersebut menolaknya karena merasa tidak layak untuk menjadi kekasihnya. 7. Isolasi Isolasi merupakan suatu cara untuk meredam suatu aspek yang dianggap paling berbahaya. Akibatnya, kepribadian menghayati pengalaman tersebut secara parsial tidak utuh. Seorang yang harmonis dengan realitas eksternal dapat menghayati pengalaman hidupnya secara utuh. Keutuhan itu dapat dilihat dari aspek kognitif (pikiran), afektif (perasaan) dan konatif (tingkah laku). Misalnya: ketika seorang mendapat bonus gaji, orang tersebut akan memikirkan halhal yang menyenangkan. Perasaan akan gembira dan wajahnya berseri- seri pada hari itu. Pada orang yang melakukan isolasi, contoh: seseorang yang tidak sanggup menerima kenyataan bahwa orang yang paling dikasihinya meninggal tidak merasa sedih dan tidak menunjukkan kesedihan. Yang ada hanyalah perasaan hampa. Sesungguhnya kesedihan yang dialami orang tersebut sangat besar, lebih besar dari

yang sanggup ditanggungnya sehingga ia memendamnya. Hal ini tidak sehat karena akan mengganggu kepribadian di masa yang akan datang.

8. Intelektualisasi Mekanisme ini terlalu menonjolkan aspek inteleknya secara berlebihan. Tujuannya untuk mengkompensasi bagian kepribadian lain yang kurang. Contoh: seorang yang kurang terampil menjalin relasi sosial yang hangat dengan orang lain, memperlihatkan upaya yang terlalu besar untuk menonjolkan

kepintarannya.

9. Displacement Displacement dilakukan dengan cara mengganti objek yang menjadi sasaran kemarahan. Misal: seseorang sangat marah terhadap atasannya karena penghinaan yang dilakukan sang atasan. Namun, karena tidak mungkin melampiaskan kemarahannya, dia mengalihkan dorongan tersebut kepada orang lain. Misalnya kepada

bawahannya yang mungkin hanya melakukan kesalahan kecil.

10. Denial Denial merupakan suatu mekanisme dengan menyangkal bahwa suatu peristiwa sungguh- sungguh terjadi. Hal ini dilakukan karena tidak sanggup menerima kenyataan tersebut.

11. Regresi Regresi artinya mundur secara mental dari suatu tahap perkembangan. Hal ini dilakukan karena seseorang tidak sanggup atau mengalami kesulitan untuk maju ke tahap perkembangan selanjutnya. Misalnya: seorang bapak paruh baya yang tidak merasa dengan dirinya yang semakin tua, kembali ke fase phallic. Sehingga ia akan menunjukkan kegenitan dan seductiveness. c. Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Primitif (Archaic) 1. Splitting Splitting adalah mekanisme yang dilakukan bayi untuk memudahkannya menangani berbagai pengalaman yang dialaminya. Splitting membagi suatu objek atau pengalaman menjadi dua, yakni baik dan buruk. Mekanisme ini tidak mampu melihat daerah abu- abu di antaranya. Secara primitif, hal yang menyenangkan akan

dihayati baik sedangkan yang tidak menyenangkan akan dihayati tidak baik. Semakin tumbuh dan kepribadian semakin matang, spiltting jarang dilakukan. Mekanisme

pertahanan ini biasanya dilakukan oleh orang dengan gangguan mental yang berat.

2. Projective Identification Defense mechanism ini jarang ditemui pada kepribadian yang cukup matang. Mekanisme ini akan lebih sering ditemukan dalam kepribadian yang sangat terganggu, misalnya pada pasien skizofrenia.

3. Primitive Idealization Mekanisme ini dilakukan untuk mempertahankan harga diri mendasarnya (basic selfesteem) ketika mengalami ancaman. Hal ini dilakukan dengan mengidealisasikan orang lain dan kemudian mengembangkan kesatuan dengan orang tersebut. Orang yang diidealisasikan akan dipandang sepenuhnya memiliki nilai- nilai positif dan tidak memiliki nilai- nilai negatif sama sekali. Fantasi kesatuan dengan orang tersebut akan membantu menambal harga diri yang terluka. Contoh: seseorang perempuan yang semasa kecilnya tidak pernah mendapat kasih sayang dari orangtua, kemudian mengidealisasikan suaminya. Suaminya dianggap sangat sempurna walaupun kenyataannya sangat kontras dengan idealisasinya tersebut.

4. Omnipotence Arti omnipotence adalah maha kuasa. Orang yang menggunakan mekanisme ini menganggap dirinya maha kuasa dan mampu melakukan apapun juga, tidak takut atau kuatir pada apapun juga. Mekanisme ini biasanya dilakukan oleh bayi pada fase oral.

5. Manic Defense Mekanisme pertahanan ego ini dikembangkan oleh Melanie Klein. Menurut Klein, setiap orang memiliki dua posisi mental. Pertama adalah paranoid- schizoid position, di mana seseorang merasa terpisah dari orang lain. Dia tida dapat menghargai sepenuhnya keberadaan orang lain. Orang lain dipandang sebagai objek- bukan subjek. Orang lain dipandang sebagai ancaman bagi diri atau sarana pemuas kebutuhan semata. Posisi kedua adalah depressive position, yaitu ketika seorang sepenuhnya menyadari keberadaan orang lain dan memiliki ketergantungan terhadap mereka. Memandang orang lain sebagai subjek yang juga memiliki

perasaan dan pengalaman- pengalaman manusiawi yang serupa. Menurut Klein, kita beralih dari satu posisi ke posisi yang lain. Saat berada dalam posisi paranoid-skizoid kita cenderung menyakiti orang, baik dengan tindakan aktual maupun khayalan. Saat berada dalam posisi depresi, kita menyadari bahwa kita telah menyakiti orang lain. Kesadaran ini menimbulkan perasaan bersalah dan takut kehilangan orang tersebut. Pada manic defense, seseorang menyangkal bahwa ia sangat tergantung pada orang yang dilukainya. Ia menyangkal takut kehilangan orang tersebut atau menyangkal telah melakukan hal yang merugikan orang tersebut. mekanisme manic defense bersikukuh pada fantasi bahwa ia akan tetap bahagia seorang diri dan tidak membutuhkan orang lain.

B. GANGGUAN KEPRIBADIAN (PERSONALITY DISORDER)


Kata personality berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona, yang artinya topeng yang biasa dipakai artis dalam teater. Kaplan dan Saddock mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari
(4)

. Pada orang normal, biasanya kepribadian relatif stabil dan


(3)

dapat diramalkan. Menurut Kusumanto Setyonegoro kepribadian adalah ekspresi seseorang , yang keluar dari pengetahuan dan perasaan orang tersebut dari pola perilakunya itu. (5) Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Menurut DSM-IV, gangguan kepribadian adalah pola yang bersifat menetap dalam mempersepsi, memikirkan dan berhubungan dengan lingkungan dan diri sendiri. Pola ini diperlihatkan di berbagai macam konteks sosial dan pribadi. Pola ini tidak fleksibel dan maladaptif serta menyebabkan hendaya fungsi sosial atau distress subjektif yang signifikan. Jadi, seseorang dikatakan memiliki gangguan . Definisi lain mengemukakan bahwa

kepribadian adalah pola perilaku yang khas bagi seseorang. Orang lain dapat mengenal

kepribadian apabila sifat kepribadian tidak fleksibel, maladaptif, dan menyimpang dari ekspektasi budaya orang yang bersangkutan. Hal ini telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama, muncul pada setiap situasi serta mengganggu fungsi kehidupannya sehari- hari.

10

Klasifikasi Klasifikasi menurut PPDGJI-III (1993)


1. Gangguan Kepribadian Paranoid 2. Gangguan Kepribadian Skizoid 3. Gangguan Kepribadian Dissosial 4. Gangguan Kepribadian Emosional tak Stabil (Impulsif/ambang) 5. Gangguan Kepribadian Histrionik 6. Gangguan Kepribadian Anankastik 7. Gangguan Kepribadian Cemas (menghindar) 8. Gangguan Kepribadian Dependen 9. Gangguan Kepribadian Khas lainnya 10. Gangguan Kepribadian yang tak tergolongkan

Klasifikasi menurut DSM-IV (1994)


Kelompok A (odd/ eccentric cluster) 1. Gangguan Kepribadian Paranoid 2. Gangguan Kepribadian Skizoid 3. Gangguan Kepribadian Skizotipal Kelompok B (dramatic/ erratic cluster) 4. Gangguan Kepribadian Antisosial dan Psikopati. 5. Gangguan Kepribadian Ambang 6. Gangguan Kepribadian Histrionik 7. Gangguan Kepribadian Narsisistik Kelompok C (anxious/ fearful cluster) 8. Gangguan Kepribadian Menghindar 9. Gangguan Kepribadian Dependen 10. Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif 11. Gangguan Kepribadian yang tak dispesifikasikan ditempat lain: a) Gangguan Kepribadian Pasif-Agresif b) Gangguan Kepribadian Depresif c) Gangguan Kepribadian Sadomachistik d) Gangguan Kepribadian Sadistik e) Perubahan kepribadian oleh karena kondisi medik umum f) Perubahan kepribadian sesudah mendapat pengalaman catastrophic dan sesudah penyakit psikiatrik

Jenis Gangguan Kepribadian 1. Paranoid Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Paranoid) Tiap orang mempunyai sifat curiga, sedikit atau banyak. Sifat ini masih normal jika masih dapat diterima oleh lingkungan sosial. Akan tetapi, ada individu yang sifat curiganya sedemikian keras sehingga merugikan individu itu sendiri dan masyarakat. Individu yang mengalami gangguan kepribadian paranoid biasanya ditandai dengan kecurigaan dan ketidakpercayaan yang menonjol. Orang-orang yang mengalami gangguan ini merasa dirinya diperlakukan secara salah dan dieksploitasi oleh orang lain sehingga berperilaku selalu waspada terhadap orang lain. Mereka sering kali kasar dan mudah marah terhadap

11

apa yang mereka anggap sebagai penghinaan. Individu semacam ini enggan mempercayai orang lain dan cenderung menyalahkan mereka serta menyimpan dendam meskipun ia sendiri juga salah. Mereka sangat pencemburu dan tanpa alasan dapat mempertanyakan kesetiaan pasangannya. Individu dengan gangguan ini tidak mampu terlibat secara emosional dan menjaga jarak dengan orang lain. Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 2,5% dan paling banyak terjadi pada laki-laki (OBrien, Triestman dan Siever, 1993). Sering dialami bersamaan dengan

gangguan kepribadian skizotipal, ambang, dan menghindar. Hal yang membedakan gangguan kepribadian paranoid dengan skizofrenia paranoid adalah tidak ditemukan waham dan halusinasi.

2. Schizoid Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Skizoid) Yang menonjol pada gangguan kepribadian skizoid adalah sifat pemalu, suka menyendiri, perasa dan pendiam. Mereka tampak tumpul dan datar serta tidak memiliki perasaan yang hangat dan tulus terhadap orang lain. Mereka jarang memiliki emosi kuat, tidak tertarik pada hubungan seks, serta bersikap masa bodoh terhadap pujian, kritik, dan perasaan orang lain. Individu yang mengalami gangguan ini menyukai kegiatan yang dilakukan sendirian. Prevalensi gangguan skizoid diperkirakan 7,5 persen dari populasi dan paling sering pada laki- laki (OBrien dkk). Ada kemungkinan gangguan kepribadian ini diwariskan. Sikap pemalu pada masa kanak- kanak dilaporkan sebagai pertanda gangguan ini pada masa dewasa kelak. Hal yang membedakan gangguan ini dengan skizofrenia adalah sejarah pekerjaan yang berhasil (apabila pekerjaan mereka tidak perlu mengadakan kontak dengan orang lain). Selain itu, tidak ditemukan riwayat skizofrenia pada keluarga.

3. Schizotypal Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Skizotipal) Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal biasanya memiliki kepercayaan yang aneh. Mereka memiliki pemikiran yang ajaib/aneh (magical), ide-ide yang ganjil, dan ilusi yang mereka tampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Individu dengan gangguan ini memiliki masalah dalam berpikir dan berkomunikasi. Dalam pembicaraan, mereka dapat

menggunakan kata-kata dengan cara yang tidak umum dan tidak jelas sehingga hanya diri mereka saja yang mengerti artinya. Dari perilaku dan penampilan, mereka juga tampak eksentrik. Sebagai contoh, mereka berbicara kepada diri sendiri dan memakai pakaian yang aneh. Ciri yang umum terjadi adalah ideas of reference, kecurigaan, dan pikiran paranoid. Ideas of reference adalah keyakinan bahwa berbagai kejadian memiliki makna khusus dan berhubungan langsung dengan dirinya. Mereka pun memiliki kemampuan yang rendah

12

dalam berinteraksi dengan orang lain dan kadang kala bertingkah laku aneh sehingga akhirnya mereka sering kali terkucil dan tidak memiliki banyak teman. Prevalensi gangguan ini diperkirakan 3%-5% (Weissman, 1933) dan lebih sering pada laki- laki (Kotsaftis dan Neale, 1993). Secara historis, kata schizotype digunakan untuk mendeskripsikan orang- orang yang memiliki predisposisi menjadi skizofrenia. Gangguan kepribadian skizotipal lebih banyak muncul pada keluarga yang memiliki penderita skizofrenia. Banyak ciri gangguan kepribadian skizotipal , yaitu ideas of reference, ilusi, dan pikiran paranoid, yang juga ditemukan pada pasien skizofrenia. Tetapi ciri ini lebih ringan bila dibandingkan dengan skizofrenia.

4. Antisocial and Psychopathy Personality Disorder Yang menonjol dari gangguan kepribadian antisosial adalah riwayat tidak mau mematuhi norma- norma sosial dan melanggar hukum. Orang dengan gangguan ini cenderung tidak bertanggung jawab, bekerja secara tidak konsisten, mudah tersinggung, agresif secara fisik, tidak mau membayar hutang, sembrono, ceroboh, dan sebagainya. Mereka impulsif dan tidak mampu membuat rencana ke depan. Mereka sedikit atau bahkan tidak merasa menyesal atas berbagai tindakan buruk yang mereka lakukan. Meskipun demikian, bila mereka sedang membutuhkan sesuatu, mereka dapat bertindak sangat ramah atau sangat menyenangkan, sampai mereka memperoleh apa yang mereka inginkan. Namun, mereka dapat kembali menjadi kurang ajar dan arogan setelah mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Sebanyak 80% dari orang- orang dengan gangguan kepribadian antisosial melakukan penyalahgunaan zat, seperti alkohol dan obat- obatan terlarang (Kraus dan Reynolds, 2001). Sementara itu, salah satu karakteristik psikopati adalah kemiskinan emosi, baik positif maupun negatif. Orang dengan gangguan psikopati tidak memiliki rasa malu, bahkan perasaan mereka yang tampak positif terhadap orang lain hanyalah sebuah kepura-puraan. Penampilan psikopat menawan dan memanipulasi orang lain untuk memperoleh keuntungan pribadi. Kadar kecemasan yang rendah membuat psikopat tidak mungkin belajar dari kesalahannya. Kurangnya emosi positif mendorong mereka berperilaku secara tidak bertanggung jawab dan berperilaku kejam terhadap orang lain. Prevalensi gangguan ini sebanyak 3% pada laki-laki dan <1% pada perempuan (Sutker, Bugg, dan West, 1993). 5. Borderline Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Ambang) Isitlah borderline dikemukakan karena gangguan ini tidak dapat dengan mudah digolongkan pada gangguan psikotik atau emosional. Yang menonjol pada gangguan kepribadian ambang adalah afek yang berubah- ubah dan mood yang labil. Serangan

depresi, kecemasan, kemarahan dan euforia dapat berubah dalam rentang waktu yang

13

sangat singkat. Ciri lain gangguan ini adalah impulsivitas dan ketidakstabilan dalam hubungan dengan orang lain. Hal ini terjadi karena sikap dan perasaan terhadap orang lain dapat berubah-ubah secara signifikan dan aneh. Individu yang mengalami gangguan borderline memiliki karakter argumentatif, mudah tersinggung, sarkastik, dan cepat menyerang. Orang dengan gangguan kepribadian ambang tidak tahan berada dalam kesendirian, memiliki perasasaan takut diabaikan, dan menuntut perhatian. Mudah mengalami perasaan depresi dan perasaan hampa yang kronis. Orang ini juga sering kali mencoba bunuh diri. Prevalensi gangguan kepribadian ambang sebesar 1%-3% (Widiger dan Weissman, 1991) dan 75% kasus adalah perempuan (Dulit dkk, 1993). Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa gangguan ini disebabkan oleh faktor genetis. Gangguan ini juga terkait dengan gangguan perasaan (mood disorder). Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya kontribusi trauma pada masa kanak- kanak, khususnya penganiayaan seksual dan fisik. Sebuah penelitian menunjukkan 91% pernah dianiaya dan 92% ditelantarkan sebelum berusia 18 tahun (Sanarini dkk, 1997). Penelitian lain juga menunjukkan adanya kontribusi dari keluarga yang tidak ekspresif secara emosional, tidak memiliki kedekatan emosional, sering terjadi konflik dalam keluarga dan kurang kasih sayang dari ibu. 6. Histrionic Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Histrionik) Gangguan kepribadian histrionik sebelumnya dikenal disebut kepribadian histerikal, ditegakkan bagi orang-orang yang selalu dramatis dan mencari perhatian. Mereka sering kali menggunakan ciri-ciri penampilan fisik yang dapat menarik perhatian orang kepada dirinya, misalnya pakaian yang mencolok, tata rias, atau warna rambut. Mereka berpusat pada diri sendiri, terlalu mempedulikan daya tarik fisik mereka, dan merasa tidak nyaman bila tidak menjadi pusat perhatian. Mereka dapat sangat provokatif dan tidak senonoh secara seksual tanpa mempedulikan kepantasan serta mudah dipengaruhi orang lain. Diagnosis ini memiliki prevelensi sekitar 2 persen dan lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Gangguan kepribadian histrionik lebih banyak terjadi pada mereka yang mengalami perpisahan atau perceraian, dan hal ini diasosiasikan dengan depresi dan kesehatan fisik yang buruk. Gangguan ini sering muncul bersamaan dengan gangguan kepribadian borderline.

7. Narcissistic Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Narsistik) Individu dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki pandangan berlebihan mengenai keunikan dan kemampuan mereka. Mereka merasa bahwa dirinya spesial dan lebih superior sehingga berharap mendapatkan perlakuan yang khusus pula. Oleh sebab itu, mereka sulit menerima kritik dari orang lain. Hubungan interpersonal mereka terhambat

14

karena kurangnya empati, perasaan iri, dan arogansi. Orang dengan gangguan kepribadian narsistik cenderung memanfaatkan/menghendaki orang lain melakukan sesuatu yang istimewa untuk mereka tanpa perlu dibalas. Individu pada gangguan ini sangat sensitif terhadap kritik dan takut akan kegagalan. Terkadang mereka mencari sosok lain yang dapat mengidealkan karena mereka kecewa terhadap diri sendiri. Tetapi mereka biasanya tidak mengizinkan siapa pun untuk benar-benar berhubungan dekat dengan mereka. Hubungan personal mereka sedikit dan dangkal. Ketika orang lain menjatuhkan harapan mereka yang tidak realistis, mereka akan marah dan menolak. Prevalensi gangguan ini kurang dari 1 persen. Dalam teori psikoanalisa dikemukakan, narcisisme adalah fase yang dilalui semua anak sebelum menyalurkan cinta mereka kepada diri sendiri dan orang- orang yang berarti. Anak- anak dapat terfiksasi pada fase ini. Jika mereka mendapati bahwa orang- orang yang mengasuhnya tidak dapat dipercaya, mereka memutuskan untuk bersandar pada diri sendiri. Gangguan ini juga dapat terjadi jika mereka memiliki orang tua yang selalu menuruti keinginan mereka dan menanamkan suatu perasaan bangga atas kemampuan dan harga diri. Dalam teori psikodinamika (Kenberg, 1989 dan Kohut, 1971) dikatakan bahwa narsistik merupakan topeng bagi self-esteem yang rapuh. Sebenarnya mereka merasakan kekosongan dan kesedihan sebagai hasil dari penolakan orang yang berarti baginya. Narsistik ini merupakan reaksi formasi untuk menghadapi masalah- masalah tersebut melalui self-worth (penghargaan terhadap diri sendiri).

8. Avoidant Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Menghindar) Individu dengan gangguan ini adalah individu yang memiliki ketakutan yang besar akan kemungkinan adanya kritik, penolakan atau ketidaksetujuan. Orang dengan gangguan kepribadian menghindar merasa enggan untuk menjalin hubungan, kecuali ia yakin bahwa ia akan diterima. Mereka bahkan terkadang menghindari pekerjaan yang banyak memerlukan kontak interpersonal. Dalam situasi sosial, ia sangat mengendalikan diri (kaku) karena sangat amat takut mengatakan sesuatu yang bodoh atau dipermalukan atau tanda-tanda lain dari kecemasan. Ia merasa yakin bahwa dirinya tidak kompeten dan inferior, serta tidak berani mengambil risiko atau mencoba hal-hal baru. Prevalensi dari gangguan ini sekitar 5 persen dan sering muncul bersamaan dengan gangguan kepribadian dependen dan borderline. Avoidant personality disorder juga sering bercampur dengan diagnosis Axis I depresi dan generalized social phobia. Gangguan ini memiliki gejala yang serupa dengan generalized social phobia, tetapi pada generalized social phobia tidak memiliki perasaan diri kurang adekuat dan tidak kompeten secara sosial.

15

9. Dependent Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Dependen) Ciri utama dari gangguan kepribadian dependen adalah kurangnya rasa percaya diri dan otonomi. Orang dengan gangguan kepribadian ini memandang dirinya lemah dan orang lain lebih kuat. Ia juga memiliki kebutuhan yang kuat untuk diperhatikan atau dijaga oleh orang lain. Akibatnya munculnya perasaan tidak nyaman ketika sendirian. Ia mengesampingkan kebutuhannya sendiri untuk meyakinkan bahwa ia tidak merusak hubungan yang telah terjalin dengan orang lain. Ketika hubungan dekat berakhir, individu yang mengalami gangguan ini segera berusaha menjalin hubungan lain untuk menggantikan hubungan yang telah berakhir tersebut. Kriteria dalam DSM pada umumnya mendeskripsikan individu yang mengalami gangguan kepribadian dependen sebagai orang yang sangat pasif. Mereka memiliki kesulitan dalam memulai sesuatu atau mengerjakan sesuatu sendiri, tidak mampu menolak, dan meminta orang lain mengambil keputusan untuk dirinya. Gangguan kepribadian ini muncul lebih banyak pada wanita daripada pria. Kemungkinan karena perbedaan pengalaman sosialisasi pada masa kanak-kanak. Millon dkk. dalam Pengantar Psikologi Abnormal (Wiramihardja, 2005) dikemukakan bahwa anak- anak penderita gangguan ini sangat baik tetapi penuh ketakutan. Mereka memiliki orangtua yang hangat tetapi terlalu melindungi (overprotective). Akibatnya mereka tidak belajar menangani rasa takutnya, melainkan menjadi semakin tergantung pada orang lain.

10. Obsessive-Compulsive Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif) Orang dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif bersifat perfeksionis, sangat sangat memperhatikan

memperhatikan detail, aturan, jadwal, dan sebagainya. Mereka

detail sehingga kadang ia tidak dapat menyelesaikan hal yang dikerjakannya. Mereka lebih berorientasi pada pekerjaan daripada bersantai-santai dan sangat sulit mengambil keputusan karena takut membuat kesalahan. Selain itu, mereka juga sangat sulit mengalokasikan waktu karena terlalu memfokuskan diri pada hal-hal yang tidak seharusnya. Biasanya mereka memiliki hubungan interpersonal yang kurang baik karena keras kepala dan meminta segala sesuatu dilakukan sesuai dengan keinginannya. Istilah yang umum digunakan sebagai julukan bagi orang dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah control freak. Mereka pada umumnya bersifat serius, kaku, formal dan tidak fleksibel, terutama berkaitan dengan isu-isu moral. Mereka tidak mampu membuang objek yang tidak berguna, walaupun objek tersebut tidak bernilai. Di samping itu, mereka juga pelit atau kikir. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif agak berbeda dengan gangguan obsesif kompulsif. Pada gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, tidak terdapat obsesi dan kompulsi seperti pada gangguan obsesif-kompulsif. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif paling sering muncul bersamaan dengan gangguan kepribadian avoidant dan memiliki

16

prevalensi sekitar 2 persen. Dalam teori psikodinamik kontemporer dijelaskan bahwa gangguan kepribadian obsesif-kompulsif disebabkan oleh ketakutan akan hilangnya kontrol yang diatasi dengan overkompensasi. Sebagai contoh, seorang pria workaholic yang kompulsif kemungkinan takut bahwa hidupnya akan hancur jika ia bersantai-santai dan bersenang-senang.

C. GANGGUAN ISI PIKIRAN DAN PROSES BERPIKIR


Menurut Kaplan (2010), proses berfikir yang normal mengandung arus ide, simbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan. Proses berpikir dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan berpikir berarti menghantarkan suatu penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan. Proses berpikir pada manusia meliputi proses pertimbangan (judgment), pemahaman (comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). (6) Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi proses berfikir manusia, misalnya faktor somatik (gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik (gangguan emosi, psikosa), dan faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain). Distorsi pada proses berfikir dapat disebabkan karena gangguan organik maupun gangguan psikologik terkait gangguan kecemasan, gangguan panik, gangguan depresi maupun kondisi psikotik.

1. Gangguan Spesifik pada Bentuk Pikiran

Neologisme Pembentukan kata baru yang diciptakan oleh pasien. Seringkali dengan

mengkombinasikan suku kata dari kata- kata lain, untuk alasan keanehan psikologis.

World Salad Merupakan kata yang campur aduk, di mana campuran kata dan frasa yang membingungkan.

Sirkumstansialitas Bicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan. Pada akhirnya, tujuan pembicaraan akan tercapai, tetapi ditambah dengan perincian- perincian yang berbelit- belit dan mendetail.

Tangensialitas Ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan. Pembicaraan berputar- putar dan tidak pernah mencapai tujuan yang diinginkan.

17

Inkoherensi Merupakan pembicaraan yang tidak logis di mana kata- kata yang diucapkan tidak dapat dimengerti. Pikiran sangat cepat sehingga kata- kata yang diucapkan tidak mempunyai hubungan atau tanpa tata bahasa yang menyebabkan disorganisasi.

Perseverasi Respon terhadap stimulus sebelumnya yang menetap setelah stimulus baru diberikan. Di mana pikiran mengenai stimulus tersebut seharusnya telah berhenti secara relevan.

Verbigerasi Pengulangan kata- kata spesifik yang tidak mempunyai arti.

Ekolalia Pengulangan kata- kata atau frasa orang lain secara psikopatologis. Cenderung berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan nada mengejek dan terputus- putus.

Kondensasi Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep.

Jawaban yang tidak relevan Jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan yang ditanyakan. Pasien tampaknya mengabaikan atau tidak memperhatikan pertanyaannya.

Pengenduran asosiasi Aliran pikiran di mana gagasan- gagasan bergeser dari satu subjek ke subjek lain dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan. Pengenduran asosiasi lebih ringan bila dibandingkan dengan inkoherensi.

Derailment (keluar dari jalur) Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan. Seringkali digunakan secara sama dengan inkoherensi.

18

Flight of Ideas Verbalisasi atau permainan kata- kata yang cepat dan terus menerus dari satu ide ke ide lain. Ide- ide cenderung dihubungkan dan dalam bentuk yang kurang parah, pendengar masih mampu mengikuti pembicaraannya.

Clang association (asosiasi bunyi) Asosiasi kata- kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya. Kata- kata tidak mempunyai hubungan logis, dapat termasuk sajak dan permainan kata.

Blocking (Penghambatan) Terputusnya aliran pikiran secara tiba- tiba sebelum gagasan diselesaikan. Setelah suatu periode terhenti singkat, orang tampak tidak ingat akan apa yang telah dikatakan atau apa yang akan dikatakan.

Glossolalia Ekspresi pesan- pesan yang relevan melalui kata- kata yang tidak dapat dipahami (juga dikenal sebagai bicara pada lidah). Tidak dianggap gangguan pikiran jika terjadi pada praktik keagamaan Pantekosta tertentu.

2. Gangguan Spesifik pada Isi Pikiran

Kemiskinan isi pikiran Pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian, pengulangan kosong atau frasa yang tidak jelas .

Gagasan yang berlebihan Keyakinan palsu yang dipertahankan, yang tidak beralasan dan dipertahankan secara kurang kuat bila dibandingkan dengan waham.

Waham Keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal. Apa yang diyakininya tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural. Dan ini tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan. Waham terbagi lagi menjadi:

19

a. Waham yang kacau (bizarre delusion), yaitu seseorang yang memiliki pikiran

palsu yang aneh, mustahil dan sama sekali tidak masuk akal. Contoh: orang dari angkasa luar merupakan teman baiknya.
b. Waham tersistematisasi, pikiran palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau

peristiwa tunggal. Contoh: seseorang dimata- matai oleh agen rahasia.


c. Waham yang sejalan dengan mood, yaitu waham dengan isi pikran yang sesuai

dengan mood yang sedang dialaminya. Contoh: pasien depresi percaya bahwa ia bertanggung jawab atas kehancuran dunia.
d. Waham yang tidak sejalan dengan mood yaitu isi pikiran (waham) tidak sesuai

dengan mood.
e. Waham nihilistic yaitu isi pikiran palsu di mana dirinya, orang lain dan dunia telah

berakhir atau tidak ada.


f. Waham kemiskinan yaitu isi pikiran palsu bahwa pasien akan kehilangan semua

harta miliknya.
g. Waham somatik yaitu isi pikiran palsu yang menyangkut tubuh pasien. h. Waham paranoid, termasuk di sini waham persekutorik, waham referensi, kontrol

dan waham kebesaran. Waham persekutorik yaitu keyakinan palsu dan kecurigaan berlebihan bahwa pasien sedang diganggu, ditipu atau disiksa. Waham ini sering ditemukan pada seorang pasien yang senang menuntut. Pasien mempunyai kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan hukum karena penganiayaan yang dibayangkan. Waham kebesaran memiliki gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas seseorang yang berlebihan. Waham referensi memiliki keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujukan kepada dirinya. Peristiwa, benda- benda atau semua hal yang terjadi mempunyai hubungan dengan dirinya.
i. Waham menyalahkan diri sendiri yaitu keyakinan palsu tentang penyesalan yang

mendalam.
j. Waham pengendalian yaitu keyakinan palsu bahwa kemauan, pikiran dan

perasaan pasien dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar. Waham pengendalian terdiri dari penarikan pikiran (thought withdrawal), penanaman pikiran (thought insertion), siar pikiran (thought broadcasting) dan pengendalian pikiran (thought control). Tought withdrawal adalah keyakinan palsu bahwa pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh suatu kekuatan yang berasal dari luar. Tought insertion adalah keyakinan palsu bahwa isi pikirannya ditanamkan oleh orang lain. Tought broadcasting adalah keyakinan palsu bahwa isi pikiran mereka

20

sedang disiarkan dan dapat didengar semua orang. Thought control adalah keyakinan palsu bahwa pikiran pasien dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar.
k. Waham ketidaksetiaan (waham cemburu) yaitu keyakinan palsu yang didapatkan

dari kecemburuan patologis terhadap pasangannya.


l. Erotomania adalah waham yang paling sering terjadi pada perempuan. Pasien

beranggapan bahwa seseorang sangat mencintai dirinya.

Kecenderungan atau preokupasi pikiran Pemusatan isi pikiran pada ide tertentu, disertai irama afektif yang kuat, seperti kecenderungan paranoid atau preokupasi tentang bunuh diri atau membunuh.

Egomania Preokupasi (kesenangan) pada diri sendiri yang patologis.

Monomania Preokupasi pada suatu objek tunggal.

Hipokondria Keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasien yang tidak ditemukannya kelainan organik. Ini didasarkan pada pemikiran yang tidak realistik terhadap suatu tanda atau sensasi fisik yang abnormal.

Obsesi Ketekunan patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat ditentang. Hal ini tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika dan seringkali disertai dengan kecemasan.

Kompulsi Kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls, yang jika ditahan akan menyebabkan kecemasan. Hal ini dilakukan berulang- ulang sebagai respon akan suatu obsesi atau suatu aturan tertentu.

Koprolalia Pengungkapan kata- kata cabul secara kompulsif.

Fobia

21

Fobia adalah rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan dan selalu terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu. Hal ini menyebabkan pasien menghindari stimulus yang ditakuti itu. a. Fobia sederhana yaitu rasa takut yang jelas terhadap objek atau situasi yang jelas. Contoh: takut ular, takut laba- laba. b. Fobia sosial yaitu takut akan keramaian masyarakat, takut berbicara dan berinteraksi dengan masyarakat. c. Akrofobia yaitu takut terhadap ketinggian. d. Algorafobia yaitu takut terhadap rasa nyeri. e. Ailurofobia yaitu takut terhadap kucing f. Eritofobia yaitu takut terhadap warna merah (merujuk terhadap ketakutan akan darah). g. Panfobia yaitu takut terhadap segala sesuatu. h. Klaustrofobia yaitu takut terhadap tempat yang tertutup. i. j.

Xenofobia yaitu takut terhadap orang asing. Zoofobia yaitu takut terhadap binatang.

Noesis Suatu wahyu, di mana terjadi pencerahan yang besar sekalli disertai dengan perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan memerintah.

Unio mystica Suatu perasaan yang meluap dan berhubungan dengan mistik. Pasien secara mistik bergabung dengan kekuatan yang tidak terbatas. Tidak dianggap sebagai suatu gangguan dalam isi pikiran jika sejalan dengan keyakinan pasien atau lingkungan kultural.

3. Gangguan Persepsi

Halusinasi Halusinasi adalah persepsi sensoris palsu yang tidak disertai dengan stimuli eksternal yang nyata. Mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang pengalaman halusinasi. a. Halusinasi hipnagogik yaitu persepsi sensoris yang palsu. Biasanya terjadi saat mau tidur dan dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis. b. Halusinasi hipnohompik yaitu persepsi palsu yang terjadi saat bangun tidur dan juga tidak dianggap patologis. c. Halusinasi auditoris adalah persepsi suara / bunyi palsu.

22

d. Halusinasi visual adalah persepsi palsu tentang penglihatan, baik citra yang berbentuk (melihat orang) atau tidak berbentuk (cahaya). Paling sering terjadi pada gangguan organik. e. Halusinasi olfaktorius adalah persepsi membau yang palsu. f. Halusinasi gustatoris adalah persepsi tentang rasa kecap yang palsu. Paling sering pada gangguan organik. g. Halusinasi raba (taktil) adalah persepsi palsu tentang perabaan atau sensasi pada kulit. h. Halusinasi somatik Sensasi palsu mengenai hal yang terjadi pada tubuh, paling sering pada daerah viseral. i. Halusinasi yang sejalan dengan mood ( mood- congruent hallucination) yaitu isi halusinasi konsisten dengan mood yang dirasakan pasien. Bila pasien sedang depresi, pasien seolah mendengar suara yang mengatakan dia jahat. j. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (mood-incongruent hallucination) yaitu halusinasi ini terjadi saat pasien mengalami pergantian mood yang tibatiba. Tetapi halusinasi yang terjadi tidak konsisten dengan mood tersebut. k. Halusinosis adalah halusinasi yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam sensorium yang jernih. Yang paling sering adalah halusinasi auditoris. l. Trailing phenomenon adalah kelainan persepsi yang berhubungan dengan obatobatan yang bersifat halusinogen. Benda yang bergerak akan dilihat sebagai sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu.

Ilusi Ilusi adalah mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang nyata.

D. SKIZOFRENIA
Definisi Skizofrenia adalah gangguan psikotik berat. Gangguan psikotik merupakan gangguan psikologis berat yang ditandai dengan halusinasi dan kehilangan kontak dengan realitas. Skizofrenia menyebabkan gangguan yang khas dalam persepsi (halusinasi), berpikir (delusi), pembicaraan, emosi dan perilaku. Afek penderita tampak tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Secara kuantitatif, kesadaran masih jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya masih terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat saja berkembang di kemudian hari. (7,8)

23

Etiologi
Banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari penyebab skizofrenia. Dari berbagai penelitian ini, muncul teori dan faktor- faktor yang dapat menyebabkan seseorang menderita skizofrenia. 1. Faktor genetik Dalam buku Psikologi Abnormal (Durrand, 2007) disebutkan tidak ada satu gen tunggal pun yang bertanggung jawab atas terjadinya skizofrenia. Sebaliknya, banyak gen saling berkombinasi untuk menghasilkan kerentanan. Dari suatu penelitian (Gottessman, 1991) didapati peningkatan resiko skizofrenia bila ada anggota keluarga yang juga menderita gangguan ini. Hubungan Faktor Genetik dan Skizofrenia (7) Hubungan Keluarga
Kembar monozigotik Anak dengan kedua orangtua skizofrenia Kembar dizigotik Anak dengan satu orangtua skizofrenia Saudara kandung Cucu Paman/ bibi

Peningkatan Resiko
45% 42% 35% 32% 12% 12% 3%

2. Pengaruh Neurobiologis (7,8)

Pengaruh dopamin dan neurotransmiter lainnya Teori ini mengemukakan pada pasien skizofrenia terdapat peningkatan aktivitas dopaminergik, terutama dopamin tipe 2 (Carlsson, 1995; Maas dkk, 1997). Hal ini dibuktikan dengan pemberian obat- obat antipsikotik yang memblok reseptor dopamin dapat mengurangi gejala skizofrenia. Neurotransmiter lain yang dianggap berperan adalah serotonin, norepineprin, dan GABA. Beberapa pasien skizofrenia ditemukan kehilangan neuron GABA-ergik di dalam hipokampus. Hilangnya neuron inhibitor ini menyebabkan hiperaktivitas dopaminergik dan noradrenergik.

Struktur otak Penelitian menunjukkan struktur otak pasien skizofrenia memiliki ukuran ventrikel lateral yang lebih besar dibandingkan orang normal. Ventrikel yang ukurannya lebih besar ini menyebabkan kerentanan skizofrenia. Penelitian lain melihat keterlibatan

24

lobus frontalis otak yang kurang aktif. Lobus frontalis merupakan area untuk berpikir dan bernalar. Hipofrontalis ini mungkin memainkan peranan dalam gejala negatif.

Infeksi virus Teori ini menyebutkan skizofrenia lebih banyak terjadi pada orang yang tinggal di daerah padat penduduk, yang lebih banyak terpapar sumber infeksi. Paparan influenza pada ibu hamil di trimester kedua juga meningkatkan resiko skizofrenia pada anak yang dilahirkan.

3. Pengaruh psikologis dan sosial Teori ini melihat pengaruh stress dan lingkungan sosial yang menyebabkan skizofrenia.

Epidemiologi
Di seluruh dunia, prevalensi seumur hidup skizofrenia sama antara laki- laki dan perempuan. Prevalensi secara umum diperkirakan sekitar 0,2% sampai 1,5%. Pada laki- laki onset pada usia 15-25 tahun. Pada perempuan onset pada usia 25-35 tahun.

Gejala Klinis
Gejala Positif
1. Delusi 2. Halusinasi 3. Gejala disorganisasi bentuk dan isi pikiran 4. Disorganisasi dalam pembicaraan 5. Agitasi

Gejala Negatif
1. Afek tumpul (blunted effect) 2. Menarik diri secara emosional maupun sosial 3. Sulit berpikr abstrak 4. Pikiran yang stereotype 5. Spontanitas berkurang 6. Alogia Defisiensi dalam jumlah atau isi pembicaraan. Bila ditanya, pasien menjawab dengan jawaban pendek- pendek saja. 7. Avolisi Kehilangan minat untuk melakukan kegiatan, bahkan fungsi- fungsi dasar sehari- hari seperti makan, mandi dll. 8. Anhedonia Tiada perasaan senang. Pasien skizofrenia tidak perduli terhadap kegiatan yang menyenangkan, termasuk makan, interaksi sosial dan hubungan seksual.

25

Klasifikasi
PPDGJ III
1. Skizofrenia paranoid 2. Skizofrenia hebrefenik 3. Skizofrenia katatonik 4. Skizofrenia tak tergolongkan 5. Post schizophrenic depression 6. Skizofrenia residual 7. Simple schizophrenia 8. Other schizophrenia

DSM IV- TR
1. Skizofrenia paranoid 2. Skizofrenia hebrefenik 3. Skizofrenia katatonik 4. Skizofrenia tak tergolongkan 5. Skizofrenia residual

Kriteria Diagnostik
Pada skizofrenia harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan aspek perilaku pribadi. Perubahan itu berupa hilangnya minat, hidup tidak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, penarikan diri secara sosial. Berdasarkan PPDGJ-III, kriteria untuk menegakkan diagnosis skizofrenia adalah apabila ditemukan satu gejala utama (a-d) secara jelas , atau dua dari gejala tambahan (f-h) apabila gejala utama kurang jelas. Gejala sudah berlangsung lebih dari 1 bulan dan pasien dalam keadaan kompos mentis.

a. Terdapat gangguan isi pikiran, yakni pikiran yang bergema dan berulang- ulang (thought echo), penanaman pikiran (thought insertion) , penarikan pikiran (thought withdrawal), dan siar pikiran (thought broadcasting).

b. Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan inteligensi dan latar belakang kebudayaannya meskipun sudah dibuktikan hal itu mustahil. Keyakinan tentang dirinya yang dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar (delusion of control). Waham yang lain dapat berupa waham tentang dirinya yang dipengaruhi oleh suatu kekuatan tetentu dari luar (delusion of influence), waham tentang dirinya yang tidak berdaya dan pasrah pada kekuatan tertentu dari luar ( delusion of passivity), dapat pula berupa delusional perception suatu pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat. Tentang dirinya, hal ini dimaksudkan bahwasanya secara jelas hal tersebut merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus.

26

c. Halusinasi auditori Dapat berupa suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien. Terkadang mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan ma-khluk asing dari dunia lain).

e. Halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (blocking) atau yang mengalami sisipan, yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.

g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas lilin, negativisme, mutisme, dan stupor. h. Gejala-gejala negatif, seperti sikap yang sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial. Tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Kriteria Diagnostik untuk Subtipe Skizofrenia


1. Skizofrenia Paranoid
Gejala utama: halusinasi/waham menonjol seperti mengancam pasien/memberi

perintah tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung atau bunyi tawa. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pem-bicaraan,gejala katatonik relative tidak nyata/tidak menonjol.
Gejala tambahan: epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan.

27

Pedoman diagnostik : memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia ditambah gangguan utama. 2. Skizofrenia Hebefrenik
Gejala utama :

- Perilaku tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, manerisme, menyendiri, hampa tujuan atau perasaan. - Afek dangkal dan tidak wajar, perasaan puas, senyum sendiri, tinggi hati ungkapan kata yang diulang dan disertai oleh cekikikan. - Proses pikir mengalami disorganisasi, pembicaraan tidak menentu serta inkoheren
Gejala tambahan :

- Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan proses pikir menonjol. - Halusinasi dan waham ada tapi tidak menonjol. - Adanya preokupasi dangkal yang bersifat dibuat-buat terutama yang bersifat abstrak Pedoman diagnostik: pertama kali diberikan pada usia remaja/dewasa muda (biasa usia 15-25 tahun). 3. Skizofrenia Katatonik
Gejala utama :

- Memiliki gambaran klinis stupor, gaduh-gelisah, menampilkan posisi tubuh tertentu dan mempertahankannya negatifisme, rigiditas, fleksibilitas cerea (waxy flexibility) serta command automatism (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah) dan pengulangan kata serta kalimat. - Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik atau alkohol dan obat-obatan serta dapat terjadi pada gangguan afektif. Pedoman Diagnostik : memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia dan terdapat 1/lebih dari gangguan utama. Pada pasien yang tidak komunikatif, diagnosis skizofrenia harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang gejala lain.

4. Skizofrenia Tak Terinci Pedoman diagnostik: memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid dan katatonik. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual/depresi pasca skizofrenia

5. Depresi Pasca Skizofrenia Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresi

28

Pedoman Diagnostik: pasien memenuhi kriteria skizofrenia selama 12 bulan terakhir ini. Beberapa gejala skizofren tetap ada tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya. Gejala gejala depresi menonjol dan mengganggu, memenuhi paling sedikit criteria episode depresif dalam kuru waktu paling sedikit 2 minggu

6. Skizofrenia Residual Pedoman diagnostik - Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol, misalnya: perlambatan psikomotorik dan aktifitas menurun. - Ada riwayat episode psikotik yang jelas dimasa lampau. - Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu 1 tahun dimana intensitas dan frekuensi telah sangat berkurang . - Tidak terdapat demensia /gangguan otak organik lain.

7. Skizofrenia Simpleks Gejala utama : kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan sub tipe skizofrenia lainnya Pedoman diagnostik : Diagnosisnya tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Disertai perubahanperubahan perilaku pribadi yang bermakna, kehilangan minat yang mencolok , tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup dan menarik diri secara sosial.

Diagnosis Banding
1. Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat Gejala psikosis atau katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam zat. Jika psikosis atau katatonis disebabkan kondisi medis non psikiatri, maka didiagnosis sebgai gangguan psikotik akibat kondisi medis umum atau gangguan psikotik akibat zat. Anamnesis lengkap dan pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding ini.

2. Berpura- pura dan Gangguan Buatan Diagnosis berpura- pura atau gangguan buatan diberikan kepada orang yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita skizofrenia. Berpura- pura skizofrenia (malingering) biasanya dilakukan seseorang yang memiliki masalah hukum atau finansial.

29

3. Gangguan Psikotik lain Gangguan psikotik yang mirip dengan skizofrenia adalah skizofreniform, gangguan psikotik singkat & gangguan skizoafektif. Perbedaan skizofrenia dengan skizofreniform dilihat dari durasi gejalanya. Pada skizofreniform gejalanya lebih dari satu bulan tapi kurang dari enam bulan. Gangguan psikotik singkat bila gejala hanya berlangsung sekurangnya satu hari tetapi tidak lebih dari satu bulan. Gangguan skizoafektif adalah diagnosis yang tepat jika sindrom manik atau depresif berkembang bersama- sama dengan gejala utam skizofrenia.

4. Gangguan Mood Membedakan skizofrenia dengan gangguan mood cukup sulit dilakukan. Pemeriksaan mental dan anamnesis lengkap sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Gejala afektif atau mood pada skizofrenia harus relatif singkat dibandingkan gejala utama.

5. Gangguan Kepribadian Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri skizofrenia. Gangguan kepribadian skizotipal, skizoid dan ambang adalah gangguan kepribadian dengan gejala yang paling mirip. Perbedaanya telah dikemukakan di pembahasan gangguan kepribadian.

Prognosis
Beberapa penelitian menunjukkan, hanya 10%-20% pasien yang telah mendapat perawatan psikiatrik yang memiliki hasil yang baik. Lebih dari 50% pasien memiliki hasil yang buruk, dengan eksaserbasi gejala, perawatan berulang di rumah sakit, episode gangguan mood berat dan percobaan bunuh diri. (8) Rentang angka pemulihan dari 10%-60%. 20-30% dari semua pasien skizofrenik mampu menjalani kehidupan yang agak normal. 20%-30% dari pasien terus mengalami gejala yang sedang. 40%-60% pasien terus terganggu secara bermakna.

30

Prognosis Baik
1. Onset lambat 2. Faktor pencetus jelas 3. Onset akut 4. Riwayat seksual, sosial, dan pekerjaan pramorbid yang baik. 5. Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif 6. Menikah 7. Riwayat keluarga gangguan mood 8. Sistem pendukung yang baik 9. Gejala positif 1. Onset muda

Prognosis Buruk

2. Tidak ada faktor pencetus 3. Onset tidak jelas 4. Riwayat sksual, sosial dan perkerjaan pramorbid yang buruk. 5. Perilaku menarik diri dan autistic 6. Sistem pendukung yang buruk 7. Gejala negatif 8. Tanda dan gejala neurologis 9. Riwayat trauma perinatal 10. Tidak ada remisi dalam tiga tahun 11. Sering relaps

Terapi
1. Perawatan di rumah sakit Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah: - Tujuan diagnostik - Menstabilkan medikasi - Keamanan pasien yang memiliki keinginan bunuh diri atau membunuh - Perilaku yang sangat kacau dan tidak sesuai - Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal. Perawatan di rumah sakit menurunkan stress pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian. Lamanya perawatan di rumah sakit tergantung pada keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Perawatan singkat di rumah sakit (4-6 minggu) sama efektifnya dengan perawatan jangka panjang di rumah sakit. Pendekatan perilaku aktif lebih efektif daripada hanya diberikan terapetik.

2. Terapi somatik Dengan pemberian antipsikotik dan obat- obatan lain yang akan dijelaskan di pembahasan selanjutnya.

3. Terapi psikososial Dengan menggunakan terapi perilaku, berorientasi keluarga, kelompok dan individual.

31

- Psikoterapi perilaku ditujukan kepada kelebihan dan kekurangan pasien. Keterampilan sosial pasien dilatih untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, dan komunikasi interpersonal. Latihan ini diikuti dengan pemberian pujian atau hadiah yang dapat meningkatkan semangat pasien untuk berlatih. - Psikoterapi berorientasi keluarga ini melibatkan anggota keluarga pasien. Pemahaman keluarga mengenai skizofrenia akan sangat membantu terapi ini. Sejumlah penelitian menemukan, terapi keluarga efektif dalam menurunkan relaps. - Psikoterapi kelompok biasanya berpusat pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi ini berguna untuk menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas pada pasien. - Psikoterapi individual dilakukan dokter psikiatrik dengan menjalin hubungan dokter pasien yang baik. Pasien skizofrenia seringkali sulit untuk percaya dengan orang lain. Dokter psikiatri harus mampu menumbuhkan rasa percaya pasien terhadapnya. Kepercayaan ini membuat pasien tetap mengikuti psikoterapi, patuh dengan medikasi dan mempunyai hasil yang baik

E. OBAT ANTIPSIKOTIK
Antipsikotik merupakan salah satu obat golongan psikotropik. Obat psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman (WHO,1966). Antipsikotik atau dikenal juga dengan istilah neuroleptik bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik
(10)

Antipsikotik bekerja dengan menduduki reseptor dopamin, serotonin dan

beberapa reseptor neurotransmiter lainnya. Pemakaian antipsikotik pada skizofrenia harus mengikuti lima prinsip utama (8). 1. Klinisi harus cermat menentukan gejala yang akan diobati. 2. Antipsikotik yang memberikan efek yang baik pada pasien di masa lalu harus digunakan lagi. 3. Lama minimal percobaan antipsikotik empat sampai enam minggu dengan dosis yang adekuat. Jika tidak berhasil, dapat diganti dengan antipsikotik jenis lain. 4. Jarang diindikasikan penggunaan lebih dari antipsikotik sekaligus. 5. Pasien harus dipertahankan dalam dosis efektif minimal.

32

Berdasarkan afinitas terhadap reseptor dopamin tipe 2 (D2) dan efek samping yang ditimbulkannya, obat ini dibagi ke dalam dua kelompok yakni antipsikotik generasi pertama (tipikal) dan antipsikotik generasi kedua ( atipikal)
(11)

Antipsikotik Generasi Pertama (Tipikal)


a. High Potency Haloperidol Flupenazin Pimozid

Antipsikotik Generasi Kedua (Atipikal)


Aripiprazol Clozapine Olanzapin Paliperidon Risperidon Ziprasidon Quatiapine

b. Low Potency Klorpromazin (CBZ/ Largactil) Proclorperazin Tioridazin

1. Antipsikotik Tipikal - Berikatan kuat dengan reseptor dopamine tipe 2. - Diberikan saat pasien mengalami gejala positif. - Efek antipsikotik terlihat beberapa hari atau minggu setelah mengkonsumsi obat. Perbaikan gejala didapat setelah obat menduduki reseptor dopamine di mesolimbik. - Lebih sering menyebabkan gejala ekstrapiramidal.

2. Antipsikotik Atipikal - Bekerja pada reseptor dopamine dan serotonin. - Diberikan saat pasien mengalami gejala negatif. - Efek samping tersering gejala ekstrapiramidal yang lebih ringan dan penambahan berat badan.

(Sumber: Lippincotts Illustrated Reviews: Pharnacology, 4 Edition.

th

33

Efek Terapetik lainnya 1. Antiemetik 2. Sedasi 3. Menghilangkan cegukan 4. Pengobatan bipolar disorder (acute mania) Efek Samping Antipsikotik (11, 12) 1. Gejala ekstrapiramidal Gejala ekstrapiramidal timbul akibat blokade reseptor dopamine 2 di basal ganglia (putamen, nukleus kaudatus, substansia nigra, nukleus subthalamikus, dan globus palidus). Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan mekanisme dopaminergik dan kolinergik sehingga sistem ekstrapiramidal terganggu. Paling sering disebabkan antipsikotik tipikal potensi tinggi. Gejala ini dibagi dalam beberapa kategori, yaitu: a. Reaksi Distonia Akut (ADR) Terjadi spasme atau kontraksi involunter akut dari satu atau lebih kelompok otot skelet. Kelompok otot yang paling sering terlibat adalah otot wajah, leher, lidah atau otot ekstraokuler, bermanifestasi sebagai tortikolis, disastria bicara, krisis okulogirik dan sikap badan yang tidak biasa. Reaksi distonia akut sering sekali terjadi dalam satu atau dua hari setelah pengobatan antipsikosis dimulai, tetapi dapat terjadi kapan saja. Keadaan ini terjadi pada kira-kira 10% pasien, lebih lazim pada pria muda, dan lebih sering dengan neuroleptik dosis tinggi yang berpotensi tinggi, seperti haloperidol dan flufenazine. Reaksi distonia akut dapat menjadi penyebab utama dari ketidakpatuhan pemakaian obat. b. Akatisia Akatisia merupakan gejala ekstrapiramidal yang paling sering terjadi akibat antipsikotik. Kemungkinan terjadi pada sebagian besar pasien terutama pada populasi pasien lebih muda. Terdiri dari perasaan dalam yang gelisah, gugup, keinginan untuk tetap bergerak dan sulit tidur. Akatisia dapat menyebabkan eksaserbasi gejala psikotik akibat perasaan tidak nyaman yang ekstrim. Hal ini menjadi salah satu penyebab ketidakpatuhan pengobatan. c. Sindrom Parkinson Merupakan gejala ekstrapiramidal yang dapat dimulai berjam-jam setelah dosis pertama antipsikosi atau dimulai secara berangsur-angsur setelah pengobatan bertahun-tahun. Manifestasinya meliputi gaya berjalan membungkuk, hilangnya

34

ayunan lengan, akinesia, tremor dan rigiditas. Akinesia menyebabkan penurunan spontanitas, apati dan kesukaran untuk memulai aktifitas normal. Terkadang, gejala ini dikelirukan dengan gejala negatif skizofrenia. d. Tardive Diskinesia Manifestasi gejala ini berupa gerakan dalam bentuk koreoatetoid abnormal, gerakan otot abnormal, involunter, mioklonus, balistik, atau seperti tik. Ini merupakan efek yang tidak dikehendaki dari obat antipsikotik. Hal ini disebabkan defisiensi kolinergik yang relatif akibat supersensitif reseptor dopamine di puntamen kaudatus. Prevalensi tardive diskinesia diperkirakan terjadi 20-40% pada pasien yang berobat lama. Sebagian kasus sangat ringan dan hanya sekitar 5% pasien memperlihatkan gerakan berat nyata. Faktor predisposisi meliputi umur lanjut, jenis kelamin wanita, dan pengobatan berdosis tinggi atau jangka panjang. 2. Neuroleptic Malignant Neuroleptic malignant adalah suatu sindrom yang terjadi akibat komplikasi serius dari penggunaan obat antipsikotik. Sindrom ini merupakan reaksi idiosinkratik yang tidak tergantung pada kadar awal obat dalam darah. Sindrom tersebut dapat terjadi pada dosis tunggal antipsikotik (phenotiazine, thioxanthene, atau neuroleptikal atipikal). Biasanya berkembang dalam 4 minggu pertama setelah dimulainya pengobatan. SNM sebagian besar berkembang dalam 24-72 jam setelah pemberian antipsikotik atau perubahan dosis (biasanya karena peningkatan). Sindroma neuroleptik maligna dapat menunjukkan gambaran klinis yang luas dari ringan sampai dengan berat. Gejala disregulasi otonom mencakup demam, diaphoresis, tachipnea, takikardi dan tekanan darah meningkat atau labil. Gejala ek,d strapiramidal meliputi rigiditas, disfagia, tremor pada waktu tidur,

distonia dan diskinesia. Tremor dan aktivitas motorik berlebihan dapat mencerminkan agitasi psikomotorik. Konfusi, koma, mutisme, inkotinensia dan delirium mencerminkan terjadinya perubahan tingkat kesadaran. 3. Peningkatan berat badan Paling sering karena pengobatan antipsikotik atipikal. Nafsu makan yang meningkat erat kaitannya dengan blokade reseptor alpha1- adrenergic dan Histaminergic. 4. Peningkatan prolactin Blokade reseptor dopamine 2 di hipotalamus menyebabkan berkurangnya pembentukan prolactin release factor. Akibatnya, faktor inhibitor prolaktin ke hipofisis berkurang

35

sehingga terjadi peningkatan kadar prolaktin. Pada perempuan didapati sekresi payudara, sedangkan pada pria didapati ginekomasti.

5. Efek blokade reseptor kolinergik - Pandangan kabur - Mulut kering (kecuali klozapin yang meningkatkan salvasi) - Penurunan kontraksi smooth muscle sehingga terjadi konstipasi dan retensi urin.

6. Efek blokade reseptor adrenergik : hipotensi ortostatik. 8. ULASAN Pada saat pleno pakar muncul pertanyaan mengapa gejala positif memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan gejala negatif. Menurut Sinopsis Psikiatri (Kaplan, 2010), pasien skizofrenia dengan gejala positif cenderung membaik dengan berjalannya waktu (8). Hal ini dikarenakan pasien dengan gejala positif memiliki interaksi sosial yang lebih baik dibandingkan dengan gejala negatif. Beberapa penelitian lebih melihat hubungan gejala negatif dengan prognosis buruk (Roff & Knight 1978; Johnstone et al. 1979; Knight et al. 1979; Kolakowska et al. 1985; Pogue-Geile & Harrow 1985; Biehl et al. 1986; Keefe et al. 1987; Munk-Jorgensen & Mortensen 1989; Breier et al. 1991; Fenton & McGlashan 1992). Dari hasil penelitian itu didapatkan, disfungsi psikosial pada gejala negatif meningkatkan perburukan/ keparahan skizofrenia. Namun, penelitian lain juga menemukan bahwa pasien dengan gejala positif juga banyak mengalami perburukan (Pogue-Geile & Harrow 1984; Keefe et al. 1987; Breier et al. 1991)
(13).

Pada tabel prognosis skizofrenia, dapat kita lihat

bahwa membaik atau memburuknya keadaan pasien ditentukan oleh banyak faktor. Memang salah satu faktor yang mengarah pada perbaikan pasien adalah gejala positif. Namun faktor- faktor lain juga turut mempengaruhi, sehingga gejala positif tidak selalu memiliki prognosis yang baik. Pertanyaan lain yang muncul adalah bagaimana mekanisme mata mendelik, yaitu salah satu efek samping dari obat antipsikotik. Mata mendelik (oculogyric crisis) merupakan salah satu gejala distonia. Penyebabnya akibat blokade reseptor dopamin di basal ganglia (nigrostriatal) karena obat antipsikotik. Dari beberapa referensi yang saya baca, tidak dijelaskan secara detail bagaimana oculogyric crisis terjadi. (12,13) Pertanyaan lainnya adalah obat apa yang seharusnya diberikan pada pasien setelah ada efek samping. Obat yang digunakan pada kasus kita adalah haloperidol. Haloperidol merupakan salah satu obat antipsikotik tipikal potensi tinggi dan efek samping ekstrapiramidal yang ditimbulkannya sangat besar. Menurut Kaplan (2010) haloperidol dapat diganti dengan obat atipikal, risperidon. Risperidon merupakan obat lini pertama untuk

36

mengobati skizofrenia. Kemungkinan obat ini lebih aman dan lebih efektif daripada obat antagonis dopaminergik tipikal. Selain risperidon, diindikasikan juga clozapine yang dinyatakan efektif dan kurang gejala ekstrapiramidalnya. Namun obat ini mahal dan disertai insidensi 1% terjadinya agranulositosis. Karena itu, pasien yang mendapat pengobatan dengan clozapin harus melakukan pemeriksaan darah lengkap tiap dua minggu.
(8)

Pertanyaan terakhir saat pleno pakar adalah bagaimana membedakan skizofrenia asli dan skizofrenia pura- pura. Skizofrenia pura- pura (malingering psychosis) merupakan sebutan bagi orang yang bukan menderita skizofrenia tetapi meniru gejala skizofrenia.

Untuk membedakannya, dapat digunakan penilaian status mental, anamnesis riwayat hidup dan pemantauan pasien. Pemantauan dilakukan untuk melihat apakah gejala skizofrenia benar atau hanya berpura- pura. Pada pasien juga dilakukan penelusuran mengenai kemungkinan motif penyebab kepura- puraan. Biasanya terdapat salah satu dari lima alasan yang menyebabkan seseorang melakukan malingering psychosis. Satu, berhubungan dengan kriminalitas, untuk menghindari hukuman maupun eksekusi. Kedua, untuk menghindari wajib militer. Ketiga untuk mendapatkan bantuan finansial atau asuransi. Keempat, dilakukan oleh tahanan penjara untuk mendapatkan obat atau pemindahan tempat ke rumah sakit jiwa. Kelima untuk mendapatkan fasilitas gratis, berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal. (8,14)

9. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan:


- Mekanisme

pertahanan ego adalah suatu mekanisme pertahanan diri untuk

menghadapi realitas eksternal yang penuh tantangan. Mekanisme ini menjaga keseimbangan antara dorongan dalam diri dengan realitas eksternal.
- Mekanisme pertahanan ego tidak selalu maladaptif dan patologis. Bila individu

menggunakan mekanisme ini dengan efektif dan sesuai dengan perkembangan, maka mekanisme ini berguna dalam proses adaptasi dengan lingkungan eksternal.
- Mekanisme pertahanan ego dibagi menjadi tiga,yakni:

matang, tidak matang dan dan kesesuaian dengan

(primitif)

tergantung,

dari

keefektifan

pemakaian

perkembangan.
- Mekanisme pertahanan ego primitif banyak ditemukan pada orang yang mempunyai

gangguan kepribadian dan psikotik.


- Gangguan kepribadian adalah suatu pola atau sifat kepribadian yang tidak fleksibel

dan maladaptif, yang bersifat menetap dalam mempersepsi, memikirkan dan berhubungan dengan lingkungan dan diri sendiri.

37

- Menurut DSM IV terdapat 10 jenis gangguan kepribadian, yakni: paranoid, skizoid,

skizotipal, ambang, antisosial, histrionik, narsistik, menghindar, dependen dan obsesif kompulsif.
- Gangguan kepribadian adalah salah satu faktor penyebab skizofrenia. - Salah satu tanda dan gejala penyakit psikiatrik dapat dilihat dari gangguan isi pikiran,

bentuk pikiran dan persepsi.


- Skizofrenia adalah gangguan psikotik berat yang ditandai dengan halusinasi, waham,

masalah perilaku dan kehilangan kontak dengan realitas.


- Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya skizofrenia, yakni faktor biologis,

pengaruh sosial dan emosional kognitif. Faktor biologis terdiri dari faktor genetik, abnormalitas neurotransmiter, abnormalitas struktur otak dan komplikasi perinatal. Pengaruh sosial terdiri dari lingkungan dan budaya. Pengaruh emosional dan kognitif berhubungan dengan gangguan mood dan gangguan kepribadian.
- Menurut PPDGJ III, skizofrenia terdiri dari beberapa subtype, yakni skizofrenia

paranoid, hebrefrenik, katatonik, tak tergolongkan, depresi post skizofrenia, skizofrenia lainnya.
- Gejala klinis skizofrenia dikelompokkan menjadi dua, yakni gejala negatif dan positif.

Gejala positif ditandai dengan halusinasi, waham, akatsia, dan agitasi. Gejala negatif ditandai dengan penarikan diri pasien dari sosial dan minat untuk melakukan aktivitas berkurang.
- Penatalaksaan untuk pasien skizofrenia dapat dilakukan psikoterapi di rumah sakit

atau berbasis keluarga dan pengobatan dengan obat antipsikotik.


- Antipsikotik bekerja dengan memblok reseptor dopamine. - Berdasarkan afinitas obat dengan reseptor dopamine, antipsikotik dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu: generasi pertama (tipikal), yang bekerja pada reseptor dopamine dan generasi kedua (atipikal) yang bekerja pada reseptor dopamine dan serotonin.
- Efek samping obat antipsikotik yaitu gejala ekstrapiramidal (terutama antipsikotik

tipikal), peningkatan berat badan (terutama antipsikotik atipikal), neuroleptik maligna, peningkatan prolaktin, mulut kering, konstipasi, retensi urin dan hipotensi ortostatik. Kesimpulan Kasus Berdasarkan diskusi yang dilakukan sebanyak dua kali dan pencarian data dari berbagai referensi, maka dapat ditarik kesimpulan untuk pemicu VI ini, yaitu Pak A menderita

skizofrenia dan setelah mendapat pengobatan dengan haloperidol timbul efek samping gejala ekstrapiramidal.

38

10. DAFTAR PUSTAKA 1. Arif I S. Pandangan Topografis dan Pandangan Struktural Tentang Kepribadian. In:Rose Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian. Bandung: Refika Aditama; 2006:13-24. 2. Arif I S. Defense Mechanism. In:Rose Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian. Bandung: Refika Aditama; 2006:31-44. 3. Durand V M, Barlow D H. Gangguan Kepribadian. In: Heppy El Rais, eds. Psikologi Abnormal Edisi IV Buku 2. Jakarta: Pustaka Pelajar Inc; 2007: 176-220. 4. Kaplan H I,Sadock B J,Grebb J A. Gangguan Kepribadian. In: I Made Wiguna S,eds. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Tangerang: Bina Rupa Aksara Inc; 2010:258-290. 5. Maramis, W F. Catatan Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press; 1998. 6. Kaplan H I,Sadock B J,Grebb J A. Tanda dan Gejala Penyakit Psikiatrik. In: I Made Wiguna S, eds. Sinopsis Psikiatri Jilid 1. Tangerang: Bina Rupa Aksara Inc; 2010:466-480. 7. Durand V M, Barlow D H. Skizofrenia dan Gangguan- Gangguan Psikotik lainnya. In: Heppy El Rais, eds. Psikologi Abnormal Edisi IV Buku 2. Jakarta: Pustaka Pelajar; 2007: 226-271. 8. Kaplan H I,Sadock B J,Grebb J A. Skizofrenia. In: I Made Wiguna S,eds. Sinopsis Psikiatri Jilid 1. Tangerang: Bina Rupa Aksara Inc; 2010: 699-743. 9. Departemen Kesehatan R I. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ). Edisi ke III. Jakarta 10. Santoso S O, Wiria M S. Psikotropik. In:Sulistia G.Ganiswarna, eds. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta:Gaya Baru;148-162. 11. Finkel R, Clark MA. Neuroleptics (e-book). Lippincott Williams&Wilkins. 2009. 12. Ginsberg L. Penyakit Parkinson dan Gangguan Gerakan Lainnya. In: Amalia Safitri. Lecture Notes Neurologi Edisi 8. Ciracas: Penerbit Erlangga; 2007;100-111. 13. American Medical Network. Course of Positive and Negative Symptoms Schizophrenia. Available at: http://www.health.am/psy/more/course-of-positive-andnegative-symptoms/ 14. Australasin Psychiatry. Malingered psychosis leading to involuntary psychiatric hospitalization. Available at: http://www3.interscience.wiley.com/journal/118565660/abstract?CRETRY=1&SRET RY=0/

39

Lampiran
Kerangka Berpikir Skizofrenia PENCETUS
1.Kejadian hidup yang traumatik. 2.Kadangan tidak ada pemicu yang jelas.

ETIOLOGI
Faktor Biologis 1. Faktor genetik (riwayat skizofrenia di keluarga) 2. Komplikasi perinatal dan persalinan. 3. Infeksi virus pada saat kehamilan. 4. Abnormalitas neurotransmiter (dopamine, serotonin, GABA) 5. Struktur otak (ventrikel membesar, lobus frontalis hipoaktif) Pengaruh Sosial 1. Lingkungan 2. Budaya Pengaruh Emosional/ Kognitif 1. Manifestasi aktif dari gangguan isi dan bentuk pikiran. (waham, delusi, pembicaraan terdisorganisasi) 2. Gangguan kepribadian (paranoid, skizoid, skizotipal, dll) 3. Gangguan mood 4. Mekanisme pertahanan ego yang tidak sesuai dengan perkembangan/ usia.

SKIZOFRENIA
Gejala: - Delusi - Halusinasi - Gangguan bicara terdisorganisasi - Masalah perilaku (agitasi liar, cara berpakaian yang tidak sesuai, kurangnya hygiene diri) - Menarik diri dari pergaulan sosial

PENATALAKSANAAN
1. Perawatan di rumah sakit 2. Psikoterapi keluarga, kelompok dan individu. 3. Antipsikotik (pertimbangkan efek samping) Antipsikotik tipikal Antipsikotik Atipikal - High Potency (haloperidol, Clozapine, olanzapin, flupenazin, pimozid) paliperidon, risperidon, - Low Potency (klorpromazin, ziprasidon, quatiapine. proclorperazin, tioridazin)

PROGNOSIS
- 10-20% pasien yang mendapat perawatan psikiatrik prognosisnya baik. - >50% hasilnya buruk. - 20-30% mampu menjalani hidup agak normal, 20-30% mengalami gejala sedang, 60% terganggun seumur hidup.

40

You might also like