Professional Documents
Culture Documents
kontemporer) 0 MM prinsip prima facie 0 MM hub Bioetika dan KODEKI 0 MM HAM 0 MM Rekam Medis
ttg apa yg dinilai baik atau buruk, benar atau salah, positif atau negatif, pantas atau tidak pantas, yg menyangkut sikap, tingkah laku, dan tindakan manusia
Tradisional
0 Beneficence 0 Nonmaleficence(Prim
Kontemporer
0 Menghormati
0
0 0 0 0
um non nocere) Menghormati hidup manusia Confidential Veracity Tidak mementingkan diri sendiri Budi pekerti dan Tingkah laku luhur
Beneficence
0 Berbuat baik (beneficence)
harus mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare) 0 Pengertian berbuat baik diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban.
hanya menguntungkan dokter atau rumah sakit atau pihak lain 0 Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk)
Kriteria beneficence
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain) 2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia 3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
Non maleficence
0 Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence)
pasien, seperti :
atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting 0 Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut 0 Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif 0 Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal).
Kriteria non maleficence 1. Menolong pasien emergensi : Dengan gambaran sbb : - pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko kehilangan sesuatu yang penting (gawat) - dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut - tindakan kedokteran tadi terbukti efektif - manfaat bagi pasien > kerugian dokter 2. Mengobati pasien yang luka 3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia ) 4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien 5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek 6. Mengobati secara proporsional 7. Mencegah pasien dari bahaya 8. Menghindari misrepresentasi dari pasien 9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian 10. Memberikan semangat hidup 11. Melindungi pasien dari serangan 12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
Otonomy
0 Menghormati martabat manusia (respect for
person/autonomy) 0 Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.
yakni :
menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia.
pemikiran =
pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.
Kriteria otonomi 1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien 2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif) 3. Berterus terang 4. Menghargai privasi 5. Menjaga rahasia pasien 6. Menghargai rasionalitas pasien 7. Melaksanakan informed consent 8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri 9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien 10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan termasuk keluarga pasien sendiri 11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi 12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien 13. Menjaga hubungan (kontrak)
Justice
0 Keadilan (justice)
pandangan politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya 0 Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.
diukur dari kebutuhan mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang memerlukan atau membahagiakannya) 0 Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien).
0 Tujuan : 0 Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai mahluk berakal budi (bermartabat), khususnya : yanghak dan yang-baik
Jenis keadilan
A. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)
B. Distributif (membagi sumber) : kebajikan membagikan sumber-sumber kenikmatan dan beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani; secara material kepada : 0 Setiap orang andil yang sama 0 Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya 0 Setiap orang sesuai upayanya. 0 Setiap orang sesuai kontribusinya 0 Setiap orang sesuai jasanya 0 Setiap orang sesuai bursa pasar bebas
C. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama : 0 Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik
dengan strategi menekankan efisiensi social dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien. 0 Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social ekonomi (mementingkan prosedur adil > hasil substantif/materiil). 0 Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu 0 Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap individu rasional (sering menerapkan criteria material kebutuhan dan kesamaan).
D. Hukum (umum) :
0 Tukar menukar : kebajikan memberikan /
mengembalikan hak-hak kepada yang berhak. 0 pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai kesejahteraan umum.
Kriteria justice 1. Memberlakukan sesuatu secara universal 2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan 3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama 4. Menghargai hak sehat pasien 5. Menghargai hak hukum pasien 6. Menghargai hak orang lain 7. Menjaga kelompok yang rentan 8. Tidak melakukan penyalahgunaan 9. Bijak dalam makro alokasi 10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien 11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya 12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil 13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten 14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah 15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan 16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
Kontrak terapeutik
0 Salah satu hubungan hukum dokter-pasien 0 Tidak seimbang/setara 0 Dokter tidak menjanjikan hasil (RESULTAATSVERBINTENNIS), tetapi menjanjikan upaya yang sebaikbaikny(INSPANNINGSVERBINTENNIS) reasonable care 0 Harus dijaga dengan aturan
Hubungan dokter-pasien
(cont..)
0 Fiduciary : virtue based ethics 0 Prinsip : moral keutamaan 0 Bukan sekedar kewajiban dan peraturan, tetapi juga BAGAIMANA SIKAP SEBAIKNYA 0 Empathy, compassion, perhatian, keramahan, kemanusiaan, saling percaya, itikad baik, dll 0 Hubungan : bertumbuh kembang, bertujuan mensejahterakan pasien 0 Komunikasi harus baik
dan penderita (pasien) yang dilakukan dalam suasana saling percaya mempercayai (konfidensial) serta senantiasa diliputi oleh segala emosi, harapan dan kekhawatiran makhluk insani.
0 Reasonable care
0 Reasonable competency
Prima Facie
0 Dalam kondisi atau konteks tertentu, yang tergantung
dari situasi, kondisi, dan toleransi, seorang dokter harus melakukan pemilihan 1 kaidah dasar bioetik yang paling sesuai dengan kasus konkret yang ada. asas prima facie
Prima Facie
0 Merupakan bahasa Latin untuk: at first appearance atau at first sight 0 Pada ilmu filsafat dipakai sebagai, antara lain, dasar teori etika oleh W.D. Ross (prima facie duties are always binding unless they are in conflict with stronger or more stringent duties)
yang berarti mempunyai obligasi 0 Pemakaian dalam konteks modern menggunakan istilah pro tanto obligation yang berarti sebuah obligasi yang dapat di overrule oleh obligasi lain yang lebih penting dan berlaku hanya sementara
0 Justice
Bioetik - KODEKI
0 Pasal 7c
0 Pasal 8
0 Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk insani psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan kebaikan penderita ( Berhubungan dengan Berkata jujur, Otonomi pasien) 0 Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya dan hak tenaga kesehatan lainnya dan harus menjaga kepercayaan pasien. (Berhubungan dengan Menghormati otonomi manusia) 0 Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus memperhatikan
0 Pasal 10
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psikososial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya. (Berhubungan dengan Beneficene)
0 Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut. (Berhubungan dengan Beneficence(1), Non maleficence dan tidak mementingkan diri sendiri(2), menghormati otonomi pasien)
senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasihatnya dalam beribadat atau dalam masalah lainnya. ( Berhubungan dengan menghormati otonomi pasien dan menghormati hak privacy)
tentang seorang penderitam bahakan juga setelah penderita itu meninggal dunia ( Berhubungan dengan konfidensialitas)
0 Pasal 12
0 Pasal 13
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya. (Berhubungan dengan Beneficence)
Rekam medis
0 Keterangan baik yang tertulis maupun terekam
tentang identitas ,anamnesa,penentuan fisik , laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap , rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat
kesehatan dan penyakit pasien yang bersangkutan dan sering disebut PATIENT RECORD 0 Manajemen : suatu informasi tentang pertanggungjawaban apakah dari segi manajemen maupun keuangan dari kondisi kesehatan dan penyakit pasien yang bersangkutan.
Rawat Jalan
- identitas pasien - pemeriksaan fisik - diagnosis/masalah - tindakan/pengobatan - pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
Rekam medis elektronik Rekam medis yang terbuat dan berbentuk elektronik berupa data data di komputer yang diisi dengan hanya mengetik di komputer Bentuk rekam medis ini sangat jarang ditemukan Hanya ditemukan pada RS, klinik ataupun praktek dokter yang sudah modern dan canggih
Rekam medis yang terbuat dan berbentuk lembaran lembaran kertas yang diiisi dengan tulisan tangan atau ketikan komputer yang telah diprint. Bentuk rekam medis ini sangat umum dan dapat ditemukan diseluruh RS, klinik, maupun praktek dokter
Rekam medik elektronik Ringkas Bisa menampung dalam jumlah yang sangat banyak Tidak memakan banyak tempat dalam hal penyimpanan karena disimpan dalam bentuk data komputer, Bisa disimpan lama Mudah terserang virus yang merusak data Tidak semua orang bisa mengoperasikannya Hanya terjangkau oleh kalangan tertentu Tidak dapat dioperasikan apabila tidak ada sumber listrik
Mudah untuk didapatkan Bisa dilakukan oleh siapa saja dalam hal ini staf medis yang tidak memerlukan ketrampilan khusus Mudah dibawa dan mampu di isi kapan saja dan di mana saja
Kerugian
Dapat terjadi kesalahan dalam penulisan dan pembacaan, tidak ringkas, Mudah rusak oleh keadaan basah, Mudah terbakar karena terbuat dari bahan kertas, Memiliki keterbatasan dalam hal penyimpanan karena bentuknya yang bisa dikatakan besar, Kerapian dari penulisan akan berkurang
Tenaga Kesehatan
0 Tenaga kesehatan yang diatur dalam Pasal 2 ayat (2) sampai
dengan ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan terdiri dari : 1. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi; 2. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan; 3. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker; 4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian; 5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien; 6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara; 7. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi dan perekam medis
bagi dokter, dokter gigi dalam memberikan pelayanan medis. 0 Masukan untuk menyusun laporan epidemiologi penyakit dan demografi (data sosial pasien) serta sistem informasi manajemen rumah sakit 0 Masukan untuk menghitung biaya pelayanan 0 Bahan untuk statistik kesehatan 0 Sebagai bahan/pendidikan dan penelitian data
pendekatan metode ilmiah untuk menunjang pemecahan masalah secara klinik. POMR ini biasanya digunakan di pusat-pusat pendidikan
Tujuan POMR
0 Mencatat riwayat kesehatan pasien dan keluarganya
secara lengkap sesuai dengan permasalahan yang ada 0 Memperoleh keterangan yang jelas tentang riwayat medis dan permasalhan kesehatan pasien dan keluarganya dalam waktu yang singkat
Berasal dari hasil anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang dicatat adanya masalah: anatomi, fisiologi, sosial, ekonomi, mental dan
(Problem List)
Pada bagian ini dicatat: diagnosis dengan terapi, prosedur lacak dan edukasi pasien yang akan dilakukan.
4. Catatan Kemajuan
Pada bagian ini dicatat kemajuan yang diperoleh sebagai hasil dari tindakan yang telah dilakukan untuk setiap masalah kesehatan.
(Progress Note)
Isi POMR
S = Subjective Information (Keterangan Subyektif) O = Objective Information (Keterangan Obyektif) A = Assessment (Penilaian)
Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang (RPS), riwayat penyakit sebelumnya (RPD), riwayat penyakit keluarga (RPK), keadaan sosial ekonomi
Temuan pemeriksaan fisik, data-data pemeriksaan psikologik, hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain
Status masalah sekarang/diagnosis kerja (working diagnosis), diagnosis, diagnosis banding (defferential diagnosis), ICD (International Classification of Diseases)
P = Plan (Rencana)
Penatalaksanaan medikamentosa dan nonmedikamentosa, rencana pemeriksaan penunjang, target penatalaksanaan, edukasi pasien
Kelebihan POMR
0 Pasien ditangani berdasarkan prioritas masalah
0 Data tersusun terklasifikasi berdasarkan masalah 0 Memudahkan evaluasi rekam medis
Kelemahan POMR
0 Perlu penyesuaian yang lama jika baru pertama kali
menerapkan sistem tsb 0 Perlu pelatihan intensif dan komitmen dari seluruh staf untuk melaksanakan POMR secara terpadu 0 Kekurangtelitian merugikan pelayanan
nama, waktu dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan
dalam Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien. 2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. 3. Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri
Dokter dan dokter gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan perundangundangan
kedokteran wajib menyimpan kerahasiaan yang menyangkut riwayat penyakit pasien yang tertuang dalam rekam medis.
0 Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
rahasia kedokteran (isi rekam medis) baru dapat dibuka bila diminta oleh hakim majelis di hadapan sidang majelis.
0 Dokter dan dokter gigi bertanggung jawab atas kerahasiaan
rekam medis sedangkan kepala sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab menyimpan rekam medis.
1.
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus.
2.
atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk
Sanksi Hukum
Pasal 79 UU Praktik Kedokteran 0 Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam medis dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
0 Selain tanggung jawab pidana, dokter dan dokter gigi yang
tidak membuat rekam medis juga dapat dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan dokter gigi tidak melakukan yang seharusnya dilakukan (ingkar janji/wanprestasi) dalam hubungan dokter dengan pasien.
mendapat sanksi hukum juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dengan UU Praktik Kedokteran, Peraturan KKI, Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia (KODEKGI). 0 Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 16/KKI/PER/VIII/2006 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin MKDKI dan MKDKIP, ada tiga alternatif sanksi disiplin yaitu : a. Pemberian peringatan tertulis. b. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik. c.Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institus pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.