You are on page 1of 24

LAPORAN

MIKROKONTROLER
Praktek ADC dengan Menu

OLEH :

ISA MAHFUDI NIM. 1141160018

D4-2A JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL

POLITEKNIK NEGERI MALANG Jalan Soekarno-Hatta No. 9, PO Box04, Malang-65141 Tel. (0341) 404424, 404425, Fax. (0341) 404420

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Pada praktikum ini bertujuan : (1) Dapat menjalankan aplikasi Proteus dan AVR (2) Dapat memahami konsep ADC (3) Dapat membuat program ADC 1.2 Teori Dasar 1.2.1 Mikrokontroler Atmega 16 Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer lengkap dalam satu chip. Mikrokontroler lebih dari sekedar sebuah mikroprosesor karena sudah terdapat atau berisikan ROM (Read-Only Memory), RAM (Read-Write Memory), beberapa port masukan maupun keluaran, dan beberapa peripheral seperti pencacah/pewaktu, ADC (Analog to Digital converter), DAC (Digital to Analog converter) dan serial komunikasi. Salah satu mikrokontroler yang banyak digunakan saat ini yaitu mikrokontroler AVR. Secara umum mikrokontroler AVR dapat dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu keluarga AT90Sxx, ATMega dan ATtiny. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan fiturnya Seperti mikroprosesor pada umumnya, secara internal mikrokontroler ATMega16 terdiri atas unit-unit fungsionalnya Arithmetic and Logical Unit (ALU), himpunan register kerja, register dan dekoder instruksi, dan pewaktu serta komponen kendali lainnya. Berbeda dengan mikroprosesor, mikrokontroler menyediakan memori dalam chip yang sama dengen prosesornya (in chip). Arsitektur ATMega16 Mikrokontroler ini menggunakan arsitektur Harvard yang memisahkan memori program dari memori data, baik bus alamat maupun bus data, sehingga pengaksesan program dan data dapat dilakukan secara bersamaan (concurrent), adapun blog diagram arsitektur ATMega16. Secara garis besar mikrokontroler ATMega16 terdiri dari : 1. Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi 16Mhz. 2. Memiliki kapasitas Flash memori 16Kbyte, EEPROM 512 Byte, dan SRAM 1Kbyte 3. Saluran I/O 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D. 4. CPU yang terdiri dari 32 buah register. 5. User interupsi internal dan eksternal 6. Port antarmuka SPI dan Port USART sebagai komunikasi serial 7. Fitur Peripheral

Gambar 1 Blok Diagram ATMega 16

Konfigurasi Pin ATMega16 Konfigurasi pin mikrokontroler Atmega16 dengan kemasan 40. Dari gambar tersebut dapat terlihat ATMega16 memiliki 8 Pin untuk masing-masing Port A, Port B, Port C, dan Port D.

Gambar 2. Konfigurasi PIN pada Atmega 16 Deskripsi Mikrokontroler ATMega16 VCC (Power Supply) dan GND(Ground) Port A (PA7..PA0) Port A berfungsi sebagai input analog pada konverter A/D. Port A juga sebagai suatu port I/O 8-bit dua arah, jika A/D konverter tidak digunakan. Pin - pin Port dapat menyediakan resistor internal pull-up (yang dipilih untuk masing-masing bit). Port A output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Ketika pin PA0 ke PA7 digunakan sebagai input dan secara eksternal ditarik rendah, pinpin akan memungkinkan arus sumber jika resistor internal pull-up diaktifkan. Port A adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

Port B (PB7..PB0) Pin B adalah suatu pin I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up

(yang dipilih untuk beberapa bit). Pin B output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, Pin B yang secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pullup diaktifkan. Pin B adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis. Port C (PC7..PC0) Pin C adalah suatu pin I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up (yang dipilih untuk beberapa bit). Pin C output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin C yang secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pull up diaktifkan. pin C adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis. Port D (PD7..PD0) Pin D adalah suatu pin I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up (yang dipilih untuk beberapa bit). Pin D output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin D yang secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pull up diaktifkan. Pin D adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis. RESET (Reset input) XTAL1 (Input Oscillator) XTAL2 (Output Oscillator) AVCC adalah pin penyedia tegangan untuk Port A dan Konverter A/D AREF adalah pin referensi analog untuk konverter A/D

Peta Memori ATMega16 Memori Program Arsitektur ATMega16 mempunyai dua memori utama,

yaitu memori data dan memori program. Selain itu, ATMega16 memiliki memori EEPROM untuk menyimpan data. ATMega16 memiliki 16K byte On-chip In-System Reprogrammable Flash Memory untuk menyimpan program. Instruksi ATMega16 semuanya memiliki format 16 atau 32 bit, maka memori flash diatur dalam 8K x 16

bit. Memori flash dibagi kedalam dua bagian, yaitu bagian program boot dan aplikasi. Bootloader adalah program kecil yang bekerja pada saat sistem dimulai yang dapat memasukkan seluruh program aplikasi ke dalam memori prosesor. 1.2.2 ADC Analog To Digital Converter (ADC) adalah pengubah input analog menjadi kode kode digital. ADC banyak digunakan sebagai pengatur proses industri, komunikasi digital dan rangkaian pengukuran/pengujian. Umumnya ADC digunakan sebagai perantara antara sensor yang kebanyakan analog dengan sistim komputer seperti sensor suhu, cahaya, tekanan/berat, aliran dan sebagainya kemudian diukur dengan menggunakan sistim digital (komputer). ADC (Analog to Digital Converter) memiliki 2 karakter prinsip, yaitu kecepatan sampling dan resolusi. Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal analog dikonversikan ke bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan sampling biasanya dinyatakan dalam sample per second (SPS). Pengaruh Kecepatan Sampling ADC

Gambar 3. Pengaruh kceoatan sampling ADC Resolusi ADC menentukan ketelitian nilai hasil konversi ADC. Sebagai contoh: ADC 8 bit akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 255 (2n 1) nilai diskrit. ADC 12 bit memiliki 12 bit output data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 4096 nilai diskrit. Dari contoh diatas ADC 12 bit akan memberikan ketelitian nilai hasil konversi yang jauh lebih baik daripada ADC 8 bit. Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi sinyal analog ke dalam bentuk besaran yang merupakan rasio perbandingan sinyal input dan tegangan referensi. Sebagai contoh, bila tegangan referensi (Vref) 5 volt, tegangan input 3 volt, rasio input terhadap referensi adalah 60%. Jadi, jika menggunakan ADC 8 bit dengan

skala maksimum 255, akan didapatkan sinyal digital sebesar 60% x 255 = 153 (bentuk decimal) atau 10011001 (bentuk biner). ADC Simultan ADC Simultan atau biasa disebut flash converter atau parallel converter. Input analog Vi yang akan diubah ke bentuk digital diberikan secara simultan pada sisi + pada komparator tersebut, dan input pada sisi tergantung pada ukuran bit converter. Ketika Vi melebihi tegangan input dari suatu komparator, maka output komparator adalah high, sebaliknya akan memberikan output low. Rangkaian Dasar ADC Simultan

Gambar 4. Rangkaian dasar ADC simultan Bila Vref diset pada nilai 5 Volt, maka dari gambar rangkaian ADC Simultan diatas didapatkan : V(-) untuk C7 = Vref * (13/14) = 4,64 V(-) untuk C6 = Vref * (11/14) = 3,93 V(-) untuk C5 = Vref * (9/14) = 3,21 V(-) untuk C4 = Vref * (7/14) = 2,5 V(-) untuk C3 = Vref * (5/14) = 1,78 V(-) untuk C2 = Vref * (3/14) = 1,07 V(-) untuk C1 = Vref * (1/14) = 0,36 Sebagai contoh Vin diberi sinyal analog 3 Volt, maka output dari C7=0, C6=0, C5=0, C4=1, C3=1, C2=1, C1=1, sehingga didapatkan output ADC yaitu 100 biner,

sehingga diperoleh tabel berikut :

1.2.3

LED LED adalah singkatan dari Light Emitting Dioda, merupakan komponen yang dapat mengeluarkan emisi cahaya. LED merupakan produk temuan lain setelah dioda. Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan bahwa elektron yang menerjang sambungan P-N juga melepaskan energi berupa energi panas dan energi cahaya. LED dibuat agar lebih efisien jika mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkan emisi cahaya pada semikonduktor, doping yang dipakai adalah gallium, arsenic dan phosphorus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula.

Gambar 5. Simbol LED

Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang ada adalah warna merah, kuning dan hijau. LED berwarna biru sangat langka. Pada dasarnya semua warna bisa dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien. Dalam memilih LED selain warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum dan disipasi daya-nya. Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga bermacam-macam, ada yang persegi empat, bulat dan lonjong. LED terbuat dari berbagai material setengah penghantar campuran seperti misalnya gallium arsenida fosfida (GaAsP), gallium fosfida (GaP), dan gallium aluminium arsenida (GaAsP). Karakteristiknya yaitu kalau diberi panjaran maju, pertemuannya mengeluarkan cahaya dan warna cahaya bergantung pada jenis dan

kadar material pertemuan. Ketandasan cahaya berbanding lurus dengan arus maju yang mengalirinya. Dalam kondisi menghantar, tegangan maju pada LED merah adalah 1,6 sampai 2,2 volt, LED kuning 2,4 volt, LED hijau 2,7 volt. Sedangkan tegangan terbaik maksimum yang dibolehkan pada LED merah adalah 3 volt, LED kuning 5 volt, LED hijau 5 volt. LED mengkonsumsi arus sangat kecil, awet dan kecil bentuknya (tidak makan tempat), selain itu terdapat keistimewaan tersendiri dari LED itu sendiri yaitu dapat memancarkan cahaya serta tidak memancarkan sinar infra merah (terkecuali yang memang sengaja dibuat seperti itu). Cara pengoperasian LED yaitu :

Gambar 6. Pengoperasian LED

Selalu diperlukan perlawanan deretan R bagi LED guna membatasi kuat arus dan dalam arus bolak balik harus ditambahkan dioda penyearah. Pada umumnya LED mempunyai tegangan jatuh antara 1,5 Volt sampai 3 Volt dan membutuhkan arus 15 mA sampai 100 mA tergantung dari karakteristik masing - masing LED. Karakteristik panjang gelombang versus intensitas cahaya yang dihasilkan led dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 7. Karakteristik panjang gelombang vs intensitas cahaya yang dihasilkan LED

1.2.4

SEVEN SEGMEN Display 7 segment merupakan komponen yang berfungsi sebagai penampil karakter angka dan karakter huruf. Display 7 segment sering juga disebut sebgai penampil 7 ruas. Pada display 7 segment juga dilengkapi karakter titik (dot) yang sering dibutuhkan untuk karakter koma atau titik pada saat menampilkan suatu bilangan. Display 7 segment terdiri dari 7 penampil karakter yang disusun dalam sebuah kemasan sehingga dapat menampilkan karakter angka dan karakter huruf. Terdapat 7 buah penampil dasar dari LED (Light Emiting Diode) yang dinamakan karakter A-F dan karakter dot. Bentuk susunan karakter penampil karakter A-F pada display 7 segmen dapat dilihat pada gambar berikut : Bentuk Susunan Karakter Display 7 Segment

Gambar 8. Susunan karakter display 7 segmen Rangkaian Internal Display 7 Segment Common Anoda

Gambar 9. Rangkaian internal display 7 segmen common anoda Rangkaian LED seperti pada gambar diatas disusun sedemikian rupa sehingga membentuk display 7 segment yang dapat menampilkan karakter angka dan huruf. Karena hanya terdiri dari 7 bagian (7 ruas) maka tampilan huruf yang dihasilkan dispaly 7 segment tidak dapat menampilkn karakter huruf secara lengkap

a-z, akan tetapi dalam aplikasi rangkaian elektronika karakter huruf yang sering ditampilkan oleh display 7 segment adalah karakter A-F saja. Display 7 segment dapat menamplikan karakter angka desimal 0 9 yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Karakter Angka Pada Display 7 Segment

Contoh Bentuk Fisik Display 7 Segment

1.2.5

POTENSIO Adapun pengertian secara umum potensiometer bisa didefinisikan sebagai sebuah resistor tiga terminal dengan kontak geser yang membentuk pembagi tegangan yang diatur. Jika hanya dua terminal yang digunakan (satu sisi dan wiper), bertindak sebagai variabel resistor atau rheostat. Potensiometer biasanya digunakan untuk mengontrol perangkat listrik seperti kontrol volume pada peralatan audio. Potensiometer dioperasikan oleh mekanisme yang dapat digunakan sebagai transduser posisi, misalnya, dalam joystick. Dalam kontruksi Potensiometer yaitu dibangun dengan melawan elemen yang dibentuk menjadi sebuah busur lingkaran, dan salah satu kontak geser (wiper) bepergian atas busur itu. Elemen resistif, dengan terminal pada satu atau kedua ujungnya, yang datar atau miring, dan umumnya terbuat dari grafit, meskipun bahan lain dapat digunakan tetapi wiper ini terhubung melalui kontak lain yang menggeser ke terminal lain.sedangkan Pada potensiometer panel, wiper biasanya mempunyai terminal pusat tiga. Untuk potensiometer tunggal-turn, wiper ini biasanya perjalanan hanya di bawah satu revolusi di sekitar kontak yaitu "Multiturn" potensiometer juga ada, dimana elemen resistor mungkin heliks dan wiper dapat bergerak 10, 20, atau lebih revolusi lengkap, meskipun potentimeters multiturn biasanya dibangun dari elemen dapat melawan konvensional menyeka melalui roda gigi cacing. Selain itu grafit, bahan yang digunakan untuk membuat elemen resistif termasuk kawat

penghambat, partikel karbon dalam plastik, dan campuran / keramik logam yang disebut cermet. Fungsi dan penggunaan potensiometer Penggunaan alat bantu potensiometer banyak digunakan sebagai kontrol pengguna, dan dapat mengontrol berbagai fungsi yang sangat luas peralatannya. tetapi meluasnya dalam penggunaan potensiometer pada barang elektronik konsumen telah menurun pada 1990-an, dengan adanya kontrol digital yang sekarang lebih umum digunakan. Namun mereka tetap dalam banyak aplikasi, seperti kontrol volume dan sebagai sensor posisi salah satu aplikasi yang penggunaanya paling umum untuk potensiometer rendah daya modern adalah sebagai alat kontrol audio. Kedua potensiometer linier (juga dikenal sebagai "fader") dan potensiometer putar (biasanya disebut tombol-tombol) secara teratur digunakan untuk mengatur kenyaringan, redaman frekuensi dan karakteristik lain dari sinyal audio dalam audio control. Jenis-jenis potensiometer o Potensiometer putar yang sering disebut potensiometer String. Potensiometer Ini adalah multi-turn potensiometer dioperasikan oleh reel yang terpasang kawat berbalik melawan pegas. Hal ini digunakan sebagai transduser posisi. o Potensiometer linier slider, potensiometer ini sebagai mengatur fungsi kontrol didalam sebuah elektronik bukan kontrol dial yang terdapat pada komponen alat potensiometer. Dan Elemen resistifnya strip persegi panjang, tidak setengah lingkaran seperti pada potensiometer putar. Karena slot pembukaan besar atau wiper, potensiometer jenis ini memiliki potensi yang lebih besar untuk mendapatkan terkontaminasi.Potensiometer dapat diperoleh dengan baik hubungan linier atau logaritmik antara posisi slider dan ketahanan (potensiometer hukum atau "kemiringan"). Sebuah kode huruf ("A" lancip, "B" lancip, dll) dapat digunakan untuk mengidentifikasi meruncing dimaksudkan, tetapi definisi surat kode bervariasi dari waktu ke waktu dan antara produsen. o Potensiometer tiga terminal alat ini dapat digunakan sebagai variabel resistor dua terminal dengan tidak menghubungkan ke terminal ketiga. Praktek ini umum untuk menghubungkan terminal wiper ke ujung yang tidak terpakai dari trek perlawanan untuk mengurangi jumlah variasi resistensi yang disebabkan oleh kotoran di trek.

1.3 Alat Adapun alat atau komponen yang digunakan pada praktikum ini adalah (1) IC Atmega 16 (2) LED warna biru (3) Potensio (4) IC 7805 (5) Kristal 8 MHz (6) 7 segmen (7) Protoboard (8) LED warna Biru (9) Resistor 330 (10) Resistor 10 k (11) Capasitor 22 pF (11) Kabel penghubung (12) Catu daya 5 Volt 1.4 Skema Blog Rangkaian : 1buah : 8 buah : 1 buah : 1 Buah : 1 Buah : 1 Buah : 1 Buah : 8 Buah : 8 Buah : 1 Buah : 2 Buah : Secukupnya : 1 buah

(10) Capasitor 10 F16 V : 1 Buah

Gambar 9. Skema blog rangkaian

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Prosedur Percobaan Adapun prosedur percobaan ini adalah (1) Merangkai semua komponen seperti skema blog rangkaian dengan menggunakan aplikasi proteus.

Gambar 10 Skema blog rangkaian (2) Membuat program di aplikasi code vision AVR. (3) Program yang dibuat dihubungkan dengan program simulasi proteus dengan menginputkan file .hex nya (4) Mencatat semua hasil percobaannya. 2.2 Hasil Percobaan 2.2.1 Algoritma (1) Deklarasi dataadc; nama[3]={0xcf,0x92,0x88}; nama2[4]={0x88,0x8e,0xcf,0x8e}; nim[10]={0xf9,0xf9,0x99,0xf9,0xf9,0x82,0xc0,0xc0,0xf9,0x80}; nim2[10]={0xf9,0xf9,0x99,0xf9,0xf9,0x82,0xc0,0xc0,8,0xc0}; hello[5]={0x89,0x86,0xc7,0xc7,0xc0}; int i; (2) Inisialisasi ADMUX = 0X60

ADCSRA = 0X83 PORTA = INPUT ADC PORTB = OUTPUT PORTC = OUTPUT PORTD = OUTPUT (3) Start konversi, ADSC = 1 (4) Tunggu sampai ADIF = 1 (5) Ambil data di ADCH => 8 bit, data ADCH diletakkan pada variabel dataadc (6) Tampilkan dataadc pada PORTB. (7) Seleksi : Bila dataadc < 50, maka menampilkan nama1 dan nim1 pada PORTC Bila dataadc <100, maka menampilkan nama2 dan nim2 pada PORTC Bila dataadc <150, maka menampilkan led geser ke kiri pada PORTD Bila dataadc <200, maka menampilkan led geser kekanan pada PORTD Bila dataadc <250, maka menampilkan hello pada PORTC serta led mati-nyala pada PORTD. (8) Ulangi langkah ke 3

2.2.2 Program #include <mega16.h> #include <delay.h> unsigned char dataadc; unsigned char nama[3]={0xcf,0x92,0x88}; unsigned char nama2[4]={0x88,0x8e,0xcf,0x8e}; unsigned char nim[10]={0xf9,0xf9,0x99,0xf9,0xf9,0x82,0xc0,0xc0,0xf9,0x80}; unsigned char nim2[10]={0xf9,0xf9,0x99,0xf9,0xf9,0x82,0xc0,0xc0,8,0xc0}; unsigned char hello[5]={0x89,0x86,0xc7,0xc7,0xc0}; int i; #define ADC_VREF_TYPE 0x60 unsigned char read_adc(unsigned char adc_input) { ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff); delay_us(10); ADCSRA|=0x40;

while ((ADCSRA & 0x10)==0); ADCSRA|=0x10; return ADCH; } void main(void) { PORTA=0x00;DDRA=0x00; PORTB=0x00;DDRB=0xFF; PORTC=0x00;DDRC=0xFF; PORTD=0x00;DDRD=0xFF; TCCR0=0x00; TCNT0=0x00; OCR0=0x00; TCCR1A=0x00; TCCR1B=0x00; TCNT1H=0x00; TCNT1L=0x00; ICR1H=0x00; ICR1L=0x00; OCR1AH=0x00; OCR1AL=0x00; OCR1BH=0x00; OCR1BL=0x00; ASSR=0x00; TCCR2=0x00; TCNT2=0x00; OCR2=0x00; MCUCR=0x00; MCUCSR=0x00; TIMSK=0x00;

ACSR=0x80; SFIOR=0x00; ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff; ADCSRA=0x83; while (1) { dataadc=read_adc(0); PORTB=dataadc; //MENU 1 if(dataadc<50) {for(i=0;i<3;i++) {PORTC=nama[i]; delay_ms(50); PORTC=0xff; delay_ms(70);}delay_ms(100); for(i=0;i<10;i++) { PORTC=nim[i]; delay_ms(50); PORTC=0xff; delay_ms(100);} } //MENU 2 else if(dataadc<100) {for(i=0;i<4;i++) {PORTC=nama2[i]; delay_ms(50); PORTC=0xff; delay_ms(70);}delay_ms(100); for(i=0;i<10;i++) { PORTC=nim2[i]; delay_ms(50); PORTC=0xff;

delay_ms(100);} } //MENU 3 else if(dataadc<150) {for(i=1;i<=128;i=i*2) {PORTD=i; delay_ms(60);} } //MENU 4 else if(dataadc<200) {for(i=128;i>=1;i=i/2) {PORTD=i; delay_ms(60);} } //MENU 5 else { for(i=0;i<5;i++) {PORTC=hello[i]; delay_ms(50); PORTC=0xff; delay_ms(70); PORTD=0xff;delay_ms(100); } } }; }

2.2.3 Flowchart

2.2.4 Simulasi (1) Menu 1 Menampilkan nama1 dan Nim1

(2) Menu 2 Menampilkan nama2 dan Nim2

(3) Menu 3 Led geser dari kanan kekiri

(4) Menu 4 Led geser dari kiri kekanan

(5) Menu 5 Menampilkan tulisan Hello dan led menyala semua

2.2.5 Hasil Praktikum (1) Menu 1 Menampilkan nama1 dan Nim1

(2) Menu 2 Menampilkan nama2 dan Nim2

(3) Menu 3 Led geser dari kanan kekiri

(4) Menu 4 Led geser dari kiri kekanan

(5) Menu 5 Menampilkan tulisan Hello dan led menyala semua

BAB III KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah Potensio digunakan untuk mengubah nilai ADC yang dihubungkan pada PORTA.0 sebagai input. Setiap perubahan nilai adc kurang dari 50 maka menampilkan NIM1 dan NAMA1 pada PORTC,setiap perubahan nilai adc kurang dari 100 maka menampilkan NIM2 dan NAMA2 pada PORTC, setiap perubahan nilai adc kurang dari 150 maka led pada PORTD geser kekiri, setiap perubahan nilai adc kurang dari 200 maka led pada PORTD geser kekanan dan setiap perubahan nilai adc kurang dari 250 maka menampilkan tulisan HELLO dan led diPORTD mati-menyala. Tegangan referensi (V ref) nya adalah 5 V.

You might also like