You are on page 1of 9

7.

Rencana Asuhan keperawatan pada Klien dengan Sexual Abused No. 1. Diagnosa Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d cedera (inflamasi atau kerusakan jaringan Tujuan Tupan : Nyeri terkontrol/hilang Intervensi Mandiri 1. Dorong pengungkapan perasaan Rasional 1. 2. Berikan aktivitas hiburan, misalnya membaca, berkunjung, dan menonton televisi 3. Lakukan tindakan paliatif, misalnya ; pengubahan posisi 4. 4. Instruksikan pasien/dorong untuk menggunakan visualisasi/bimbingan imajinasi, relaksasi progresif, teknik napas dalam 1. Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit Memfokuskan kembali perhatian; mungkin dapat meningkatkan kemampuan untuk menanggulangi Meningkatkan relaksasi/menurunkan tegangan otot Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat

Tupen : kerusakan jaringan telah membaik ditandai dengan tidak adanya inflamasi dengan DO : robekan di kriteria hasil : 2. fourchette posterior - Klien menunjukan posisi / dan ruptur hymen ekspresi wajah rileks - Klien dapat tidur/beristirahat adekuat 3.

Kolaborasi 1. Berikan analgesik/antipiretik 2. Ketidakefektifan koping individu - mengekspresikan perasaan Mandiri tidak berdaya,takut,marah, 1. Luangkan waktu dengan klien dan dorong klien mengekspresikan perasaan bersalah,cemas,dsb perasaannya dengan berbincang, - memperlihatkan berkurangnya menulis,menangis dan sebagainya. perilaku menarik diri, depresi Terima perasaan klien,termasuk rasa atau cemas bersalah,marah,takut,dan peduli terhadap - menunjukkan penggunaan yang menganiaya. teknik koping yang efektif dalam merespon situasi yang penuh tekanan.

Memberikan penurunan nyeri /tidak nyaman; mengurangi demam.

1. Situasi yang abusive menimbulkan berbagai perasaan yang perlu klien ekspresikan, termasuk rasa duka terhadap kehilangan suatu hubungan yang sehat atau ideal, rasa percaya,kesehatan,harapan, rencana,keamanan finansial dan rumah. Selain itu, korban penganiayaan sering kali merasa bahwa mereka pantas dianiaya, atau penganiayaan seharusnya

2.

Ketika berinteraksi dengan klien, beri petunjuk dan dukungan kepada klien dalam membuat keputusan,mencari bantuan, mengekspresikan kekuatan, menyelesaikan masalah,dan mencapai keberhasilan. Akui usaha klien dalam interaksi,aktivitas dan rencana terapinya.

tidak terjadi. Pada akhirnya, penganiayaan dalam suatu hubungan tidak menghentikan rasa peduli. 2. Klien mungkin tidak melihat kekuatan atau upayanya sebagai hal yang berharga dan mungkin pernah dianiaya ketika memperlihatkan kekuatannya di masa lalu. Dukungan yang postif dapat membantu menguatkan upaya klien dan meningkatkan pertumbuhan dan harga diri klien. Klien dapat mencoba perilaku baru atau perilaku yang tidak biasanya dalam lingkungan yang tidak mengancam dan suportif. Klien perlu mempelajari keterampilan yang efektif dan membuat keputusannya sendiri. Ketika klien membuat suatu keputusan, ia dapat menikmati keberhasilan dalam membuat keputusan atau belajar bahwa ia dapat bertahan dari suatu kesalahan dan mengidentifikasi alternatif. Klien dalam hubungan yang abusive sering kali dikucilkan oleh masyarakat dan tidak memiliki keterampilan social atau rasa percaya diri.

3.

Gunakan teknik bermain peran dan terapi kelompok untuk menggali dan menguatkan perilaku yang efektif. 3.

4.

Ajarkan keterampilan koping dan keterampilan menyelesaikan masalah klien. Dukung upaya klien dalam membuat keputusan; jangan membuat keputusan untuk klien atau member nasihat.

4.

5.

Dorong klien untuk berinteraksi dengan klien lain dan membina hubungan dengan orang lain di luar rumah sakit. Bantu klien atau fasilitasi interaksi klien sesuai kebutuhan. Rujuk klien ke sumber-sumber dan tenaga professional yang tepat untuk mendapatkan perawatan anak,bantuan

5.

6.

ekonomi dan pelayanan sosial lain. 7. Bantu klien mengidentifikasi dan menghubungi sistem pendukung, pusat krisis,shelter dan sumber komunitas yang lain. Berikan informasi tertulis kepada klien (mis; nomor telepon sumber tersebut)

6.

Perilaku yang abusive sering kali terjadi ketika stressor ekonomi atau stressor lain muncul atau meningkat. Klien dalam hubungan yang abusive sering kali dikucilkan dan tidak menyadari dukungan atau sumber yang tersedia. Menghubungi individu atau kelompok sebelum klien pulang dapat efektif dalam memastikan kontak yang berkelanjutan.

7.

3.

Ketidakefektifan koping keluarga

Tupen: keluarga mendapatkan dukungan yang adekuat. Tupan: Keluarga memperlihatkan bukti interaksi positif dengan anak.

Mandiri 1. Bantu mengembangkan rasa percaya melalui hubungan keluarga/perawat. 2. Identifikasi dinamika keluarga dan kaji bagaimana hal ini berpengaruh pada saat ini. Dorong komunikasi terbuka antara klien dengan keluarga. Bimbing klien / keluarga dalam menghubungkan rasa marah dan perasaan yang berpusat pada seputar kurangnya pengaruh dalam perilaku keluarga. Dorong klien /keluarga untuk membuat keputusan dalam lingkungan pergaulan.

3. 4.

1. Dasar kepercayaan dan stabilitas dapat dibangun melalui kesinambungan dan konsistensi asuhan. 2. Pola keluarga yang terbangun mempengaruhi bagaimana situasi saat ini berkembang, sebagaimana masalah perlu diselesaikan dan diubah saat ini. 3. Pola komunikasi mempengaruhi tingkat fungsi dari setiap anggota keluarga. 4. Dengan memahami dinamika internal kemarahan menimbulkan penerimaan terhadap masalah dalam dirinya sendiri. 5. Pengambilan keputusan mengembangkan perasaan harga diri dan kompetensi.

5.

Kolaborasi

1. Dorong keluarga untuk berpartisipasi


dalam terapi keluarga.

1. Memampukan keluarga untuk


mengatasi masalah yang mempengaruhi seluruh system dalam keluarga.

4.

Harga Diri Rendah

Tupan : Mengungkapakan peningkatan harga diri dalam hubungannya dengan situasi saat ini. Tupen : Menyebutkan pemahaman evaluasi negatif diri dan alasan masalah ini. Menunjukkan perubahan perilaku / pola hidup untuk meningkatkan harga diri positif.

Mandiri 1. Lanjutkan hubungan saling mempercayai, suportif, dan menenangkan. 2. Perhatikan bahasa tubuh dan sikap terlalu waspada.

3. Mulai dengan hati-hati saat membantu klien mengingat kembali atau menyelidiki area hidup yang mungkin dilupakannya

1. Komunikasi , pertumbuhan, dan berbagai kesadaran dalam suatu atmosfer penerimaan dan kepercayaan. 2. Setelah periode menguji realibilitas pemberi asuhan atau ahli terapi, klien mungkin mulai mengurangi kewaspadaanya mengindikasikan terbentuknya hubungan saling percaya dan keterbukaan untuk kemajuan terapi. 3. Pengajuan pertanyaan dan salah persepsi serta fantasi klien sendiri dapat menyebabkan kesimpulan yang tidak akurat dan penuduhan, yang mungkin merusak klien dan keluarga. 4. Perhatian individual menunjukkan kemaknaan individu tersebut. Keterampilan komunikasi berkembang karena interaksi yang sering. 5. Mengenal dan mengekspresikan perasaan mengurangi perlunya diplacement dan penyangkalan. Hal ini langsung berfokus pada energi masalah dan solusi alternatif. 6. Sindrom menyalahkan diri

4. Jadwalkan waktu untuk interaksi dan komunikasi klien/perawat 1 : 1

5. Gali dan diskusikan perasaan penolakan dan kemarahan yang berhubungan dengan situasi individu. 6. Kaji isi pembicaraan negatif diri

7. Pertahankan sikap positif terhadap klien, berikan kesempatan bagi klien untuk melatih kontrol sebanyak mungkin. 8. Diskusikan ketidak akuratan persepsi diri dengan klien atau orang terdekat. Bantu klien untuk mengenali pandangn diri sebagai korban . 9. Bantu klien mengidentifikasi tujuan yang dapat dicapai secara pribadi dan suportif untuk diri sendiri. 10. Perkuat aktivitas dalam bidang yang diminati klien , tugas yang dapat diselesaikan klien dengan sempurna, serta beri pujian diri ketika kegiatan ini tercapai. 11. Dorong partisipasi dalam aktivitas dengan kelompok teman sebaya (mis. keluar rumah, berpetualang, berenang). 12. Libatkan dalam aktivitas untuk mengembangkan penampilan pribadi (mis. tata rias wajah, gaya rambut, pemilihan baju). 13. Beri penguatan positif jika terdapat kemajuan

sendiri tentang apa yang terjadi umumnya terjadi pada klien, selain itu sindrom ini mungkin dikuatkan oleh respon negatif individu atau permusuhan dari anggota keluarga, perasaan malu/ bersalah dalam diri. 7. Kerja sama dapat diperkuat ketika klien merasa diterima dan dilibatkan dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan 8. Klien mungkin tidak melihat aspek positif diri yang dilihat orang lain dan menyadarkan diri dapat membantu perubahan persepsi 9. Memberi arah bagi klien untuk maju. 10. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan membangun kepekaan sendiri mengurangi keinginan untuk melakukan perilaku mengganggu. 11. Interaksi sosial dan penerimaan teman sebaya ada di dalam tugas fase perkembangan ini. Partisipasi membantu mengembangkan keterampilan sosial. 12. Bagaimana individu berpenampilan memengaruhi perasaan tentang diri sendiri dan dapat mengembangkan kepekaan terhadap diri sendiri.

Kolaborasi 1. Beri terapi dalam konsultasi situasi tim dan cari konsultasi kelompok yang sesuai.

13. Membantu klien menerima diri sendiri sebagai orang yang berarti. Kata-kata positif yang memberi dukungan akan mengembangkan perilaku koping. 1. Kesempatan diskusi terbuka, meningkatkan wawasan pribadi ahli terapi tentang perilaku penganiayaan klien, dengan terlalu membuktikan pada klien, dengan munculnya sistem hukum kriminal, menunutut retribusi atau perlu menyelamatkan klien, yang mungkin menyebabkan pemindahan masalah dan menganggu kemajuan terapi. 2. Membantu mempelajari keterampilan untuk meningkatkan harga diri 3. Tipe, keparahan, frekuaensi, durasi dan usia individu pada saat penganiayaan mempengaruhi penyembuhan.terapi kelompok memberi kesempatan berbagi penyembuhannya sendiri dengan korban atau perilaku lain lain.

2. Libatkan dalam kelas seperti latihan asertif, citra diri positif, keterampilan komunikasi. 3. Rujuk pada spesialis perawat kilinis, psikolog, terapi sesuai induksi

5.

Resiko trauma berhubungan dengan pemerkosaan(pengania yaan seksual), karakteristik anak.

Tupen:Klien tidak lagi mengalami penganiayaan Tupan: Klien tidak mengalami cedera

Mandiri 1. Tinjau ulang keluhan/cedera fisik meliputi keluhan yang menunjukkan kemungkinan penganiayaan seksual (misal infeksi kandung kemih,memar di area genital atau perilaku seksual yang tidak sesuai) .

1. Tanda penganiayaan fisik lebih mudah dikenali. Klien ini menunjukkan tanda-tanda gangguan emosi, afek yang tidak sesuai dan perilaku seperti menarik diri, menyimpang, atau sikap bunuh diri meskipun tidak

2. Identifikasi masalah individu klien.

3. Wawancarai pelaku/keluarga dengan cara yang tidak menghakimi, tunjukkan perhatian yang bijak dan professional pada individu. 4. Hindari menyalahkan atau menuduh klien selama wawancara.

ada tanda-tanda penganiayaan fisik menunjukkan adanya penganiayaan emosi. 2. Masalah akan bervariasi bergantung pada situasi individu dan mempengaruhi pilihan intervensi. 3. Dapat memberi klien pemahaman terhadap resiko dan potensi pengulangan perilaku. 4. Klien akan bereaksi dengan marah atau permusuhan atau mungkin menarik diri, sehingga sulit memperoleh informasi yang akurat. Interaksi terapeutik dapat membantu proses penyelidikan. 5. Klien dan orang tua/anggota keluarga akan berespon lebih positif pada pendekatan perawatan dan lebih siap untuk membantu memperbaiki masalah yang melatarbelakangi saat mengatasi dengan cara ini. 6. Kejadian tersebut dapat membuat klien depresi dan tidak dapat melupakan kejadian yang membuat klien trauma. 7. Memberi petunjuk perlunya perubahan untuk mencegah masalah lebih lanjut.

5. Gunakan pertanyaan terbuka dengan cara yang halus dan peduli. Bicara sesuai tingkat perkembangna individu (misal remaja,anak, atau dewasa). Beri privasi berdasarkan usia, kondisi dan situasi.

6. Jangan bertanya dan mengingatkan kejadian yang membuat klien trauma.

7. Evaluasi keluarga dan lingkungan rumah. Perhatikan pada area yang membuat klien stress berkaitan dengan peristiwa pemerkosaan tersebut. Kolaborasi

1. Individu yang terlibat perlu membedakan antara validasi emosi dan ketidaksesuaian

1. Rujuk pada terapi individu/keluarga.

perilaku.

6.

Resiko infeksi b.d penetrasi penis ke dalam vagina (cedera / robekan pada forchette posterior dan rupture hymen)

Infeksi tidak terjadi

Mandiri 1. Pantau adanya infeksi: demam, menggigil, dan diaforesis; batuk; napas pendek; nyeri oral atau nyeri menelan; bercak berwarna krim di dalam rongga oral; sering berkemih, dorongan (urgensi) atau disuria; kemerahan, bengkak, atau drainase dari luka; lesi vesikular di wajah, bibir, atau area perinal. 2. Ajarkan klien atau pemberi perawatan tentang perlunya melaporkan kemungkinan infeksi. 3. Pantau jumlah sel darah putih dan diferensil. 4. Instruksikan pasien cara mencegah infeksi. a. Bersihkan permukaan kamar mandi dengan disinfektan. b. Bersihkan tangan secara seksama setelah terpajan cairan tubuh c. Membalik, batuk, dan napas dalam, khususnya ketika aktivitas dikurangi. d. Pertahankan aktivitas area perianal.

1. Deteksi dini terhadap infeksi penting untuk melakukan tindakan segera. Infeksi lama dan berulang memperberat kelemahan klien.

2. Berikan deteksi dini terhadap infeksi. 3. Peningkatan SDP dengan infeksi. dikaitkan

4. Minimalkan pada infeksi dan penularan infeksi pada orang lain.

You might also like