Professional Documents
Culture Documents
6 Kebun Jeruk Jakarta Barat STATUS ILMU PENYAKIT DALAM SMF PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT IMANUEL, LAMPUNG Nama Mahasiswa NIM Dr. Pembimbing : Mohamad Athaullah Bin Ismail : 11-2012-062 : dr. Haryono , Sp.PD dr. Fajar R , Sp. PD Tanda Tangan
IDENTITAS PASIEN Nama lengkap Tanggal Lahir Status perkawinan Pekerjaan Alamat : Tn YS : 11/04/1953 (60 tahun) : Menikah : Petani Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa Agama Pendidikan : Jawa : Katholik : Tidak Sekolah
ANAMNESIS Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 14 April 2013 jam 0700 WIB Keluhan utama : Batuk sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien batuk. Pasien sering batuk hampir setiap hari. Batuk keluar dahak, warna putih, kental dan banyak. Batuk tidak ada darah. Batuk tidak dipicu oleh debu. Batuk disertai keringat dingin pada sore hari, tidak menggigil maupun demam. Pasien sudah minum obat warung untuk menghilangkan batuk, tetapi tidak sembuh. Dalam keluarga maupun linkungan tidak ada yang menderita batuk lama seperti pasien. Pasien juga merasakan pakaiannya semakin longgar sejak batuk, tetapi selera makan pasien masih baik. Nyeri tenggorokan, nyeri telinga, sesak nafas, nyeri dada, nyeri abdomen, nyeri tulang,nyeri sendi tidak ada. Pasien merokok, rata-rata 1 bungkus sehari, tetapi setelah batuk pasien tidak merokok lagi. Sebelumnya pasien tidak ada keluhan seperti ini.
Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien memutuskan untuk pergi berobat ke puskesmas. Pasien dinyatakan menderita TB paru. Setelah meminum obat yang diberikan oleh puskesmas, pasien merasa mual, tetapi tidak muntah. Nyeri kepala maupun pusing tidak ada. Pasien juga tidak enak di ulu hati, tetapi tidak nyeri. Nafsu makan pasien juga berkurang. BAK lancar, 3-4 kali sehari, tidak nyeri, warna kuning jernih. .
Penyakit Dahulu (-) Cacar (-) Cacar Air (-) Difteri (-) Batuk Rejan (-) Campak (-) Influenza (-) Tonsilitis (-) Khorea (-) Demam Rematik Akut (-) Pneumonia (-) Pleuritis (-) Tuberkulosis lain-lain : (-) Operasi (-) Kecelakaan (-) Malaria (-) Disentri (-) Hepatitis (-) Tifus Abdominalis (-) Skrofula (-) Sifilis (-) Gonore (-) Hipertensi (-) Ulkus Ventrikuli (-) Ulkus Duodeni (-) Gastritis (-) Batu Empedu (-) Batu ginjal/Sal.kemih (-) Burut (Hemia) (-) Penyakit Prostat (-) Wasir (-) Diabetes (-) Alergi (-) Tumor (-) Penyakit Pembuluh (-) Pendarahan Otak (-) Psikosis (-) Neurosis
Riwayat Keluarga Hubungan Ayah Ibu Kakak Anak Umur (tahun) 80-an 80-an 60-an 3 Orang Keadaan Kesehatan Meninggal Meninggal Meninggal Sehat Penyebab Meninggal Tidak diketahui Tidak diektahui Sakit jantung
Adakah Kerabat yang Menderita Penyakit Alergi Asma Tuberkulosis Arthritis Rematisme Hipertensi Jantung Ginjal Lambung Ya Tidak Ibu Kakak Hubungan
ANAMNESIS SISTEM Kulit (-) Bisul (-) Kuku (-) Rambut (-) Kuning/Ikterus (-) Keringat Malam (-) Sianosis (-) Petechie (-) Gatal
Kepala (-) Trauma (-) Sinkop (-) Sakit Kepala (-) Nyeri pada Sinus
Mata (-) Nyeri (-) Sekret (-) Kuning/Ikterus (-) Radang (-) Gangguan Penglihatan (-) Ketajaman Penglihatan menurun
Telinga (-) Nyeri (-) Sekret (-) Tinitus (-) Gangguan Pendengaran (-) Kehilangan Pendengaran
Hidung (-) Trauma (-) Nyeri (-) Sekret (-) Epistaksis (-) Gejala Penyumbatan (-) Gangguan Penciuman (-) Pilek
Mulut (-) Bibir kering (-) Gangguan pengecapan (-) Selaput (-) Lidah kotor (-) Gusi berdarah (-) Stomatitis
Dada ( Jantung / Paru paru ) (-) Nyeri dada (-) Berdebar (-) Ortopnoe (-) Sesak Napas (-) Batuk Darah (+) Batuk
Abdomen ( Lambung Usus ) (-) Rasa Kembung (+) Mual (-) Muntah (-) Muntah Darah (-) Sukar Menelan (-) Nyeri Perut (-) Perut Membesar (-) Wasir (-) Mencret (-) Tinja Darah (-) Tinja Berwarna Dempul (-) Benjolan
Saluran Kemih / Alat Kelamin (-) Disuria (-) Stranguri (-) Poliuria (-) Polakisuria (-) Kencing Nanah (-) Kolik (-) Oliguria (-) Anuria 4
Saraf dan Otot (-) Anestesi (-) Parestesi (-) Otot Lemah (-) Kejang (-) Afasia (-) Amnesia (-) lain lain (-) Sukar Mengingat (-) Ataksia (-) Hipo / Hiperesthesia (-) Pingsan (-) Kedutan (tick) (-) Pusing (Vertigo) (-) Gangguan bicara (Disartri)
Berat Badan : Berat badan rata-rata (Kg) Berat tertinggi Kg) Berat badan sekarang (Kg) : 57 kg : 61 kg : 53 kg
(Bila pasien tidak tahu dengan pasti) Tetap Turun Naik ( ) (+) ( )
RIWAYAT HIDUP
Riwayat Kelahiran Tempat lahir : (+) Di rumah Ditolong oleh : ( ) Dokter ( ) Lain-lain 5 ( ) Rumah Bersalin ( ) Bidan ( ) RS Bersalin (+) Dukun
Riwayat Makanan Frekuensi / Hari Jumlah / Hari Variasi / Hari Nafsu makan : 3 kali /hari : 1 porsi : variasi : sama
Pendidikan ( ) SD ( ) Universitas ( ) SLTP ( ) Kursus ( ) SLTA ( ) Sekolah Kejuruan ( ) Akademi (+) Tidak sekolah
Kesulitan Keuangan Pekerjaan Keluarga Lain-lain : tidak ada : tidak ada : tidak ada :-
B. PEMERIKSAAN JASMANI Pemeriksaan Umum Tinggi badan Berat badan Indek massa tubuh Tekanan darah Nadi Suhu Pernapasan (Frekuensi dan tipe) Keadaan gizi Keadaan Umum Kesadaran Sianosis Udema umum : 158 cm : 53 kg : 21.23(ideal) : 120/70 mmHg : 81 kali / menit, isi cukup, regular, equal : 36,0 oC : 19x / menit; thorax : Baik : tampak sakit sedang : compos mentis : Tidak ada : Tidak ada 6
Habitus Cara berjalan Mobilitas (Aktif / Pasif) Umur menurut taksiran pemeriksa
Aspek Kejiwaan Tingkah laku Alam perasaan Proses pikir : wajar / gelisah / tenang / hipoaktif / hiperaktif. : biasa / sedih / gembira / cemas / takut / marah. : wajar / cepat / gangguan waham / fobia / obsesi
Kulit Warna Jaringan Parut Pertumbuhan rambut Suhu Raba Keringat : sawo matang : tidak ada : distribusi merata : hangat : Umum (+) Setempat (-) Lapisan Lemak Lain-lain : Merata :Effloresensi Pigmentasi Lembab/Kering Pembuluh darah Turgor Ikterus Oedem : negatif : normal : kering :teraba pulsasi : baik : tidak ada : tidak ada
Kelenjar Getah Bening Submandibula Supraklavikula Lipat paha : tidak membesar : tidak membesar : tidak membesar Leher : tidak membesar Ketiak : tidak membesar
Kepala Ekspresi wajah Simetri muka Rambut : wajar : simetris : hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata Exophthalamus Enopthalamus Kelopak : tidak ada : tidak ada : tidak ptosis, tidak ada bekas luka 7
Lensa Konjungtiva Visus Sklera Gerakan Mata Lapangan penglihatan Tekanan bola mata Nistagmus
: normal : tidak anemik : tidak gangguan visus : tidak ikterik : tidak terhambat : normal ke segala arah : normal : tidak ada
Telinga Tuli Lubang Serumen Pendarahan Cairan Selaput pendengaran Penyumbatan : tidak ada di kedua-dua telinga : lapang pada kedua-dua telinga : tidak ada di kedua-dua telinga : tidak ada di kedua-dua telinga : tidak ada keluar cairan : membran timpani utuh(+/+), refleks cahaya(+/+) : tidak ada di kedua-dua telinga
Mulut Bibir Tonsil Langit-langit Bau pernapasan Gigi geligi Faring Selaput lendir Lidah : tidak sianosis, tidak kering : T1-T1 tenang : tidak ada celah : tidak berbau : karies (-) : tidak hiperemis : normal : tidak berselaput, papil tidak atrofi
Leher Tekanan Vena Jugularis (JVP) Kelenjar Tiroid Kelenjar Limfe Trakea : 5+1 cmH20 : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : Lurus di tengah, tidak ada deviasi
Dada Bentuk : bentuk simetris, pergerakan simetris saat statis dan dinamis
Pembuluh darah : tidak tampak pelebaran pembuluh darah, tidak ada spider naevi Buah dada Paru Paru Inspeksi Kiri : bentuk dada normal, simetris sewaktu statis dan dinamis, retraksi sela iga(-) Kanan : bentuk dada normal, simetris sewaktu statis dan dinamis, retraksi sela iga(-) Palpasi Kiri : : sela iga tidak melebar, gerakan dinding dada simetris, fremitus vokal sama kuat Kanan : sela iga tidak melebar, gerakan dinding dada simetris, fremitus vokal sama kuat Perkusi Kiri : : sonor di seluruh lapang paru : tidak ada
Kanan : sonor di seluruh lapang paru Batas paru hati: sela iga ke 6 linea midklavikula kanan
Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi : bentuk toraks normal, ictus cordis tidak terlihat : sela iga tidak melebar, ictus cordis tidak teraba : Batas kanan Batas kiri Batas atas : linea parasternalis kanan : linea midklavikula kiri : pada sela iga 2 linea parasternalis kiri
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2, tidak terdengar murmur maupun gallop.
Pembuluh Darah Arteri Temporalis Arteri Karotis Arteri Brakhialis Arteri Radialis Arteri Femoralis Arteri Poplitea : pulsasi teraba : pulsasi teraba : pulsasi teraba : pulsasi teraba : pulsasi teraba : pulsasi teraba
Arteri Tibialis Posterior : pulsasi teraba Arteri Dorsalis Pedis : pulsasi teraba
Perut Inspeksi: datar, tidak ada bekas operasi, tidak terlihat penonjolan massa, tidak terdapat perlebaran vena. Palpasi : Dinding perut Hati Limpa Ginjal Perkusi : supel, nyeri tekan (-) : tidak teraba pembesaran : tidak teraba pembesaran : tidak teraba pembesaran, Ballotement(-/-) : timpani pada abdomen, shifting dullness (), ruang Traube kosong Auskultasi : bising usus (+) normoperistaltik
10
Anggota Gerak Lengan Otot Tonus Massa Sendi Gerakan Kekuatan Edema Petechie : : : : : : : : Kanan tidak atrofi normotonus normal normal aktif +5 tidak ada tidak ada Kiri tidak atrofi normotonus normal normal aktif +5 tidak ada tidak ada
Tungkai dan Kaki Luka Varises Tonus Massa Gerakan Sendi Kekuatan Edema Refleks Refleks Tendon Bisep Trisep Patela Achiles Refleks patologis : : : : : : : :
Kanan tidak ada tidak ada normotonus normal aktif normal +5 tidak ada
Kiri tidak ada tidak ada normotonus normal aktif normal +5 tidak ada
Kanan + + + + + -
Kiri + + + + + -
11
ANJURAN PEMERIKSAAN 1. Complete Blood Count (CBC) 2. Urea, BUN, Creatinin 3. Elektrolit (Na, K) 4. Fungsi Hati ( SGOT, SGPT)\ 5. Rontgen Thorax 6. Seputum BTA
PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium : (11 April 2013 Jam 13.40) Hematologi Hemoglobin : 11.9 g/dL Hematokrit Eritrosit Trombosit Leukosit : 34.4 % (12-15g/dL) (37-54%)
: 3.82 juta/uL (3.5-5.5juta/uL) : 517000/uL (150 000-450 000/L) : 6220/uL (4800-10 800u/L)
: 75% (50-70%) : 14% (20-40%) : 10% (2-8%) : 1% (2-4%) (31-36 g/dL) (27-32 pg) (77-94 fl) (6-12 fl)
Kimia darah Gula darah sewaktu Sodium/Na Potassium/K SGOT SGPT Urea BUN Creatinin Kesan : Terjadi penurunan hemoglobin dan hematokrit, peningkatan trombosit dan segmen, limfosit menurun, LED meningkat,hiponatremi. hipokalemi, SGOT meningkat. : 145 mg/dL : 131 Meq/L (<200mg/dL) (137-150Meq/L)
: 3.51 Meq/L (3.6-5.2Meq/L) : 56 u/l : 34 u/l : 36 mg/dl : 17 mg/dl : 0.68 mg/dl (<38 u/l) (9-36 u/l) (10-50 mg/dl) (6-20 mg/dl) (<1.3 mg/dl)
Rontgen Thorax Posisi PA Cor : Tidak tampak membesar Sinuses dan diafragma : normal Pulmo : tampak gambaran infiltrat berupa proses spesifik aktif di apex dextra dan sinistra Kesan : Gambaran KP duplex di paru
RINGKASAN 13
Seorang laki-laki berumur 60 tahun datang dengan keluhan Sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien batuk, keluar dahak, warna putih, kental dan banyak. Batuk tidak ada darah dan tidak dipicu oleh debu. Batuk disertai keringat dingin pada sore hari. Pasien juga merasakan pakaiannya semakin longgar sejak batuk. Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien memutuskan untuk pergi berobat ke puskesmas dan dinyatakan menderita TB paru. Setelah meminum obat yang diberikan oleh puskesmas, pasien merasa mual, tetapi tidak muntah. Pasien juga tidak enak di ulu hati. Nafsu makan pasien juga berkurang. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital; tekanan darah: 120/70 mmHg napas 19x / menit; thorax, suhu 36,0 oC Nadi 81 kali / menit, isi cukup, regular, equal. Pada pemeriksaan fisik paru, tidak ditemukan bunyi ronki maupun wheezing. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan, Hemoglobin: 11.9 g/dL, Hematokrit: 34.4 %, Segment: 75%, Limfosit: 14%, Trombosit: 517000/uL, Sodium/Na: 131 Meq/L, Potassium/K: 3.51 Meq/L, SGOT: 56 u/l. Rontgen Thorax Posisi PA, tampak Gambaran KP duplex di paru.
DIAGNOSIS KERJA 1. TBC Paru Dasar yang mendukung: Anamnesis : Batuk 4 bulan (lebih dari 2 bulan), keluar dahak warna putih dan kental, penurunan berat badan, keringat dingin terutama waktu sore Pemeriksaan penunjang : Pada pemeriksaan rontgen thorax PA ditemukan Gambaran KP duplex di paru.
RENCANA PENGELOLAAN
14
Medika mentosa (Terapi dini) Halmezin syrup 3 x 7,5 cc (Dextrometorphan) Tab fevrin 3x1 prn (Paracetamol 500 mg) Inj Ondacentron 3x1 amp prn Tab Ciprofloksasin 2x500 mg Tab Ethambutol 3x250mg
(Terapi lanjut) Aspar K 1x1 (K-I Aspartate) Tab Rimstar 4 FDC (Ethambutol 275 mg, INH 75 mg,Pirazinamid 400 mg, Rifampicin 150 mg) Non-medika mentosa Bed rest Infus RL 500 mL/8 jam Diit lunak
PENCEGAHAN Primer : Vaksinasi BCG Melakukan uji tuberkulin (skrining TBC) Menjaga kebersihan diri Memakai alat pelindung diri seperti masker
15
FOLLOW UP 12 April 2013 S : batuk berdahak, putih kental, lemah tubuh, pusing berputar O : Keadaan umum Nadi : tampak sakit sedang kesadaran: compos mentis
Pemeriksaan fisik : Mulut & tenggorokan : lidah kotor(-), faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang Paru : vokal fremitus sama kanan kiri, suara nafas vesikuler melemah, ronki -/basah halus nyaring di basal, wheezing -/Abdomen : Supel, datar, nyeri tekan (-), tympani, Bising usus(+), hepar dan lien tidak teraba membesar. A: TBC paru gastritis infeksi sekunder P: Fevrin stop Ciprofloksasin stop Rimstar 4 FBC 2 kapsul/ha
13 April 2013 S:mual, susah mau makan, habis makan muntah, keluar isi makanan, badan panas O : Keadaan umum Nadi : tampak sakit sedang kesadaran: compos mentis
Pemeriksaan fisik : Mulut & tenggorokan : lidah kotor(-), faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang Paru : vokal fremitus sama kanan kiri, suara nafas vesikuler melemah, ronki -/- , wheezing -/Abdomen : Supel, datar, nyeri tekan (-), tympani, Bising usus(+), nyeri ketuk 16
CVA -/-, hepar dan lien tidak teraba membesar. A: TBC paru gastritis infeksi sekunder P:Terapi lanjut
14 April 2013 S : batuk terutama malam hari, panas waktu sore, sudah mau makan, nyeri tenggorokan O : Keadaan umum Nadi : tampak sakit sedang kesadaran: compos mentis
Pemeriksaan fisik : Mulut & tenggorokan : lidah kotor(-), faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang Paru : vokal fremitus sama kanan kiri, suara nafas vesikuler melemah, ronki -/- , wheezing -/Abdomen : Supel, datar, nyeri tekan (-), tympani, Bising usus(+), nyeri ketuk CVA -/-, hepar dan lien tidak teraba membesar. A: TBC paru gastritis Infeksi sekunder P:Terapi lanjut Inj. Levorex 1x500mg iv drip Tab Fevrin 4x500 mg Tab Brocurliv 3x1 Cek ulang SGOT, SGPT
17
15 April 2013 S : batuk, demam sore hari, keringat dingin malam hari, makan lebih porsi O : Keadaan umum Nadi : tampak sakit sedang kesadaran: compos mentis
Pemeriksaan fisik : Mulut & tenggorokan : lidah kotor(-), faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang Paru : vokal fremitus sama kanan kiri, suara nafas vesikuler melemah, ronki -/- , wheezing -/Abdomen : Supel, datar, nyeri tekan (-), tympani, Bising usus(+), nyeri ketuk CVA -/-, hepar dan lien tidak teraba membesar. A: TBC paru gastritis infeksi sekunder P: Rawat Jalan atas permintaan pasien Diet TKTP Kontrol 1 minggu Cek CBC, SGOT, SGPT, BUN, Creatinin Obat : Tab Brocurliv 3x1 No XXII Tab lansoprazole 1x1 No VII Tab Vometa FT 3x1 No XV
18
Pada pasien ini, batuk yang dialami adalah batuk kronik karena lebih dari 8 minggu (2 bulan). Perlu dlakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti foto rontgen untuk mengetahui penyebab dari batuk lama tersebut.
19
Pada pasien ini, sudah ditemukan penyebab dari batuk lamanya setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pasien menghidap TBC Paru, dan telah dimulai pengobatan.
20
21
Suspek TB Paru
Periksa BTA sputum 2/3 BTA (+) Hanya I BTA (+) 3 BTA (-)
Beri Antibiotik Tidak ada perbaikan Perbaikan Periks Ulang BTA sputum 3 BTA (-) Foto toraks dan pertimbangan dokter 1 BTA (+) Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB
Bukan TB
Pada pasien ini, sudah ditegakkan diagnosis dari puskesmas bahwa pasien menghidap TBC paru. Dan pasien membawa foto rontgen dari puskesmas, di mana hasilnya menunjukkan pada paru pasien tedapat gambaran KP duplex aktif. BTA sputum tidak dilakukan.
22
Penanganan TBC Kategori pengobatan TBC Fase awal I Kasus baru dengan sputum BTA positif Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan 2RHZE 4 R3 H3 Fase lanjut Pasien TB Alternatif panduan pengobatan TB
kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner II TB paru BTA (+) dengan riwayat sebelumnya : Kasus kambuh Kegagalan pengobatan Pengobatan tidak selesai III Kasus baru TB paru dengan BTA (-) (diluar kategori I) Kasus baru yang berat 2RHZ 4HR 6HE 4 R3 H3 2RHZES+ 1RHZE 5RZE pengobatan 5 R3 H3 E3
TBC kronik (sputum BTA (rujuk ke spesialis Paru) tetap posistif, setelah
pengobatan ulang) Tabel 1. Terapi TB lini 1 Keterangan : R = Rifampicin Z = Pirazinamid S = Streptomisin H = INH E = Etambutol
23
Mg/BB
BB
dosis
mg/BB dosis
BB
Isoniazid Rifampicin
5 10 <50 kg >50 kg
15 15 600-900 mg
Streptomicyn
15-20
<50 kg >50 kg
15-20
<50 kg >50 kg
Pirazynamid
35
<50 kg >50 kg
50 3x/mgg
Ethambutol
Neuropati perifer, hati-hati pada penderita DM, uremia, malnutrisi, keganasan, pecandu alkohol, perempuan hamil Rifampisin Gangguan saluran cerna , hepatitis, Interaksi obat, Rash, Gejala seperti flu, Kelainan darah Pirazinamid Etambutol Streptomisin Ciprofloksasin Ofloksasin Kanamisin Hepatitis, Rash, Nyeri sendi, Hiperurisemia, Gangguan saluran cerna Optic neuritis Ototoksik (Hindari penderita > 60 tahun), Gangguan fungsi ginjal Gangguan saluran cerna Gangguan saluran cerna, Gangguan tidur, sakit kepala Sama seperti streptomisin
Pada pasien ini, termasuk dalam kategori 1, dimana pasien baru pertama kali menghidap penyakit TBC paru. Pasien sudah diberikan terapi TBC paru dari puskesmas, namun setelah itu timbul mual, akibat efek samping dari Rifampicin, yang menimbulkan gangguan saluran cerna. Dari RS Imanuel diberikan terapi OAT berupa Ethambutol 275 mg, INH 75 mg,Pirazinamid 400 mg, Rifampicin 150 mg. 24
Directly Observed treatment short course World Health Organization (WHO) telah memperkenalkan strategi DOTS (directly observed treatment short course), WHO menyatakan bahwa kunci keberhasilan program penanggulangan tuberculosis adalah dengan menerapkan strategi DOTS yang telah teruji ampuh di berbagai Negara. DOTS mengandung lima komponen. Pertama, adanya jaminan komitmen pemerintah untuk menanggulangi tuberkulosis di suatu negara. Kedua, penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik, utamanya dilakukan pada mereka yang datang ke fasilitas kesehatan karena keluhan paru dan pernapasan. Pendekatan ini desebut passive care finding. Ketiga, pemberian obat yang diawasi secara langsung, atau dikenal istilah DOT (directly observed treatment). Pasien diawasi secara langsung ketika menelan obatnya, obat yang diberikan harus sesuai standar dan diberikan seyogyanya secara gratis pada seluruh pasien tuberkulosis yang menular dan yang kambuh. Setelah makan obat 2 atau 3 bulan tidak jarang keluhan pasien telah menghilang, dan merasa dirinya telah sehat, dan menghentikan pengobatannya. Karena itu harus ada sistem yang menjamin pasien mau menyelelasaikan seluruh pengobatannya. Aspek keempat adalah jaminan tersedianya obat secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu. Dan aspek kelima adalah monitoring serta pencatatan dan pelaporan yang baik. Pada pasien ini amat dianjurkan supaya dilakukan DOTS supaya penogabatan TBC paru berhasil.
25
Pada pasien ini, tidak terdapat batuk berdarah. Pasien cuma mengalami batuk berdahak, warna putih, kental.
26
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, bab 4, Edisi VI. Jakarta: EGC, 2004 : 85264. 2. Amin Z, Bahar S. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I , Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI , 2006: 998-1005, 1045-9. 3. NN. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. 27 Juli 2009. Available from http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007.pdf 4. Tierney Jr., Lawrence M, Current Medical Diagnosis and Treatment. Chapter 9 Lung : Pulmonary Infections: Pulmonary Tuberculosis, Mc Graw Hill, 2008. 5. Tuberkulosis diagnosis, terapi dan masalahnya, ed III. Lab Mikrobiologi RSUP Persahabatan / WHO Collaborating Center for Tuberculosis ; 2000 6. Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia ; 2006.
27