You are on page 1of 8

Sintesis Hidrogel Poliakrilamida (PAAM)-Ko-Alginat dengan Iradiasi Sinar Gamma dan Karakterisasinya (Erizal) Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007

Tanggal 26 Juni 2007

SINTESIS HIDROGEL POLIAKRILAMIDA (PAAM)-KO-ALGINAT DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA DAN KARAKTERISASINYA
Erizal, Tita P. dan Dewi S. P.
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) - BATAN Jl. Cinere Ps. Jumat PO BOX 7002, JKSKL 12070 e-mail : izza3053@yahoo.com

ABSTRAK
SINTESIS HIDROGEL POLIAKRILAMIDA (PAAM)-KO-ALGINAT DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA DAN KARAKTERISASINYA. Telah dilakukan sintesis hidrogel PAAM-ko-alginat berikatan silang dengan metode iradiasi sinar gamma. Pengaruh dosis iradiasi dan konsentrasi alginat dipelajari. Jika campuran larutan AAMalginat dipapari radiasi sinar gamma akan dihasilkan hidrogel PAAM-ko-alginat dengan kemampuan daya serap terhadap air (swelling) yang beragam tergantung pada kondisi sintesisnya (dosis iradiasi > 20 kGy) dan konsentrasi alginat (0,5-1%). Dengan naiknya dosis iradiasi dan konsentrasi alginat, fraksi gel hidrogel dan kemampuan hidrogel dalam swelling meningkat. Kemampuan swelling hidrogel PAAM-ko-alginat dalam larutan urea, NaCl, dan pengaruh suhu juga diteliti. Penurunan intensitas puncak gugus fungsi OH dan NH2 pada spektrum FT-IR dalam hidrogel mengindikasikan terjadinya struktur jaringan IPN (Interpenetrating network) dalam hidrogel. Hidrogel PAAM-ko-alginat dengan kemampuan menyerap dan mempertahankan air yang relatif besar, selayaknya dapat dipakai sebagai bahan produk kesehatan dan pertanian. Kata kunci : Alginat, Hidrogel, Iradiasi , Akrilamida, Ikatan silang

ABSTRACT
SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF CROSSLINKED HYDROGEL POLYACRYLAMIDE (PAAM)-CO-ALGINATE PREPARED BY GAMMA IRRADIATION. Crosslinked poly(acrylamide) (PAAM)-co-alginate hydrogels were prepared by gamma irradiation (-irradiation) and their conditions such as irradiation dose and alginate concentration were studied. PAAM-co-alginate was crosslinked to yield water sorption materials with various ability to absorb water (swelling) depending on the preparation conditions (e.g. -irradiation dosage>20 kGy) and alginate concentration (0,5-1 wt %). With an increase of -irradiation dosage and alginate concentration, the gels content and water absorption were increasing markedly. The swelling properties of hydrogel in urea and NaCl solution and the effect of temperature were also investigated. Intensity decreasing of functional groups of OH and NH2 in the IR spectrum indicated that IPN (Interpenetrating Network) structure occurred in the network of hydrogels. The ability of hydrogel to absorb and retain a large amount of water suggested their possible uses in health care and agriculture. Key words : Alginate, hydrogel, irradiation, acrylamide, crosslinking

PENDAHULUAN
Pada beberapa tahun belakangan ini penelitian dan pengembangan penggunaan bahan biomaterial dalam bidang kesehatan, kedokteran dan farmasi untuk meningkatkan, memelihara ataupun memperbaiki kesehatan sedang dilakukan secara intensif. Salah satu bahan biomaterial potensial yang akan dikembangkan adalah hidrogel. Hidrogel merupakan polimer hidrofilik yang membentuk struktur tiga dimensi dengan ikatan silang (crosslinking) bersifat tidak larut dalam air. Namun demikian dapat mengembang dalam air (swelling) dan dapat mempertahankan bentuk aslinya. Berdasarkan sifatnya yang dapat menyerap air dan hidrogel juga mempunyai sifat biokompatibel terhadap cairan tubuh, darah dan jaringan hidup maka hidrogel diaplikasikan sebagai lensa kontak, matriks pelepasan obat, personel care (pembalut luka, pembalut wanita), imobilisasi enzim, sel, obat dan bidang pertanian [1-9]. Akrilamida (AAM) adalah salah satu jenis monomer hidrofilik yang merupakan bahan baku paling populer untuk pembuatan polimer poliakrilamida (PAAM) yang digunakan sebagai media penunjang dalam elektroforesis [10]. Sesuai dengan kemajuan dalam 13

Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science

Edisi Khusus Desember 2008, hal : 13 - 20 ISSN : 1411-1098

pengembangan di bidang penelitian dan teknologi, maka pada beberapa tahun belakangan ini penelitian yang berkaitan dengan polimer PAAM sedang dikembangkan secara intensif sebagai bahan dasar (base material) untuk bahan biomaterial baru seperti hidrogel PAAM digunakan di bidang kosmetik sebagai pengganti silikon dalam bedah plastik [11-14]. Hal ini dikarenakan hidrogel PAAM mempunyai sifat biokompatibel dengan tubuh, elastis, tidak toksik, tidak menyebabkan sensititasi pada kulit, tidak pirogen, dan tidak menyebabkan hidrolisis protein. Selain itu, hidrogel PAAM digunakan untuk matriks penyimpan air dan yang paling menjanjikan ke depan adalah sebagai bahan penyerap ( absorbent ) dalam personel care misalnya, popok bayi, pembalut wanita dan pembalut luka [15]. Namun demikian, hidrogel PAAM menpunyai kelemahan seperti kemampuannya dalam menyerap air (swelling) terbatas dan merupakan homopolimer dengan sifat fisik yang relatif rendah, sehingga pengembangan untuk aplikasinya juga terbatas. Untuk menaikkan sifat swellingnya perlu ditambahkan suatu zat lain misalnya polimer yang juga bersifat menyerap air. Pada umumnya penambahan polimer lain yang kompatibel pada suatu jenis homopolimer akan menaikkan sifat fisiknya baik modifikasinya dilakukan dengan cara reaksi kimia maupun radiasi. Alginat merupakan salah satu jenis polimer alam yang diperoleh dari proses ekstraksi rumput laut coklat. Alginat pada umumnya digunakan sebagai pengental dan penstabil emulsi dalam industri pangan, kosmetik dan tekstil. Sedang dalam industri farmasi dan kesehatan alginat digunakan untuk enkapsulasimikro sistem pelepasan terkendali dan pada awalnya yang sangat populer adalah untuk kegunaan sebagai pembalut luka bakar [16]. Ditinjau dari struktur kimianya (Gambar 1), alginat merupakan suatu polisakarida asam yang terdiri atas dua tipe asam uronik yaitu: asam -L-mannuranik (ManA atau M) dan asam -D-glukuronik (Gula atau G). Gugus COOH pada alginat terionisasi menjadi bentuk gugus-COO - yang mengakibatkan alginat bersifat menyerap air. Polimer alginat juga dikenal sebagai polimer anionik. Dengan perkataan lain, untuk menaikkan sifat daya serap terhadap air dari suatu bahan khususnya hidrogel, maka dapat dilakukan dengan cara menggabungkan alginat kedalam hidrogel tersebut.

Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan sintesis hidrogel berbasis AAM yang digabungkan dengan alginat untuk mendapatkan suatu hidrogel baru dengan kemampuan daya serap (absorpsi) terhadap air yang relatif besar dibandingkan hidrogel PAAM menggunakan metode iradiasi gamma.

METODE PERCOBAAN Bahan


Akrilamida, Urea, NaCl produksi Merck. Alginat diperoleh dari Kimitsu, Jepang, serta bahan kimia lainnya kualitas pro analisis.

Peralatan
Timbangan analitik Mettler Toledo tipe AB 204 dan Preciso 3000D, Oven Hereaus Instrumen Vacuterm, Homogenizer dan stirer, Stopwatch, Kassa kawat ukuran 300 mesh, Wadah cetakan hidrogel, Spektrofotometer Fourier Tranform Infrared (FT-IR, Shimadzu Prestige-21, Sealer Machine, Iradiator CO60 (Iradiator karet, IRKA). Alat-alat gelas (gelas ukur, erlenmeyer, gelas piala, cawan petri, gelas aqua)

Pembuatan Hidrogel PAAM-Ko-Alginat


Disiapkan satu seri larutan alginat 0,50 %; 0,75 %; dan 1 % dengan melarutkannya dalam air suling menggunakan shaker inkubator pada kecepatan 50 rpm selama 24 jam pada suhu kamar. Kemudian ke dalam masing-masing larutan dimasukkan 7,5 g monomer akrilamida (AAM), lalu diaduk menggunakan magnet stirer hingga larutan homogen. Selanjutnya, masing-masing campuran AAM-alginat dikemas dalam kantong plastik ukuran 10x15 cm2 dengan ketebalan 0,5 cm dan diseal. Akhirnya larutan campuran diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis 20 kGy dan 30 kGy dengan laju dosis 10 kGy/jam.

Penentuan Fraksi Gel


Tiga buah cuplikan hidrogel hasil iradiasi dikeringkan pada suhu 60 oC hingga berat konstan, lalu ditimbang (W0). Selanjutnya hidrogel dibungkus dengan kawat kasa ukuran 300 mesh yang telah ditara. Kemudian direndam dalam air suling sampai terendam sempurna dan dikocok dalam shaker inkubator pada kecepatan 100 rpm selama 24 jam pada suhu kamar untuk menghilangkan zat-zat yang tidak bereaksi. Selanjutnya hidrogel dikeluarkan dari shaker inkubator dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60 C hingga berat konstan. Hidrogel ditimbang kembali (w1), dan fraksi gel dihitung dengan persamaan berikut :
W1 Fraksi Gel (%) W x 100 % 0

Gambar 1. Struktur molekul alginat

...............

(1)

14

Sintesis Hidrogel Poliakrilamida (PAAM)-Ko-Alginat dengan Iradiasi Sinar Gamma dan Karakterisasinya (Erizal)

Pengujian Rasio Swelling dan Equilibrium Degree Swelling (EDS) Hidrogel Dalam Air
Tiga buah cuplikan hidrogel hasil iradiasi dengan ukuran (1x1) cm2 dikeringkan dalam oven pada suhu 60 oC hingga bobot konstan, lalu ditimbang (W0). Kemudian hidrogel kering direndam dalam 50 mL air suling. Setelah 30 menit hidrogel dikeluarkan dari media perendaman. Air permukaan hidrogel disapu (dilap) dengan kertas saring, selanjutnya hidrogel ditimbang kembali (Ws). Setelah itu, hidrogel direndam kembali ke dalam air dalam wadah yang sama untuk pengujian rasio swelling pada interval waktu 30 menit. Selanjutnya perlakuan yang sama dikerjakan untuk pengujian rasio swelling hidrogel dalam waktu interval 30 menit lainnya hingga pada selang waktu 4 jam. Akhirnya hidrogel dikeringkan dalam oven pada suhu 60 oC hingga berat konstan. Rasio swelling hidrogel hasil pengujian pada masing-masing waktu perendaman dihitung dengan menggunakan persamaan berikut Rasio swelling = Ws/ W0 ..................... (2)

Pengujian Rasio Swelling Hidrogel dalam Larutan NaCl


Tiga buah cuplikan hidrogel hasil iradiasi dengan ukuran 1x1 cm2 dikeringkan dalam oven pada suhu 60 oC hingga berat konstan dan ditimbang (W0). Kemudian hidrogel kering direndam dalam 50 mL larutan NaCl 0,15 M. Setelah 30 menit, hidrogel dikeluarkan dari media perendaman dan air permukaan hidrogel disapu (dilap) dengan kertas saring. Selanjutnya hidrogel ditimbang kembali (Ws). Setelah itu, hidrogel direndam kembali ke dalam larutan NaCl 0,15 M dalam wadah yang sama untuk pengujian rasio swelling pada interval waktu 30 menit selanjutnya. Perlakuan yang sama dikerjakan untuk pengujian rasio swelling hidrogel dalam waktu interval 30 menit lainnya hingga lama waktu 4 jam. Akhirnya hidrogel dikeringkan dalam oven pada suhu 60 oC hingga berat konstan. Rasio swelling hidrogel hasil pengujian pada masing-masing waktu perendaman dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.

Pengujian Rasio Swelling Hidrogel pada Pengaruh Perubahan Suhu


Tiga buah cuplikan hidrogel hasil iradiasi dengan ukuran 1x1 cm2 dikeringkan dalam oven pada suhu 60 oC hingga berat konstan (W0). Kemudian hidrogel kering direndam dalam 50 mL air suling selama 24 jam pada suhu kamar. Lalu, hidrogel dikeluarkan dari media perendaman dan air pada permukaan hidrogel disapu (dilap) dengan kertas saring. Selanjutnya hidrogel ditimbang (W s). Hidrogel yang telah ditimbang ini, lalu direndam kembali ke dalam wadah yang berisi air suling pada suhu 40 oC dan direndam selama 24 jam. Lalu, hidrogel dikeluarkan dari media perendaman, air pada permukaan hidrogel disapu (dilap) dengan kertas saring. Selanjutnya hidrogel ditimbang (Ws). Perlakuan yang sama dikerjakan sama dengan perlakuan terdahulu. Pengujian pengaruh suhu ini dilakukan selanjutnya pada masing-masing suhu 50 oC dan 60 oC. Akhirnya hidrogel dikeringkan dalam oven pada suhu 60 oC hingga berat konstan. Rasio swelling hidrogel pada masing-masing suhu dihitung menggunakan Persamaan 2.

dimana : W s = Berat hidrogel dalam keadaan swelling (g) W 0 = Berat hidrogel dalam keadaan kering (g) Selain itu, dilakukan pula uji Equilibrium Degree of Swelling (EDS) yaitu rasio swelling dari hidrogel pada keadaan maksimum setelah hidrogel direndam selama 48 jam. Rasio swelling dihitung menggunakan Persamaan 2, W s = berat hidrogel pada keadaan swelling maksimum dan W 0 = berat hidrogel kering.

Pengujian Rasio Swelling Hidrogel dalam Larutan Urea


Tiga buah cuplikan hidrogel hasil iradiasi dengan ukuran (1x1) cm2 dikeringkan dalam oven pada suhu 60 oC hingga berat konstan dan ditimbang (W0). Kemudian hidrogel kering direndam dalam 50 mL larutan urea 5 %. Setelah 30 menit hidrogel dikeluarkan dari media perendaman, air permukaan hidrogel disapu (dilap) dengan kertas saring. Selanjutnya hidrogel ditimbang kembali (W s ). Setelah itu, hidrogel direndam kembali ke dalam larutan urea 5% dalam wadah yang sama untuk pengujian rasio swelling pada interval waktu 30 menit selanjutnya. Perlakuan yang sama dikerjakan untuk pengujian rasio swelling hidrogel dalam waktu interval 30 menit lainnya hingga lama waktu 4 jam. Akhirnya hidrogel dikeringkan dalam oven pada suhu 60 oC hingga berat konstan. Rasio swelling hidrogel hasil pengujian pada masing-masing waktu perendaman dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.

Uji Gugus Fungsi dengan Spektrofotometer FT-IR


Hidrogel hasil iradiasi dikeringkan dalam oven pada suhu 60 C dan ditimbang sampai bobot tetap. Kemudian hidrogel digerus halus. Sejumlah serbuk digerus dengan serbuk halus kalium bromida kering dengan perbandingan (1 : 200). Kemudian diuji spektrum infra merah pada bilangan gelombang 4000 cm-1 hingga 500 cm-1. Dengan cara yang sama diukur spektrum inframerah alginat dan akrilamida sebagai kontrol. 15

Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science

Edisi Khusus Desember 2008, hal : 13 - 20 ISSN : 1411-1098

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Dosis Iradiasi Terhadap Fraksi Gel


Fraksi gel merupakan salah satu parameter yang umumnya digunakan dalam sintesis hidrogel, mencerminkan fraksi jumlah bahan awal baik monomer/ polimer yang diubah menjadi hidrogel pada proses sintesis. Parameter ini juga menunjukkan nilai efisiensi dari proses dalam sintesis hidrogel, bergantung pada kepekaan dari bahan terhadap iradiasi yang dipaparkan. Semakin peka bahan terhadap radiasi, maka semakin tinggi efiensi dari proses. Pengaruh dosis iradiasi dan konsentrasi alginat terhadap fraksi gel PAAM -alginat disajikan pada Gambar 2.
80

kandidat sebagai absorbent . Fungsi lama waktu perendaman terhadap rasio swelling hidrogel dalam air hasil iradiasi dosis 30 kGy dengan variasi konsentrasi alginat disajikan pada Gambar 3.
80 (D) 60

Rasio swelling (%)

(C)

40

(B) (A)

20

0 0 30 60 90 120 150 180 210 240

60

Fraksi gel (%)

20 kGy 40 30 kGy

Waktu (menit) Gambar 3 . Pengaruh waktu terhadap rasio swelling dalam air hidrogel PAAM-ko-alginat hasil iradiasi 30 kGy. A=PAAM 7,5 %, B=PAAM 7,5 %, alginat 0,5 %, C=PAAM 7,5 %, alginat 0,75 %, D=PAAM 7.5 %, alginat 1 %

20

0 0 0.25 0.5 0.75 1

(Alginat, %) Gambar 2. Pengaruh konsentrasi alginat terhadap fraksi gel hidrogel PAAM-ko-alginat hasil iradiasi 20 kGy dan 30 kGy

Terlihat bahwa dengan naiknya dosis iradiasi hingga 30 kGy, fraksi gel hidrogel PAAM (tanpa alginat) dibandingkan dengan hidrogel PAAM-alginat relatif tidak jauh berbeda yaitu berkisar sebesar 85 %. Walaupun terjadi penurunan pada nilai fraksi gel dari hidrogel yang relatif kecil dengan naiknya konsentrasi alginat. Hasil ini menunjukkan bahwa hidrogel dengan fraksi gel yang besar ~ 85 % pada dosis 30 kGy dapat diperoleh walaupun dalam hidrogel ini dikandung alginat yang akan terdegradasi pada rantai utama jika diiradiasi [17]. Namun demikian, karena akrilamida (AAM) yang merupakan komponen utama dalam campuran, maka AAM yang akan mengalami polimerisasi dan crosslinking (ikatan silang) [18]. Oleh karena itu, jika campuran AAM-alginat dipapari radiasi maka terbentuk jaringan IPN (Interpenetrating Polymer Network). AAM mengalami reaksi ikatan silang membentuk PAAM dan alginat terkungkung dalam jaringan ini

Swelling Hidrogel dalam Air


Rasio perbandingan berat hidrogel dalam keadaan menyerap air (swelling) terhadap berat keringnya atau rasio swelling merupakan salah satu parameter utama dari hidrogel khususnya untuk pengujian suatu bahan 16

Terlihat bahwa semakin lama waktu (hingga 4 jam) perendaman hidrogel PAAM-alginat dalam air serta meningkatnya konsentrasi alginat hingga 1%, rasio swelling hidrogel meningkat. Rasio swelling hidrogel PAAM-alginat pada semua konsentrasi relatif lebih besar dibandingkan rasio swelling hidrogel PAAM (sebagai pembanding). Hal ini menunjukkan bahwa penggabungan alginat ke dalam PAAM pada matriks hidrogel dapat menaikkan rasio swelling dari hidrogel, dan dengan naiknya konsentrasi alginat mengakibatkan rasio swelling hidrogel meningkat. Terjadinya kenaikan rasio swelling hidrogel PAAM-alginat dengan naiknya konsentrasi alginat yang dikandung hidrogel dibanding hidrogel PAAM, disebabkan meningkatnya gugus ion karboksil (-COO-) yang mengontrol daya serap terhadap air dalam hidrogel pada kenaikan kandungan alginat disamping gugus amida (-ONH2) dari AAM yang juga berfungsi menyerap air. Dari data hasil penelitian yang disajikan di Gambar 3, rasio swelling hidrogel PAAM-alginat pada dosis 30 kGy selang waktu 30 menit pertama mencapai 8 g/g hingga 12 g/g. Sedangkan pada menit ke -240, rasio swelling hidrogel PAAM-alginat mencapai nilai 50-70 g/g. Nilai rasio swelling sebesar 50-70 g/g ini, pada hakikatnya memenuhi syarat SNI 16-6363-2000 (syarat rasio swelling pembalut wanita minimal 10 g/g) bagi hidrogel PAAM-alginat untuk digunakan sebagai bahan absorbent (penyerap) dalam pembalut wanita [19]. Selain itu, hidrogel ini perlu juga dipertimbangkan untuk sebagai absorbent pembalut luka bereksudat (luka berair). Hidrogel dengan kapasitas rasio swelling yang berkisar 50-70 g/g ini dapat digunakan sebagai wadah untuk suplai/penyimpan air di bidang pertanian khusunya untuk pertumbuhan tanaman holtikultura [20].

Sintesis Hidrogel Poliakrilamida (PAAM)-Ko-Alginat dengan Iradiasi Sinar Gamma dan Karakterisasinya (Erizal)

Pengaruh Konsentrasi Alginat Terhadap Equilibrium Degree of Sweling ( EDS ) Hidrogel


Pengaruh kosentrasi alginat terhadap maksimum rasio swelling ( EDS ) hidrogel PAAM-alginat hasil iradiasi 30 kGy disajikan pada Gambar 4.
120

dengan larutan urea pada konsentrasi 5% dan hasil yang didapatkan relatif hampir sama dengan urin asli [22,23]. Hubungan lama waktu perendaman terhadap rasio swelling hidrogel dalam larutan urea 5% hasil iradiasi dosis 30 kGy pada beragam konsentrasi alginat disajikan pada Gambar 5.
30
(D) (C)

Rasio swelling (%)

100

20
(B)

Rasio swelling (%)

80 60 40 20 0 0 0.5 1

10

(A)

0 0 30 60 90 120 150 180 210 240

Waktu (menit) (Alginat, %) Gambar 5 . Hubungan waktu terhadap rasio swelling hidrogel PAAM-alginat dalam urea hasil iradiasi dosis 30 kGy. A=PAAM 7,5 %, B=PAAM 7,5 %, alginat 0,5 %, C=PAAM 7,5 %, alginat 0,75 %, D=PAAM 7.5 %, alginat 1 %

Gambar 4 . Pengaruh konsentrasi alginat terhadap rasio swelling maksimum (EDS) hidrogel PAAM-alginat hasil iradiasi 30 kGy

Nilai rasio swelling hidrogel PAAM (tanpa alginat) adalah ~ 40 g/g. Penambahan 0,5 % alginat mengakibatkan kenaikkan rasio swelling yang cukup besar mencapai 90 g/g, dan penambahan alginat selanjutnya menyebabkan kenaikkan yang tidak terlalu besar. Rasio swelling pada konsentrasi alginat 0,75 dan 1% masing-masing 110 dan 120 g/g. Hal ini mengindikasikan bahwa pada konsentrasi alginat 0,75 % terjadi kondisi jenuh, dan kenaikkan konsentrasi selanjutnya hanya akan menyebabkan kenaikkan rasio swelling yang tidak berarti. Alginat bersifat mudah mengikat air. Oleh karena itu, adanya alginat dalam pori struktur jaringan hidrogel PAAM yang berikatan silang memberikan kontribusi pada kenaikkan rasio swelling hidrogel. Adanya alginat ini memodifikasi ukuran pori rata-rata, dan distribusi ukuran pori hidrogel serta interkoneksi pori disebabkan interaksi inter dan intra antara alginat dan poliakrilamida selama proses iradiasi. Hal ini merupakan faktor penting yang menentukan karakteristik swelling dari hidrogel.

Terlihat bahwa semakin lama waktu perendaman hidrogel PAAM-alginat dalam larutan urea hingga 240 menit disertai naiknya konsentrasi alginat hingga 1%, rasio swelling hidrogel mencapai nilai 25 kali berat keringnya (g/g). Nilai rasio swelling hidrogel PAAMalginat relatif lebih besar dibanding hidrogel PAAM. Jika dibandingkan nilai rasio swelling hidrogel dalam urea terhadap air (Gambar 3), secara umum terlihat bahwa nilai rasio swelling dalam urea relatif lebih kecil (menurun). Hal yang sama juga dilaporkan penelitian sebelumnya hidrogel berbasis PAAM mengalami penurunan rasio swelling jika diuji dalam larutan urea [20]. Terjadinya penurunan rasio sweling hidrogel PAAM-alginat dalam urea disebabkan terganggunya struktur jaringan dari hidrogel , sehingga terjadi penurunan nilai rasio swelling.

Swelling Hidrogel NaCl 0,15 M

Dalam

Larutan

Swelling Hidrogel Dalam Larutan Urea


Sifat kimia yang paling penting untuk diuji dari absorbent dalam skala komersial sebagai bahan pada personel care a.l. popok bayi dan pembalut wanita adalah nilai rasio swelling dalam urin. Kapasitas rasio swelling yang dapat diterima adalah pada kisaran 20 gr hingga 40 gr urin per gram polimer kering [21]. Oleh karena kandungan urin sebagian besar didominasi oleh senyawa urea dan konsentrasinya bervariasi pada setiap individu yang diuji, maka pengujian sweling dari hidrogel terhadap urin dapat dilakukan dengan artificial urin atau

Disamping adanya kandungan urea dalam cairan urin, konsentrasi ion-ion garam juga mempengaruhi daya serap dari hidrogel yang akan digunakan sebagai adsorbent. Larutan garam NaCl merupakan salah satu jenis larutan garam yang umumnya dipakai untuk pengujian kemampuan daya serap hidrogel terhadap air (swelling). Pengaruh lama waktu perendaman dalam larutan NaCL 0,15 M hidrogel PAAM-alginat pada dosis 30 kGy sebagai fungsi konsentrasi alginat disajikan pada Gambar 6. Terlihat bahwa dengan meningkatnya lama waktu perendaman hingga 240 menit yang disertainya naiknya konsentrasi alginat, rasio swelling hidrogel juga meningkat. Rasio swelling hidrogel PAAM-alginat pada 30 menit pertama mencapai (5-8) kali bobot keringnya 17

Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science

Edisi Khusus Desember 2008, hal : 13 - 20 ISSN : 1411-1098

selanjutnya meningkat mencapai (14-20) kali bobot keringnya pada menit ke 240. Jika dibandingkan dengan rasio swelling hidrogel dalam larutan NaCl terhadap rasio swelling dalam air suling (Gambar 3), terlihat bahwa rasio swelling hidrogel dalam NaCl relatif lebih kecil pada semua konsentrasi hidrogel. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan dari timbulnya tekanan osmose akibat perbedaan konsentrasi ion-ion dalam media dan dalam kerangka jaringan hidrogel. Ion-ion yang terikat pada jaringan hidrogel bersifat immobile (tidak bergerak) yang dapat dianggap terpisah dari larutan luar dengan adanya membran semipermeable. Jika hidrogel direndam dalam air, maka akan terjadi tekanan osmose maksimum dan hidrogel akan swelling. Tetapi, jika hidrogel direndam dalam larutan NaCL, maka akan terjadi tekanan osmose yang sangat rendah dikarenakan adanya ion-ion Na+ dan Cl-.
30

Rasio swelling (%)

(D)

20
(B)

(C)

(A)

10

0 0 30 60 90 120 150 180 210 240

Waktu (menit) Gambar 6 . Pengaruh waktu terhadap rasio swelling hidrogel PAAM-alginat dalam larutan NaCl hasil iradiasi dosis 30 kGy. A=PAAM 7,5 %, B=PAAM 7,5 %, alginat 0,5 %, C=PAAM 7,5 %, alginat 0,75 %, D=PAAM 7.5 %, alginat 1 %

ion, dan suhu akan mengakibatkan perubahan sistem kesetimbangan hidrofilik dan hidrofobik dari hidrogel. Jika gugus hidrofilik lebih dominan, hidrogel akan swelling . Sedangkan jika gugus hidrofobik lebih dominan dalam kesetimbangan, terjadi deswelling (penciutan). Pengaruh suhu terhadap hidrogel juga merupakan salah satu parameter yang penting. Pengontrolan suhu akan dapat mengoptimalkan karakter dari hidrogel dalam aplikasinya. Oleh karena itu, pengaruh perubahan suhu terhadap rasio swelling hidrogel PAAM-alginat hasil iradiasi 30 kGy pada beragam konsentrasi alginat dinvestigasi dan hasilnya disajikan pada Gambar 7. Terlihat bahwa dengan naiknya suhu hingga 60 oC dan konsentrasi alginat hingga 1%, rasio swelling hidrogel-hidrogel PAAM-ko- alginat meningkat. Rasio swelling hidrogel PAAM-alginat relatif lebih besar dibandingkan rasio swelling hidrogel PAAM (sebagai pembanding) dan dengan naiknya konsentrasi alginat rasio swelling hidrogel meningkat. Selain itu, rasio swelling hidrogel pada perubahan suhu ini relatif lebih besar yang dapat mencapai nilai 160 kali berat keringnya (g/g) dibandingkan nilai rasio sweling hidrogel pada suhu kamar (Gambar 3). Pada penelitian terdahulu telah dilaporkan bahwa hidrogel PAAM bersifat peka terhadap perubahan suhu [24]. Hal ini menunjukkan bahwa selain alginat memegang peranan penting dalam mengontrol kemampuan hidrogel dalam menyerap air, PAAM juga memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam kemampuan hidrogel dalam menyerap air.

Uji Gugus Fungsi Dengan FT-IR


Spektrum FT-IR gugus fungsi hidrogel PAAM-alginat hasil iradiasi yang dibandingkan terhadap baik spektrum akrilamida (AAM) maupun alginat disajikan pada Gambar 8. Terlihat bahwa intensitas gugus fungsi NH2 pada puncak spektrum gelombang 3176,76-3338,78 cm-1, dan gugus fungsi OH dari alginat pada daerah panjang gelombang 3074,53-3589,53 cm-1 intensitasnya mengecil setelah terbentuk hidrogel PAAM-alginat. Hal ini mengindikasikan terjadinya reaksi
NH2

Efek Suhu Terhadap Swelling Hidrogel


Ditinjau dari struktur molekulnya, hidrofilisitas hidrogel dikontrol oleh gugus hidrofilik dan hidrofobik oleh rantai karbon. Adanya perubahan pH, listrik, jenis
180 160
(D) (C) (B)

Rasio swelling (%)

140 120 100 80 60 40 20 0 0 20 40

(A)

OH

60
Mengecil /hilang

Suhu (oC)
Gambar 7 . Pengaruh suhu terhadap rasio swelling hidrogel PAAM-alginat hasil iradiasi dosis 30 kGy. A=PAAM 7,5 %, B=PAAM 7,5 %, alginat 0,5 %, C=PAAM 7,5 %, alginat 0,75 %, D=PAAM 7.5 %, alginat 1 %

Gambar 8 . Spektrum FT-IR akrilamida, alginat dan PAAM-alginat

18

Sintesis Hidrogel Poliakrilamida (PAAM)-Ko-Alginat dengan Iradiasi Sinar Gamma dan Karakterisasinya (Erizal)

kimia antara PAAM dan alginat dalam jaringan hidrogel. Ditinjau dari struktur kimianya, akrilamida (AAM) yang merupakan monomer dengan berat molekul yang relatif kecil dibandingkan alginat serta adanya gugus ikatan rangkap yang peka terhadap radiasi membentuk ikatan silang, maka AAM pada kompetisi kepekaan terhadap radiasi akan lebih dahulu mengalami reaksi dibanding alginat [18]. Oleh karena itu, AAM pertama kali yang akan berubah menjadi PAAM dengan melalui tahapantahapan inisiasi, propagasi dan terminasi. Pada tahapan inisiasi AAM akan membentuk radikal bebas, kemudian bereaksi satu dengan lainya membentuk dimer. Selanjutnya, dimer ini mengalami reaksi lebih lanjut membentuk polimer (tahap propagasi), dan akhirnya pada tahap terminasi polimer membentuk ikatan silang satu dengan lainnya dengan struktur jaringan yang tertentu. Reaksi polimerisasinya dapat digambarkan sebagai berikut (Gambar 9);
*
ON H 2

PAAM alginat

posisi ikatan silang

Gambar 11. Struktur jaringan IPN PAAM-alginat

mengecilnya intesitas puncak pada daerah puncak spektrum 3000 cm-1 hingga 3600 cm-1, maka dapatlah diramalkan bahwa alginat yang terkungkung dalam struktur jaringan IPN mengalami reaksi kimia dalam struktur jaringan IPN. Reaksi kimia yang mungkin terjadi yaitu antara gugus OH dari alginat bereaksi dengan gugus fungsi NH2 dari PAAM yang reaksinya secara garis besar dapat digambarkan sbb. (Gambar 12);
O
OH OH

c o -6 0 n
O OH O OH

A lgin at

O OH

o
OH N

o AAM
H2N

P A AM n

PA AM
Gambar 9. Reaksi polimerisasi AAM
O

OH

A lg in at

Hamid [25] melaporkan bahwa prediksi bentuk struktur jaringan dari gel PAAM hasil akhir dari proses reaksi polimerisasi dan ikatan silang dari AAM adalah sebagai berikut (Gambar 10):

OH O OH O OH N

O OH

+ H 2O PA AM n

Gambar 12. Reaksi kimia PAAM dengan alginat

Dengan demikian dapat diramalkan bahwa struktur jaringan IPN hidrogel PAAM-alginat berbentuk ikatan silang secara kimia.

KESIMPULAN
Gambar 10. Struktur jaringan poliakrilamida (PAAM)

Selama proses siklisasi pembentukan jaringan PAAM, alginat ikut serta (penetrasi) dalam proses ini dan terkungkung dalam struktur jaringan PAAM (Gambar 11). Di dalam struktur jaringan ini, alginat dapat berada dalam keadaan bebas atau terikat secara kimiawi. Proses pengungkungan alginat dalam struktur jaringan hidrogel PAAM dikenal sebagai struktur jaringan IPNs (interpenerating network). Kondisi alginat berada dalam kedaan bebas umumnya ditunjukkan dengan fraksi gel yang rendah, sedangkan dalam keadaan terikat ditunjukkan dengan fraksi gel yang relatif besar. Berdasarkan fraksi gel yang relatif besar ~ 85 % dan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hidrogel PAAM-alginat dapat disintesis dengan iradiasi sinar gamma. Fraksi gel meningkat mencapai 85 % dengan naiknya dosis iradiasi hingga 30 kGy. Terjadi penurunan fraksi gel yang relatif kecil dengan naiknya konsentrasi alginat pada rentang 0,5 % hingga 1 %. Penambahan alginat hingga 0,75 % menyebabkan kenaikan EDS yang signifikan mencapai nilai rasio swelling 110 g/g dan penambahan alginat selanjutnya hingga 1% hanya sedikit menyebabkan kenaikan rasio. Disebabkan sifat polieletrolitnya, hidrogel PAAM-alginat peka terhadap perubahan suhu dan kekuatan ionik dari media. Pada pengujian FT-IR terlihat adanya pengecilan intensitas spektrum pada daerah panjang gelombang 3000 cm-1 hingga 3600 cm-1 yang 19

Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science

Edisi Khusus Desember 2008, hal : 13 - 20 ISSN : 1411-1098

mengindikasikan terjadinya reaksi antara PAAM dengan alginat dalam struktur jaringan IPNs. Nilai rasio swelling dari hidrogel dalam air dan urin memenuhi syarat untuk aplikasi sebagai absorbent pada pembalut wanita dibandingkan nilai rasio swelling absorbent komersial. Nampaknya, aplikasi yang menjanjikan dari hidrogel ini ke depan dalah sebagai bahan biomaterial di bidang kesehatan dan pengatur kandungan air dibidang pertanian.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampakain pada rekan-rekan di fasilitas Iradiator Karet (IRKA) Bidang Fasilitas Radiasi, PATIR-BATAN yang telah banyak membantu dalam iradiasi sampel.

DAFTAR ACUAN
[1]. ERIZAL, Imobilisasi antibiotik pada Matriks Hidrogel Poli(vinil) Alkohol dengan Metode Induksi Iradiasi, Prosiding Simposium Nasional Polimer VI, (2006) 111-115 [2]. R.T. SWASONO, ERIZAL, dan HENDRIYANTO, Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia, VIII (1) (2007) 1-16 [3]. ERIZAL, Jurnal Sains Materi Indonesia, (2006) 124-128 [4]. ERIZAL, R. HASAN, S.SILVIA, dan C. RAHAYU, Pengekangan Obat dalam Matriks Hidrogel PVAko-NIPAAm Hasil Iradiasi, Risalah Pertemuan Ilmiah penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, (1997) 121-128 [5]. M., TAMADA, N. SEKO, and F.YOSHII, Radiat. Phys.Chem., (2004) 71221-225 [6]. BIANCA,C., MAGAZU,S., MAISANO et al, J. of Applied Polymer Science, 102 (2006) 820-824 [7]. M.SAIRAM, V.R.BABU,B.VIJAYA, K.NAIDU, and T.M. AMINABHAVI, Int. J.Pharm., 320 (2006) 131-136 [8]. J.M. GONZALES, and PIZARRO, Eur Polym J., 37 (2001) 435-444 [9]. M.V. RISBUD and R.R. BHONDE, Drug Deliv., 7 (2) (2000) 69-75 [10]. S. RAYMOND, and WEINTRAUB, Science, 130 (1959) 711-713 [11]. S.V0N .BUELOW and N. PALLUA, Plast Reconstr Surg, 118 (3) (2006) 858-918 [12]. L.H. CHRISTENSEN,V.B.BREITING,A.AASTED, A.JORGENSEN, and I.KEBULADZE, Plast Reconstr Surg , 111 (6) (2003)1883-1890 [13]. G.BELLO, I.T. JACKSON, M.KESKIN, Plast Reconstr Surg., 119 (4) ( 2007) 1326-1336 [14]. Y.ZHAO, Q.,QIAU.,Y.YUE, X. KOU, and Z. LIU, Ann Plast Surg., 53 (3) (2004) 267-272

[15]. F.L. BUCHHOLZ, and N.A. PEPPAS, Science and Technology, ACS Symposium Series 573,American Chemical Society , Washington DC, (1994) [16]. M. TOMBS and E. H. E.STEPHEN, An Introduction to Polysaccharide Biotechnology, Taylor & Francis, London, (1998) 123-34 [17]. Z. MAOLIN, H.HONGFEI,F.YOSHHI, and K.MAKUUCHI, Radiat.Phys. Chem., 57 (2000) 459-464 [18]. J.M.ROSIAK, P.ULANSKI, L.A, PAJEWSKI and F.YOSHII, Radiat.Phys.Chem., 46 (1995) 161-168 [19]. ANONIM, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta, (1995) 1125-1205 [20]. H.A. ABD EL-REHIM, Radiat. Phys.Chem., 74 (2005) 111-117 [21]. BUCHHOLZ, F.L., Modern Superabsorbent Polymer Technology, Wiley - VCH, New York, (1998) 190-191 [22]. R. M. KARK, J. R. LAWRENCE, V. E. POLLACK, C. L. PIRANI, R. C. MUEHREKE, and H. SILVA, A Primer of Urinalysius, Second ed.Hoeber Medical division, Harper & Row Publishers, New York, (1964) [23]. EL-REHIM, H.A., Radiat. Phys. and Chem., 74 (2005)11-117 [24]. ERIZAL, S.P.DEWI, dan D.DARMAWAN, Sintesis dan Karakterisasi Hidrogel Poli(akrilamida) Hasil Iradiasi Gamma, Prosiding Pertemuan Ilmiah IPTEK Bahan 02,(2002) 51-56 [25]. HAMID,J., NAGASH and OKAY,O., J.Appliied Polymer Science, (1996) 971-979

20

You might also like