You are on page 1of 9

1

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Resiliensi merupakan gambaran dari proses dan hasil kesuksesan beradaptasi dengan keadaan yang sulit atau pengalaman hidup yang sangat menantang, terutama keadaan dengan tingkat stres yang tinggi atau kejadiankejadian traumatis (Rutter dalam Wolkow, 2001). Menurut Jackson (2002), resiliensi adalah kemampuan individu untuk dapat beradaptasi dengan baik meskipun dihadapkan dengan keadaan yang sulit. Dalam ilmu perkembangan manusia, resiliensi memilki makna yang luas dan beragam, mencakup kepulihan dari masa traumatis, mengatasi kegagalan dalam hidup, dan menahan stres agar dapat berfungsi dengan baik dalam mengerjakan tugas sehari-hari. Dan yang paling utama, resiliensi itu berarti pola adaptasi yang positif atau menunjukkan perkembangan dalam situasi sulit (Masten & Gewirtz, 2006). Mahasiswa baru merupakan status yang disandang oleh mahasiswa di tahun pertama kuliahnya. Memasuki dunia kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang (Santrock, 2006; Greenberg, 1999). Biasanya individu mengalami banyak perubahan di tahun pertamanya kuliah ketika memasuki perguruan tinggi. Hal ini terkait dengan penyesuaian yang merupakan masalah berat yang harus dihadapi individu ketika memasuki dunia kuliah (Dyson & Renk, 2006). Penyesuaian diperlukan karena adanya perubahan pada kehidupan individu.

Pada umumnya, seseorang memasuki dunia perkuliahan pada usia18 tahun. Menurut Levinson (dalam Turner & helms, 1995), usia 17-22 tahun merupakan tahapan pertama dari era dewasa muda yang ditandai dengan adanya transisi dari remaja (masa pra dewasa) ke kehidupan dewasa. Pada usia ini juga seseorang memasuki bangku kuliah sebagai jalur penting menuju kedewasaan (Papalia, Feldman, & Olds, 2007). Kondisi ini membawa seseorang pada dua transisi yang harus dijalankan dalam satu waktu, yaitu dari remaja ke dewasa dan dari senior di sekolah menengah atas menjadi mahasiswa baru di perguruan tinggi. Kurikulum dengan menggunakan sistem blok telah diimplementasikan di pendidikan kedokteran di seluruh dunia. Tujuan dari metode tersebut adalah untuk mendorong self-directed learning, meningkatkan keingintahuan, berbasis kasus, pembelajaran kontekstual, dan berpusat pada mahasiswa (Heru dalam Utami 2012). Sejak dikeluarkannya SK Mendiknas No.045/U/2002 tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi yang berbasis kompetensi, maka Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mulai menerapkan kurikulum tersebut yang selanjutnya diikuti oleh jurusan-jurusan kesehatan lain seperti keperawatan. Jurusan keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman mulai tahun ajaran 2010 telah menerapkan

kurikulum berbasis kompetensi menggunakan sistem blok. Kurikulum adalah salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan. Oleh karena itu, setiap kurun waktu tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mahasiswa angkatan 2010 adalah

angkatan pertama yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem blok (Utami, 2012). Perubahan lain terjadi pada pola hubungan pengajar dengan

mahasiswanya. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2000), pola hubungan antara dosen dan mahasiswa sangat berbeda dibanding dengan hubungan antara guru dan siswa. Dialog langsung pada tingkat-tingkat awal jarang dilakukan di ruangan yang mana jumlah mahasiswa biasanya besar. Perhatian dosen terhadap mahasiswa juga lebih sedikit dibandingkan dengan perhatian guru ke siswanya. Menurut Greenberg (1999) secara khusus merangkum stressors yang ada pada mahasiswa (yang memasuki perkuliahan setelah lulus SMA), yaitu: perubahan gaya hidup (masa transisi dari SMA ke Universitas), nilai, jumlah mata kuliah yang diambil, masalah pertemanan, cinta, rasa malu, dan kecemburuan. Murphy dan Archer (dalam Duffy & Atwater, 2005) menambahkan bahwa persaingan antar mahasiswa yang tinggi merupakan salah satu pemicu stres bagi mahasiswa. Stres yang dialami oleh mahasiswa memberikan dampak yang negatif pada kondisi fisik dan psikis seseorang. Dampak tersebut dapat berupa gejala fisiologis, emosional, kognitif, hubungan interpersonal, dan organisasional (Rice, dalam Safaria, 2005). Stres juga dapat mempengaruhi perkembangan dan gejala-gejala penyakit seperti darah tinggi, sakit kepala, dan demam (Sarafino & Ewing, 1999). Lebih spesifik lagi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hudd (Duffy & Atwater, 2005) dampak stres yang dialami oleh mahasiswa sering kali berupa tingkah laku yang negatif seperti merokok, meminum minuman keras, mengkonsumsi junk

food, dan bunuh diri. Sebagai tambahan, mahasiswa yang stres akan berpengaruh buruk terhadap nilai Indeks Prestasi (IP) dan kesehatannya. Pada dasarnya kehidupan setiap individu pasti mengalami kesulitan dan permasalahan oleh karena itu sangat penting bagi setiap individu tersebut melihat dan mengetahui bagaimana tingkat resiliensi atau kemampuan dalam menghadapi dan mengatasi masalah serta kesulitan hidup. Namun dalam penelitian ini, peneliti akan melihat dunia mahasiswa yang saat ini sangat dekat dengan peneliti karena peneliti sedang berada di dalamnya. Peneliti juga memfokuskan pada mahasiswa sistem blok karena sesuai dengan riset yang dilakukan oleh Utami (2012) terhadap 79 responden menyatakan bahwa responden yang mengalami stres sebesar 83,5% (66 responden), sedangkan yang tidak mengalami stres sebesar 16,5% (13 responden). Dari data di atas dapat dilihat bahwa bahwa mayoritas mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman mengalami stres. Hasil riset tersebut menyebutkan bahwa faktor intrapersonal dan akademik merupakan faktor penyebab stres pada mahasiswa. Faktor akademik merupakan faktor penyebab stres mahasiswa yang paling dominan yaitu 6 kali lebih berisiko dibandingkan dengan faktor yang lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut maka setiap manusia harus bisa menjadi individu yang resilien, yaitu mereka yang dapat bangkit, berdiri di atas penderitaan, dan memperbaiki kekecewaan yang dihadapinya. Dalam resiliensi itu sendiri ada tujuh aspek yang membentuk resiliensi, yaitu aspek pengaturan emosi,

aspek kontrol terhadap impuls, aspek optimisme, aspek kemampuan menganalisis masalah, aspek empati, aspek efikasi diri, dan aspek pencapaian. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses resiliensi pada mahasiswa sistem blok angkatan 2010 Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah Faktor apakah yang mempengaruhi aspek resiliensi pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem blok. C. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi aspek resiliensi pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem blok. D. Tujuan Khusus 1. 2. Mengetahui karakteristik responden meliputi umur dan jenis kelamin. Mengetahui tingkat resiliensi mahasiswa angkatan 2010 yang menggunakan sistem blok Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman 3. Mengidentifikasi pengaruh aspek pengaturan emosi pada proses resiliensi mahasiswa angkatan 2010 yang menggunakan sistem blok Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman

4.

Mengidentifikasi pengaruh aspek kontrol terhadap impuls pada proses resiliensi mahasiswa angkatan 2010 yang menggunakan sistem blok Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman

5.

Mengidentifikasi pengaruh aspek optimisme pada proses resiliensi mahasiswa angkatan 2010 yang menggunakan sistem blok Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman

6.

Mengidentifikasi pengaruh aspek kemampuan menganalisis masalah pada proses resiliensi mahasiswa angkatan 2010 yang menggunakan sistem blok Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman

7.

Mengidentifikasi pengaruh aspek empati pada proses resiliensi mahasiswa angkatan 2010 yang menggunakan sistem blok Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman

8.

Mengidentifikasi pengaruh aspek efikasi diri pada proses resiliensi mahasiswa angkatan 2010 yang menggunakan sistem blok Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman

9.

Mengidentifikasi pengaruh aspek pencapaian pada proses resiliensi mahasiswa angkatan 2010 yang menggunakan sistem blok Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman

10. Mengidentifikasi faktor yang paling dominan aspek-aspek proses resiliensi pada mahasiswa angkatan 2010 yang menggunakan sistem blok Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman

E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi beberapa pihak adalah sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa Jika sudah mengetahui tentang pengertian resiliensi dan manfaatnya diharapkan penelitian ini berguna untuk mahasiswa agar bisa menjadi individu yang resilien yang bisa bangkit dari masa sulit dan mampu beradaptasi terhadap kondisi apapun. 2. Bagi institusi pendidikan Memberikan informasi kepada institusi mengenai tingkat resiliensi pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem blok yang kemudian data tersebut dapat dijadikan dasar untuk pengembangan diri mahasiswa tersebut dan untuk membantu para mahasiswa mengantipasi berbagai permasalahan yang ada dalam hidup mereka dan mengembangkan resiliensi agar dapat mengatasi setiap permasalahan yang ada dengan efektif sehingga mahasiswa tersebut tidak mengalami penurunan pada Indeks Prestasi mereka serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penerapan kebijakan-kebijakan kampus berikutnya. 3. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai ketahanan seseorang dalam menghadapi hambatan atau kesulitan dalam hidupnya sebagai gambaran dari resiliensi itu sendiri.

F. Keaslian Penelitian 1. Penelitian yang berjudul Gambaran Resiliensi pada Mahasiswa Perantau Tahun Pertama Perguruan Tinggi di Asrama UI yang dilakukan oleh Emelia Astuty Hutapea, S.Psi. tahun 2006. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi dan mengidentifikasi kapasitas seseorang untuk beradaptasi terhadap kesulitan yang dihadapi serta kemampuannya untuk memanfaatkan situasi sulit sebagai pendorong untuk mencapai kehidupan yang lebih baik terutama untuk subyek penelitiannya tersebut yaitu mahasiswa perantau yang juga sedang mengalami tantangan akibat tugas perkembangan baru yang mereka hadapi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur Skala Resiliensi. Sampel dalam penelitian berjumlah tujuh puluh dua orang. Hasil penelitian adalah sebanyak 2 orang (2.78%) berada pada kategori resiliensi tinggi, !2 orang (16.56%) berada pada kategori resiliensi cukup tinggi, 45 orang (62.5%) pada kategori resiliensi sedang, 10 orang (13.89%) pada kategori resiliensi agak rendah dan 3 orang (4.16%) berada pada kategori resiliensi rendah. 2. Penelitian yang berjudul Hubungan Antara Bentuk-bentuk Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi Penyintas Gempa di Desa Canan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten yang dilakukan oleh Kurniya Lestari tahun 2007. Tujuan penelitiannya adalah untuk menguji secara empiris hubungan antara sikap terhadap bentuk-bentuk dukungan sosial dengan tingkat resiliensi paska gempa di Desa Canan, Kecamatan Wedi,

Kabupaten Klaten. Desain dari penelitian ini adalah incidental sampling. Sampel dari penelitian berjumlah 100 orang, alat ukur yang digunakan menggunakan Skala Resiliensi, skala sikap terhadap dukungan emosional, sikap terhadap dukungan penghargaan, sikap terhadap dukungan informasi, sikap terhadap dukungan instrumental, dan sikap terhadap dukungan jaringan sosial. Hasil dari penelitian ini adalah dukungan instrumental tidak memiliki hubungan dengan tingkat resiliensi penyintas gempa yang ditunjukan dengan angka korelasi = 0174. 3. Penelitian yang berjudul Dinamika Faktor-faktor Resiliensi pada Mantan Pecandu Narkoba yang dilakukan oleh Rani Putri Sari Purba tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dinamika faktor-faktor resiliensi pada mantan pecandu narkoba. Desain penelitiannya

menggunakan pendekatan kualitatif. Responden dalam penelitiannya adalah dua orang mantan pecandu narkoba yang sudah berhenti menggunakan narkoba lebih dari 2 tahun, sudah memiliki pekerjaan, dan berusia antara 25-50 tahun. Metode pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam (in depth interviewing) dan observasi saat wawancara berlangsung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ketujuh faktor resiliensi yang ada dalam diri responden I dan II membantu mereka dalam proses pemulihan.

You might also like