Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT The objective of this research are to study the effect of fertilizing dosage and time of Potassium to growth and yield of soybean Panderman variety, to determine the appropriate dosage of Potassium so that the optimum growth and yield of soybean can be raised, to determine the appropriate application time of Potassium to produce the optimum growth and yield of soybean. The research was be done from February-May 2007 in Singosari District, Malang. The research method use Randomized Factorial Block Design by using the dosage of KCl fertilizer as the 1st factor, and the fertilizing time of KCl as the 2nd factor. The 1st factor is the dosage of KCl fertilizer, which consists of 3 levels: 60 kg. ha-1, 75 kg. ha-1 and 90 kg. ha-1. The 2nd factor is the fertilizing time of KCl, which consists of 3 levels: at the time of planting, at the time of planting and 7th day after planting and at the time of planting, 7th day after planting and 21st day after planting. The treatments remain with 3 replications, gained 9 treatment combinations and 27 treatment beds. The data of the research was be analyzed by the F test 5 % at significant level, then it was be continued with the BNT test in 5 % at significant level if there is any interaction between each treatment. The result of this research are The treatment of the dosage of KCl fertilizer with 90 kg. ha-1 and the fertilizing time of KCl at the time of planting, 7th day after planting and 21st day after planting gained the highest of growth and yield component, treatment of the dosage of KCl fertilizer with 90 kg. ha-1 and the fertilizing time of KCl at the time of planting, 7th day after planting and 21st day after planting gained the highest yield (ton.ha-1) as much as 2,6 ton. ha-1 and than Treatment of the dosage of KCl fertilizer with 75 kg. ha-1 and the fertilizing time of KCl at the time of planting, 7th day after planting and 21st day after planting as much as 2,1 ton. ha-1 and Treatment of the dosage of KCl fertilizer with 60 kg. ha-1 and the fertilizing time of KCl at the time of planting, 7th day after planting and 21st day after planting as much as 1,9 ton. ha-1. Key Word : Soybean Panderman variety, Potassium (KCl) ABSTRAK Tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh dosis dan waktu pemberian pupuk kalium pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai varietas Panderman, menentukan dosis pemberian pupuk kalium yang tepat sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang optimum dan menentukan waktu aplikasi pemberian pupuk kalium yang tepat sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang optimum. Penelitian telah dilaksanakan di Balai Benih Induk Palawija (BBIP), BedaliSingosari, Kabupaten Malang pada bulan Februari sampai Mei 2007. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dan terdiri dari dua faktor yang diulang sebanyak tiga kali. Faktor 1 ialah dosis
pupuk KCl yang terdiri dari tiga level, yaitu Pupuk KCl dengan dosis 60 kg. ha-1, 75 kg. ha-1 dan 90 kg. ha-1. Faktor 2 ialah waktu pemberian pupuk KCl, yaitu pada saat tanam, pada saat tanam dan pada saat umur 7 hst dan pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst. Data dari penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5 % untuk mengetahui pengaruh perlakuan, apabila hasil yang diperoleh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan waktu pemberian pupuk kalium pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst secara umum menghasilkan nilai tertinggi untuk setiap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai varietas Panderman, begitu juga untuk perlakuan pemberian dosis pupuk kalium sebanyak 90 kg. ha-1 secara umum menghasilkan nilai tertinggi untuk setiap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai varietas Panderman. Diperoleh hasil bahwa perlakuan waktu pemberian pupuk kalium pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst dengan dosis sebanyak 90 kg. ha-1 dapat meningkatkan hasil biji per tanaman sebesar 2,6 ton. ha-1 kemudian diikuti oleh perlakuan waktu pemberian pupuk kalium pada saat tanam dan pada saat umur 7 hst dengan dosis sebanyak 75 kg. ha-1 yang menghasilkan hasil biji per tanaman sebesar 2,1 ton. ha-1 dan selanjutnya perlakuan waktu pemberian pupuk kalium pada saat tanam dengan dosis sebanyak 60 kg. ha-1 yang menghasilkan hasil biji per tanaman sebesar 1,9 ton. ha-1. Kata kunci : Tanaman kedelai varietas Panderman, pupuk kalium (KCl)
*) Staf Pengajar Jur. BP. FP. Unibraw, Malang **) Alumni Jur. BP. FP. Unibraw, Malang
produksinya. Pada tahun 1995, luas areal tanaman kedelai mencapai 1,4 juta ha, sedangkan pada tahun 2005, luas areal hanya 500.000 ha. Total produksi selama periode yang sama menurun dari 1,9 juta ton menjadi 700.000 ton (Adisarwanto, 2005). Ada dua masalah yang saling terkait dan berpengaruh terhadap
sebagai pangan, pakan maupun bahan baku berbagai industri manufaktur dan olahan. Adanya upaya penghematan devisa kedelai penting. oleh negara menyebabkan yang di
menjadi
komoditas kedelai
Kebutuhan
Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perbaikan pendapatan per kapita. Namun perkembangan tanaman kedelai selama 10 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup besar, lebih dari 50 %, baik dalam luasan areal maupun
produktivitas tanaman kedelai, yaitu faktor teknis dan sosial-ekonomi. Faktor terhadap teknis yang berpengaruh tanaman
produktivitas
kedelai yaitu kualitas benih yang ditanam, pemeliharaan tanaman yang meliputi pemupukan dan pengairan
serta penanganan panen dan pasca panen. Sedangkan faktor ekonomi produktivitas diantaranya yang sosial-
macam waktu dan dosis digunakan sebagai pembanding apakah nantinya benar-benar dapat berpengaruh nyata dan menunjukkan peningkatan hasil tanaman kedelai.
pemilikan tanah dan modal. Kalium ialah unsur penyusun pupuk KCl yang dibutuhkan oleh tanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan terutama dan hasil tanaman, palawija. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Balai Benih Induk Palawija (BBIP), Bedali Singosari, Kabupaten Malang pada bulan Februari sampai Mei 2007. Alat yang digunakan meliputi cangkul, sabit, alat tugal, meteran, tali rafia, timbangan analitik, oven, Leaf Area Meter (LAM). Sedangkan bahan yang digunakan meliputi benih
untuk
tanaman
Peranan Kalium bagi tanaman antara lain diperlukan untuk struktur sel, asimilasi karbon, fotosintesis,
pembentukan pati, sintesa protein dan translokasi gula dalam tubuh tanaman (Soemarno, 1993). Sedangkan untuk tanaman kedelai fungsi Kalium adalah dapat hampa menurunkan dan jumlah polong hasil
kedelai varietas Panderman, pupuk anorganik (50 kg Urea, 100 kg SP36 serta 60, 75 dan 90 kg KCl) dan untuk mencegah serangan hama digunakan Curacron dan Supracide. Penelitian menggunakan
meningkatkan
tanaman yang meliputi jumlah cabang, buku subur dan jumlah polong bernas (Hidayat, 1992). Pada dasarnya
Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara faktorial dan terdiri dari 2 faktor yang diulang sebanyak 3 kali. Faktor I adalah dosis pupuk KCl, yang terdiri dari 3 level, yaitu : 1) Pupuk KCl dengan dosis 60 kg. ha-1
pemberian pupuk KCl yang memiliki unsur Kalium ini hanya diberikan satu kali, yaitu pada saat tanam. Tetapi dari beberapa penelitian hasil yang didapat kurang menunjukkan respon positif dan jarang sekali ada peningkatan hasil yang nyata. Oleh karena itu dalam penelitian kali ini perlunya berbagai
2) Pupuk KCl dengan dosis 75 kg. ha-1 3) Pupuk KCl dengan dosis 90 kg. ha
-1
destruktif meliputi: RGR (Relative Growth Rate) atau Laju Pertumbuhan Relatif, LAI (Leaf Area Index) atau Indeks Luas Daun dan HI (Harvest Index) atau Indeks Panen. Pengamatan hasil, meliputi: Jumlah polong per tanaman dengan menghitung jumlah polong isi dan jumlah polong hampa per tanaman, Bobot polong dengan per cara
Faktor II adalah waktu pemberian pupuk KCl, yang terdiri dari 3 level, yaitu : 1) Pada saat tanam 2) Pada saat tanam dan pada saat umur 7 hst 3) Pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst Data dari penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf 5 % untuk mengetahui pengaruh perlakuan.
tanaman,
dihitung
menimbang semua polong, Bobot biji per tanaman, dihitung dengan cara menimbang biji per tanaman dari tiap perlakuan, Bobot 100 biji, dilakukan dengan menimbang 100 biji yang diambil perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen kedelai Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa pada umumnya tanaman kedelai yang diberi pupuk Kalium pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst dengan dosis 90 semua yang paling sebagian kg. ha-1, variabel tinggi, jumlah pertumbuhan tanaman secara acak dari tiap
Apabila hasilnya nyata maka akan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5 %. Pengamatan dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara non destruktif dan destruktif. Untuk pengamatan non
destruktif dilakukan dengan interval 14 hari sekali (2 minggu sekali) sampai umur 12 minggu. Mengenai awal pengamatan dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu atau 14 hari. Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (non destruktif) yang dilakukan pada penelitian ini meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang untuk produktif. pengamatan
ukuran
Sedangkan
relatif, indeks luas daun, indeks panen, jumlah polong isi dan bobot 100 biji, kemudian diikuti oleh tanaman yang diberi pupuk Kalium pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst dengan dosis 75 kg. ha-1, dan hasil yang paling rendah dihasilkan oleh tanaman yang diberi pupuk
cabang produktif, laju pertumbuhan relatif, indeks luas daun, indeks panen, jumlah polong isi dan bobot 100 biji, kemudian diikuti oleh
tanaman yang diberi pupuk Kalium pada saat tanam dan pada saat umur 7 hst sedangkan untuk hasil yang paling rendah dihasilkan oleh tanaman yang diberi pupuk Kalium pada saat tanam saja. Diketahui bahwa tinggi
Kalium pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst dengan dosis 60 kg. ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa unsur hara berupa unsur Kalium di dalam tanah sangat dibutuhkan tanaman oleh sebagian khususnya besar untuk
disimpulkan bahwa perlakuan waktu pemberian pupuk Kalium dan dosis pupuk Kalium seluruhnya tinggi tidak
kedelai,
kondisi lingkungan yang hanya terdapat sedikit kandungan unsur Kalium di dalam tanah. Jumlah takaran atau dosis serta interval waktu pemberian pupuk Kalium juga didasarkan atas kondisi tanah serta kebutuhan tanaman pada tiap-tiap fase pertumbuhan dan
mempengaruhi
tanaman
kedelai. Selanjutnya untuk parameter jumlah daun, secara umum tidak dipengaruhi oleh perlakuan waktu pemberian pupuk Kalium dan dosis pupuk Kalium. Namun pada umur pengamatan 28 hst dan 42, perlakuan pemberian dosis pupuk
-1
perkembangan. Begitu juga untuk hasil yang diperoleh dari perlakuan interval waktu pemberian pupuk Kalium,
Kalium
menunjukkan dengan
dimana pemberian pupuk Kalium yang diberikan pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst, menghasilkan pengamatan meliputi semua yang paling sebagian variabel tinggi, jumlah
nyata
perlakuan pemberian dosis pupuk Kalium sebanyak 75 kg. ha-1 dan 60 kg. ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk
-1
Kalium
ukuran
sebesar 90 kg. ha
mempengaruhi
pertumbuhan tanaman kedelai pada saat mencapai fase vegetatif, seperti yang dijelaskan oleh Suyamto (1999),
pemberian pupuk Kalium dan dosis pupuk Kalium seluruhnya jumlah tidak cabang
mempengaruhi
bahwa fungsi Kalium adalah untuk mengaktifkan kerja beberapa enzim (seperti aldolase, enzim asetik thiokinase, kinase, sintesa
pengamatan 42 hst, yaitu perlakuan waktu pemberian pupuk Kalium yang diberikan pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst berbeda nyata dengan tanaman yang diberi pupuk Kalium pada saat tanam dan pada saat umur 7 hst dan waktu pemberian pupuk Kalium pada saat tanam saja. Hal ini terjadi karena tanaman pada umur 42 hst
piruvat
tepung, glutamil sintetase, suksinil Co-A memacu dari dan ATP-ase), sehingga karbohidrat ke organ
akar
tanaman
sehingga
daun dan luas daun tanaman. Dan menurut penelitian Suyamto (1999), bahwa dengan mengkombinasikan
memerlukan
tambahan
pasokan
Kalium pada saat memasuki fase generatif, seperti yang dijelaskan oleh Soemarno (1993) bahwa, Tanaman kedelai memerlukan sejumlah besar unsur Kalium untuk perkembangan cabang, yaitu pada saat menginjak fase generatif pada umur 40 hst sampai 50 hst dan selanjutnya cabang produktif tidak akan berkembang sampai umur tanaman mencapai masa panen. Sedangkan untuk perlakuan dosis pupuk Kalium secara umum terjadi perbedaan yang nyata terhadap jumlah cabang produktif, dikarenakan pada umur 42 hst dimana tanaman
antara air tersedia dan pupuk KCl menghasilkan kenyataan bahwa pada 75 100 % kapasitas lapang dengan takaran 90 kg KCl dapat meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit tanaman, memperbanyak jumlah daun, memperlebar luas daun, meningkatkan laju pertumbuhan tanaman polong dan isi
memperbanyak
jumlah
beberapa varietas yang berbeda. Diketahui bahwa jumlah cabang produktif untuk semua perlakuan tidak berbeda nyata, sehingga dapat
kedelai
memasuki
fase
generatif,
sebanyak 60 kg. ha-1. Hal ini dapat terjadi karena kondisi tanaman pada saat memasuki awal fase generatif sangat memerlukan tambahan unsurunsur hara esensial diantaranya dan Kalium.
dimana pasokan unsur hara sangat diperlukan untuk pertumbuhan bagian organ tanaman yaitu untuk memacu pertumbuhan cabang yang selanjutnya akan mengarah pada pertumbuhan
Nitrogen,
Phosphor
bunga. Terjadi Interaksi antara waktu pemberian pupuk Kalium dengan dosis pupuk Kalium (KCl) yang diujikan pada pengamatan Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) pada tanaman kedelai, dimana Interaksi terjadi pada saat tanaman berumur 56 hst. Laju
enzim yang terkandung dalam tubuh tanaman untuk memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman tanaman yang dapat lain. Sehingga
mengkondisikan
tubuhnya untuk bisa berkembang. Terjadi Interaksi antara waktu pemberian pupuk Kalium dengan dosis pupuk Kalium (KCl) yang diujikan pada Indeks Luas Daun pada tanaman kedelai. Peningkatan dosis pupuk Kalium mulai dari 60 kg. ha-1, 75 kg. ha-1, 90 kg. ha-1 pada interval waktu yang berbeda akan diikuti dengan peningkatan luas daun. Hal tersebut berkaitan dengan adanya kation K+ pada sel-sel di dalam daun mempengaruhi menutupnya mengakibatkan membuka stomata, proses dan
mengukur kecepatan laju pertumbuhan tanaman secara individu. Pada tabel 5. diketahui bahwa laju pertumbuhan tanaman kedelai semakin meningkat, terlihat pada saat pengamatan umur 56 hst laju pertumbuhan rata-rata tertinggi mencapai 0,080 g. g-1. hr
-1
pada saat
tanaman diberi Kalium pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst dengan dosis pupuk sebanyak 90 kg. ha-1, dan pada saat pengamatan umur 56
-1
hst
laju
sehingga fotosintesis
saat tanaman diberi Kalium pada saat tanam saja dengan dosis pupuk
pertumbuhan
dan
perkembangan
karena banyak mengandung butir hijau daun yang penting dalam proses fotosintesis yaitu kemampuan dalam menyerap energi sinar matahari.
tanaman
pemeliharaan dan pembentukan organorgan baru, termasuk didalamnya daun yang bertambah lebar dan akan
Komponen hasil tanaman kedelai Dari hasil penelitian, Indeks Panen (IP) yang dihasilkan tidak menunjukkan pengaruh dari adanya perlakuan waktu pemberian pupuk Kalium dan dosis pupuk Kalium. Pengamatan untuk jumlah polong isi per tanaman juga terjadi interaksi karena adanya pengaruh dari perlakun waktu pemberian pupuk Kalium dan dosis pupuk Kalium, dimana polong isi terbanyak mencapai 53 polong isi / tanaman, yaitu pada perlakuan
memperluas permukaan untuk proses fotosintesis. Dijelaskan pola oleh Wolf et al., (1976 dalam Gardner et al., 1991), bahwa Kalium berperan penting dalam fotosintesis karena secara tidak langsung meningkatkan pertumbuhan dan indeks luas daun, meningkatkan asimilasi CO2 serta meningkatkan
translokasi hasil fotosintesis ke luar daun. sampai Peningkatan batas luas unsur tertentu daun Kalium akan tanaman
meningkatkan
kedelai. Pemupukan Kalium yang tepat juga mampu meningkatkan luas daun pada tanaman kedelai, sedangkan
pemberian pupuk Kalium pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst dengan dosis pupuk sebanyak 90 kg. ha-1 dan jumlah polong isi paling sedikit mencapai 31,67 polong isi / tanaman, yaitu pada perlakuan pemberian pupuk Kalium pada saat tanam saja dengan dosis pupuk sebanyak 60 kg. ha-1 , hal tersebut menunjukkan bahwa
besarnya ukuran luas daun sendiri ialah proporsional dengan ketersediaan N dan juga ketersediaan unsur P dan K. Keberadaan unsur K ini mempengaruhi suplai unsur hara lainnya terutama unsur N. Serapan unsur N yang meningkat merangsang oleh tanaman dapat vegetatif
pertumbuhan
pemberian Kalium pada waktu yang tepat dan dengan dosis yang tepat pula berpengaruh secara langsung terhadap
tanaman termasuk luas daun dan daun tanaman akan tampak lebih hijau
translokasi hasil fotosintesis dari daun menuju Pemberian ke tenpat Kalium penyimpanan. juga berperan
jumlah polong hampa yang terbanyak terjadi pada perlakuan pemberian pupuk Kalium pada saat tanam saja dengan dosis pupuk sebanyak 60 kg. ha-1, dimana peningkatan polong
sebagai katalisator dalam pembentukan tepung, gula dan lemak serta dapat meningkatkan kualitas hasil yang
hampa tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya cadangan unsur Kalium yang sedikit, sehingga mengakibatkan rusaknya sistem transportasi dan
berupa terbentuknya bunga dan polong isi tanaman, seperti yang dilaporkan oleh Setyamidjaya (1986). Penambahan pupuk Kalium yang tepat juga akan mempengaruhi penampakan fisik
laju penumpukan
polong yang besar dan bernas, karena cadangan makanan yang ditimbun
daun
akan
ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman dan menjadikan lambatnya pertumbuhan Sebaliknya polong tanaman tanaman. yang baik yang akan
meningkatkan serapan unsur lainnya khususnya N dan P. Interaksi yang nyata juga
pertumbuhannya
menghasilkan polong tanaman yang bernas makanan pula, karena cadangan semakin
terjadi pada pengamatan jumlah polong hampa per tanaman, dan nyata
yang ditimbun
dipengaruhi oleh waktu pemberian pupuk Kalium dan dosis pupuk Kalium. Ternyata terjadi penurunan jumlah polong hampa per tanaman, dimana polong hampa paling sedikit terjadi pada perlakuan pemberian pupuk
banyak. Hal tersebut menunjukkan bahwa waktu pemberian unsur Kalium yang tepat berpengaruh secara
langsung terhadap translokasi hasil fotosintesis dari daun menuju ke tempat penyimpanan seperti yang dilaporkan oleh Hidayat (1992). Bobot polong per tanaman ternyata tidak dipengaruhi oleh
Kalium pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst dengan dosis pupuk sebanyak 90 kg. ha , yaitu 5,67 polong hampa per tanaman dan berturut-turut hingga
-1
Sebaliknya untuk
tanaman kekurangan
tanaman terjadi interaksi yang sangat nyata akibat adanya perlakuan waktu pemberian dan dosis pupuk Kalium, dan dapat diketahui bahwa berat biji per tanaman pada perlakuan tanaman yang diberi pupuk Kalium pada saat tanam dengan dosis 60 kg. ha
-1
menyebabkan tanaman cepat menjadi tua, pemasakan biji yang tidak merata, ukuran biji yang tidak normal dan persentase kehampaan biji yang
tinggi. Untuk bobot 100 biji, juga terjadi interaksi antara waktu
nyata paling
rendah yaitu 9,6 gram (1,9 ton. ha-1) sedangkan pada perlakuan pada
tanaman yang diberi pupuk Kalium pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst dengan dosis pupuk sebanyak 90 kg. ha , nyata paling tinggi yaitu 13,4 gram (2,6 ton. ha-1)
-1
bahwa bobot 100 biji tertinggi berasal dari perlakuan pemberian pupuk
Kalium pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst dengan dosis pupuk sebanyak 90 kg. ha-1, yaitu 18,97 gram. Sedangkan untuk bobot 100 biji terendah berasal dari perlakuan pemberian pupuk
, sehingga dapat
disimpulkan bahwa bobot biji per tanaman semakin meningkat seiring dengan penambahan dosis pupuk
Kalium pada saat tanam saja dengan dosis pupuk sebanyak 60 kg. ha-1 , yaitu 16 gram. Hal ini dikarenakan unsur Kalium yang merupakan
Kalium yang diberikan juga interval waktu pemberian pupuk Kalium. Hal ini disebabkan bahwa pemberian pupuk Kalium pembentukan tanaman, merupakan berhubungan biji dalam unsur essensial dengan polong kalium yang
pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting selain untuk itu proses membantu
dimana unsur
fotosintesis,
diperlukan tanaman dalam jumlah yang cukup banyak pada saat pembentukan biji berlangsung, terutama pada
10
Tabel 1.
Ratarata laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1) tanaman kedelai akibat adanya interaksi perlakuan waktu pemberian dan dosis pupuk kalium
Waktu aplikasi Dosis pupuk Kalium (KCl) Pupuk Kalium K1 K2 K3 W1 0,066 a 0,068 b 0,068 b 56 hst W2 0,068 b 0,071 c 0,076 d W3 0,076 d 0,077 e 0,080 f BNT 5 % 0,000001 Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada umur pengamatan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf = 0,05; tn: tidak berbeda nyata; hst: hari setelah tanam Umur pengamatan
Tabel 2.
Ratarata indeks luas daun (%) tanaman kedelai akibat adanya interaksi perlakuan waktu pemberian dan dosis pupuk kalium pada berbagai umur pengamatan
Waktu aplikasi Dosis pupuk Kalium (KCl) Pupuk Kalium K1 K2 K3 W1 0,28 a 0,31 b 0,32 c 28 hst W2 0,41 d 0,43 e 0,44 f W3 0,46 g 0,51 h 0,55 i BNT 5 % 0,0001 W1 0,63 a 0,67 b 0,69 c 56 hst W2 0,80 d 0,88 e 0,89 f W3 0,95 h 1,05 i 0,91 g BNT 5 % 0,0001 W1 0,83 a 0,89 b 0,92 c 84 hst W2 1,04 d 1,14 e 1,17 f W3 1,22 g 1,26 h 1,43 i BNT 5 % 0,0002 Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada umur pengamatan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf = 0,05; tn: tidak berbeda nyata; hst: hari setelah tanam Umur pengamatan
Tabel 3.
Ratarata jumlah polong isi per tanaman kedelai akibat adanya interaksi perlakuan waktu pemberian dan dosis pupuk kalium
Waktu aplikasi Dosis pupuk Kalium (KCl) Pupuk Kalium K1 K2 K3 W1 31,67 a 32,33 a 32,67 b jumlah polong isi W2 34 c 37,67 d 42,33 e W3 45,33 f 50,67 g 53 h BNT 5 % 0,63 Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf = 0,05 pengamatan
2 11
Tabel 4.
Ratarata jumlah polong hampa per tanaman kedelai akibat adanya interaksi perlakuan wWaktu pemberian dan dosis pupuk kalium
Waktu aplikasi Dosis pupuk Kalium (KCl) Pupuk Kalium K1 K2 K3 W1 10 g 9f 9f jumlah polong hampa W2 7,67 e 7,67 e 7,33 d W3 6,33 c 6b 5,67 a BNT 5 % 0,26 Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf = 0,05 pengamatan
Tabel 5.
Ratarata bobot biji (gram) per tanaman kedelai akibat adanya interaksi perlakuan waktu pemberian dan dosis pupuk kalium
Waktu aplikasi Dosis pupuk Kalium (KCl) Pupuk Kalium K1 K2 K3 W1 9.6 a 9.8 b 9.8 b Bobot Biji W2 10.1 c 10.1 c 10.4 d W3 10.6 e 10.6 e 13.4 f BNT 5 % 0,15 Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf = 0,05 Pengamatan
Tabel 6.
Ratarata bobot 100 biji (gram) pada tanaman kedelai akibat adanya interaksi perlakuan waktu pemberian dan dosis pupuk kalium
Waktu aplikasi Dosis pupuk Kalium (KCl) Pupuk Kalium K1 K2 K3 W1 16 a 16,03 b 16,33 c Bobot 100 biji W2 16,47 d 16,77 e 16,9 f W3 17,1 g 17,7 h 18,97 i BNT 5 % 0,01 Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf = 0,05. pengamatan
KESIMPULAN Perlakuan waktu pemberian pupuk Kalium pada saat tanam, pada saat 7 hst dan pada saat 21 hst secara umum menghasilkan nilai tertinggi untuk setiap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai varietas
Panderman,
begitu
juga
untuk
perlakuan pemberian dosis pupuk Kalium sebanyak 90 kg. ha-1 secara umum menghasilkan nilai tertinggi untuk setiap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai varietas Panderman.
3 12
Perlakuan waktu pemberian pupuk Kalium pada saat tanam, pada saat 7 hst dan pada saat 21 hst dengan dosis sebanyak 90 kg. ha-1 dapat meningkatkan hasil biji per tanaman kemudian sebesar diikuti 2,6 oleh ton. ha-1
DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. 2005. Kedelai (Budidaya dengan pemupukan yang efektif dan pengoptimalan peran bintil akar). Penebar Swadaya. Jakarta. pp. 104 Adisoemarto, Soenartono. 1994. Dasar-dasar ilmu tanah. Penerbit Erlangga. Jakarta. p. 272 276 Agustina, L. 2004. Dasar nutrisi tanaman. PT Rineka Cipta. Jakarta. pp. 80 Fachruddin, L. 2000. Budidaya kacang-kacangan. Kanisius. Yogjakarta. pp 118 Foth, Henry D. 1994. Fundamentals of soil science (six edition). John Wiley & Sons Inc. Inggris. pp. 374 Gardner, Pearce dan Mitchell. 1991. Fisiologi tanaman budidaya. Terjemahan Herawati susilo. UI Press. Jakarta. p 1-275 Hidayat, O.O. 1992. Morfologi tanaman kedelai. Badan penelitian dan pengembangan pertanian. Bogor. p 73-84 Ismunadji, Partohardjono dan Satsijadi. 1976. Peranan kalium dalam peningkatan produksi tanaman pangan. Pusat Penelitian Pertanian. Bogor. p 1-7
tanaman
dengan perlakuan waktu pemberian pupuk Kalium pada saat tanam, pada saat 7 hst dan pada saat 21 hst dengan dosis sebanyak 75 kg. ha-1 yang menhasilkan hasil biji per tanaman sebesar 2,1 ton. ha-1 dan selanjutnya tanaman dengan
perlakuan waktu pemberian pupuk Kalium pada saat tanam, pada saat 7 hst dan pada saat 21 hst dengan dosis sebanyak 60 kg.
-1
ha-1
yang
SARAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan agar menggunakan jenis pupuk Kalium yang berbeda di daerah yang
berbeda.
13 4
Koswara, J. 1992. Pengaruh dosis dan waktu pemberian pupuk kalium terhadap kualitas tanaman kedelai. SD 2. Ilmu Pertanian Indonesia. p 1-7 Lamina. 1990. Kedelai pengembangannya. Simplex. Jakarta. pp 73 dan CV
Sujitno, Tarkim. 2004. Teknik produksi benih tanaman pangan. PT Duta Karya Swasta. Jakarta. p 51 62 Soemarno. 1991. Kedelai dan cara budidayanya. C.V Yasaguna (anggota IKAPI). Jakarta. pp. 110 Soemarno. 1993. Kalium dan pengelolaannya. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. p 30-75 Suprapto. 2004. Bertanam kedelai. Penebar Swadaya. Bogor. p 126 127 Sutejo, Mul Mulyani. 2002. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka cipta. Jakarta. pp 177 Suyamto, H. 1999. Pengaruh irigasi dan pemupukan pada hasil tanaman kedelai. (Risalah hasil penelitian tanaman pangan). Balitan. Malang. p 126 127
Salisbury, C dan Ross, W. 1995. Fisiologi tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta. p 128-145 Setyamidjaya. 1986. Pupuk dan pemupukan. CV. Simplex. Jakarta. p 13-29 Sitompul, S. M, Bambang Guritno. 1995. Analisa pertumbuhan tanaman. UGM Press. Jogyakarta. p 165-217 Smith, C.W. 1995. Crop production, evolution, history and technologi. John Wiley and Son, Inc. New York. p 373-379 Steenis. 2005. Flora. (Edisi revisi). Pradnya Paramita. Jakarta. p 230 232
5 14