You are on page 1of 15

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon hutan, dari Sumatera hingga Papua. Anggrek terdapat disetiap jenis habitat dari daerah pinggir pantai hingga lereng atas gunung tertinggi. Dibeberapa tempat bahkan membentuk vegetasi utama. Anggrek bulan adalah bunga pesona bangsa Indonesia. Pada pertengahan zaman, anggrek mempunyai peran penting dalam pengembangan tehnik pengobatan menggunakan tumbuh-tumbuhan.

Penggunaannya pun meluas sampai menjadi bahan ramu-ramuan dan bahkan sempat dipercaya sebagai bahan baku utama pembuatan ramuan ramuan cinta pada masa tertentu. Ketika anggrek muncul dalam mimpi seseorang, hal ini dipercaya sebagai simbol representasi dari kebutuhan yang mendalam akan kelembuatan, romantisme, dan kesetiaan dalam suatu hubungan. Akhirnya, pada permulaan abad ke-18, kegiatan mengkoleksi anggrek mulai menjadi kegiatan yang banyak dilakukan di segala penjuru dunia, terutama karena keindahan tanaman ini. Vanili (Vanilla planifolia) juga merupakan anggota suku anggrekanggrekan. Tumbuhan ini dimanfaatkan buahnya. Untuk menghasilkan buah, vanili harus "dikawinkan" oleh manusia, karena serangga penyerbuknya tidak mampu hidup di luar daerah asalnya, meskipun sekarang usaha-usaha ke arah pemanfaatan serangga mulai dilakukan. Hal di atas merupakan sekilas pembahasan tentang anggrek, selanjutnya akan dibahas tentang cara pembudidayaan anggrek dengan hibridisasi. Di kaki gunung banyak terhampar sawah menghijau dengan tanaman padi yang berbaris rapi. Dengan udara yang sejuk dan di sekitrnya terdapat desa tempat tinggal para petani. Begitulah kira-kira gambar pemandangan alam yang sering kita temukan

di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Kita terbiasa melihat bahwa tanaman padi yang berbaris rapi itu sebagai sesuatu yang dikategorikan alamiah meskipun di alam bebas akan sulit sekali kita temukan tanaman padi tersebut yang bisa bertahan, apalagi berbaris rapi dalam petak-petak yang teratur. Tanaman padi yang kita lihat sehari-hari itu adalah hasil kerja keras manusia selama berabadabad untuk membudidayakannya dengan menyilangkan, dan menyeleksinya dari tanaman liarnya yang lebih mirip rumput ketimbang padi. Dalam pekerjaan membudidayakan padi itu, sebetulnya manusia telah melakukan hibridisasi dari berbagai macam kerabat liar tanaman padi sehingga diperoleh tanaman dengan sifat-sifat yang kita inginkan. Akibatnya, tanaman padi yang kita kenal sekarang sudah sangat jauh berbeda dengan tetua atau kerabat liarnya yang alami di alam bebas, bahkan ada kemungkinan beberapa tanaman tetua ini sudah punah dan tidak pernah teramati lagi. Hal yang sama terjadi pada tanaman anggrek yang merupakan hasil hibridisasi selama berabad-abad yang diseleksi karena keinginan manusia atau secara alami. Tanaman anggrek merupakan contoh hasil kerja manusia dalam memperbaiki atau menyeleksi tanaman yang memiliki bahan genetik (pembawa sifat) yang sesuai dengan selera manusia. Namun anggrek species (asli) sangat berbeda keunggulan dan morfologinya dengan anggrek hibridisasi. Hibridisasi itu sendiri sudah berlangsung lama sejak nenek moyang kita hidup nomaden sehingga tanpa disidari mereka telah menyilangkan tanaman tanaman sehingga memiliki varietas baru atau tetap terjaga populasinya. Adapun hibridisasi secara alami yang terjadi secara tidak sengaja oleh serangga yang menghisap masu sehingga serbuk sari terbawa ke putik bunga lain sehingga terjadi pembuahan yang menimbulkan varietas baru. Hibridisasi adalah penyilangan antar jenis tanaman yang masih satu species untuk mendapatkan keunggulan tanaman atau varietas baru yang berbeda morfologinya. B. Rumusan Masalah Permasalahan yang timbul dari program hibridisasi tanaman anggrek dapat dilihat dari corak perkembangbiakkan tanaman, hadirnya inkomtatibilitas,

dan hadirnya sterilitas. Berikut adalah masalah yang dapat di bahas dalam makalah ini: 1. Bagaimana sejarah tanaman anggrek itu? 2. Apa sajakah cara untuk membudidayakan tanaman anggrek? 3. Bagaimana proses hibridisasi itu ?

II. PEMBAHASAN
A. Sejarah Tanaman Anggrek Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai dibudiyakan secara luas di Indonesia. Pembudidayaan anggrek pertama oelh Pribumi pada tahun 1930, golongan pribumi sebagian telah mengusahakan pemeliharaan anggrek. Anggrek Indonesia memegang peranan penting dalam dunia penganggrekan dunia, baik ekspor maupun untuk ilmu pengetahuan. Anggrek secara luas dikategorikan berdasarkan pertumbuhannya: 1) anggrek epifit yang tumbuh menempel di pohon atau bebatuan (litofit), 2) anggrek tanah yang bisanya dikenal dengan terestrial, dengan struktur akar yang dapat tumbuh di tanah. Namun sebagian ada yang dikenal sebagai anggrek semiterestrial. Anggrek dibedakan dalam dua tipe pertumbuhan yaitu monopodial dan sympodial. Namun disini akan dibahas tentang teori pemuliaan tanaman atau hibridisasi pada anggrek. B. Pembudidayaan Tanaman Anggrek 1. Kultur Jaringan Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kultur atau tissue culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel cultuur (Belanda). Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagianbagian tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang ditulis oleh SCHLEIDEN dan SCHWANN (Suryowinoto dan Suryowinoto, 1977) yang menyatakan bahwa teori totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora. Teknik

kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan adalah laboratorium dengan segala fasilitasnya. Laboratorium harus menyediakan alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali dan fasilitas dasar seperti, air listrik dan bahar bakar. 2. Hibridisasi Hibridisasi adalah proses penyilangan untuk menghasilkan varietas baru. Tujuan hibridisasi adalah untuk mendapatkan hibrida baru yang memiliki sifat-sifat bunga merah, kuning, ungu, atau biru, berbentuk bulat atau serasi, memiliki kesegaran bunga yang lama, rajin berbunga dan tahan terhadap hama penyakit. Persilangan dilakukan dengan cara menyilangkan tetua terpilih sebagai tetua jantan atau betina, secara acak maupun resiprok, dan persilangan dilakukan interspesific maupun intergenerik. Kegiatan meliputi karakterisasi tetua, persilangan, panen, penyebaran biji, transfer planlet, pengompotan dan penanaman individu. Penyebaran biji dan transfer dilakukan secara aseptik di dalam laboratorium, sedangkan pengompotan dan tanam individu dilakukan di rumah kaca. Pengamatan dilakukan terhadap karakter induk yang digunakan, waktu persilangan sampai dengan panen buah, waktu terbentukan protokorm, pertumbuhan planlet di dalam botol, tanaman kompotan dan tanaman muda yang ditanam secara individu. Waktu yang diperlukan untuk masaknya biji bervariasi antara 103-166 hari, terbentuknya protokorm 33-106 hari, dan terbentuknya planlet 79-192 hari. C. Proses Hibridisasi 1. Penyilangan Pemilihan bahan induk untuk disilangkan dengan ciri warna merah, kuning, ungu atau biru, bentuk bunga bulat atau serasi, tegar/tidak mudah layu, tahan hama dan penyakit serta rajin berbunga. Penyerbukan dilakukan pada pagi hari terhadap bunga yang telah mekar sekitar 4 hari. Persilangan dilakukan secara interspesifik dan intergenerik secara resiprok atau searah. Setiap persilangan diberi label sesuai dengan nama induk betina dan jantannya.

Jumlah bunga yang disilangkan antara 1-3 bunga per tangkai tergantung kepada jumlah bunga per tangkai. Bunga yang disilangkan dipilih yang letaknya ditengah tangkai karena bunga yang terletak diujung atau pangkal biasanya kurang bagus untuk disilangkan. Silangan yang berhasil membentuk buah dipelihara sampai kematangannya cukup dengan ciri berubahnya warna polong menjadi kekuningan dan keras Berikut adalah tahapan yang harus dilakukan:

Gambar 2.1 Buka cap columna bunga terlihat polinia Ambil polinia dgn hati-hati menggunakan tusuk gigi

Gambar 2.2 Masukkan polinia ke dalam stigma induk betina

Gambar 2.3 Beberapa hari kemudian bunga yg diserbuki akan layu dan muncul bakal buah yg berkembang menjadi buah 2. Penyemaian biji Buah yang sudah matang dan berhasil membentuk biji dipanen dan disebar bijinya secara aseptik pada media Vacin & Went atau Knudson padat ditambah taoge 150 g/l media dalam erlenmeyer ukuran 100 ml. Buah yang akan disebar digosok dengan alkohol 70% kemudian disterilisasi dengan menggunakan clorox 10-20% selama 10 menit dan clorox 5% selama 5 menit kemudian dicuci dengan aquadest steril sebanyak tiga kali, sterilisasi dilakukan di dalam laminar flow atau enkast. Buah yang sudah steril dibelah dengan pisau steril (scalpel) dan disebar diatas media dengan menggunakan pinset. Untuk buah yang sudah pecah, biji disterilisasi menggunakan larutan clorox 10% selama 10 menit dan 5% selama 5 menit dan dicuci dengan aquadest steril. Biji dalam aquadest selanjutnya disedot dengan pipet kemudian disebar pada media padat. Erlenmeyer disimpan di atas rak dalam ruangan bersuhu 20-250 C dan diberi penerangan lampu TL 40 W setiap tingkat dalam rak. 3. Penjarangan/pemindahan planlet Biji-biji yang sudah berkecambah disubkultur (dipindah tanam) secara aseptik pada media Vacin dan Went atau Knudson padat yang ditambah dengan pisang, carcoal dan Zat Pengatur Tumbuh di dalam botol ukuran panjang 21 cm, diameter pangkal botol 6 cm dan diameter ujung botol 2,5 cm. Jumlah planlet yang ditanam sebanyak maksimal 30 planlet/botol. Penjarangan

dan pemindahan planlet dilakukan 1 - 2 kali sampai tanaman dapat dikompot, tergantung pertumbuhan planlet di dalam botol. Botol-botol tersebut kemudian diletakkan di atas rak dalam ruangan bersuhu 20-250 C dan diberi penerangan lampu TL 40 W setiap tingkat dalam rak. 4. Pengompotan Setelah planlet akarnya tumbuh cukup panjang, botol dipindah kedalam ruangan bersuhu ruang selama 7 hari, kemudian bibit dikeluarkan dari dalam botol dan agar yang menempel dibersihkan dengan air keran. Bibit kemudian dikompot pada media cacahan pakis yang sudah disterilkan dengan uap panas. Kompotan disiram setiap hari dan dipupuk dengan pupuk N tinggi 2 kali seminggu. Berikut adalah contoh Varietas Anggrek yang sudah dilepas : Dendrobium Indonesia Raya Varietas Ina

Asal tanaman : Hyb D. Kim Bora x Wee Lian umur mulai berbunga 3,6 tahun setelah perkecambahan biji. Ketahanan mekar bunga 2 - 2,5 bulan Warna dorsal sepal : ungu-merah (purple-red group 73A Royal Hort), warna lateral sepal : ungu-merah (purple-red group 73A Royal Hort), warna petal : unguviolet (purple-violet group 81A Royal Hort), warna bibir : ungu-merah (purplered group 59A Royal Hort) Beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai medium dengan altitude 0 750 m dpl. Dilepas tahun 2007

Dendrobium Indonesia Raya varietas Edina

Asal tanaman : Hyb D. Kim Bora x Wee Lian Umur mulai berbunga 3,6 tahun setelah perkecambahan biji. Warna dorsal sepal : ungu-merah (red-purple group 78D Royal Hort), warna lateral sepal : ungu-merah, warna petal : ungu-violet (purple-violet group 78A Royal Hort) dan warna bibir : ungu - merah (purple-red group 77A Royal Hort) Beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai medium dengan altitude 0-750 m dpl Dilepas tahun 2007 Ketahanan mekar bunga 2 - 2,5 bulan Peneliti/pengusul : Wirakusuma Silamurti Dendrobium Indonesia Raya varietas Weda

Asal tanaman : Hyb D. Kim Bora x D. Wee Lian Umur mulai berbunga 4 tahun setelah perkecambahan biji F1 Warna lateral sepal putih, warna dorsal sepal putih, warna bibir blue violet, dan warna petal soft violet

Ketahanan mekar bunga 2 bulan. Pemilik : Weda Nurdayat Sedang dalam proses pelepasan varietas Dendrobium Indonesia Raya varietas Krisna

Asal tanaman : Hyb D. Kim Bora x Wee Lian Umur mulai berbunga 45 bulan dari pengecambahan biji. Warna lateral sepal putih, warna dorsal sepal putih, warna bibir ungu-violet, dan warna petal ungu - violet Ketahanan mekar bunga >2,5 bulan. Sedang dalam proses pelepasan varietas Pemilik/Penyilang : Edi Triyon/Wirakusuma Dendrobium Indonesia Raya varietas Silamurti

Umur mulai berbunga 45 bulan dari pengecambahan biji. Tipe pertumbuhan sympodial bentuk bunga ovate

Warna lateral sepal putih semburat lembayung dan bergaris ungu, warna dorsal sepal putih semburat lembayung dan bergaris ungu, warna bibir ungu-merah, dan warna petal ungu Panjang tangkai bunga 50 - 65 cm. Jumlah bunga pertangkai 20 - 26 kuntum. Ketahanan mekar bunga >2,5 bulan. Dendrobium Damiara var Edina

Asal tanaman :Hyb D. Kiyomi Beauty x Hirota White Umur mulai berbunga 2,6 tahun setelah perkecambahan biji. Warna dorsal sepal : putih, warna lateral sepal : putih, warna petal : putih dengan splash red-purple, warna bibir : putih dengan setengah bagian ujungnya berwarna red-purple muda (red - purple group 73B Royal Hort. Colour Chart) Ketahanan mekar bunga 2 - 2,5 bulan Beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai medium dengan altitude 0 750 m dpl. Dilepas tahun 2007

Dendrobium Fatahillah

Tetua silangan : D. Wonleng x (D. May Neal "wrap" x D. Anceng Lubag) Umur tanaman 2 tahun Ketahanan mekar bunga mencapai 3 bulan. Warna sepal : Rona pansy violet (Cyprus Green 59/3) Warna petal : Rona pansy violet (Cyprus Green 59/3) Warna labellum : Pansy Violet o33 Dilepas tahun 2002 Pengusul / peneliti : BPSBTPH DKI Jakarta, H. Muchyar, Toto Sutater, Akhmad Riyadi Wastra, Srikanti Wiwahari, Sugiyanto, Indri Hastuti, Dewi Taliroso, Asmaniar, dkk Bintang Merah Putih

Persilangan Spathoglottis aurea (S019) dan Spathoglottis plicata (S004S) Umur tanaman 3 tahun Ketahanan mekar kuntum 3 hari.

Warna sepal dorsal : green yellow group 1D Warna sepal lateral : green yellow group 1D Warna petal : green yellow group 1D Warna bibir : red purple group 71A Cocok untuk ditanam pada dataran tinggi sesuai untuk tanaman pot. Dilepas tahun 2003 Pengusul/Peneliti : BALITHI Segunung Bintang Segunung

Persilangan Spathoglottis aurea (S019) dan Spathoglottis plicata (S004S) Umur tanaman 3 tahun Ketahanan mekar kuntum 3 hari Warna sepal dorsal : yellow group 8D, purple violet group 82C Warna sepal lateral : yellow group 8D, purple violet group 82C Warna petal : yellow group 8D, purple group 78A Warna bibir : yellow group 9A, red purple group 59B, purple group 78A cocok untuk ditanam pada dataran tinggi sesuai untuk tanaman taman. Dilepas tahun 2003 Pengusul/Peneliti : BALITHI , yoyo. Dkk

III. PENUTUP
A. Kesimpulan Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon hutan, dari Sumatera hingga Papua.Perkiraan menyiratkan bahwa sebanyak 4000 jenis terdapat di Nusantara, dengan jumlah terbesar ada di Irian Jaya (2000 jenis). Anggrek terdapat disetiap jenis habitat dari daerah pinggir pantai hingga lereng atas gunung tertinggi. Dibeberapa tempat bahkan membentuk vegetasi utama. Pembudidayaan anggrek dapat dilakukan dengan dua cara Hibridisasi dan Kultur jaringan. Kultur jaringan yaitu suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat

memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang ditulis oleh SCHLEIDEN dan SCHWANN (Suryowinoto dan Suryowinoto, 1977). Hibridisasi adalah proses penyilangan untuk menghasilkan varietas baru. Tujuan hibridisasi adalah untuk mendapatkan hibrida baru yang memiliki sifat-sifat bunga merah, kuning, ungu, atau biru, berbentuk bulat atau serasi, memiliki kesegaran bunga yang lama, rajin berbunga dan tahan terhadap hama penyakit.

DAFTAR PUSTAKA www.wikipedia.com, diakses pada 19 september 2010, pukul 15.00


Allard, R.W. 1992. Pemuliaan Tanaman (Principles of Plant Breeding) . Edisi 2 Terjemahan Manna. P.T. Rineka Cipta. Jakarta. 336 hal.

Karno. 2009. Berkibarlah Anggrek-Anggrek Indonesia. www.klinikanggrekbatavia.com. Diakses pada 19 september 2010, pukul 15.00

You might also like