You are on page 1of 32

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam terutama tanaman rempah yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Disebut agraris karena masyarakat Indonesia dari zaman dahulu telah melakukan aktivitas bertani dan bercocok tanam. Mulai dari padi hingga tanaman-tanaman yang merupakan komoditi ekspor kita di jaman penjajahan yaitu rempah-rempah. Kebutuhan sehari-hari masyarakat Indonesia umumnya dipenuhi sendiri dengan menanam tanaman yang menjadi pendukung kelangsungan hidup keluarganya. Salah satu contoh tanaman yang bisa dijumpai di rumah-rumah orang yang dapat digunakan sehari-hari adalah cabai rawit. Salah satu olahan cabai rawit adalah sambal, selain untuk dimakan langsung.Sebagai daerah yang sangat mencintai rasa khas dari penganan sambal dan berbagai campuran rempah, beberapa masyarakat Bali di sebagian daerah masih menyempatkan untuk menanam tanaman yang lumayan gampang tumbuh di halaman rumah. Meskipun sekarang sudah hampir jarang ditemui masyarakat yang mau menanam tanaman ini di halaman rumah karena lebih gampang untuk membelinya di pasar, tetapi seiring dengan perubahan cuaca dan banyaknya hari raya, pasokan cabai rawit ke kota-kota mulai terhambat dan bahkan busuk di perjalanan. Hal tersebut yang menginspirasi kami untuk mengembangkan

budidaya penanaman cabai rawit di halaman rumah guna mengoptimalisasi lahan yang ada. Salah satu cara yang mungkin dapat ditempuh agar tanaman cabai dapat tumbuh subur adalah dengan memberikan pupuk secara rutin. Tapi disini kami tidak akan menggunakan pupuk berbahan kimia atau yang lainnya, melainkan menggunakan ampas teh.

Teh adalah bahan minuman yang segar dan sudah lama dikenal di Indonesia. Beberapa kandungan senyawa kimia dalam teh dapat memberi kesan warna, rasa, dan aroma yang memuaskan peminumnya. Jadilah teh minuman penyegar yang nikmat Melihat potensinya tersebut maka saat ini banyak industri yang memproduksi minuman dengan bahan baku teh.

Kegiatan industri minuman yang menggunakan bahan baku teh tentunya akan dihadapkan pada persoalan limbah ampas teh. Apabila dibuang begitu saja, limbah teh akan berdampak terhadap lingkungan. Pada saat isu lingkungan sangat penting seperti akhir-akhir ini maka setiap industri harus melakukan pengurangan limbah misalnya dengan melakukan kegiatan daur ulang.

Limbah ampas teh secara umum merupakan bahan organik yang mudah busuk. Berdasarkan percobaan yang dilakukan penulis di salah satu pabrik minuman yang menghasilkan limbah teh, ternyata ampas limbah teh dapat diolah menjadi kompos berkualitas. Percobaan pengomposan yang dilakukan

menggunakan metode open windrow dengan tahapan penyiapan sarana dan prasarana. Setiap tanaman sangat membutuhkan pupuk, karena pupuk merupakan unsur terpenting dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman, sama halnya tanaman. Pada tanaman cabai rawit yang terpenting adalah kesuburan tanah, karena selain sebagai penyangga akar, tanah juga berfungsi sebagai penyedia air, zat-zat hara, dan udara bagi pernapasan akar tanaman. Tanah yang subur dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal. Faktor utama yang menyuburkan tanah yaitu bahan organik. Seperti pada penggunaan ampas the seduh pada tanaman sangat baik untuk tanaman karena pada ampas banyak terkandung berbagai macam unsur seperti Besi (Fe), Timbale (Pb), Tembaga (Cu), dan Mgnesium (Mg).

1.2

Rumusan Masalah Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1.

Apakah ampas teh (Camelia sinensis L.) dapat digunakan sebagai penyubur tanaman cabai rawit merah (Capsicum annum L.) ?

2.

Apa saja kandungan yang terdapat pada ampas teh (Camelia sinensis L.) yang berpengaruh terhadap kesuburan tanaman cabai rawit merah (Capsicum annum L.) ?

1.3

Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh ampas teh (Camelia sinensis L.) sebagai penyubur tanaman cabai rawit merah (Capsicum annum L.) 2. Untuk mengetahui kandungan ampas teh (Camelia sinensis L.) yang berperan dalam kesuburan tanaman cabai rawit merah (Capsicum annum L.)

1.4

Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1.

Memanfaatkan ampas teh (Camelia sinensis L.) sebagai penyubur tanaman, agar tidak dibuang sia-sia.

2.

Menghemat pembelian pupuk dengan menggunakan bahan-bahan di sekitar kita sebagai penggantinya dan mengurangi dampak negative pupuk kimia pada lingkungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tanaman Teh (Camelia sinensis L.)

Gambar 2.1. Ampas teh

Menurut Tjitrosoepomo (1994), teh mempunyai klasifikasi sebagaiberikut: Kingdom Divisio Sub Divisio Class Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotiledoneae : Guttiferales : Tehaceae : Camelia :Camelia sinensis L. Tanaman berdaunhijau. teh merupakan tanaman perdu subtropis paling yang selalu

Secara

umum,lingkungan

fisik

yang

berpengaruh

terhadappertumbuhan teh adalah keadaan iklim dan tanah.Secara Botanis, terdapat 2 jenis teh yaitu Thea sinensis dan Theaasscamica. Thea sinensis ini disebut juga teh jawa yang ditandai dengan ciri-ciritumbuhnya lambat, jarak cabang dengan tanah sangat dekat, daunnya kecil,pendek, ujungnya agak tumpul dan berwarna hijau tua.Produksi tidak banyak, namun kualitasnya baik.Thea assmica mempunyai ciri-ciri tumbuh cepat, cabangagak jauh dari permukaan tanah,
4

daunnya lebar, panjang dan ujungnya runcing serta berwarna hijau mengkilat. Produksinya tinggi dan mempunyai kualitas baik. Batangnya agak tegak, keras dan bila dibiarkan tanpa dipangkas bisa mencapai 3-9 m (Anonim, 2012b).

2.1.1

Kandungan Daun Teh

Salah satu produk komoditas dunia yang dihasilkan Indonesia adalah teh. Teh menjadi produk minuman yang mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan.Jenis teh yang dikenal ada 2 macam, yaitu Camelia sinensis var. sinensis dari Cina dan C. sinensis var. assamica dari India. Zat aktif yang terdapat dalam teh antara lain katekin, epigalokatekin galat, tanin, teobromin dan teofilin.Daun teh yang baru dipetik mengandung air 75% dari berat daun dansisanya berupa padatan dan terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang penting dalam pengolahan antara lain polifenol, karbohidrat dan turunannya, ikatan nitrogen, pigmen, enzim dan vitamin. Bahan-bahan kimia dalam daun teh dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar, yaitu: a. Substansi fenol : tanin/katekin, flavanol

b. Substansi bukan fenol : resin, vitamin, mineral c. Substansi aromatis : fraksi karboksilat, fenolat, karbonil, netral

bebaskarbonil (sebagian besarterdiri atas alkohol) d. Enzim : invertase, amilase, -glukosidase, oximetilase,protase, dan peroksidase (Setiamidjaya, 2000).

Untuk lebih jelasnya komposisi kimia daun teh dapat dilihat pada tabel 2.1.1 berikut: Tabel 2.1.1. Komposisi Kimia Daun Teh Segar dan daun teh Kering Komponen Air Asam amino Kafein Minyak atsiri Lemak, hijau daun, lilin Dekstrin Tanin Tanin teroksidasi Pektin Serat Abu Teh segar (%) 9,51 25,5 3,58 0,58 6,39 6,44 15,65 0 16,02 11,58 5,65 Teh kering (%) 3 25,5 3,58 0,68 6,39 6,44 8,65 10,51 16,02 11,58 5.65

(Ita Setiawati dan Nasikum, 1991)

2.1.2 Ampas Teh

Menurut Stephen (2004) dalam Nurmayanti (2008), teh mengandung senyawa-senyawa bermanfaat seperti poliefenol, tehofilin, flavonoid,

tanin,vitamin C dan vitamin E serta sejumlah mineral Zn, Se, Mo, Ge dan Mg. Kandungan teh yang berupa mineral tersebut merupakan unsur-unsur essensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Apabila kekurangan salah satu dari unsurunsur tersebut maka pertumbuhan akan terganggu atau mengalami defisiensi (Ningrum, 2010). Komposisi kandungan unsur hara teh setiap 5 kg adalah : Nitrogen (N) 55,5 g dalam 5 kg kompos, fosfat (P2O5) 32 g dalam 5 kg kompos, Kalium (K2O) 78g dalam 5 kg kompos, C/ N ratio 11,49%, Karbon Organik

12,64%, Besi (Fe)0,13%, Timbal (Pb) 0,03%, Tembaga (Cu) 14,16 ppm, Seng (Zn) 44,85 ppm, Magnesium (Mg) 0,03%, Kalsium (Ca) 0,16% (Anonim, 2012c). Menurut Anonim (2005) dalam Nurmayanti (2008), bahwa tanin juga merupakan kandungan yang terdapat dalam ampas teh, yang berfungsi mengusir kehadiran semut pada tanaman dan juga untuk menumbuhkan tunas yang masih muda. Sisa teh atau ampas teh ternyata dapat bermanfaat bagi tanaman, yaitu dapat memperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun, limbah rumah tangga ini dapat digunakan langsung tanpa harus diolah lagi. Ampas teh ini lebih praktis dibandingkan penggunaan kompos. Kandungan yang terdapat di ampas teh selain polypenol juga terdapat sejumlah vitamin B kompleks kira-kira 10 kali lipat sereal dan sayuran. Manfaat ampas teh antara lain: 1) Memperbaiki kesuburan tanah; 2) Merangsang pertumbuhan bunga dan buah; 3) Merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun; 4) Memperbaiki sifat fisik dankimia tanah (Anonim,2012d). Ampas teh ini biasanya diberikan pada semua jenis tanaman. Misalnya, tanaman sayuran, tanaman hias, maupun pada tanaman obat-obatan, hal ini dikarenakan bahwa ampas teh tersebut mengandung Karbon Organik,

Tembaga(Cu) 20%, Magnesium (Mg) 10% dan Kalsium 13%, kandungan tersebut dapat membantu pertumbuhan tanaman. Ampas teh tidak hanya dapat berfungsi sebagai pupuk, ternyata dapat dijadikan sebagai pestisida yang bersifat toksik bagi serangga tanaman, jika ampas teh ini dijadikan sebagai kompos. Ampas teh banyak mengandung unsur hara yang bagus untuk tanah. Mikroba yang dihasilkan oleh ampas teh ini hanya bersifat toksik pada serangga, tidak pada tanaman. Sehingga tidak perlu khawatir tanaman yang diberi ampas teh berbahaya untuk dikonsumsi oleh manusia (Rodiana, 2007 dalam Yuniebio, 2009). Dalam penggunaan bekas teh celup sebagai pupuk, maka bungkus teh harus dibuka dan disebar atau ditimbun ke dalam pot. Ampas teh tersebut akan menjadi penyedia hara melalui proses dekomposisi. Teh cukup banyak mengandung mineral, baik makro maupun mikro (Setiamidjaya, 2000).

2.2

Tanaman Cabai Rawit Merah/ Cabai Merah Keriting (Capsicum annum L.)

Sebagian besar masyarakat di dunia telah mengenal cabai. Cabai lazim disebut pepper atau hot pepper atau chili, dan sweet pepper ( paprika), dengan nama ilmiah Capsicum sp. (Rukmana, 1996). Tanaman cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu. Tanaman cabai memiliki tinggi berkisar antara 50-120 cm. ujung akar tanaman cabai hanya dapat menembus tanah menyebar dengan kedalaman 10-15 cm. daun cabai berbentuk lonjong dan bagian ujungnya meruncing dengan panjang daun berkisar antara 10-14 cm serta lebar daun berkisar antara 1,5-4 cm (Zulfitri, 2003).

Gambar 2.2. Tanaman cabai rawit merah

Dalam tata nama ilmiah, tanaman cabai termasuk dalam genus Capsicum, dengan klasifikasi lengkap sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Sub kelas Ordo : : : : : Plantae Magnoliophyta Magnoliopsida Asteridae Solanales
8

Famili Genus Spesies

: : :

Solanaceae Capsicum Cabai merah keriting/ rawit merah (Capsicum annum L.) (Girsang, 2008)

Selain berguna sebagai penyedap masakan, cabai juga mengandung zat-zat yang sangat diperlukan bagi kesehatan manusia. Cabai mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin-vitamin dan senyawa-senyawa alkali seperti capsaicin, flavonoid dan minyak esensial (Zulfitri, 2003)

2.2.1

Budidaya Cabai Merah Keriting/ Cabai Rawit Merah (Capsicum

annum L.)

Cabai merah keriting dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0-1000 dpl.Tanah yang baik untuk menanam cabai adalah yang berstruktur remah, gembur, subur, banyak mengandung bahan organic serta pH tanah antara 6-7 (Balitbang pertanian, 2008). Tahapan-tahapan dalam budidaya tanaman cabai merah keriting adalah sbagai berikut: 1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan bersamaan dengan kegiatan persemaian.Hal tersebut dimaksudkan agar pada saat pengerjaan tanah selesai, bibit cabai langsung dapat dipindah dari persemaian ke areal pertanaman. Pekerjaan yang pertama dilakukan adalah mencangkul tanah (Tjahjadi, 1991). Setelah itu tanah dicangkul dan dibuat bedeng berukuran 1,2 m x 30 m. tinggi bedeng 30cm dan jarak antar bedeng 60cm. Jarak tanam antar tanaman dalam satu barisan adalah 50cm (Susila, 2006).

2.

Pemberian Pupuk Kandang dan Pupuk Dasar Setelah pembuatan lubang selesai, kemudian diberi pupuk kandang atau pupuk kompos 1-2 kg per lubang. Pupuk kandang dapat berupa kotoran ayam, kambing atau sapi. Pupuk dasar berupa campuran Urea, TSP, KCl

(1:1:1) dapat diberikan sebanyak 15 gr per lubang tanam. Setelah itu, campuran pupuk kandang, pupuk dasar dan insektisida yang biasanya berperan sebagai nematesida yang berbentuk butiran (granul) sebanyak 1-2 sendok teh per lubang. Setelah itu campuran pupuk kandang, pupuk dasar dan insektisida diaduk-aduk dan dibiarkan selama kurang lebih dua minggu (Tjahjadi, 1991).

3.

Persiapan Benih Benih yang sudah dipersiapkan dapat disemai di kantung plastik atau di tempat persemaian (seed bed). Benih yang disemaikan di seed bed ditebarkan dengan jarak barisan 5 cm. Sebelumnya, tanah tempat persemaian tersebut dicangkul, diberi pupuk kandang kira-kira seperlima dari tanah cangkulan dan diberi pupuk Urea, TSP dan KCl secukupnya secara merata. Tempat persemaian, baik yang menggunakan kantong plastik maupun seed bed diberi naungan atau atap (Tjahjadi, 1991).

4.

Penanaman Bibit Bibit yang siap tanam merupakan bibit yang sudah berumur 1-1,5 bulan setelah penyemaian benih. Sebelum penanaman, keranjang atau kantong plastic (polibag) tempat pembibitan harus dibuang terlebih dahulu.Setelah itu, tanah dan bibitnya ditanam di lubang tanam yang sudah disiapkan sebelumnya. Setelah tanaman dimasukkan ke dalam lubang tanam, tanah bekas galian sebelumnya dimasukkan menyusul ke dalam lubang sambil diuruk hingga batas pangkal atau menutupi tanah bekas pembibitan (Agromedia, 2004).

5.

Penyulaman Bibit cabai yang ditanam tidak semuanya dapat hidup sempurna.Bahkan beberapa diantaranya ada yang mati. Untuk menanggulangi bibit-bibit cabai yang mati, saat tanaman baru berumur 7 hari dan 14 hari setelah penanaman perlu dilakukan penyulaman atau mengganti bibit tanaman

10

cabai yang mati dengan bibit yang baru. Bibit yang digunakan untuk menyulam bisa berupa sisa bibit hasil penanaman terdahulu, bisa juga bibit yang ditanam dengan selang 7 hari dan 14 hari dari awal penyemaian (Agromedia, 2004).

6.

Pemasangan Ajir atau Turus Tanaman cabai mutlak memerlukan ajir atau turus. Tinggi ajir atau turus yang digunakan untuk cabai hibrida adalah 125 cm dengan bagian bawah yang dimasukkan ke dalam tanah 25 cm. ajir atau turus ini dipasang tegak di setiap tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari batang tanaman. Untuk memperkuat pemasangannya, setiap ajir atau turus dalam bedengan tersebut bisa dihubungkan menggunakan bambu panjang yang diikat menggunakan tali (Agromedia, 2004).

7.

Perempelan Bunga dan Tunas Air Perempelan tunas air pada tanaman cabai bertujuan untuk memperkokoh tanaman, mengoptimalkan sinar matahari, serta mengurangi resiko terkena serangan penyakit. Semua tunas atau cabang air yang tumbuh di ketiak daun dan di bawah bunga pertama sebaiknya dihilangkan menggunakan tangan steril. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari ketika batang dan tunas tersebut masih mudah untuk dipatahkan (Tjahjadi, 1991).

8.

Pengairan Tanaman cabai termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan tetapi juga tidak tahan terhadap genangan air.Jumlah kebutuhan air pertanaman selam apertumbuhan vegetative 250 mL tiap 2 hari, dan meningkat menjadi 450 mL tiap 2 hari pada masa pembungaan dan pembuahan (Balitbang Pertanian, 2008).

11

9.

Pemupukan Pupuk susulan adalah NPK 16-16-16 (300-500 kg/ha) diberikan dengan cara pupuk dilarutkan dalam air 2gr/lt, kemudian disiramkan pada lubang tanam atau sekitar tanaman (100-200 mL/tanaman), setiap 10-14 hari, dimulai satu bulan setelah tanam (Balitbang Pertanian, 2008).

10.

Hama dan Penyakit Beberapa hama yang paling sering menyerang dan mengakibatkan kerugian yang besar pada produksi cabai antara lain ulat grayak, lalat buah, thripis serta penyakit yang biasanya menyerang tanaman cabai adalah penyakit layu bakteri, bercak daun dan penyakit yang diakibatkan oleh virus. Serangan hama dan penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman cabai, diantaranya serangan ulat grayak menyebabkan daundaunan dan buah cabai berlubang secara tidak beraturan sehingga menggangu proses fotosintesis (Rukaman, 1996). Serangan lalat buah dapat mengakibatkan semua bagian buah cabai rusak, busuk dan berguguran. Serangan hama thrips dapat mengakibatkan daun kering (mati), bunga-bunga cabai berguguran. Selain itu, thrips juga berperan sebagai penular virus. Penyakit yang dapat timbul pada tanaman cabai diantaranya layu bakteri yang mengakibatkan kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman ; daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok (Rukmana, 1996). Penyakit layu fussarium pada tanaman cabai dikarenakan oleh cendawan Fusarium oxisporus.Tanaman yang terserang penyakit ini biasanya ditandai dengan menguningnya daun-daun tua yang diikuti daun muda, terkulainya tangkai daun dan layunya tanaman.Tanaman cabai juga rentan terkena penyakit bercak daun pada tanaman cabai yang disebabkan oleh Cercospora capsici. Gejala yang terlihat dari serangan ini adalah adanya bercak bulat kecil kebasahan berdiameter 0,5-1 cm di daun. Serangan penyakit in dapat menyebabkan tangkai daun dan atau buah menjadi kuning.Daun atua buah pun dapat gugur.Pada tanaman cabai

12

biasanya juga terserang bercak bakteri. Bercak bakteri disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. ini menyerang bagian daun dan buah tanaman cabai. Serangan penyakit ini dapat menyebabkan daun dan buah berguguran (Bernandinus dan Wahyu, 2008).

11.

Panen dan Pasca Panen Cabai merah keriting dapat dipanen pertama kali pada umur 70-75 hari setelah tanam untuk dataran rendah dan umur 4-5 bulan untuk dataran tinggi, dengan interval panen 3-7 hari (Balitbang Pertanian, 2008). Penanganan pascapanen cabai bertujuan untuk mempertahankan kesegaran, meningkatkan daya simpan cabai dan untuk meningkatkan nilai harga jual.Penanganan-penanganan pascapanen meliputi kegiatan-kegiatan sortasi dan grading, penyucian, penyimpanan, pengemasan, pengangkutan serta pemasaran (Cahyono, 2003).

2.3

Nutrisi yang dibutuhkan tanaman Berdasarkan jumlah kebutuhan unsur bagi tumbuhan, unsure hara dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu, unsure hara makro dan unsure hara mikro. Unsure yang dibutuhkan tumnuhan dalam jumlah besar disebut unsure hara makro.Contohnya; C, H, O, N, P, K, S, dan asam nukleat.Sedangkan unsure hara mikro adalah unsure-unsur yang diperlukan dalam jumlah sedikit. Contohnya; Cl, Mn, Fe, Cu, Zn, B dan Mo. Pertumbuhan tanaman akan terganggu jika salah satu unsure yang diperlukan tidak terpenuhi. Misalnya, kurangnya unsure nitrogen dan fosfor pada tanaman menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Kekurangan magnesium dan kalsium menyebabkan tanaman menjadi klorosis (daun berwarna pucat) (Bernandinus dan Wahyu, 2008) Unsur-unsur hara makro dan mikro masing-masing memiliki fungsi yang besar dalam pertumbuhan dan produksi tanaman. Fungsi-fungsi unsure tersebut adalah sebagai berikut:

13

1.

Nitrogen Nitrogen diambil tanah dalam bentuk nitrat ( NO3- ) dan ammonium (NH4+)(Tarigan dan Wahyu, 2003). Fungsi dan unsure N tehadap tanaman cabai adalah sebagai berikut : Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman Dapat menyehatkan pertumbuhan daun. Daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau. Kekurangan nitrogen menyebabkan klorosis daun, yaitu warna daun muda yang seharusnya hijau menjadi kuning. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman Meningkatkan kualitas daun-daun pada tanaman (Bernandinus, 2008).

2.

Fosfor Pupuk yang mengandung fosfor atau fosfat yang biasa digunakan adalah Triple Superphosphat atau TSP. pupuk ini mengandung fosfor sekitar 40-47% (Tarigan dan Wahyu, 2003). Fungsi dari unsure P terhadap tanaman cabai adalah sebagai berikut: Dapat mempercepat pertumbuhan akar semai Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji dan bulir (Bernandinus,2008).

3.

Kalium Secara umum pupuk kalium berbentuk larutan cair.Pupuk kalium yang biasa dipakai dan banyak beredar di pasaran adalah Photasium chloride atau KCl yang mengandung 48-60% K2O ( Tarigan dan Wahyu, 2003). Fungsi kalium pada perkembangan tanaman adalah untuk memperlancar fotosintesis, membantu pembentukan karbohidrat serta sebagai katalisator dalam transformasi tepung dan gula serta lemak dalam tanaman. Semakin besar aktivitas kalium dalam memperlancar proses fotosintesis, maka akan semakin banyak hasil-hasil fotosintesis yang

14

dihasilkan sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman (Barus,2006).

4.

Boron Berperan dalam pembentukan protein, pembentukan buah dan perkembngan akar. Kekurangan boron akan menimbulkan bercak-bercak pada daun, bentuk daun berubah dan tulang daun mengalami klorosis. Perubahan daun yang ditimbulkan karena kekurangan unsure ini kurang terlihat perkembangannya, karena berlangsung begitu lambat. Kekurangan unsure boron dapat diatasi dengan pemberian pupuk mikro seperti borate, fertibor atau pupuk daun multimicro (Bernandinus dan wahyu, 2008)

5.

Magnesium Tanaman mengandung magnesium sekitar 15-20% yang tersimpan dalam bagian hijau tanaman seperti khlorofil atau pigmen

hijau.Magnesium ini berfungsi sebagai penerima energi matahari. Magnesium ikut berperan dalam reaksi enzim dan proses transfer energi dalam tanaman. Tanaman yang mengalami defesiensi magnesium akan menunjukkan gejala-gejala seperti pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, daun menjadi hijau pucat dan terjadi klorosis pada daun tanaman cabai (Tarigan dan Wahyu, 2003).

6.

Kalsium Kekurangan kalsium dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil, panjang daun berkurang, jaringan di dekat tulang daun utama menjadi tebal dan berwarna cokelat kemerahan.Untuk mencegahnya dilakukan pengapuran rutin, terutama menggunakan kalsium nitrat (Bernandinus dan Wahyu, 2008).

15

7.

Besi Berperan dalam pembentukan klorofil daun serta penyusunan protein dan enzim. Apabila tanaman kekurangan unsure ini, maka daun akan mengalami klorosis, pertumbuhan tanaman terganggu, dan bunga menghasilkan tandan yang kecil.untuk mencegahnya dapat digunakan pupuk daun yang mengandung unsure Fe (Bernandinus dan Wahyu, 2008).

8.

Sulfur Berfungsi sebagai penyusun protein dan vitamin.Unsure ini juga membantu pembentukan zat hijau daun. Selain dari pupuk kandang, sulfur juga dapat diperoleh dari penambahan pupuk buatan ZA, pupuk daun dan pupuk multimicro yang mengandung 5,3% S (Bernandinus dan Wahyu, 2008). Tanaman yang mengalami defisiensi sulfur akan menunjukkan gejala-gejala seperti pertumbuhan tanaman kerdil, daun menguning serta proses pematangan buah berlangsung terlambat (Tarigan dan Wahyu, 2003).

2.4

Pupuk Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman

untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organic ataupun non-organik (mineral). Berdasarkan proses pembuatannya, pupuk dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni pupuk organik atau pupuk alami dan pupuk kimia atau pupuk buatan.

2.4.1

Pupuk Organik Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau atau pupuk

kandang (Simanungkalit et al, 2006). Karena bahan dasar pembuatan pupuk organik bervariasi, kualitas pupuk yang dihasilkan juga beragam sesuai dengan kualitas bahan asalnya (Balai penelitian tanah, 2010). Pemupukan dengan pupuk organik mengakibatkan struktur tanah menjadi lebih kaya unsur hara mikro bagi

16

tanaman, daya ikatnya terhadap air meningkat, menggeburkan tanah serta dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah (Murbandono,1995).

2.4.2

Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan kimia.Kandungan

unsure hara pupuk anorganik umumnya tinggi.Keunggulan dari penggunaan pupuk anorganik diantaranya memiliki kandungan hara yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan, pemberiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, tersedia dalam jumlah yang banyak sertabeberapa jenis diantara pupuk anorganik ada yang dapat langsung diaplikasikan sehingga menghemat waktu (Linggadan Marsono, 2001).Secara sederhana, pupuk anorganik dibagi dalam dua kelompok, yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk.

2.4.2.1 Pupuk Tunggal Pupuk tunggal hanya mengandung satu unsure hara makro saja. Ada tiga macam pupuk tunggal yang sudah dikenal dan banyak beredar di pasaran, yakni: 1. Pupuk Nitrogen Pupuk Nitrogen tergolong cukup banyak ragamnya. Jenis-jenis pupuk tunggal nitrogen yang dapat diberikan ke tanah untuk menggantikan hara yang hilang karena diserap tanaman diantaranya ZA (Zwavelzure amoniak) dan urea. Nitrogen yang diberikan ke tanah akan melalui proses amonifikasi dan nitrifikasi terlebih dahulu sebelum diserap leh akar tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

2.

Pupuk Fosfor Tanaman akan menyerap fosfor dalam bentuk ion ortophospat (H2PO4,HPO42). Fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk H2PO4- dan HPO42-. Fungsi fosfor bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan akar, menyusun beberapa komponen enzim, protein, ATP, RNA dan DNA, membantu asimilasi dan pernapasan sekaligus mempercepat pembungaan dan pematangan buah atau biji (Sempurna, 2008).

17

3.

Pupuk Kalium Pupuk kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K. Pupuk kalium memberikan pengaruh nyata pada tanah kering, tetapi pemberian pupuk kalium pada tanah sawah tidak memperlihatkan pengaruh nyata.Hal ini disebabkan pada tanah sawah unsure kalium banyak ditambah oleh air irigasi.Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk K+. Fungsi kalium bagi tanaman adalah pengatur proses fisiologi tanaman seperti pengaktif sebagian besar enzim yang berperan dalam proses fotosintesis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat (Sempurna, 2008).

2.4.2.2 Pupuk Majemuk Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang sengaja dibuat oleh pabrik dengan cara mencampurkan dua atau lebih unsure hara. Pupuk majemuk ini sebenarnya sudah lama dibuat dengan mencampurkan pupuk-pupuk tunggal.Misalnya, pupuk nitrogen dicampur dengan fosfat menjadi pupuk NP dan dicampurkan lagi dengan pupuk kalium menjadi NPK (Lingga dan Marsono, 2001).

2.5

Parameter Kesuburan Tanaman Dalam hal penyerapan hara melalui akar, terdapat beberapa fase dalam

proses penyerapan hara tersebut. Fase pertama hara berpindah tempat dalam tanah dari suatu tempat ke permukaan akar tanaman. Kemudian setelah sampai permukaan akar ( bulu akar ), masuk ke dalam akar yang ditranslokasikan ke organ tanaman lain termasuk daun, buah dan batang. Perpindahan ion dari tanah ke permukaan akar memiliki tiga macam pergerakan, yaitu: a. Intersepsi dan persinggungan Pertumbuhan akar tanaman dan terbentuknya bulu akar yang baru menyebabkan terjadinya persinggungan antara akar dan ion hara tanaman. Pertumbuhan akar dan bulu akar ini menembus pori agregat tanah dan

18

bersinggungan dengan ion yang ada. Apabila ion berada dalam bentuk tersedia, maka terjadi pertukaran ion dan kemudian ion ini masuk ke dalam akar. b. Aliran massa ion Aliran massa ion dan bahan lain yang larut berpindah bersama aliran larutan air ke akar tanaman akibat transparansi tanaman. c. Difusi Perpindahan ion terjadi dari tempat kadar tinggi ke tempat lain yang kadarnya rendah. Tanaman menyerap ion dari bulu akar sehingga di sekitar bulu akar kadarnya rendah.Terjadinya perpindahan ion disebabkan konsentrasi ion di sekitar bulu akar menjadi rendah karena diserap oleh akar yang diteruskan ke daun dan bagian lainnya (Anonim, 2011). Selain unsur hara, dalam hal ini yang mendukung tingkat kesuburan tanaman cabai rawit merah adalah pemberian pupuk yang berimbas pada perpanjangan batang, jumlah daun dan buah pada tanaman cabai rawit merah.Hal yang terlihat jelas dalam parameter kesuburan tanaman cabai rawit merah adalah pengaruh hormone auksin dan kondisi lingkungan. 2.6 Kerangka Berpikir Dalam hal ini kerangka pemikiran yang akan dibahas dapat dilihat dari skema berikut.

19

Pemberian pupuk sebagi penyubur

Budidaya tanaman cabai rawit merah (Capsicum annum L.)

Penggunaan limbah ampas teh yang ramah lingkungan

Tingkat kesuburan tanaman cabai rawit merah (Capsicum annum L.)

Tanah subur, jumlah daun dan tinggi batang tanaman cabai rait merah (Capsicum annum L.)

2.7

Hipotesis Penelitian Ampas teh dapat menyuburkan tanaman cabai rawit merah. Dimana dalam

hal ini ampas teh digunakan sebagai pengganti pupuk untuk menyuburkan tanaman.

20

BAB III METODE EKSPERIMEN

3.1

Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012. Kegiatan pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini berlangsung pada tempat-tempat yang berlainan, yaitu : 1. Perpustakaan SMA Negeri 3 Denpasar, sebagai lokasi pengumpulan data melalui metode kajian pustaka. 2. Halaman rumah penulis sebagai lokasi eksperimen

3.2

Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan metode

pengumpulan data Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap efektifitas ampas teh (Camelia sinensis L.) yang mempengaruhi kesuburan tanaman cabai merah keriting/cabai rawit merah (Capsicum annum L.). Metode RAL pada percobaan ini menggunakan 3 perlakuan yaitu; P-0 (menggunakan tanah yang tidak ditambahkan apa-apa); P-1 (diberi pupuk kandang, sesuai dosis yang telah dianjurkan); P-2 (diberi ampas teh)

3.3

Variabel Penelitian Variabel bebas Variabel terikat : Ampas teh : Kesuburan tanaman cabai rawit merah yang diberi ampas teh

21

3.4

Populasi dan Sampel Populasi Sampel : : Tanaman di halaman rumah Tanaman cabai rawit merah

3.5

Parameter yang Diamati Pemberian pupuk yang berimbas pada kondisi batang, jumlah daun, warna

daun dan buah pada tanaman cabai rawit merah. A. Waktu muncul tunas pertama kali dari dalam tanah (hari) B. Tinggi tanaman (cm) C. Jumlah daun (lembar) D. Luas daun (cm2)

3.6

Alat dan Bahan penelitian Bahan penelitian: - Tanah - Pupuk Kandang - Ampas teh - Bibit cabai rawit merah

Alat penelitian: - Polibag - Gelas bekas minuman - Sendok teh

22

3.7

Tahapan penelitian Langkah pertama dalam hal penanaman tanaman cabai rawit merah adalah

merendam biji cabai yang sudah busuk. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh benih yang baik. Biji cabai yang sudah busuk setelah direndam selama 1 hari di dalam cawan, kemudian dipindahkan ke media tanam yang dalam kondisi ini digunakan pot yang berukuran sedang kemudian di taburkan biji-biji cabai dan ditutupi oleh tanah. Biji yang telah ditanam secara rutin disiram dan diberikan perlakuan yang sama. Hal ini ditujukan untuk memperoleh ukuran /besar tanaman anakan yang sama, untuk selanjutnya dipisahkan dan diberi 3 perlakuan. Biji pada umur kurang lebih satu minggu, sudah menunjukkan pertumbuhan, namun tidak semua biji menunjukkan gejala ini, karena beberapa tanaman cabai dalam pot yang sama tidak memiliki pertumbuhan yang sama, hal ini dipengaruhi oleh masa dormansi biji cabai rawit merah sendiri. Setelah kurang lebih sembilan hari, tanaman cabai dalam pot sudah mulai sedikit tinggi dan memiliki kesamaan dengan beberapa batang tanaman cabai muda, kemudian dipindahkan ke tempat yang lebih kecil, yang dalam hal ini digunakan gelas minuman yang sudah dibersihkan terlebih dahulu. Dalam hal pemilihan tanaman ini perlu dipertimbangkan dari segi ukuran tanaman dan jumlah daunnya, untuk mendapatkan hasil anakan tanaman cabai yang sama sebelum di beri perlakuan. Pada hari ke-sepuluh tanaman anakan cabai yang sudah dipilih dipisahkan dan ditempatkan di gelas plastik dengan masing-masing 3 kali pengulangan. Pada masing-masing gelas diberi label dan perlakuan yang berbeda. Pada tanaman dengan label A, tanaman cabai ditanam dengan tanah tanpa diberi pupuk. Pada tanaman dengan label B, tanaman cabai ditanam dengan tanah dan diberi pupuk kandang. Dan pada tanaman dengan label C, tanaman cabai ditanam dengan tanah dan diberi ampas teh. Pengkondisian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesuburan tanaman cabai dengan metode yang paling efektif.

23

Setiap bulan setelah itu, tanaman dikontrol pertumbuhannya dan dihitung jumlah daunnya.Pengukuran cabai sendiri dilakukan setiap bulan, karena pengukuran per-hari ataupun per-minggu tidaklah menunjukkan hasil atau perubahan yang terlihat jelas dan cenderung tidak menunjukkan perubahan yang berarti.Kendati pengukuran dilakukan setiap bulan, tetapi pengontrolan serta pemberian pupuknya dilakukan per-minggu untuk tiga perlakuan yang berbeda tersebut

24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Tabel 4.1 Parameter jumlah daun dan kondisi tanaman cabai rawit merah ( Capsicum annum L.) Dengan jumlah daun awal masing-masing 4 helai

Keterangan Bulan keKe-1 Ke-2 Ke-3 Kondisi tanaman Tanah 6 8 15 Batang lemas, daun berukuran agak kecil dan berwarna pucat Luas daun 7 x 3,4 cm2

Jumlah daun Pupuk kandang 8 10 25 Batang kuat, daun berukuran sedang dan berwarna hijau 10 x 4 cm2 Ampas teh 10 17 50 Batang kuat, daun berukuran lebih besar dan berwarna hijau 11,5 x 5,5 cm2

Berdasarkan hasil pengamatan selama pertumbuhan tanaman cabai tersebut, dari masing-masing pengulangan yang dalam percobaan ini sebanyak tiga kali, ada banyak kendala yang mengganggu pertumbuhan tanaman ini. Akibat faktor cuaca dan lingkungan yang kurang baik, maka dari tiga kali pengkondisian tanaman yang berbeda tersebut masing-masingnya hanya memiliki satu pot tanaman yang pertumbuhannya sangat baik. Untuk itu dalam penjelasannya disini, penulis akan menjelaskan masing-masing satu dari setiap pengkondisian tersebut.

25

Tanaman cabai rawit merah yang masing-masing berhelai daun 4 pada awal penanamannya ini mengalami pertumbuhan dari segi jumlah daun yang cukup berbeda di setiap perlakuannya per bulannya. Pada bulan pertama, tanaman cabai rawit merah yang dikondisikan ditanam dengan tanah tanpa diberi pupuk mengalami pertumbuhan yang cukup baik, namun dilihat dari batangnya, tanaman ini lebih lemas dan daunnya berwarna agak pucat. Jumlah daun pada bulan pertama sebanyak Pada bulan pertama, jumlah daun tanaman cabai rawit merah yang ditanam dalam tanah tanpa diberi pupuk memiliki jumlah helai daun 6 lembar. Itu artinya tanaman mengalami pertumbuhan yang dapat dilihat sebanyak 2 daun. Sedangkan pada perlakuan tanaman cabai rawit merah yang ditanam dan diberi pupuk kandang, memiliki jumlah helai daun 8 lembar. Itu artinya tanaman mengalami pertumbuhan yang dapat dilihat sebanyak 4 daun. Dan pada perlakuan yang ketiga yaitu tanaman cabai rawit merah yang diberi ampas teh, memiliki jumlah helai daun 10 lembar. Itu artinya tanaman mengalami pertumbuhan yang dapat dilihat sebanyak 6 daun. Pada bulan kedua, jumlah daun tanaman cabai rawit merah yang ditanam dalan tanah tanpa diberi pupuk berisikan pupuk kandang memiliki jumlah helai daun 8 lembar. Itu artinya tanaman mengalami pertumbuhan yang dapat dilihat sebanyak 2 daun dari bulan sebelumnya. Sedangkan pada perlakuan tanaman cabai rawit merah yang ditanam dan diberi pupuk kandang, memiliki jumlah helai daun 10 lembar. Itu artinya tanaman mengalami pertumbuhan yang dapat dilihat sebanyak 2 daun dari bulan sebelumnya. Dan pada perlakuan yang ketiga yaitu tanaman cabai rawit merah yang diberi ampas teh, memiliki jumlah helai daun 17 lembar. Itu artinya tanaman mengalami pertumbuhan yang dapat dilihat sebanyak 7 daun dari bulan sebelumnya. Pada bulan ketiga, jumlah daun tanaman cabai rawit merah yang ditanam dalan tanah tanpa diberi pupuk berisikan pupuk kandang memiliki jumlah helai daun 15 lembar. Itu artinya tanaman mengalami pertumbuhan yang dapat dilihat

26

sebanyak 5 daun dari bulan sebelumnya. Sedangkan pada perlakuan tanaman cabai rawit merah yang ditanam dan diberi pupuk kandang, memiliki jumlah helai daun 25 lembar. Itu artinya tanaman mengalami pertumbuhan yang dapat dilihat sebanyak 15 daun dari bulan sebelumnya. Dan pada perlakuan yang ketiga yaitu tanaman cabai rawit merah yang diberi ampas teh, memiliki jumlah helai daun 50 lembar. Itu artinya tanaman mengalami pertumbuhan yang dapat dilihat sebanyak 40 daun dari bulan sebelumnya. Pada bulan ketiga ini perbedaan yang cukup jelas mulai terlihat dari jumlah daun di masing-masing perlakuan. Hal ini menunjukkan dengan jelas taraf kesuburan tanaman cabai rawit merah yang diberi pengkondisian berbeda. Selain itu pada bulan ketiga ini tanaman cabai rawit merah juga sudah berbuah dan memasuki masa panen. Adapun kondisi akhir (bulan ketiga) dari masing-masing tanaman memiliki perbedaan yaitu; tanaman cabai rawit yang ditanam dalam tanah tanpa diberi pupuk, memiliki batang yang lemas dan memiliki daun berukuran agak kecil serta berwarna pucat sekalipun tinggi semua tanaman cabai rawit dengan pengkondisian berbeda sama. Sedangkan pada tanaman cabai rawit merah yang ditanam dalam tanah yang diberi pupuk kandang, memiliki batang yang kuat dan memiliki daun berukuran sedang serta berwarna hijau. Dan pada pengkondisian yang terakhir yaitu tanaman cabai rawit yang ditanam dalam tanah dengan diberi ampas teh, memiliki batang yang kuat, memiliki daun berukuran besar dan berwarna hijau. Selain itu, menurut pengukuran luas daun dari setiap perlakuan juga terdapat perbedaan. Dimana pada daun tanaman yang ditanam dalam tanah tanpa diberi pupuk memiliki luas 7 x 3,4 cm2. Sedangkan daun tanaman yang diberi pupuk kandang memiliki luas 10 x 4 cm2. Dan pada daun tanaman yang diberi penambahan ampas teh sebagai bahan penyuburnya memiliki luas 11,5 x 5,5 cm 2. Sampel luas daun ini diambil dari daun tertua atau bisa disebut juga daun yang terbesar dari masing-masing tanaman dengan tiga perlakuan.

27

4.2

Pembahasan Ampas teh dapat digunakan sebagi pengganti pupuk kimia yang ramah

lingkungan, disamping bisa juga sebagai pengganti pupuk kandang. Karena selain mendaur ulang limbah sisa rumah tangga, kita juga bisa menghemat biaya dalam memperoleh tanaman yang dapat berproduksi secara maksimal yang dalam hal ini adalah cabai rawit merah ( Capsicum annum L.). Hal ini disebabkan karena teh mengandung senyawa-senyawa bermanfaat seperti poliefenol, tehofilin, flavonoid, tanin, vitamin C dan vitamin E serta sejumlah mineral Zn, Se, Mo, Ge dan Mg. Kandungan teh yang berupa mineral tersebut merupakan unsur-unsur essensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Apabila kekurangan salah satu dari unsur-unsur tersebut maka pertumbuhan akan terganggu atau mengalami defisiensi (Ningrum, 2010). Selain itu, kandungan yang terdapat di ampas teh selain polypenol juga terdapat sejumlah vitamin B kompleks yang sangat mendukung pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah. Menurut Lunardi (2011) penggunaan teh yang sudah diseduh untuk menyirami tanaman rumah dapat menyuburkan tanaman hias. Caranya dengan menyebarkan daun teh yang sudah tak terpakai di sekitar semak bunga mawar, lalu menambahkan pupuk dan air. Asam tannic dan nutrisi lainnya pada teh akan menyehatkan tanaman. Meletakkan beberapa kantong teh yang sudah tak terpakai di dasar pot juga dapat membantu mempertahankan air pada tanah, dan menambahkan nutrisi. Bahan kimia yang terdapat pada daun teh yang merupakan kandungan fenol diantaranya adalah: a. Tanin Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli-fenol yang artinya senyawa yang memiliki bagian berupa fenolik. Klasifikasi senyawa poli-fenol tidak dibahas pada bab ini, jadi untuk bab ini hanya difokuskan pada klasifikasi senyawa tanin. Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu yaitu tani yang terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi. Jenis-jenis senyawa diatas akan dibahas lebih lanjut sebagai berikut :

28

Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins) Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan

membentuk jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari krbohidrat dengan asam galat (Hagerman, 2002). Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk tannin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins. Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam galic jika dilarutkan dalam air.

Gambar 4.1. Struktur Ellagitanin Sumber : Hagerman, 2002.2.2. Tanin terkondensasi (condensed tannins). Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimerflafonoid yang merupakan senyawa fenol dan telah dibahas pada kajian yang lain. Nama lain dari tanin ini adalah Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid yang dihubungan dengan melalui C 8 dengan C4. Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan

29

catechin.

Sorghum procyanidin

(Hangerman,

2002).

Senyawa ini

jika

dikondensasi maka akan menghasilkan flavonoid jenis flavan dengan bantuan nukleofil berupa floroglusinol.

Gambar 4.2. Struktur Proanthocyanidin (Arif Sulistiono, 2008) Menurut Anonim (2005) dalam Nurmayanti (2008), senyawa tannin yang terdapat dalam ampas teh, berfungsi mengusir kehadiran semut pada tanaman dan juga untuk menumbuhkan tunas yang masih muda.

b.

Flavanol Flavanol adalah senyawa jenis ini paling banyak terdapat di alam daripada

jenis flavonoid yang lain. Senyawa-senyawa ini beragam sebagai akibat perbedaan pada posisi Gugus OH pada phenolnya. Contoh senyawa yang sering kita konsumsi sebagai

30

minuman adalah quarcetin yang terdapat di buah apel sebagai antioksidan dan antiaging. Selain itu ada juga senyawa myricetin yang terdapat di anggur dan syuran senyawa ini juga sebagai antioksidan (Sudarma, 2009). Senyawa utama teh adalah katekin, yaitu kerabat tanin terkondensasi yang disebut polifenol. Teh juga mengandung alkaloid kafein yang bersamasama polifenol akan membentuk rasa menyegarkan. Beberapa vitamin yang terkandung dalam teh adalah vitamin E, vitamin C, vitamin B, dan vitamin A. Ada juga beberapa mineral dalam teh, salah satunya adalah Flouride (Kustamiyati, 2000). Air sisa teh dan ampasnya, baik yang berupa teh celup atau teh daun, dapat menjadi sumber pupuk yang baik bagi tanaman, meskipun tidak dapat diserap secara langsung. Dalam penggunaan bekas teh celup sebagai pupuk, maka bungkus teh harus dibuka dan disebar atau ditimbun ke dalam pot. Ampas teh tersebut akan menjadi penyedia hara melalui proses dekomposisi (Nadya, 2008). Teh cukup banyak mengandung mineral, baik makro maupun mikro. Komponen aktif yang terkandung dalam teh, baik yang volatil maupun yang non-volatil antara lain adalah polyphenol (10-25%), methylxanthines, asam amino, peptida, tannic acid (9-20%), vitamin (C, E dan K), Kalium (1795 mg%), Flour (0,1-4,2 mg/L), Zinc (5,4 mg%), Mangan (300-600 g/ml),Magnesium (192 mg%), Betakaroten (13-20%), Selenium (1-1,8 ppm%), Copper (0,01 mg%) dan kafein (45-50 mg%). Kandungan senyawa-senyawa tersebut berbeda-beda antara masing-masing jenis teh (Pambudi, 2000). Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI tahun 1981, dalam 100 gram daun teh terhadap kandungan bahan-bahan sebagai berikut : kalori 132, lemak 0,79; kalsium 717 mg; besi 11,8 mg; vitamin B 0,01 mg; air 7,6 gr; protein 19,59; karbohidrat 67,89; fosfor 265 mg; vitamin A 2095 SI. Vitamin C 300 mg (Team Penulis PS, 1993).

31

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan Dari percobaan penggunaan ampas teh (Camelia sinensis L.) sebagai

pupuk penyubur tanaman cabai rawit merah (Capsicum annum L.) tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ampas teh memang dapat digunakan sebagi pupuk yang praktis karena tidak perlu diolah lagi. Senyawa tannin yang terdapat dalam ampas teh, berfungsi mengusir kehadiran semut pada tanaman dan juga untuk menumbuhkan tunas yang masih muda. Sisa teh atau ampas teh ternyata dapat bermanfaat bagi tanaman, yaitu untuk memperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun, limbah rumah tangga ini dapat digunakan langsung tanpa harus diolah lagi. Ampas teh ini lebih praktis dibandingkan penggunaan kompos. Kandungan yang terdapat di ampas teh selain polypenol juga terdapat sejumlah vitamin B kompleks kira-kira 10 kali lipat sereal dan sayuran. Manfaat ampas teh antara lain: 1) Memperbaiki kesuburan tanah; 2) Merangsang pertumbuhan bunga dan buah; 3) Merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun; 4) Memperbaiki sifat fisik dankimia tanah Dan yang terpenting adalah ampas teh ini bisa diberikan pada semua jenis tanaman. 5.2 Saran Sebagai bentuk kesadaran kita demi menjaga lingkungan agar tetap lestari, sebaiknya kita sebisa mungkin memberikan yang terbaik untuk alam, dengan cara memanfaatkan limbah sisa seefektif mungkin untuk memenuhi kebutuhan kita. Tidak lupa pula peran dari pemerintah sangat diharapkan dalam upaya menyosialisasikan penggunaan limbah sisa sebagai media berkreasi masyarakat.

32

You might also like