Professional Documents
Culture Documents
berakibat berantai kepada dimensi kehidupan lainnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yang kana mengganggu Tannas Indonesia. Apabila tingkat Tannas Indonesia tidak dipelihara, dibina dan ditingkatkan dalam menghadapi era kesejagatan (globalisasi) ini, mungkin akan menggilas negara/bangsa Indonesia hingga lenyap ditelan sejarah peradaban umat manusia. Dengan mempelajari topik ini diharapkan, baik sikap dan tindakan Anda dapat sesuai dengan pola pikir Tannas untuk menjaga kelangsungan hidup bangsa Indonesia (National Survival).
E. DEMOKRASI
Demokrasi, dewasa ini sudah menjadi pandangan hidup mayoritas masyarakat dunia. Demokrasi digunakan sebagai cara untuk menata kehidupan masyarakat. Dalam demokrasi ini Anda dapat mempelajari pengertian demokrasi, sejarah perkembangannya, praktik demokrasi di Indonesia, dan prakondisi yang perlu kita ciptakan dalam kehidupan berdemokrasi.
G. OTONOMI DAERAH
Otonomi daerah, sebagai kebijakan pemerintah dalam menata pemerintahan menuju pemerintahan yang baik dan amanah, Anda perlu mempelajari Otonomi Daerah. Otonomi daerah yang sering disingkat OTDA mempunyai sejarah yang panjang dalam republic ini. Dalam modul ini Anda dapat mempelajari tentang pengertian otonomi daerah, hambatan dalam implementasi OTDA di Indonesia, pentingnya menyelenggarakan pemerintahan yang governance (yang baik dan amanah) serta upaya capacity building untuk mempercepat good governance dalam OTDA.
RANGKUMAN
Pendidikan Kewarganegaraan diselenggarakan untuk menumbuhkan kesadaran bela negara serta kemampuan nerpikir secara komprehensif integral. Untuk mencapai tujuan itu Pendidikan Kewarganegaraan membahas Wasantara, Tannas, politik dan strategi nasional, politik dan strategi pertahanan keamanan, serta sistem pertahanan keamanan rakyat semesta.
WAWASAN NUSANTARA
PENDAHULUAN
Pada bagian ini Anda akan mengkaji bagaimana cara pandang bangsa Indonesia dalam melihat diri dan lingkungannya berdasarkan falsafah, ideologi Pancasila dan UUD 1945. Cara pandang itu secara formal disebut sebagai Wawasan Nusantara atau disingkat Wasantara.
Berbangsa satu, yaitu bangsa Indonesia, menggambarkan satu kesatuan politik. Jadi secara politik, ras dan etnis yang ada dalam wilayah Nusantara menyatakan diri sebagai satu bangsa yaitu bangsa Indonesia. Berbangsa satu, yaitu bangsa Indonesia, menggambarkan satu kesatuan sosial budaya. Jadi, konsep bangsa (politik) dan konsep bahasa menjadi satu kesatuan yang utuh dan diikat oleh utaian kalimat Bhinneka Tunggal Ika. Dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 tersebut juga untuk pertama kali dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku, Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku, marilah kita berseru, Indonesia bersatu dan seterusnya. Potongan lagu kebangsaan Indonesia Raya memberikan gambaran pengakuan terhadap satu kesatuan geografi, satu bangsa dan ajakan untuk bersatu. Ini berariti di kepulauan Nusantara budaya politik persatuan dan kesatuan yang diinginkan dan dikembangkan dalam setiap aspek kehidupan bangsa. Kemerdekaan dan kecintaan pada tanha air juga didengungkan dalam lagu Indonesia Raya pada saat itu dan kita warisi sampai sekarang. Ini berarti negara dan bangsa yang dicitacitakan dan dicintai adalah negara bangsa Indonesia yang merdeka bebas dari penjajahan. Hal inilah juga turut memberikan inspirasi pada pendiri republik ini untuk meletakkan semangat persatuaan dan kesatuan baik di dalam pandangan hidup bangsa, dasar negara maupun dalam konstitusi negara Indonesia (Liha sila ke-3 Pancasila dan bentuk negara Pasal 1 UUD 1945). Konsep Indonesia Raya, menurut mayoritas (39 orang) anggota BPUPKI yang melakukan pemungutan suara pada siding BPUPKI tanggal 11 Juli 1945 adalah konsep wilayah yang diajukan Prof. Dr. Moh. Yamin, S.H. yang mencakup wilayah: Hindia Belanda, Borneo (Kalimantan), Malaka (Malaya), Papua sekarang (PNG), Timor (termasuk Timor Timur). Irian dan pulau-pulau di sekitarnya. Konsep Indonesia merupakan wilayah Hindia Belanda yang sekarang malah dipilih oleh 19 orang anggota BPUPKI pada tanggal 11 Juli 1945 tersebut. Sampai sekarang konsep wilayah ini yang kita anut atas dasar pertimbangan rasional untuk mencegah konflik yang tiada akhir.
g. Indonesia bagian Barat dominan daratan daripada, sedangkan Indonesia bagian Timur lebih dominan perairan daripada daratan. h. Pada umumnya tanahnya subur, kecuali di beberapa tempat di Kalimantan dan Irian. i. Bumi mengandung kekayaan alam (mineral) yang potensial. Dari 11 mineral terpenting di dunia, 7 jenis terdapat di Indonesia. j. Penduduk yang cuku besar menduduki urutan ke-4 di dunia. Pada tahun 2000 diperkirakan sudah mencapai 205,8 juta jiwa dan pada tahun 2025 diperkirakan berkembang mencapai 273,7 juta jiwa. Namun dari jumlah penduduk yang besar tersebut penyebarannya tidak merata. Daerah Jawa, Madura, Bali dan Lombok (JAMBAL) dikategorikan sebagai daerah terpadat, sedangkan daerah lainnya masih jarang penduduknya. 2. Geopolitik dan Geostrategi Indonesia Kebijakan dan pelaksanaan dalam memanfaatkan keuntungan letak geografi yang strategi berkaitan dengan geopolitik dan geostrategi bangsa Indonesia. Untuk itu dalam bahasan berikut ini Anda akan mengkaji apa dan bagaimana geopolitik dan geostrategic bangsa Indonesia. a. Geopolitik Geopolitik berasal dari kata geo yang berarti bumi dan politik. Kosakata geopolitik ini mengandung pengertian kebijakan politik yang mengaitkan pengaruh letak geografi bumi yang menjadi wilayah (ruang hidup) manusia yang tinggal di atas permukaan bumi. Inti politik ialah kekuatan karena penggunaan kekuatan itu sangat penting, dan perlu ada pengertian serta pembatasan arti kekuatan dan penggunaannya, sesuai dengan nilai-nilai moral. Kita mengenal dua macam kekuatan, yaitu kekuatan fisik dan kekuatan mental spiritual. Dalam praktik, penggunaan kekuatan fisik, terutama oleh negara-negara besar, sering cenderung ke arah politik adu kekuasaan dan adu kekuatan. Penggunaan kekuatan spiritual (agama/ideologi) dalam kehidupan sering cenderung ke arah politik persuasi melalui diplomasi dan musyawarah. Dalam mengejar kekuatan, negara tidak boleh hanya mengikuti hukum ekspansi saja atau bergantung kepada pembekalan luar. Suatu negara harus mampu berswasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan teknologinya. Artinya, negara harus dapat meningkatkan kekuatan nasionalnya. Pengembangan kekuatan nasional itu bertujuan: (a) ke dalam, untuk mencapai persatuan dan kesatuan yang harmonis; (b) ke luar, untuk memperoleh batas-batas negara yang lebih baik. Pokok-pokok teori Karl Haushofer yang didasarkan pada pandangan Ratzel dan Kjellen sebagai berikut. a) Kekuasaan Imperium daratan yang mantap akan mengejar kekuasaan imperium maritime dan akan menguasai pengawasan di lautan. b) Beberapa negara besar di dunia akan timbul (Jerman, Italia, Jepang) dan akan menguasai Eropa dan Asia Barat. Ajaran Karl Haushofer berkembang pesat dan mencapai puncaknya ketika Jerman di bawah kekuasaan Adolf Hitler. Di Asia, ajaran itu dikembangkan di Jepang dalam Hako Ichiu yang dilandasi semangat militerisme dan fasisme. Sehubungan dengan konsep geopolitik dan geostrategi, perlu pula diketahui beberapa konsep kekuatan. a) Konsep kekuatan itu di darat (wawasan benua) dikemukakan oleh Sir Halford Mackinder (1861-1917) dan Karl Haushofer. Menurut pendapat mereka, negara yang menguasai daerah
jantung (Eurasia) akan menguasai pulau dunia dan yang dapat menguasai pulau dunia akan menguasai dunia. b) Konsep kekuatan di lautan (wawasan bahari) dikemukanan oleh Sir Walter Releigh (15541618) dan Alfred Thayer Mahan. Menurut pendapat mereka, negara yang menguasai lautan akan menguasai perdagangan. Menguasai perdagangan berarti menguasai dunia. c) Konsep kekuatan di udara (wawasan dirgantara); dicetuskan oleh W.Mitchel (1877-1946) A. Savensky (1894), Guilio Douchet (1869-1930) dan J.P. Charles Fuller (1878). Menyatakan bahwa kekuatan di udara merupakan daya tangkis yang ampuh terhadap segala ancaman. d) Teori daerah batas (Rimland) dari Nicholas Spykman merupakan wawasan gabungan yang banyak diikuti oleh ahli geopolitik atau geostrategi dan negarawan dalam menyusun kekuatan negara dewasa ini. Pengaruh teori ruang hidup (lebensraum) maupun teori daerah jantung tidak lepas dari keinginan membentuk lingkungan atau wilayah pengaruh baru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan geopolitik sesudah Perang Dunia II tidak berbeda dengan yang dilaksanakan sebelumnya. Bagaimana rumusan bangsa Indonesia tentang geopolitik dan geostrategi? Bangsa Indonesia tidak dapat menerima rumusan Karl Haushofer dan rumusan-rumusan lain yang pada prinsipnya sama karena bertentangan dengan Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, geopolitik merupakan padangan baru dalam mempertimbangkan faktor-faktor geografis wilayah negara untuk mencapai tujuan nasional. Jelasnya, geopolitik adalah kebijaksanaan dalam rangka mencapai tujuan nasional dengan memanfaatkan keutungan letak geografis negara berdasarkan pengetahuan ilmiah tentang kondisi geografis tersebut. Sedangkan geostrategi ialah kebijaksanaan pelaksanaan dalam menentukan tujuan-tujuan dan sarana-sarana tersebut guna mencapai tujuan nasional dengan memanfaatkan konstelasi geografis negara. Geopolitik Indonesia dikembangkan sesuai dengan Pancasila sehingga tidak mengandung unsur-unsur ekspansionisme maupun kekerasan. Geopolitik dan geostrategi bagi bangsa Indonesia hanya merupakan pembenaran dari kepentingan dan cita-cita nasional. Agar berhasil guna, bangsa Indonesia harus memiliki kemampuan-kemampuan static maupun dinamik di bidang kesejahteraan dan keamanan. b. Geostrategi Indonesia Posisi silang negara Indonesia tidak hanya mengenai segi fisik-geostrateginya saja, melainkan mengenai aspek-aspek kehidupan sosial, yaitu: a) demografi (kependudukan) antara daerah yang berpenduduk padat di utara dan daerah yang berpenduduk jarang di selatan; b) Ideologi antara komunisme di utara dan lliberalisme di selatan; c) politik antara demokrasi rakyat di Utara (Asia Daratan bagian utara) dan demokrasi parlementer di selatan; d) ekonomi antara sistem ekonomi terpusat di utara dan sistem ekonomi liberal di selatan; e) sosial antara komunisme atau sosialisme (komune) di utara dan individualisme di selatan; f) budaya antara kebudayaan Timur di utara (Budha/Kong Hu Chu) dan kebudayaan Barat di selatan; g) hankam antara sistem pertahanan kontinental (kekuatan di darat) di utara dan sistem pertahanan maritim di barat, selatan, dan timur.
Posisi silang dengan segala akibatnya, memaksa kita memilih satu di antara dua alternatif yaitu. 1) membiarkan diri terus-menerus menjadi objek lalu lintas kekuatan-kekuatan dan pengaruhpengaruh yang melintasi Nusantara, serta setiap kali condong dan menggantungkan diri kepada kekuatan atau pengaruh yang terbesar. 2) turut serta mengatur lalu lintas kekuatan kekuatan atau pengaruh tersebut dengan ikut berperan sebagai subjek dengan mengendalikan, dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan tersebut untuk kepentingan nasional. 3. Dasar Pemikiran Yuridis Formal Perkembangan Konsep Wasantara Konstitusi Negara Republik Indonesia (UUD 1945) tidak menentukan batas-batas wilayah Republik Indonesia. Di dalam Pembukaan UUD 1945 hanya tercantum segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Ditinjau dari seluruh aspek kehidupan nasional (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam), hukum laut tersebut sangat tidak menguntungkan bangsa dan negara Indonesia. Anda dapat bayangkan konsekuensi dari asas pulau demi pulau tersebut. 1. Wilayah negara Kepulauan Nusantara tidak utuh lagi sesuai dengan semangat Pancasila dan konstitusi UUD 1945, semangat Sumpah Pemuda dan lagu Indonesia Raya yagn sering kita nyanyikan. Antarpulau terpisah oleh laut internasional. 2. Implikasi dari itu, betapa mudahnya negara asing memanfaatkan jalur bebas tersebut untuk berbagai kepentingan. 3. Persaingan antara negara-negara dalam mengambil dan memanfaatkan sumber kekayaan alam yang ada di jalur bebas berimplikasi luas terhadap keutuhan wilayah Nusantara (keamanan) dan kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia. Atas dasar pertimbangan tersebut dan pertimbangan kesejahteraan, keamanan dan untuk menjamin kelangsungan hidup serta kepentingan bangsa dan negara Indonesia, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan pengumuman mengenai wilayah perairan Indonesia yang dikenal dengan Deklarasi Djuanda (13 Desember 1957). Deklarasi ini menetapkan lebar laut wilayah Indonesia menjadi 12 mil. Lebar tersebut diukur dari garis dasar yang menghubungkan titik terluas dalam wilayah Republik Indonesia yang disebut POINT TO POINT THEORY. Pengumuman Pemerintah itu kemudian dikukuhkan dengan PEPERPU No. 4 Tahun 1960 tanggal 16 Februari 1960 (Lembaran Negara No. 22 Tahun 1960). Akibat dari deklarasi Djuanda tersebut luas wilayah Indonesia bertambah 3,9 juta km2. Luas semula 2 juta + 3,9 juta km2 = 5,9 juta km2 Implikasi dari POINT TO POINT THEORY dalam Pengumuman Pemerintah yang dikenal denga Deklarasi Djuanda tersebut adalah sebagai berikut. Kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan yang utuh. Tanah dan air tidak dipisahkan, tetapi merupakan bagian integral dari wilayah kedaulatan Indonesia. Laut atau perairan yang berada di sebelah dalam garis dasar yang menghubungkan pulau-pulau terluar di kepulauan Nusantara merupakan perairan dalam Indonesia dan berada di bawah kedaulatan mutlak negara Republik Indonesia. Jadi kepulauan Nusantara yang merupakan satu kesatuan yang bulat-utuh merupakan konsep dasar kewilayahan negara Republik Indonesia yang kemudian dikenal dengan Asas Nusantara (konsep kewilayahan). Asas Nusantara di atas sesuai dengan Archipelagic
Principle (wilayah negara kepulauan) yang diterima dan mulai berlaku berdasarkan yurisprudensi Mahkamah Internasional tahun 1951. Archipelagic Principle dilatarbelakangi oleh sengketa perikanan antara Inggris dan Norwegia (Anglo Norwegian Fisherias Case). Oleh karena itu pada tanggal 17 Februari 1969, Pemerintah Indonesia mengeluarkan pengumuman tentang landas kontinen Indonesia sampai kedalaman laut 200 meter, yang memuat pokok-pokok sebagai berikut. 1) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landas kontinen Indonesia, adalah milik negara Republik Indonesia (Pasal 33 ayat 3 UUD 1945). 2) Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan garis batas landas kontinen dengan negaranegara tetangga melalui perundingan. 3) Jika tidak ada perjanjian garis batas maka garis batas landas kontinen Indonesia ialah satu garis yang ditarik tengah-tengah antara pulau terluar negara tetangga (equal distance). 4) Tuntutan (klaim) tidak mempengaruhi sifat dan status perairan di atas landas kontinen serta udara di atas perairan. Pengumuman Pemerintah tahun 1969 berbeda dengan pengumuman Pemerintah tahun 1957, kendatipun keduanya menyangkut wilayah Nusantara. Perbedaan tersebut terletak pada sifat konsep Nusantara. Konsep Tahun 1957 lebih merupakan kewilayahan, sedangkan konsep tahun 1969 lebih merupakan konsep politik dan ketatanegaraan. Perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh pengakuan dalam menerapkan Asas Nusantara yang memunculkan konsep Negara Kepulauan (Archipelagic State) memakan waktu cukup lama dan mengalami berbagai kendala. Pertama, konsep negara kepulauan dalam tata hukum internasional belum pernah ada, yang ada dan diakui dalam Island State (Negara Pulau). Kedua, sejak berabad-abad, yang lalu dikenal dua anggapan pokok mengenai hak atas laut yaitu: 1) Res Nullius, yang beranggapan bahwa laut itu tidak ada yang memiliki. 2) Res Communis, yang beranggapan bahwa laut itu milik bersama sehingga tidak dapat diambil atau dimiliki oleh siapa pun. Sementara itu, di bidang pertahanan keamanan, sebagai pengaruh konsep-konsep kekuatan yang ada, dianut berbagai wawasan yang berdiri sendiri-sendiri. Angkatan Darat memiliki Wawasan Buana (Kartika Eka Paksi), Angkutan Laut memiliki Wawasan Bahari (Yales Veva Jaya Mahe) dan Angkutan Udara memiliki Dirgantara (Swa Buana Paksi). Hal ini pernah mengakibatkan konflik kekuatan di antara angkatan-angkatan itu, yang tentu saja sangat membahayakan negara. Karena itu, pimpinan negara dan ABRI segera mengambil tindakan. Pada tahun 1966 diadakan seminar Hankam I yang mengitegrasi Angkatan Darat, Laut, Udara, dan Polri ke bawah satu atap doktrin yaitu Catur Dharma Eka Karma dengan wawasan berdasarkan kebulatan dan keutuhan wilayah. Wawasan ini disebut Wawasan Nusantara. Pada seminar inilah nama Wasantara dinyatakan sebagai wawasan Hankamnas. Wawasan tersebut mencakup lima pokok perwujudan negara kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan wilayah, satu kesatuan politik, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial budaya dan satu kesatuan pertahanan keamanan. Wawasan itu kemudia dijabarkan di dalam Rumusan Lemhanas tahun 1972. Selanjutnya dalam ketetapan MPR Tahun 1973, Ketetapan MPR No. IV MPR Tahun 1978, dan Ketetapan MPR No. IV MPR Tahun 1983 Wasantara dinyatakan sebagai Wawasan Pembangunan. Indonesia belum berhasil sepenuhnya dalam perjuangan di dunia internasional, namun sementara itu beberapa perjanjian bilateral berhasil diadakan:
1) Perjanjian RI-Malaysia di Kuala Lumpur pada tanggal 27 Oktober 1969, mengenai landas kontinen Selat Malaka dan Laut Natuna (Laut Cina Selatan) berlaku mulai tanggal 7 November 1969. 2) RI-Thailand, di Bangkok tanggal 17 Desember 1971, mengenai landas kontinen Selat Malaka Utara dan laut Andaman berlaku mulai 7 April 1972. 3) RI-Australia dan Thailand, di Kuala Lumpur tanggal 21 Desember 1971 mengenai batas kontinen Selat Malaka bagian Utara; berlaku mulai tanggal 16 Juli 1973. 4) RI-Australia, di Camberra tanggal 18 Mei 1971, mengenai penetapan garis batas dasar laut tertentu (Laut Arafuru dan daerah utara Irian Jaya-Papua Nuginea). 5) RI-Singapura di Jakarta tanggal 25 Mei 1973, mengenai penetapan garis batas laut wilayah yang berlaku mulai sejak tanggal 30 Agustus 1974. 6) RI-India di Jakarta tangal 8 Agustus 1973 mengenai garis batas landas kontinen Laut Andaman yang berlaku sesudah penandatanganan. 7) RI-Australia di Jakarta tanggal 9 Oktober 1973, mengenai penetapan garis batas daerahdaerah dasar laut di selatan pulau Tanimbar dan Pulau Timor yang berlaku mulai tanggal 8 Nopember 1973. Perjanjian-perjanjian itu secara tidak langsung mewujudkan pengertian dan pengakuan negara-negara yang bersangkutan akan asas Nusantara yang menjadi tuntutan Indonesia. Satu hal lagu yang perlu dibahas sehubugan dengan konsep kewilayahan ialah yang berhubungan dengan ledaulatan atas ruang udara. Dalam hal ini ada beberapa teori: 1. Teori Udara (The Air Freedom Theory), udara bebas, tidak dimiliki oleh negara tertentu. 2. Teori kedaulatan negara (The Air Souvereignity Theory) negara berdaulat atas ruang udara di atas wilayah negara. Pengikut teori udara terbagi menjadi tiga kelompok aliran sebagai berikut. a) Kebebasan udara tanpa batas yaitu ruang udara dapat digunakan oleh siapa pun, tidak ada yang berhak memilikinya. b) Kebebasan udara dengan hak khusus negara kolong adalah Negara kolong mempunyai hakhak khusus yang tidak tergantung pada ketinggian. Pada pertemuan di Gent (Belgia) negaranegara penganut aliran ini memutuskan bahwa negara tidak mempunyai hak apa pun pada waktu perang atau damai; negara kolong hanya dapat mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan kelangsungan hidupnya. c) Kebebasan ruang udara dengan penetapan wilayah/zone teritorial bagi negara kolong untuk melaksanakan haknya. Penganut teori kedaulatan udara terkelompok dalam pendapat-pendapat. a) Negara kolong berdaulat penuh, tetapi dibatasi oleh ketinggian tertentu di ruang udara. b) Negara kolong berdaulat penuh, hanya dibatasi oleh hak lintas damai bagi pesawat negara asing. c) Negara kolong berdaulat penuh tanpa batas ke atas. Untuk menentukan batas wilayah udara itu dikemukakan beberapa cara. Indonesia mengikuti sistem cerobong. Batas wilayah ditarik vertical dari batas wilayah ke bawah dan ke atas.
4. Dasar Pemikiran dari Segi Kepentingan Nasional Sebagai bangsa yang telah bernegara (Nation State) dan sesuai dengan amanat dalam dasar negara maka bangsa Indonesia harus membina ketahanan bangsanya untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Untuk itu bangsa Indonesia perlu mempunyai cara pandan melihat dirinya dan ruang hidupnya. Cara pandang itu melihat Nusantara sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) dengan segala aspek kehidupan di dalamnya merupakan satu kesatuan yang utuh sesuai dengan semangat UUD 1945. Cara pandang ini harus ditanamkan dan dibudayakan dari generasi ke generasi bangsa Indonesia. Pengalaman sejarah menunjukkan secara fisik-geografik, laut yang dulunya kita pandang sebagai pemisah antarpulau, kini harus kita pandang sebagai bagian integral dari daratan atau sekurang-kurangnya sebagai penghubung antarpulau. Laut atau perairan yang ada bukan hanya sekumpulan air yang berfungsi sebagai penghubung, tetapi di dalamnya terkandung sumber kekayaan alam yang tak ternilai harganya yang harus dikelola sesuai dengan semangat Pasal 33 UUD 1945. Konsep berpikirnya bukan kepulauan yang merupakan rangkaian pulau-pulau, tetapi lautan yang ditebari, atau diseraki oleh pulau-pulau.
RANGKUMAN
Wasantara tumbuh dan berkembang sesuai dengan kepentingan nasional Indonesia, berangkat dari pengalaman sejarah bangsa Indonesia yang rawan perpecahan, keinginan untuk memanfaatkan konstelasi geografi Indonesia yang berupa kepulauan dan berada di tengah-tengah dunia (posisi silang) untuk kejayaan bangsa dan negara. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus mempunyai cara pandang, cara lihat, cara tinjau, terhadap diri dan lingkungannya. Cara pandang itu melihat kepulauan Indonesia (perairan dan pulau) dan segala aspek kehidupan di dalamnya menjadi satu kesatuan yang utuh. Cara pandang itu disebut sebagai Wasantara. Pandangan yang demikian ini berkaitan dengan konsep geopolitik dan geostrategi yang perlu mendapatkan pengakuan internasional. Oleh karena itu, bangsa Indonesia memperjuangkan dalam forum hukum laut internasional maupun menjadikan perjanjian dengan negara-negara tetangga mengenai batas wilayah. Baru pada tahun 1982, konvensi Hukum Laut menerima asas negara kepulauan atau asas nusantara diterima sebagai hukum internasional, dan bersamaan dengan itu pula ditetapkan perluasan yuridiksi negara-negara pantai di lautan bebas atau ZEE. Hasil konvensi ini disahkan pada bulan Agustus 1983 di New York.