Professional Documents
Culture Documents
Hidung, nasofaring dan orofaring Rongga mulut, lidah dan insersinya pada mandibula, gigi geligi, rahang atas/bawah Laring, bangunan diantara mulut dan trakea terdiri atas pita suara, kartilago aritenoid, vallecula, epiglotis Trakea, bronkus kiri dan kanan serta percabangannya sampai ke alveoli Parenkim paru dan pembuluh darahnya Mediastinum, pleura dan rongga pleura, jantung dan perikardium Dinding thorak, tulang iga, tulang dada, tulang belakang, otot pernafasan, saraf interkotalis dan diafragma
Kematian yang terjadi pada pasien gawat darurat dengan gangguan jalan nafas
Tidak mengenali adanya sumbatan jalan nafas Tidak mengenali adanya ketidakmampuan pasien untuk bernafas secara adekuat Keterlambatan menjaga jalan nafas maupun membantu pernafasan, walau gangguan sudah diketahui Aspirasi benda asing atau isi lambung Kesulitan teknis dalam menjaga jalan nafas / membantu ventilasi
Jalan nafas baik, Pernafasan baik, Perfusi ke otak baik Cari kemungkinan Adanya gangguan Jalan nafas
Pasien dengan kesadaran menurun (GCS < 8) beresiko tinggi terjadi gangguan nafas dan bila ada kombinasi gangguan pernafasan maka diperlukan jalan nafas definitif (pemasangan pipa trakea) Dalam hal ini, tujuan jalan nafas definif : Memberikan jalan nafas yang lancar Pemberian oksigen yang efektif Membantu ventilasi Mencegah aspirasi
Pada trauma kapitis, untuk mencegah trauma otak sekunder, perlu dijaga oksigenasi dan dicegah adanya hiperkarbia (kelebihan CO2)
Beberapa keadaan dimana jalan nafas akan menjadi mengkhawatirkan : Trauma pada wajah yang dapat menyebabkan fraktur/dislokasi dengan gangguan oro dan nasofaring. Fraktur tulang wajah perdarahan, sekresi , avulsi gigi menambah masalah jalan nafas Fraktur ramus mandibula, terutama bilateral lidah jatuh ke belakang. Gangguan terjadi pada posisi terlentang Perlukaan daerah leher rusaknya laring atau trakea / perdarahan dalam jaringan lunak yang menekan pernafasan Adanya cairan lambung, muntahan, darah atau benda lain dalam mulut atau orofaring Edema laring akut akibat trauma atau infeksi
Pernafasan SEE-SAW Dimana dada dan perut naik turun bergantian tampa ada udara nafas yang menandakan ada sumbatan total
II. Bunyi
Pernafasan yang berbunyi adalah pernafasan yang terobstruksi
Mendengkur : karena lidah jatuh ke belakang Suara berkumur (gurgling) : karena ada darah / cairan Stridor (serak / parau) : disebabkann obstruksi parsial faring atau laring
Dengan Alat : 1. Pipa oro-faring atau naso-faring menahan lidah agar tidak jatuh ke belakang dan menutup jalan nafas 2. Intubasi pipa trakea (orotrakea atau nasotrakea) sebagai pemasangan jalan nafas yang definitif 3. Laryngeal Mask Airway (masker laring) 4. Krikotirotomi (krikotiroidotomi) dengan jarum (nald) pada membrana cricothyreoid
Oropharigeal Airway
Nama lain : Gudel Mayo 1 2
Oropharigeal Airway
Tidak merangsang muntah, ukuran untuk dewasa 7 mm atau jari kelingking kanan. Bila GCS pasien diatas 8
Oropharigeal Airway
1 3
2
4
Tindakan Operatif
1. Krikotirotomi, operasi dengan membuat sayatan dengan pisau bedah pada membrana cricothyreoid, kemudian dibuka dengan retraktor, masukkan pipa trakheostomi no. 4 sampai 7 mm diameter internal 2. Trakheostomi, merupakan pemasangan jalan nafas definitif melalui operasi di leher Tindakan tindakan ini hanya dilakukan oleh ahlinya bila ada indikasi
Crico-thyroido-tomy
Pipa Trakeostomi
BREATHING (PERNAFASAN)
Gagal Nafas Akut : Keadaan yang mengancam jiwa karena sistem pernafasan tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
Tipe Gagal Nafas dibagi 2 yaitu : 1. Hipoksemik, bila seseorang bernafas pada udara kamar PaCO2 < 50 mmHg 2. Hiperkapnik bila PaCO2 >50 mmHg
Gagal nafas dapat akut maupun kronik bergantung pada lama dan keadaan kompensasi
Gagal Nafas Hipoksemik Terlihat pada pasien dengan cedera paru akut atau pada edema paru akut berpengaruh pada kemampuan sistem paru untuk memberi oksigenasi yang adekuat Gagal Nafas Hiperkapnik Terjadi pada sumbatan aliran udara berat, kegagalan pusat pernafasan atau kegagalan neuromuskuler pernafasan
Manifestasi Klinik distress dari pernafasan umumnya merupakan refleksi tanda dan gejala hiperkapnik, hipoksemik atau keduanya 1. Perubahan status kesadaran dari gelisah sampai somnolen Bukti naiknya kerja nafas, misalnya cuping hidung, pemakaian otot nafas tambahan, retraksi pada interkostalis/suprasternalis/supraclavicula, takipnea atau pola nafas paradoks atau tidak sinkron Sianosis pada mukosa (lidah, mulut & kuku) Berkeringat, takikardi, hipertensi dan gejala stress lain akibat pelepasan katekolami
2.
3. 4.
Manajemen Pernafasan
PEMBERIAN OKSIGEN Pada pasien yang masih bernafas Spontan, kita dapat memperkaya Oksigen inspirasi dengan memberi Oksigen Tindakan ini adalah tindakan Sementara sambil menegakkan Diagnosis etiologi hipoksemia dan Sikap terapi selanjutnya
BANTUAN NAFAS
c. d. e. f.
g.
Kanula nasal, aliran oksigen 0,5 5 liter/menit memberi konsentrasi oksigen inspirasi maksimal 4050 % Masker Hudson, aliran oksigen minimal 4 liter/menit konsentrasi oksigen 30-60 % (tergantung pada aliran oksigen dan tipe pernafasan pasien) Masker Venturi, dapat diatur konsentrasi O2, Inspirasi 24-50 % Masker Muka Aerosol, konsentrasi O2 tidak diketahui pasti Masker Muka NonRebreathing, aliran oksigen tinggi 8-10 liter/menit) konsentrasi O2 inspirasi cukup tinggi CPAP (Continue Positive Airway Pressure), tekanan jalan nafas kontinyu. Konsentrasi O2 bervariasi sampai 100 % dipakai pada oedem paru akut Rangkaian Masker-Klep-Kantong (bag-valve-mask), seperti ambu bag atau air viva oksigen 100 % ideal untuk pre-oksigenasi sebelum intubasi
BANTUAN NAFAS
Indikasi bantuan nafas mekanik : a. Kelainan Ventilasi Disfungsi otot pernafasan karena - Kelelahan otot pernafasan - Kelainan dinding dada Penyakit neuromuskular Rangsang pernafasan menurun Kenaikan tahanan jalan nafas dan atau obstruksi
b. Kelainan Oksigenasi
Hipoksemia refrakter Perlu PEEP (Positive End Ekspiratory Pressure) Kerja nafas yang berlebihan
Bantuan nafas dilakukan manual dengan memakai ambu bag atau air viva dengan respirato / ventilator
b. Ventilasi Kontrol Membantu (Assist Control Ventilation), pasien bernafas dan memulai nafasnya
sebagai tekanan negatif (dapat diatur besarnya) kemudian menggerakkan ventilator untuk memberikan udara tambahan. Bila dengan manual, maka udara yang dipompakan ke dalam paru mengikuti pernafasan pasien
c.
mengatasi tahanan jalan nafas dan kerja pernafasan karena penyakitnya, terpasangnya pipa trakhea, klep inspirasi dan aspek lain ventilator d. Ventilasi Kontrol Tekanan, merupakan ventilasi dengan cara siklus waktu sehingga dapat membatasi inspirasi puncak
e. Ventilasi Jalan Nafas Positive Kontinyu (SIMV), pasien masih bernafas dengan iramanya sendiri
tetapi diatur beberapa kali dalam siklus pernafasannya per menit dibantu oleh ventilator dengan volume tidal yang diinginkan
f.
Tekanan Jalan Nafas Positive Kontinyu (CPAP), bukan ventilasi mekanik tetapi banyak
dikerjakan dalam pengelolaan gagal nafas
Maka :
Gangguan di jalan nafas dan kesulitan bernafas adalah hal yang mengancam kelangsungan hidup manusia Gangguan harus dikenali secara awal dan segera dilakukan tindakan penyelamatan Penyelamatan dilakukan secara umum dan spesifik utuk bentuk penyakit tertentu