You are on page 1of 17

NEGARA DAN KONSTITUSI

I. Pengertian Negara dan Konstitusi


1.1 Pengertian Negara Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut dan berdiri secara independent.

1.2 Sifat-sifat Negara a. Sifat memaksa. Negara memiliki sifat memaksa dalam arti mempunyai kekuasaan untuk menggunakan kekerasan fisik secara legal. Sarana untuk itu adalah tentara dan polisi b. Sifat monopoli. Negara memiliki sifat monopoli dalam menetapkan tujuan bersama masyarakat. c. Sifat mencakup semua. Semua peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua orang tanpa kecuali, guna melapangkan jalan ke arah masyarakat yang dicita-citakan 1.3 Unsur Negara a. Wilayah adalah daerah yang menjadi kekuasaan Negara serta menjadi tempat tinggal bagi rakyat Negara. Wilayah Negara meliputi wilayah darat, laut, dan udara. b. Rakyat adalah penduduk yang bertempat tinggal di wilayah suatu Negara, tunduk pada kekuasaan Negara dan mendukung Negara bersangkutan c. Pemerintah adalah suatu organisasi yang bertindak atas nama Negara dan menyelenggarakan kekuasaan Negara. Pemerintah berwenang untuk merumuskan dan melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk di dalam wilayahnya. d. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk membuat undangundang dan melaksanakannya dengan semua cara yang tersedia. e. Pengakuan dari Negara lain 1.4 Pengertian dan Pentingnya Konstitusi

Konstitusi berasal dari istilah bahasa Perancis, yaitu constituer artinya membentuk. Beberapa istilah dari konstitusi seperti gronwet (bahasa Belanda) artinya yaitu wet berarti undang-undang dan ground berarti tanah. Beberapa Negara yang menggunakan istilah constitution (bahasa Inggris) untuk mengartikan konstitusi. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi diartikan sebagai hukum dasar atau undang-undang dasar. Istilah itu menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu Negara. Konstitusi bagi suatu Negara adalah keseluruhan sistem aturan yang menetapkan dan mengatur tata kehidupan kenegaraan melalui sistem pemerintahan Negara dan tata hubungan secara timbal balik antara pemerintahan Negara dan orang-orang yang berada dibawah pemerintahannya. Konstitusi suatu Negara memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan tidak tertulis. Konstitusi yang tertulis disebut UUD (Undang-undang Dasar) dan konstitusi yang tidak tertulis disebut konvensi.

1.5 Kedudukan Konstitusi Konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbahasa yang syarat dengan bukti sejarah perjuangan orang-orang terdahulu. Konstitusi merupakan ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding father, serta memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudika suatu Negara yang mereka pimpin. Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda baik dalam hal tujuan, bentuk, dan isinya. Tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan formal yang sama, yaitu sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi. a. Konstitusi sebagai hukum dasar, karena ia berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal mendasar dalam kehidupan suatu Negara. Jadi, konstitusi sebagai dasar adanya dan sumber kekuasaan suatu Negara. Oleh karena itu konstitusi juga mengatur kekuasaan badan legislative (pembuat undang-undang). b. Konstitusi sebagai hukum tertinggi, konstitusi lazimnya juga diberi kedudukan sebagai hukum tertinggi dalam tata hukum Negara yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa aturan-aturan yang terdapat konstitusi mempunyai kedudukan lebih tinggi (superior) terhadap aturan-aturan lain.

II.

Konsep Politik dan Strategi

2.1 Konsep Politik Istilah politik berasal dari bahasa Yunani polistaia; polis berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (Negara) dan taia berarti urusan. Pengertian politik dapat ditinjau dalam arti politics dan dalam arti policy. Politik dalam politics mengandung makna kepentingan umum warga Negara. Politics adalah suatu rangkaian azas atau prinsip, keadaan, jalan, cara, dan alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau mencapai keadaan yang diinginkan. Dalam artian ini, politik sebagai wahana bergerak bagi keseluruhan individu atau kelompok individu masing-masing memiliki kepentingan dan idenya sendiri. Politik dalam arti policy diartikan sebagai kebijaksanaan, yakni penggunaan pertimbanganpertimbangan yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita, atau keadaan yang diinginkan. Dalam artian ini, politik sebagai tindakan satu kelompok individu mengenai suatu persoalan masyarakat atau Negara. Kebijakan biasanya ditetapkan oleh seorang pemimpin (Lamhannas RI, 1996). Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan Negara dan cara melaksanakannya. Untuk melaksanakan tujuan itu diperlukan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan pembagian (distribution) dan alokasi (allocation) sumber-sumber yang ada. Demikian pula untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan diperlukan kekuasaan (power) dan kewenangan (authority). Kedua hal tersebut digunakan untuk membina kerja sama dan untuk menyelesaikan konflik yang mungkin terjadi dalam proses ini. Dari paparan di atas, politik membahas hal-hal yang berkaitan dengan Negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan umum (public policy), serta ditribusi (distribution) dan alokasi (allocation) sumber daya. a. Negara, adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Dengan kata lain, Negara merupakan bentuk organisasi politik yang pokok dalam suatu wilayah yang berdaulat. b. Kekuasaan, adalah kemampuan suatu individu atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginannya. Perlu dicatat bahwa perjuangan kekuasaan biasanya dianggap memiliki tujuan yang menyangkut kepentingan seluruh masyarakat, sehingga yang menjadi perhatiannya adalah bagaimana merebut, malaksanakan, dan mempertahankannya. c. Pengambilan Keputusan, keputusan adalah membuat pilihan di antara beberapa alternative, sedangkan istilah pengambilan keputusan menunjuk pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai;

menyangkut keputusan-keputusan yang diambil secara kolektif dan mengikat seluruh masyarakat, melalui sarana umum. d. Kebijakan Umum, kebijakan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seseorang atau oleh kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan. Prinsip dasarnya adalah bahwa masyarakat memiliki beberapa tujuan bersama yang ingin dicapai melalui usaha bersama sehingga perlu ditentukan rencana yang mengikat dan dirumuskan dalam bentuk kebijakan-kebijakan oleh pihak yang berwenang. e. Distribusi dan Alokasi, adalah pembagian dan pengalokasian nilainilai (values) dalam masyarakat. Jadi, politik membahas bagaimana pembagian dan pengalokasian nilai secara adil dan mengikat. Nilai dapat bersifat abstrak seperti penilaian (judgement) atau suatu asas, misalnya kejujuran dan kebebasan berpendapat, dan dapat bersifat kongkrit, misalnya rumah dan kekayaan. 2.2 Konsep Strategi Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategia, yang diberi makna sebagai the art of the general, atau seni seorang panglima dalam pertempuran dalam peperangan. Di abad modern ini sistem politik dan ketatanegaraan Indonesia, istilah strategi tidak lagi terbatas penggunaanya pada konsep atau seni seorang panglima dalam peperangan, tetapi merambah secara luas di berbagai bidang kehidupan. Satu hal yang menjadi prinsipnya adalah bahwa strategi tidak dapat lepas dari politik dan tidak dapat berdiri sendiri. Pengertian dan luang lingkup istilah strategi berkembang sesuai dengan jamannya. Strategi pada dasarnya merupakan suatu kerangka rencana dan tindakan yang disusun dan disiapkan dalam suatu rangkaian pentahapan yang masing-masing merupakan jawaban terhadap tantangantantangan baru yang mungkin terjadi sebagai akibat dari langkah sebelumnya dari keseluruhan proses ini terjadi dalam suatu arah tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

III. Undang-undang Dasar 1945


3.1 Pengertian, Kedudukan, Sifat, dan Keberhasilan

Yang dimaksud dengan UUD dalam UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD adalah mengikat: mengikat pemerintah, mengikat setiap lembaga negara dan lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap warga negara indonesia dimana saja dab setiap penduduk yang ada diwilayah negara indonesia. Sebagai hukum, UUD berisi norma-norma, aturan-aturan, atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati. Kedudukan UUD sebagai hukum dasar merupakan sumber hukum. Setiap produk hukum, seperti undang-undang, peraturan-peraturan, atau keputusan pemerintah,bahkan juga setiap tindakan kebijakan pemerintah, harus dapat dipertanggungjawabkan pada ketentuan UUD 1945. Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD dalam kerangka tata urutan atau tata tingkatan norma hukum yang berlaku merupakan hukum tertinggi. Sebagai azas hukum dasar yang tertulis maupun hukum dasar tidak tertulis. Dalam hubunagan ini UUD memiliki fungsi sebagai alat-alat kontrol, alat mengevaluasi apakah norma hukum yang lebih rendah yang berlaku sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuen UUD, yang menurut ilmu hukum tata negara. Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan pula bahwa UUD 1945 bersifat singkat dikemukakan bahwa: a. UUD sudah cukup apabila memuat aturan-aturan pokok saja, hanya memuat garis-garis besar sebagai intruksi kepada pemerintah dan penyelenggara negara untuk menyelenggarakan tugasnya. b. UUD yang singakat itu menguntungkan bagi negara seperti Indonesia yang masih harus terus berkembang, harus terus hidup secara dinamis, masih harus terus akan mengalami perubahan-perubahan.

Keberhasilan UUD 1945 dalam kedudukannya sebagai hukum dasar tergantung pada sikap mental dan semangat para penyelenggara negara, penyelenggara UUD 1945. Oleh sebab itulah setiap penyelenggara negara disamping harus memahami teks UUD 1945 harus juga menghayati semangat UUD 1945. Walaupun UUD menurut kata-katanya bersifat kekeluargaan tetapi semangat para penyelenggara negara dan para pemimpin pemerintah bersifat individualitas. Sebaliknya, meskipun UUD tidak sempurna akan tetepi jika semangat para penyelenggara pemerintahan baik, UUD tentu tidak akan merintangi jalannya negara. 3.2 Makna pembukaan UUD 1945 UUD 1945, yang disahkan oleh sidang PPKI dan mulai berlaku untuk pertama kalinya pada tanggal 18 Agustus 1945, adalah keseluruhan

naskah yang terdiri atas (1) pembukaan, (2) Batang tubuh yang berisi pasal 1-37 yang dikelompokan kedalam 16 Bab, 4 pasal aturan peralihan, dan 2 pasal aturan Tambahan, serta (3) Penjelasan. Naskah resmi dimuat dan disiarkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No.7 yang terbit pada tanggal 15 Februari 1946 setelah 4 kali diamandemen. Pembukaan UUD 1945 dirumuskan ke dalam 4 alinea, setiap alinea dan kata-katanya mengandung makna yang bernilai universal dan lestari . Universal berisi nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa beradab diseluruh dunia; Lestari mampu menampung dinamika masyarakat, dan akan tetap ,menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara selam bangsa Indonesia tetap setia kepada negara Proklamasi 17 Agustus 1945. Makna Alinea I : Berbunyi Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa menunjukan bahwa keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia yang menghadapi masalah kemerdekaan melawan penjajah. Alinea ini dengan jelas mengungkapkan suatu dalil objektif bahwa kemerdekkan adalah hak segala bangsa, bukan hak individu saja. Makna Alinea II : Berbunyi Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka,bersatu,berdaulat,adil dan makmur menunjukan suatu konsekuensi logis dari pernyataan kemerdekkan pada Alinea I, yaitu merealisasikan perjuangannya dalam suatu cita-cita bangsa dan negara yang merdeka,bersatu,berdaulat,adil dan makmur. Makna Alinea III : Berbunyi Atas berkat rakhmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka Rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekannya. Menunjukan bahwa antara pembukaan UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945 perlu diikuti dengan membentuk negara dan hal ini dirinci dalam pembukaan UUD 1945. Makna Alinea IV : Berbunyi kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia menunjukan empat perinsip serta pokok kaidah pembentukan pemerintah Negara indonesia telah menyatakan dirinya merdrka.

Prinsip pokok kenegaraan yang terkandung dalam alinea IV adalah: a. Tentang tujuan Negara b. Tentang ketentuan diadakannya UUD 1945

c. Tentang bentuk negara d. Tentang dasar falsafah Negara 3.3 Pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 UUD 1945 memiliki hubungan langsung dengan batang tubuh UUD 1945 yaitu mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan dijelmakan dalam batang tubuh UUD 1945 kedalam pasal-pasalnya. Terdapat empat pokok yang apabila dihayati terdapat pancaran dari pancasila dan falsafah negara yaitu: Pokok Pikiran I : Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Dalam rumusan ini negara melindungi segenap bangsa seluruhnya. Rumusan ini menunjukan pokok-pokok persatuan. Pokok Pikiran II : Negara hendak mewujudkan keadilan soail bagi seluruh Rakyat Indonesia ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial. Pokok Pikiran III : Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan permusyawarahan/perwakilan Rumusan ini mengandung sistem Negara yang terbentuk dalam UUD harus berdasar atas kedaulatan Rakyat, Aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia. Pokok pikiran IV : Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhurdan memegang teguhcita-cita moral Rakyat yang luhur.

3.4 Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuh UUD 1945 Pancasila sebagai dasar negara menjiwai pokok-pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 ke dalam pasal-pasalnya. Dengan demikian pembukaan UUD memuat falsafah pancasila dan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bahkan merupakan rangkain kesatuan dan norma yang terpadu . UUD 1945 terdiri atas rangkain pasalpasal yang merupakan perwujudan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, yang tidak lain adalah : persatuan Indonesia,keadilan sosial,kedaulatan Rakyat dan Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Yang tidak lain adalah sila-sila dari pancasila, sedangkan pancasila itu sendiri mencairkan nilai-nilai lihur yang mampu memberikan semangat dan terpancarkan dengan khitmat dalam perangkat UUD 1945.

IV. Sistem Politik dan Ketatanegaraan Indonesia


IV.1 Garis besar politik nasional dan strategi nasional

Sistem politik adalah suatu sistem yang memiliki ruang lingkup di bidang politik, meliputi bagian-bagian atau lembaga-lambaga yang berfungsi di bidang politik yang kegiatannya menyangkut soal-soal politik, yaitu hal-hal yang menyangkut kehidupan kenegaraan dan pemerintah. Dilihat dari segi strukturnya maka struktur politik adalah suatu keseluruhan dari pengelompokkan yang timbul dari masyarakat baik berupa lembaga-lembaga kenegaraan maupun kemasyarakatan yang berpengaruh dalam suatu pembuatan kebijaksanaan yang otoritatif dan mengikat masyarakat. Sedang dilihat dari segi prosesnya, proses politik berarti suatu interaksi antara bentuk struktur lembaga-lembaga dalam masyarakat yang keseluruhannya merupakan struktur politik. Secara fungsional proses politik itu ditanggapi sebagai pengaruh timbal balik antara fungsi input dan output yang disumbangkan oleh semua bentukbentuk structural tersebut di atas. Politik nasional adalah azas haluan, usaha, serta kebijakan tindakan Negara tentang pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pengendalian), serta penggunaan secara totalitas dari potensi nasional, baik yang potensial maupun yang efektif untuk mencapai tujuan nasional. Politik nasional menggariskan usaha-usaha untuk mencapai tujuan nasional yang dibagi ke dalam tahap-tahap utama, yaitu jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Politk nasional meliputi antara lain: a. Poltik dalam negeri, yang diarahkan kepada mengangkat, meninggikan dan memelihara harkat derajat dan potensi rakyat Indonesia menuju bangsa yang bersatu, adil, makmur, dan terhormat. b. Politik luar negeri, yang bersifat bebas aktif antiimperialisme dan antikolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, mengabdi kepada kepentingan nasional dan amanat penderitaan rakyat serta diarahkan kepada pembentukan solidaritas antarbangsa, terutama bangsa-bangsa Asia Afrika dan Negara-negara non-blok. c. Politk ekonomi, diarahkan kepada peningkatan taraf hidup dan daya kreasi rakyat Indonesia sebesar-besarnya.

d. Politik pertahanan-keamanan, yang bersifat defensive aktif dan diarahkan kepada pengamanan serta perlindungan bangsa dan Negara serta usaha-usaha nasional dan penanggulangan berbagai tantangan, ancaman, dan hambatan. Strategi nasional adalah seni dan ilmu mengembangkan dan menggunakan kekuatan-kekuatan nasional, yaitu ideology, politik, ekonomi, social-budaya, dan pertahanan-keamanan (ipoleksosbudhankan) dalam masa damai ataupun masa perang untuk mendukung pencapaiain tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional. Sasaran strategi nasional adalah tujuan nasional yang akan dicapai. Strategi nasional meliputi sasaran ke dalam dan sasaran ke luar. Sasaran ke dalam mewujudkan identitas dan integrasi nasional, sedangkan sasaran keluar (1) mendukung kepentingan nasional di dalam negeri; (2) memperjuangkan kedudukan terhormat di dalam pergaulan antarbangsa; dan (3) mengadakan hubungan internasional lainnya, baik yang bersifat bilateral maupan multilateral. Pola strategi nasional ke dalam dengan jalan persuasi, yaitu dengan jalan mempengaruhi atau mengajak dan membujuk pihak lain agar yakin dengan maksud yang dikemukakan. Strategi nasional keluar ialah strategi tidak langsung dengan politik luar negeri yang dilaksanakan secara defensive dan konstruktif. Sebelum UUD 1945 di amademen, perumusan politik nasional pada strata tertinggi dalam bentuk GBHN ditetapkan oleh MPR, yang selanjutnya dilaksanakan oleh Presiden Mandataris MPR, yang dibantu oleh lembagalembaga tinggi negara, yaitu Kabinet Presiden, DPA, DPR, BPK, dan MA. Setelah UUD 1945 diamandemen, perumusan politik nasional dirumuskan dan ditetapkan oleh Presiden. Agar strategi nasional berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh politik nasional, terlebih dahulu harus diadakan pemikiran strategi malksanakan telaahan strategi dan perkiraan strategi. Telaahan strategi adalah suatu kajian terhadap lingkungan yang akan berpengaruh kepada strategi yang akan ditempuh. Dalam menelaah lingkungan politik nasional perlu memperhatikan beberapa hal yang menyangkut: a. Pembidangan: politik nasional meliputi ipoleksosbudhankan b. Sasaran bidang masing-masing ditentukan sehingga tujuan politik nasional dapat dicapai c. Pedoman pelaksanaan meliputi usaha pembiayaan, pengadaan, pengembangan, pengarahan sumber-sumber material, tenaga manusia, dan kekuatan in material

d. Sikap dan pendirian: menggariskan sikap dan pendirian terhadap masalah-masalah nasional ataupun internasional e. Pengendalian perencanaan dituangkan dalam strategi nasional Perkiraan strategi nasional adalah suatu analisis yang akan menghasilkan sasaran-saasran alternative yang ditetapkan serta beberapa alternative cara bertindak yang akan digunakan mancapai sasaran-sasaran.

4.2 Sistem Pemerintahan Negara Sebagai buah dari agenda reformasi nasional tahun 1998, UUD 1945 mengalami perubahan yang dilaksanakan dalam satu rangkaian empat tahap, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Dengan perubahanperubahan itu, pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam UUD 1945 mengalami pergeseran dan perubahan mendasar, sehingga mengubah pula corak dan format kelembagaan serta mekanisme hubungan antara lembaga-lembaga negara yang ada. Bahkan ada pula organ negara yang sebelumnya ada dihapuskan dari ketentuan UUD 1945. Dewan Pertimbangan Agung yang sebelumnya diatur dalam Bab VI Pasal 16 ditiadakan dari naskah UUD 1945. Di samping itu, ada pula organ negara yang sebelumnya tidak ada seperti Mahkamah Konstitusi, diatur dalam Bab IX Pasal 24 dan 24C serta menurut ketentuan Pasal III Aturan Peralihan (Supriatnoko, 2006). Amandemen UUD 1945 menghasilkan pergeseran, perubahan, dan penambahan pasal-pasal. Semula UUD 1945 terdiri atas 16 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal Aturan Peralihan, dan 2 Ayat Aturan Tambahan berubah menjadi 20 Bab, 37 Pasal (bila dihitung jumlah seluruhnya 73 Pasal), 3 Pasal Aturan Peralihan, dan 2 Pasal Aturan Tambahan. Konsekuensinya, walaupun tujuh kunci pokok sistem pemerintaha negara menurut penjelasan tidak lagi merupakan dasar yuridis, namun tujuh kunci pokok tersebut ikut mengalami perubahan. Meskipun demikian, secara kajian akademis tujuh kunci pokok tersebut masih relevan dan penting dalam pembahasan mengenai Batang Tubuh UUD 1945 sehubungan dengan tetap kuatnya pasal-pasal lama menjadi bagian dari UUD 1945 Hasil Amandemen. Ketujuh Kunci Pokok itu adalah: 1. Indonesia ialah Negara Berdasar atas Hukum (Rechtsstaat) Negara Indoensia berdasarkan atas hukum ( Rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka ( Machtsstaat). Ini berarti bahwa negaratermasuk di dalamnya pemerintahan dan lembaga-lembaga negara lainnya dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Dalam suatu Rechtsstaat, kekuasaan juga ada tetapi sumbernya atau dasarnya bukan kekuasaan itu sendiri melainkan hukum. Pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan cita hukum (rechtsidee) yang menjiwai Batang Tubuh UUD 1945 dan hukum dasar yang tidak tertulis. 2. Sistem Konstitusional Pemerintahan berdasarkan sistem konstitusional, tidak bersifat absolutisme. Dalam sistem ini, penggunaan kekuasaan secara sah oleh aparatur negara dibatasi secara formal berdasarkan Uud 1945. Oleh karena itu, kekuasaan-kekuasaan aparatur negara dan pemerintahan harus bersumber pada UUD 1945 atau undang-undang yang menyelenggarakan UUD 1945. 3. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat Sistem kekuasaan tertinggi dalam Penjelasan UUD 1945 sebelum UUD 1945 diamandemen adalah di tangan MPR: Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan bernama MPR, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Akan tetapi, menurut Uud 1945 hasil amandemen 2002 kekuasaan tertinggi di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (Pasal 1 Ayat 2). 4. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintahan Negara yang Tertinggi di samping MPR dan DPR Kekuasaan presiden menurut penjelasan UUD 1945 sebelum UUD 1945 diamandemen Di bawah MPR, presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab adalah di tangan presiden. Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen, presiden adalah penyelenggara pemerintahan tertinggi di samping MPR dan DPR, karena presiden dipilih langsung oleh rakyat (UUD 1945 Pasal 6A Ayat 1). 5. Presiden Tidak Bertanggung jawab Kepada DPR UUD 1945 menggariskan kerja sama antara presiden dan DPR, antara lain dalam membentuk undang-undang dna menetapkan anggaran serta belanja negara, pengangkatan duta dan konsul, penganugerahan gelar dan tanda jasa, pemberian amnesti, abolisi dan lainnya. Dalam perkaraperkara tersebut, presiden harus mendapatkan persetujuan DPR. Presiden tidak dapat membubarkan DPR (UUD 1945 Pasal 7C) dan DPR pun tidak dapat menjatuhkan presiden. DPR hanya mengawasi presiden dalam mengawasi pemerintahan. Tetapi DPR dapat mengajukan usul pemberhentian presiden kepada MPR (UUD 1945 Pasal 7A dan 7B). 6. Menteri Negara ialah Pembantu Bertanggung jawab kepada DPR Presiden, Menteri Negara tidak

UUD 1945 hasil amandemen ataupun Penjelasan UUD 1945 menegaskan bahwa Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh menteri-menteri negara (UUD 1945 Pasal 17 Ayat 1). Presiden berwenang mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara ( UUD 1945 Pasal 17 Ayat 2). Menteri-menteri negara tidak bertanggung jawab kepada DPR. 7. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas Menurut UUD 1945 hasil amandemen, Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung (UUD 1945 Pasal 6A Ayat 1). Dengan demikian dalam sistem kekuasaan kelembagaan negara Presiden tidak lagi merupakan mandataris MPR bahkan sejajar dengan MPR dan DPR.

4.3

Sistem Ketatanegaraan Indonesia

Sistem ketatanegaraan Indonesia menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut: 1. Bentuk Negara adalah kesatuan UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk susunan Negara Indonesia adalah kesatuan bukan serikat atau federal. Dasar penetapan ini tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. 2. Bentuk pemerintahan adalah Republik UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik bukan monarki atau kerajaan. Dasar penetapan ini tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui bahwa kesatuan adalah bentuk Negara, sedangkan Republik adalah bentuk pemerintahan 3. Sistem pemerintahan adalah Presidensil Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan Presidensil. Secara teoretis, sistem pemerintahan dibagi dalam dua klarifikasi besar, yaitu sistem pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensil. 4. Sistem politik adalah Demokrasi atau Kedaulatan Rakyat

Sistem politik yang dianut Negara Indonesia adalah sistem politik Demokrasi. Hal ini secara jelas dinyatakan dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945 bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Hakikat demokrasi itu sendiri adalah kekuasaan dalam Negara berada ditangan rakyat.

5 Gerak Pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945


Ditinjau dari sudut perkembangan sejarah pelaksanaan UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia telah melaksanakan UUD 1945 dalam tahapan: 1. Era 1945-1959 sebagai Republik Indonesia ke-1 Parlementer) yang didasari tiga UUD berturut-turut, yaitu: (Demokrasi

UUD 1945 berlaku 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949. Dalam kurun waktu ini UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena bangsa Indonesia sedang dalam pancaroba, dalam usaha membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan, sedangkan pihak kolonioal Belanda masih berusaha menjajah kembali negara Indonesia yang telah merdeka. UUD Republik Indonesia Serikat (UUD RIS) berlaku 29 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950. Rancangan UUD RIS disepakati di Negara Belanda antara wakil-wakil pemerintah negara BFO (Bijeenkomst Voor Federaal Overleg) yaitu negara-negara buatan Belanda di luar negara Republik Indonesia. Peristiwa ini terjadi di Jota Pantai Scheveningen, tanggal 29 Oktober 1949, pada saat berlangsungnya Konferensi Meja Bundar (KMB). Rancangan UUD RIS disetujui pada tanggal 14 Desember 1949 di Jakarta oleh wakil-wakil pemeritah dan Komite Nasional Indonesia Pusat dan wakil pemerintahmasing-masing serta DPR negaranegara BFO. Meskipun demikian, UUD RIS tidak dapat bertahan lama, hanya kurang lebih delapan bulan. UUD Sementara (UUDS) 1950 berlaku 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, merupakan UUD ytang ketiga bagi Negara Indonesia. UUDS mendasarkan pada pemikiran liberal yang mengutamakan kebebasan individu. Sedangkan UUD 1945 berlandaskan Demokrasi Pancasila yang berintikan sila ke-4. Sistem kabinet parlementer yang dianut UUDS 1950 menimbulkan keadaan politik dan pemerintahan yang tidak stabil. Kabinet berganti sampai tujuh kali sehingga implikasinya program kabinet banyak yang tidak dapat direalisasikan. Implikasi lain adalah dewan konstituante yang dipilih dari hasil pemilu pada bulan Desember 1955, dalam dua tahun lebih bersidang untuk menyusun rancangan UUD baru sebagai wujud akomodasi dan aspirasi masyarakat yang

menghendaki adanya perubahan UUD mengalami kemnacetan, sehingga timbul kekhawatiran dari pemerintah bahwa dewan konstituante akan gagal menyelesaikan tugasnya. Kondisi politik yang demikian membuat pemerintah mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 untuk kembali menggunakan UUD 1945. 2. Era 1959-1966 sebagai Republik Indonesia ke-2. Era ini didasari UUD 1945, disebut Orde Lama. Pada pemerintahan Orde Lama, terdapat beberapa penyimpangan yang dapat dicatat, yaitu (1) Presiden merangkap sebagai penguasa eksekutif dan legislatif: pimpinan lembaga-lembaga negara dijadikan menteri, sedangkan presiden sendiri menjadi anggota DPA, (2) Presiden membubarkan DPR hasil pemilihan umum 1955 karena DPR tersebut tidak dapat menyetujui Rancangan APBN yang diajukan poleh pemerintah, selanjutnya presiden membentuk DPR Gotong Royong (DPR-GR), (3) MPRS mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur hidup, (4) Hak budget DPR tidak terlaksana karena setelah tahun 1960 pemerintah tidak mengajukan Rancangan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR. 3. Era 1966-1999, sebagai Republik Indonesia ke-3 didasari UUD 1945, disebut Orde Baru. Pada era ini, dibentuk lembaga-lembaga negara dal;am sistem ketatanegaraan sesuai UUD 1945, terselenggaranya mekanisme kepemimpinan nasional lima tahunan, yaitu melaksanakan pemilihan umum DPR, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, mengangkat kabinet, laporan pertanggungjawaban dalam Sidang UMUM MPR. Pada pemerintahan Orde Baru, beberapa penyimpangan yang dapat ditemukan antara lain: pelaksanaan UUD 1945 cenderung berpihak kepada rejim yag berkuasa bila dibandingkan dengan upaya menegakkan kedaulatan rakyat. Hal ini dapat dilihat pada kecurangan dalam pelaksanaan pemilihan umum: (a) Campur tagan birokrasi terlalu besar dalam memengaruhi pilihan rakyat; (b) Panitia poemilihan umum tidak independen, memihak salah satu kontestan; (c) Kompetisi antar kontestan tidak leluasa; (d) Rakyat tidak bebas mendiskusikan dan menentukan pilihan; (e) penghitungan tidak jujur; (f) Kontestan tidak bebas kampanye karena dihambat aparat keamanan atau perizinan; (g) Pelarangan bagi partai politik untuk melakukan kegiatan politik sampai ke desa-desa; (h) Semua pegawai negeri dan warga ABRI yang masih aktif maupun pensiun pada semua tingkat jabatan terbuka melakukan pemaksaan dengan sangsi untuk meilih Golkar. 4. Era 1999-sekarang, sebagai Republik Indonesia ke-4 didasari UUD 1945 yang telah diamandemen. Era ini disebut Orde Reformasi.

Dalam penerapan UUD 1945 hasil amandemen di Orde Reformasi ini, terdapat beberapa perubahan: a. Penerapan UUD 1945 hasil amandemen merubah struktur ketatanegaraan Indonesia yang ditandai dengan ditetapkannya UUD 1945 sebagai lembaga tertinggi negara. b. Perubahan UU Politik yang berintikan pemilihan umum langsung dan sistem multipartai. c. Pelaksanaan pemilihan langsung Presiden dan Wakil Presiden. d. Pelaksanaan kebebasan pers yang bertanggung jawab. e. Penyelenggaraan otonomi daerah kepada Pemerintah Daerah Tingkat I dan II. f. Perubahan orientasi ideologi dari Pancasila ke arah Liberal yang berintikan demokrasi dan kebebasan individu serta pasar bebas. Perubahan ini yang juga menjadi penyimpangan pokok dalam gerak pelaksanaan UUD 1945 di era reformasi ini (Srijanti dkk, 2006; Syarbaini dkk, 2006).

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Negara dan Konstitusi

Disusun oleh : Balqis Cahyaning Dwisedyotami Herlina Lyly Agusani Miftahussaadah Ratna Sari Dewi

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III PRODI KEBIDANAN CIPTO MANGUNKUSUMO 2012/2013

You might also like