You are on page 1of 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan Pengertian pemeriksaan adalah pemeriksaan status kesehatan yang dilakukan oleh dokter atau teknisi medis yang memenuhi syarat (Kamus Kesehatan, 2009). 2.1.1 Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis) Anamnesis merupakan percakapan professional antara dokter dengan pasien untuk mendapatkan data atau riwayat penyakit yang dikeluhkan pasien. Informasi tentang riwayat pasien dibagi menjadi 3 bagian: riwayat sosial, dental dan medis. Riwayat ini memberikan informasi yang berguna merupakan dasar dari rencana perawatan (Lamlanto, 2010). 2.1.1.1 Riwayat dan Catatan Medis Guna menghindari informasi yang tidak relevan dan untuk mencegah kesalahan kelalaian dalam uji klinis, klinisi harus melakukan pemeriksaan rutin.Rangkaian pemeriksaan harus dicatat pada kartu pasien dan harus dijadikan sebagai petunjuk untuk melakukan kebiasaan diagnostik yang tepat. Pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut keluhan utama pasien,

riwayatmedis yang lalu, dan riwayat kesehatan gigi yang lalu diperiksa. Bila diperlukan lebih banyak informasi, pertanyaan-pertanyaan selanjutnya harus ditujukan kepada pasiendan harus dicatat secara hati-hati (Lamlanto, 2010).

2.1.1.2 Gejala-Gejala Subjektif Daftar isian medis yang lengkap yang berisi riwayat medis dan kesehatan gigi pasien terdiri dari gejala-gejala subjektif. Termasuk di dalam kategori ini adalah alasan pasien menjumpai dokter gigi, atau keluhan utama. Umumnya, suatu keluhan utama berhubungan dengan rasa sakit, pembengkakan, tidak berfungsi/estetik.Mungkin juga hanya karena ada sesuatu pada rontgen, yang dikeluhkan pasien. Apapun alasannya, keluhan utama pasien merupakan permulaan yang terbaik untuk mendapatkan suatu diagnosis yang tepat. Keluhan utama yang paling sering melibatkan perawatan adalah rasa sakit. Pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang bijaksana mengenai rasa sakitnya dapat menolong seorang ahli diagnostik menghasilkan suatu diagnosis sementara dengan cepat. Pasien harus ditanya tentang macam rasa sakit, lokasinya, lamanya, apa yang menyebabkannya, apa yang meringankannya, dan pernah atau tidak melibatkan tempat lain (Lamlanto, 2010). 2.1.1.3 Garis Besar Pencatatan Riwayat Riwayat Sosial : 1. Nama (termasuk nama singkat atau nama kecil alamat sekolah, saudara laki-laki dan perempuan). Dokter gigi harus memanggil dengan nama yang disukainya. Jawaban yang diberikan segera memberi petunjuk terhadapkarakter dan pikiran anak. Ia dapat menjawab dengan mudah, bersahabat,menunjukkan bahwa ia senang dan santai, atauia dapat menolak menjawabsama sekali, menunjukkan bahwa ia malu, cemas atau melawan (Lamlanto, 2010).

2. Binatang

peliharaan.

Kegiatan

yang

disukai

di

rumah

dan

disekolah.Pertanyaan sederhana tentang rumah dan sekolah adalah cara umum berkomunikasi dengan anak. Selain itu, jawabannya dapat menggali lebih jauhminat dan lingkungan rumah anak (Lamlanto, 2010). 3. Pekerjaan ibu adalah membawa anak pada kunjungan berikut. Yang palingsering ibulah yang membawa anak pada kunjungan pertama ke dokter gigi.Bila ada kesulitan, harus dipertimbangkan pada rencana perawatan, khususnya bila diperlukan perawatan yang lama. 4. Pekerjaan ayah. Golongkan keluarga menurut status social, berdasar pada pekerjaan ayah, lakukan penaksiran terhadap sikap keluarga terhadap perawatan gigi. Sering pekerjaan ayah dapat ditentukan sewaktu menanyakan pekerjaan ibu. Akan tetapi, kadang-kadang tidak dibenarkan untuk menanyakan hal ini, disini keterangan dapat diperoleh pada pertemuans elanjutnya, mungkin setelah menanyakan pada anak ingin jadi apa kelak kalau sudah besar? (Lamlanto, 2010).

Riwayat gigi: 1. Keluhan: Apakah pasien datang dengan keluhan tertentu ? Jika tidak, apaalasan kedatangannya? Misalnya: pemeriksaan rutin dianjurkan setelah pemeriksaan gigi di sekolah. Adalah penting mengetahui alasan kedatangan pasien. 2. Riwayat keluhan jika ada: jika keluhan sakit gigi, cari keterangan berikut: lokasi, rasa sakit, kapan mulai? Apakah terputus-putus atau terusmenerus? jika terputus-putus berapa lama berlangsungnya? Apakah

ditimbulkan rangsang panas, dingin atau manis atau sewaktu makan? Apakah rasa sakit menyebabkan anak terbangun di waktu malam? Apakah rasa berkurang/hilang dengan analgesia? Gejala-gejala sakit member indikasi macam kelainan pulpa, misalnya rasa sakit yang terputus dengan jangka waktu pendek yang disebabkan panas dingin atau manis; hiperemi pulpa; rasa sakit spontan, berat,membuat tidak bisa tidur; pulpitis akut; abses. Sayangnya, gejala yangdigambarkan anak atau orang tua samar dan kurang mempunyai nilai diagnostik (Lamlanto, 2010). 3. Riwayat kesehatan gigi yang lalu: Apakah perawatan gigi yang lalu dilakukan teratur atau tidak? Apakah pernah diberikan perawatan gigi di lain tempat? jika ya, Mengapa orang tua mengganti dokter gigi? Apakah anak pernahmengalami sesuatu dengan perawatan giginya? jika ya, Perawatan apakah?misalnya, penambalan, pencabutan, analgesia lokal dan anastesi umum? Keterangan perawatan gigi yang lalu menunjukkan sikap orang tua. Jika anak dibawa ke dokter gigi baru karena tidak bisa bekerja sama dengan dokter gigiyang lama, alasan ini perlu ditelusuri dengan teliti dengan member tahu anak bahwa dokter gigi menarik dan simpatik dan ia pasti akan mencari jalan untuk mengatasi masalah (Lamlanto, 2010). 4. Sikap anak terhadap setiap perawatan di atas (pada anak kecil, pendapat orangtua cukup relevan). Setiap sikap yang tidak menyenangkan selama perawatan harus diperhatikan dalam rencana perawatan mendatang. Telusuri setiap bentuk perawatan, dengan mengabaikan sikap anak terhadap perawatan tersebut menunjukkan kurangnya perhatian pada

perasaan anak yang tentunya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip penanganan pasien yang baik (Lamlanto, 2010). 5. Sikap orang tua terhadap perawatan gigi. Sikap dan harapan orang tuaterhadap perawatan gigi sangat berbeda, rencana perawatan yang diluar harapan jangan dilakukan sebelum menjelaskan dan menimbang keuntungannya (Lamlanto, 2010). Riwayat medis : 1. Penyakit jantung congenital. 2. Demam rematik. 3. Kelainan darah. 4. Penyakit saluran pernapasan. 5. Asma. 6. Hepatitis. 7. Penyakit gastrointestinal 8. Penyakit ginjal atau saluran kencing. 9. Penyakit tulang atau sendi. 10. Penyakit diabetes. 11. Penyakit kulit. 12. Kelainan congenita. 13. Alergi 14. Pengobatan belakangan atau yang sedang dilakukan. 15. Operasi sebelumnya atau penyakit serius. 16. Kelainan subnormal mental. 17. Epilepsy.

18. Riwayat penyakit serius dalam keluarga.

2.1.2 Pemeriksaan Objektif (Pemeriksaan Klinis) 2.1.2.3 Pemeriksaan Ekstra-oral Setiap kelainan ektraoral yang nampak yang dicatat selama pencatatan riwayatdapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-besar dan berat, cara berjalan, corak kulit, mata, bibir, simetri wajah, dan kelenjar limfe (Lamlanto, 2010). 2.1.2.4 Pemeriksaan Intra-oral Diharapkan agar kecemasan yang dirasakan oleh anak pada

kedatangannyadapat dikurangi atau dihilangkan selama periode pencatatan riwayat. Kemudian, anak harus duduk dengan tenang pada kursi perawatan. Pemeriksaan awal yang dilakukan pada keadaan seperti ini tidak perlumendetail. Jika digunakan sonde harus diingat bahwa terlihatnya alat yang tajam atauruncing dapat menyebabkan kecemasan dan kecerobohan dalam mempergunakan alat tersebut dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit. Perawatan sederhana dapat dimulai dengan anak dipangku orang tua, bila anak sudah percaya diri, ia akan dengan senang hati duduk sendiri (Lamlanto, 2010). 1. Jaringan lunak: mukosa pipi, bibir, lidah, tonsil, palatum lunak, palatum kerasdan gingival. 2. Gigi: kebersihan mulut, keadaan gigi-gigi, posisi gigi-gigi-crowding, spasing, drifting, oklusi (Lamlanto, 2010).

2.1.2.5 Gejala Objektif Gejala objektif ditentukan oleh pengujian dan observasi yang dilakukan olehseorang klinisi. Pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan visual dan taktil Uji klinis yang paling sederhana adalah pemeriksaan berdasarkan penglihatan.Hal ini terlalu sering hanya dilakukan sambil lalu selama pemeriksaan, dansebagai hasilnya, banyak informasi penting hilang. Suatu pemeriksaan visual dantaktil jaringan keras dan lunak yang cermat mengandalkan pada pemeriksaan three Cs: color, contour, dan consistency (warna, kontur dan konsistensi). Pada jaringan lunak, seperti gusi, penyimpangan dari warna merah muda sehat dapat dengan mudah dikenal bila terdapat inflamasi. Suatu perubahan kontur yang timbul dengan pembengkakan, dan konsistensi jaringan yang lunak, fluktuan, atau seperti bunga karang yang berbeda dengan jaringan normal, sehat dan kuat adalah indikatif dari keadaan patologik (Lamlanto, 2010). 2. Perkusi Uji ini memungkinkan seseorang mengevaluasi status periodonsium sekitar suatugigi. Gigi diberi pukulan cepat dan tidak keras, mula-mula dengan jari dengan intensitas rendah, kemudian intensitas ditingkatkan dengan menggunakan tangkai suatu instrumen, untuk menentukan apakah gigi merasa sakit. Suatu responsensitif yang berbeda dari gigi disebelahnya, biasanya menunjukkan adanya perisementitis

(periodontitis). Walaupun perkusi adalah suatu cara sederhanamenguji,

tetapi dapat menyesatkan bila digunakan sebagai alat tunggal. Untuk menghilangkan bias pada pihak pasien, harus diubah rentetan gigi yang diperkusi pada tes yang berturut-turut. Sering juga, arah pukulan harus diubah dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau lingual mahkota dan masing-masing tonjol dipukul dengan urutan berbeda. Akhirnya, sambil mengajukan pertanyaan pada pasien mengenai rasa sakit gigi tertentu, klinisi akan memperoleh suatu respon yang lebih benar, bila pada waktu yang sama diperhatikan gerakan badan pasien, reflex respon rasa sakit, atau bahkan suatu espon yang tidak diucapkan. Jangan melakukan perkusi gigi sensitif melebihi toleransi pasien. Masalah ini dapat dihindari dengan melakukan tekanan ringan pada beberapa gigi sebelum melakukan perkusi. Untuk menghilangkan bisa pada pihak pasien, harus diubah rentetan gigi yang diperkusi pada tes yang berturut-turut. Sering juga, arah pukulan harus diubah dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau lingual mahkota dan masing-masing tonjol dipukul dengan urutan berbeda. Akhirnya, sambil mengajukan pertanyaan pada pasien mengenai rasa sakit gigi tertentu, klinisi akan memperoleh suatu respon yang lebih benar, bila pada waktu yang sama diperhatikan gerakan badan pasien, reflex respon rasa sakit, atau bahkan suaturespon yang tidak diucapkan. Jangan melakukan perkusi gigi sensitif melebihi toleransi pasien. Masalah ini dapat dihindari dengan melakukan tekanan ringan pada beberapa gigi sebelum melakukan perkusi (Lamlanto, 2010).

Gambar 1: Tes Perkusi Sumber: Pathway of the Pulp. 6. Thed. 3. Palpasi Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari menggunakan tekanan ringanuntuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa sakit. Meskipun sederhana,tetapi merupakan suatu tes yang penting.Nilainya terletak dalam menemukan pembengkakan yang meliputi gigi yang terlibat dan menentukan hal-hal berikut : (1) apakah jaringan fluktuan dan cukup membesar untuk insisi dan drainase. (2) adanya, intensitas dan lokasi rasa sakit. (3) adanya dan lokasi adenopati dan (4) adanya krepitus tulang. Bila palpasi digunakan untuk menentukan adenopati sebaiknya berhati-hati bila melakukan palpasi nodus limfa pada infeksi akut, untuk menghindari kemungkinan penyebaran infeksi melalui

pembuluh limfatik. Bila gigi-gigi posterior terinfeksi, maka secara diagnostik nodus limfa submaksiler turut terlibat. Infeksi pada gigi-

gigi anterior bawah kemungkinan menyebabkan pembengkakan nodus limfa submental. Bila infeksi terbatas pada pulpa dan tidak berlanjut pada periodonsium, palpasi tidak merupakan saran diagnostik. Palpasi, perkusi, mobilitas, dan depresibilitas adalah lebih untuk menguji periodontiumdaripada pulpa (Lamlanto, 2010).

Gambar 2: Tes Palpasi Sumber: Pathway of the Pulp. 6 th.ed

4. Mobilitas-Depresibilitas Tes mobilitas digunakan untuk mengevaluasi integritas apparatus pengikat disekeliling gigi. Tes ini terdiri dari menggerakkan suatu gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan menggunakan jari atau, lebih diutamakan, menggunakan tangkai dua instrument. Tujuan tes ini adalah untuk menentukan apakah gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi periodonsium; makin besar gerakannya, makin jelek status periodontalnya.Demikian pula, tes untuk depresibilitas adalah dengan menggerakkan gigi ke arahvertikal dalam soketnya. Tes ini dapat dilakukan dengan jari atau instrumen. Bila dijumpai depresibilitas, kemungkinan untuk

mempertahankan gigi berkisar antara jelek dan tidak ada harapan.Satu klasifikasi mobilitas menetapkan mobilitas derajat pertama sebagai gerakangigi yang nyata dalam soketnya mobilitas derajat kedua adalah gerakan gigidalam jarak 1 mm, dan mobilitas derajat ketiga adalah gerakan lebih besar daripada 1 mm atau bila gigi dapat ditekan (Lamlanto, 2010).

Gambar: 3 Tes Mobilitas Sumber: Pathway of the Pulp. 6 th.ed.

5. Radiografi Radiografi adalah salah satu alat klinis paling penting untuk membuat diagnosis. Alat ini memungkinkan pemeriksaan visual struktur mulut yang tidak mungkin dapat dilihat dengan mata telanjang. Tanpa alat ini tidak mungkin dilakukandiagnosis, seleksi kasus, perawatan, dan evaluasi penyembuhan luka. Praktik kedokteran gigi tidak mungkin dilakukan tanpa radiograf. Untuk dapat menggunakan radiograf dengan tepat, seorang klinisi harusmempunyai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk dapatmemberikan interpretasi secara tepat. Diperlukan suatu pengertian seksamatentang anatomi

normal dan anomalinya yang mendasarinya dan perubahan yangdapat timbul yang disebabkan oleh ketuaan, trauma, penyakit dan penyembuhan. Dengan demikian, baru bayangan hitam-putih

berdimensi-dua yang diproses pada film ini mempunyai arti (Lamlanto, 2010).

2.2 Karies Gigi Karies gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada anak-anak di Negara berkembang termasuk Indonesia, dan cenderung meningkat pada setiap dasawarsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% anak mengalami karies. Angka ini diduga lebih parah di daerah daripada di kota dan pada anak-anak golongan ekonomi menengah ke bawah. Kondisi ini tentu saja berpengaruh pada derajat kesehatan anak, proses tumbuh kembang bahkan masa depan mereka (Depkes RI., 2000). Data SKRT (2004) menyatakan bahwa, prevalensi karies mencapai 90,06%. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 melaporkan bahwa prevalensi karies gigi aktif pada usia 12 tahun sebesar 29,8% dengan indeks DMF-T 0,91 dan mencapai 4,46 pada usia 35-44 tahun (Depkes RI, 2008).

2.2.1 Definisi Karies Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan cementum yang disebabkan oleh aktivitas jazad renik terhadap suatu jenis karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi

jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya (Kidd, 1992). Karies merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi antara (produk-produk) seperti: mikroorganisme, ludah, bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email (Kidd, 1992).

2.2.2

Faktor Terjadi Karies Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya

beberapafaktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih (Kidd, 1992).

2.2.2.1 Faktor Agen Atau Mikroorganisme Bakteri kariogenik memiliki tiga sifat yang menyebabkannya berperan dalamproses karies. Bakteri tersebut harus mampu melekat pada permukan gigi, bakteri tersebut mampu memproduksi asam (acidogenic) dan bakteri dapat bertahan hidupdan berfungsi di dalam lingkungan yang asam (aciduric) (Pinkham, 2005).Streptococcus mutans(S. mutans dan S. sobrinus) merupakan kelompok utama bakteri yang terlibat dalam awal terjadinya demineralisasi email. Fermentasi karbohidrat yang terus menerus menyebabkan pertumbuhan Streptococcus mutans yang cepat, dan meningkatnya produksi asam organik, peningkatan matrikspolisakarida ekstraseluler dan suatu perubahan relatif pada komponen mikroflora yang dapat meningkatkan risiko karies gigi (Kidd, 1992).

Setelah terbentuk lubang pada email, lactobacillimemegang peranan yangsangat penting. Pada proses karies, saat pH pada plak mulai menurun di bawah levelkritis (sekitar 5,5), asam yang dihasilkan mulai menyebabkan demineralisasi email (Kidd, 1992).

2.2.2.2 Substrat Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karenamembantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada padapermukaan email (Pintauli dan Hamada, 2008). Bakteri menggunakan hasil fermentasi karbohidrat untuk energi dan produk akhir glikolisis pada metabolisme bakteri adalah asam. Sukrosa merupakankarbohidrat yang paling mudah difermentasi (Kidd, 1992).

2.2.2.3Faktor Tuan Rumah Dalam terjadinya proses karies, kualitas struktur gigi dan saliva merupakanfaktor tuan rumah utama yang perlu diperhatikan (Cameron and Widmer, 2008). Pitdan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Email merupakan jaringan tubuh dengansusunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat,fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Kepadatan kristal

email sangat menentukan kelarutan email. Semakin banyak email mengandung mineral, maka kristal email semakin padat dan email akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap (Kidd, 1992). Pertahanan utama alami terhadap karies adalah saliva. Saliva tidak hanyamenghilangkan sisa makanan dan menetralkan asam yang dihasilkan oleh plak, tetapi juga memiliki efek buffer terhadap pH pada saliva dan plak (Kidd, 1992).

2.2.2.4 Waktu Asam dapat menyebabkan hancurnya kristal email sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan email. Hal ini dapat terjadi beberapa bulan sampai tahunan tergantung dari intensitas dan frekuensi konsumsi asam. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam mulut (karena mulut mengandung beberapa bakterikariogenik) terjadi demineralisasi dan remineralisasi yang terus menerus, oleh sebab itu seorang individu tidak pernah terbebas dari karies. Proses demineralisasi dan remineralisasi email secara konstan merupakan suatu siklus antara hilangnya dan diperolehnya mineral. Karies terjadi jika keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi terganggu, sehingga demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi. Hasil jangka panjang dari siklus ini ditentukan oleh: 1.Komposisi dan jumlah plak. 2.Konsumsi gula (frekuensi dan waktu). 3.Paparan fluoride.

4.Aliran dan kualitas saliva. 5.Kualitas email. 6.Respon imun (Kidd, 1992). 2.2.3 Karies Pada Balita (Nursing Mouth Caries) NMC merupakan suatu keadaan yang menggambarkan karies pada anak dimana dihubungkan dengan kebiasaan minum susu menggunakan botol susu yang berisi cairan karbohidrat yang dapat diragikan maupun cairan manis lainnya seperti susu dan jus buah sepanjang hari dan saat tidur siang maupun malam hari. (Kidd, 1992). Pendapat lain NMC adalah suatu bentuk karies rampan yang bersifat agresif yang biasanya dihubungkan dengan pemberian susu yang tidak tepat bukan hanya melalui botol yang mengandung cairan manis tapi juga melalui pemberian air susu ibu (ASI) dalam jangka waktu yang lama. Istilah NMC dipakai untuk menunjukkan kerusakan karies yang sangat luas pada bayi dan anak-anak. Kondisi ini dikenal sebagai karies gigi sulung yang umumnya terjadi setelah beberapa bulan erupsi yang mengenai gigi anterior rahang atas dan molar sulung khususnya pada anak-anak usia 0-3 tahun. Gambaran klinis dari NMC mempunyai pola dan tipe yang khusus . Gambaran pola kariesnya terlihat jelas, dengan lesi terutama pada bagian labial gigi insisif atas, dan atau pada palatal molar atas. Tipe kariesnya sejalan dengan lengkung gusi gigi insisif rahang atas. Proses kariesnya cenderung aktif, gigi lainnya akan terpengaruh sejalan dengan erupsinya yaitu akan mengenai molar kesatu rahang atas, kaninus rahang bawah dan molar kedua, namun jarang mengenai insisif rahang bawah, hal ini mungkin

terjadi karena posisinya yang terlindung oleh lidah. Proses terjadinya karies pada maksila dan mandibula di atas tergantung dari tiga faktor yaitu urutan erupsi, lamanya melakukan kebiasaan, dan pola otot saat bayi menghisap (Kidd, 1992).

Gambar 3. Lesi pada Permukaan Labial Gigi Insisif Rahang Atas dan Gigi Anterior Rahang Bawah Tidak Mengalami Karies

2.2.3.1 Perawatan Nursing Mouth Caries Pemilihan bahan dan teknik perawatan secara tepat perlu dipertimbangkan sejak awal. Telah banyak alat dan bahan kedokteran gigi yang berkembang di pasaran, sehingga pengetahuan mengenai alat dan bahan tersebut perlu diketahui secara jelas dan lengkap. Penentuan teknik perawatan NMC sangat ditentukan oleh diagnosa yang tepat. Pada gigi dengan karies yang telah mengenai saluran akar hendaknya dilakukan perawatan endodontik terlebih dahulu sebelum dilakukan penambalan, sedangkan pada gigi dengan karies yang belum mengenai pulpa dapat langsung dilakukan penambalan (Kidd, 1992).

2.2.3.2 Perawatan Endodontik Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada anak mirip dengan pasien dewasa, yaitu untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi simtom, dapat berfungsi dengan baik dan tidak ada tanda-tanda patologis yang lain. Faktor pertimbangan khusus diperlukan pada saat memutuskan rencana perawatan yang sesuai untuk gigi geligi sulung yaitu untuk mempertahankan panjang lengkung rahang. (Penatalaksanaan Nursing Mouth Caries.pdf)

2.3 Dental Health Education (DHE) 2.3.1 Pengertian Dental Health Education (DHE) adalah suatu usaha terencana dan terarah dalam bentuk pendidikan non formal yang berkelanjutan (Bastian, 2000). Suatu bentuk kerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat (Bastian, 2000). Pendidikan kesehatan gigi adalah semua aktifitas yang membantu menghasilkan penghargaan masyarakat akan kesehatan gigi dan memberikan pengertian akan cara-cara bagaimana memelihara kesehatan gigi dan mulut. Jadi dengan adanya pendidikan kesehatan gigi dan mulut ini diharapkan keadaan yang

bertambah baik. Yang akhirnya akan diperoleh derajat kesehatan mulut setinggi tingginya. (Bastian, 2000).

2.3.2 Tujuan Dhe Untuk merubah sikap dan tingkah laku individu atau sekelompok orang yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang mengarah kepada upaya hidup sehat. Perubahan sikap dan tingkah laku tersebut melalui proses dan proses memerlukan sumberdaya baik tenaga pengajar atau orang yang mampu memberikan informasi, sarana dan prasarana, maupun waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya proses. Menurut Glickman (1979), tujuan pendidikan kesehatan gigi adalah : 1. Meningkatkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeliharan kesehatan gigi dan mulut. 2. Menghilangkan atau paling sedikit mengurangi penyakit gigi dan mulut dan gangguan lainnya pada gigi dan mulut.

You might also like