You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. (Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 2011) Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan (distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir. (Mansjoer, A dkk. 2001)

Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi.3Pemeriksaan USG juga bermanfaat dalam menegakkan adanya plasenta previa.6

Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang antara lain: RSUP Dr. Pirngadi, Medan 0,6%; RS Hasan sadikin, Bandung 1,9%; RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1% dari 12827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3% dan Holland 0,5 0,6%.( Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 2011)

Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang di samping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan

ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin. ( Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 2011)

Anemia

pada

kehamilan

merupakan

masalah

nasional

karena

mencerminkan

nilai

kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada kehamilan disebut potensial danger to mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak). Karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan. Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb kurang dari 11 gr% sebagai dasarnya. Pada pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah kekurangan zat besi, kekurangan vitamin B12, pemecahan sel darah merah lebih cepat dari pembentukannya, dan gangguan pembentukan sel darah. Menurut catatan dan perhitungan Dep.Kes di Indonesia sekitar 67 % bumil mengalami anemia dalam berbagai jenjang. Tingginya kejadian anemia pada ibu hamil dapat mencerminkan ketidakmampuan social ekonomi keluarga atau seluruh komponen bangsa karena nilai gizi tidak memenuhi syarat kessehatan.

B. Tujuan

Makalah ini disusun untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang kejadian, factor resiko dan pendekatan standar

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. LETAK LINTANG

1. Pengertian

Letak lintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam persalinan sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu (termasuk di dalamnya bila janin dalam posisi oblique).

Letak lintang kasep adalah letak lintang kepala janin tidak dapat didorong ke atas tanpa merobekkan uterus (Llweilyn. Jones, D. 2005)

2. Insidensi Angka kejadian letak lintang berkisar antara 0,5 2 %. Dari beberapa rumah sakit pendidikan di Indonesia dilaporkan : Medan 0,6 %, Jakarta 0,1 % (1948), Bandung 1,9 %. Grenhill melaporkan 0,3 %.

Klasifikasi Letak Lintang Letak lintang dapat dibagi menjadi 2 macam, yang dibagi berdasarkan: 1. a. b. 2. a. Letak kepala Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu Letak punggung Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso-anterior 3

b. c. d.

Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-superior Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-inferior

Frekuensi letak lintang dalam literatur disebutkan sekitar 0,5%-2%. Sedangkan di Indonesia sekitar 0,5%. Letak lintang lebih banyak pada multipara daripada primipara, karena yang menjadikan letak lintang pada umumnya hampir sama dengan kelainan yang menyebabkan presentasi bokong. Namun harus dikemukakan satu faktor yang terpenting , yaitu jika ruang rahim memberi kesempatan bagi janin untuk bergerak lebih leluasa. Ini mungkin, jika dinding uterus dan dinding perut ibu sudah begitu lembek, misalnya pada wanita grandemultipara, atau malah pada panggul sempit.

3. Etiologi

Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Faktor faktor tersebut adalah :

Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta previa, dan tumor tumor pelvis.

Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati.

Gemelli (kehamilan ganda)

Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum

Lumbar skoliosis 4

Monster

Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh.

Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek. ( Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 2011)

4. Diagnosis

(1) Inspeksi

Perut membuncit ke samping

(2) Palpasi

Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan

- Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke dalam pintu atas panggul

- Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri

(3) Auskultasi

Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.

(4) Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)

- Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.

- Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.

- Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.

- Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.

5. Mekanisme Persalinan

Anak normal yang cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan dalam letak lintang. Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil (prematur), sudah mati dan menjadi lembek atau bila panggul luas.( Llweilyn. Jones, D. 2005)

Beberapa cara janin lahir spontan

a Evolutio spontanea

1) Menurut DENMAN

Setelah bahu lahir kemudian diikuti bokong, perut, dada, dan akhirnya kepala.

2). Menurut DOUGLAS

Bahu diikuti oleh dada, perut, bokong dan akhirnya kepala.

b. Conduplicatio corpora Kepala dan perut berlipat bersama sama lahir memasuki panggul. Kadang kadang oleh karena his, letak lintang berubah spontan mengambil bangun semula dari uterus menjadi letak membujur, kepala atau bokong, namun hal ini jarang terjadi. Kalau letak lintang dibiarkan, maka bahu akan masuk ke dalam panggul, turun makin lama makin dalam sampai rongga panggul terisi sepenuhnya oleh badan janin. Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR meregang. Hal ini disebut Letak Lintang Kasep = Neglected Transverse Lie

Adanya letak lintang kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri mengancam; bila tangan dimasukkan ke dalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta dengan narkosa yang dalam tetap sulit merubah letak janin.

Bila tidak cepat diberikan pertolongan, akan terjadi ruptura uteri dan janin sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam rongga perut.

Pada letak lintang biasanya :

- ketuban cepat pecah

- pembukaan lambat jalannya

- partus jadi lebih lama

- tangan menumbung (20-50%)

- tali pusat menumbung (10%)

Keterangan :

VL : Versi Luar

VE : Versi Ekstraksi

10

6. Prognosis Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. ( Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 2011) Bagi ibu

Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.( Llweilyn. Jones, D. 2005) Bagi janin Angka kematian tinggi (25 49 %), yang dapat disebabkan oleh :

(1) Prolasus funiculi

(2) Trauma partus

(3) Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus

(4) Ketuban pecah dini( Llweilyn. Jones, D. 2005)

7. penatalaksanaan

a. Pada kehamilanPada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan. 11

Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan.

Pada saat hamil, pada usia kehamilan 34-36 minggu dapat dianjurkan untuk dilakukan knee chest position sampai usia kehamilan >36 minggu. Setelah itu , jika masih dalam letak lintang, maka dapat dilakukan versi luar jika syarat memenuhi Dilakukan penanganan dengan tujuan untuk merubah letaknya, menjadi letak kepala ( normal ), dan juga penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah terjadinya malpresentasi pada waktu persalinan. Menurut Sarwono, 2010 ada dua cara yang dipakai untuk mengubah kelainan presentasi menjadi presentasi kepala yaitu : 1) Versi luar adalah prosedur yang dilakukan dengan menggunakan tekanan dan manuver tertentu pada perut ibu untuk mengubah presentasi janin menjadi presentasi kepala. Perubahan spontan menjadi presentasi kepala sebagian besar akan terjadi pada umur kehamilan 34 minggu, sehingga penemuan adanya presentasi bokong mulai umur kehamilan 34 minggu akan bermanfaat untuk pertimbangan melakukan tindakan versi luar. Prosedur versi luar cukup aman dan efektif, komplikasi yang mungkin dapat terjadi adalah bradikardi janin yang bersifat sementara solusio placenta , komplikasi pada tali pusat, perdarahan feto maternal dengan kemungkinan sensifitas dan ketuban pecah dini. Kejadian bedah sesar atas indikasi gangguan denyut jantung janin ( Non reassuring) atau kejadian solusio placenta setelah versi luar < 1 %. Tingkat keberhasilan 50-70 % ( semakin meningkat pada kejadian multiparietas, presentasi selain bakong murni, volume air ketuban normal letak lintang atau oblik). Dari jumlah yang dilakukan versi luar, 40 % nya akan melahirkan secara pervaginal. Jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak dilakukan versi luar, terjadi penguranagn 62 % persalinan bukan presentasi kepala dan penurunan 45 % bedah sesar pada kelompok yang

12

dilakukan versi luar. Oleh karena keamanan dan efektifitasnya, agar semua perempuan dengan presentasi selain kepala yang memenuhi persayratan pada umur kehamilan atau saat mendekati cukup bulan di beri tawaran untuk di lakukan versi luar. Keadaan yang harus diketahui sebelum menawarkan versi luar yaitu perkiraan berat janin, volume air ketuban, letak placenta, dan morfologi janin normal. Kontra indikasi dilakukannya versi luar adalah semua keadaan indikasi kontra persalinan pervaginan. Terdapat pula kontra indikasi yang sifatnya relative yaitu ketuban pecah dini, oligohidramnion, perdarahan uterus yang tidak diketahui sebabnya, atau dalam persalinan kala 1 fase aktif. Meskipun memiliki tingkat keberhasilan yang setara dengan perempuan tanpa riwayat bedah sesar, keamanan versi luar pada perempuan dengan riwayat bedah sesar masih belum di dukung bukti. Umur kehamilan terbaik untuk melakukan versi luar belum begitu jelas. Pada dasarnya semakin tua umur kehamilan akan semakin kecil tingkat keberhasilannya. Pada umumnya versi luar efektif dilakukan pada umur kehamilan 34-36 minggu. Versi luar juga dapat dilakukan pada umur kehamilan sebelum 34 minggu, tetapi kemungkinan untuk kembali lagi pada posisi presentasi letak bokong cukup besar, dan apabila terjadi komplikasi yang mengharuskan dilahirkan dengan segera, maka morbiditas karena prematuritasnya masih tinggi. Versi luar dapat dipertimbangkan untuk di ulang apabila sebelumnya gagal atau sudah berhasil tetapi kembali menjadi presentasi bokong. Proses versi luar dapata dipermudah, dan rasa tidak nyaman bagi pasien dapat dikurangi dengan penggunaan tokolitik ( terbutalin 0,125- 0,250 mg subkutan). Dianjurka melakukan versi luar di tempat yang memiliki fasilitas melakukan bedah sesar emergensi. Informed consent di peroleh setelah memberikan konseling yang berisi informasi tentang kemungkinan komplikasi, pilihan lain/ bedah sesar, prognosis dan bagaimana prosedur akan dilakukan. NST (Non Stress Test) perlu dilakukan sebelum dan sesudah prosedur dilakukan. 13

Untuk melakukan versi luar mula-mula bokong dikeluarkan dari pelvis dan diarahkan lateral sedikitnya sebesar 90 derajat. Dengan langkah ini biasanya kepala akan bergerak 90 derajat kearah yang berlawanan dengan bokong. Setelah ini lakukan maneuver bersamaan pada kepala dan bokong untuk mengarahkan kepala kearah kaudal dan bokong kearah cranial. Apabila di gunakan tokolitik ( pastikan tidak ada kontraindikasi penggunaanya) Pemberian antara 5-10 menit sebelum prosedur dilakukan dalam satu kali sesi varsi luar di rekomendasikan dilakukan tidak lebih dari 2 kali upaya versi luar. Apabila tidak berhasil bisa di ulang pada sesi berikutnya, tergantung umur kehamilan dan keadaan persalinan pada waktu it

Pemeriksaan adanya indikasi & kontra indikasi versi luar

Memenuhi syarat ?

Observasi rencana persalinan vaginal atau SC elektif

Tawarkan konseling versi luar

Informed Consent Versi luar tak dilakukan, lakukan prosedur yang sesuai Rencana versi luar ulang atau observasi ( Pervaginam atau SC) NST NST

Lakukan versi luar

NST

Lakukan prosedur yang sesuai

Observasi

14

Keberhasilan versi luar di perkirakan 50 %, keberhasilan lebih baik apabila sebelum tindakan di berikan tokolitik. Resiko versi luar adalah gawat janin, kematian janin, ketuban pecah dan solusio placenta. Sebelum di lakukan versi luar sebaiknya kandung kencing ibu kosong. Cara melakukan versi luar,yaitu dengan : Pasien diberikan penjelasan mengenai manfaat dan prosedur Pasien berbaring dengan tenang dan paha dalam fleksi Periksalah sekali lagi presentasi dan denyut jantung Bokong di cengkram dengan tangan kanan, diangkat ke akral kepala di buat flleksi Pada saat janin lintang tangan penolong berganti : tangan kanan menekan kepala kea rah pelvis Hentikan upaya bila janin tak berubah, terjadi kontraksi atau pasien kesakitan 15

Periksa kembali DJJ bila terjadi brahikardi lakukan versi kembali ke sungsang. Bila masih tetap terjadi brahikardi maka lakukan seksio sesarea darurat ( mungkin terjadi lilitan tali pusat erat atau solusio placenta )

Kontra indikasi untuk melakukan versi luar adalah : Panggul sempit Perdarahan antepartum Hipertensi Hamil Kembar Placenta previa 2) Posisi dada-lutut (Knee Chest) : Possis genu pectoral atau knee chest adalah posisi pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk, dada menempel dikasur, posisi tangan disamping tubuh. Pasien perlu diatur dalam posisi genu pectoral dengan tujuan untuk membantu merubah letak kepala pada pasien hamil sungsang yang biasanya dilakukan pada ibu dengan diagnosa hamil dengan letak sungsang. Metode ini adalah cara yang paling sering digunakan untuk mengatasi bayi sungsang karena memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi yaitu mencapai 92 %. Selain itu cara ini juga di alami sehingga tidak berbahaya baik bagi sang ibu maupun bayi yang di kandungnya, sang ibu 16

membentuk posisi seperti sedang bersujud dengan posisi lutut sejajar dengan dada meenempel di lantai dan posisi kaki sejajar dengan pinggul. Posisi ini akan menyebabkan kepala bayi terpengaruh gaya gravitasi dan akhirnya memutar kebagian bawah rahim. Metode ini sebaiknya di lakukan pada usia kehamilan 32-35 minggu untuk mendapatkan hasil yang maksimal lakukan metode ini dapat saat bayi sedang aktif bergerak lakukan selam 7 menit sebanyak kali sehari. Metode knee chest adalah metode yang paling sering digunakan untuk mengatasi bayi sungsang karena memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi yaitu 92 %. Selain itu cari ini juga alami sehingga tidak berbahaya bagi ibu maupun janin sang ibu membentuk posisi seperti bersujud, lutu sejajar dengan dada,lalu kaki sejajar dengan pinggul posisi ini diharapkan bokong janin atau bagian terendah janin terlepas atau menjauhi pintu panggul atas sehinga janin dapat berpurat dengan mudah, yang ada hubungannya dengan gaya gravitasi, mendorong kepala turun, melipat dan bayi pin jungkir balik ke posisi vortex. Lakukan dengan melihat tenang, bernapas dalam-dalam otot-otot tidak tegang, perut dalam keadaan kosong, lakukan pada saat janin bergerak dengan aktif, hentikan bila ibu sesak Tahap-tahap dalam melakukan teknik Knee Chest adalah : Melihat keadaan umum pasien apakah dapat di lakukan Knee Chest pada ibu Persiapan Ruang & tempat senyaman mungkin Membantu pasien mengambil posisi menungging diatas tempat tidur Membantu pasien untuk menempelkan dadanya pada tempat tidur dan menempatkankedua tangan disisi tubuh Lakukan selama 7 menit Mengkaji kembali keadaan umum pasien 17

Merapikan ibu, tempat & ruangan Knee Chest position

b. Pada persalinan

Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4 cm, dicoba versi luar. Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan SC. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan SC, jika janin mati dilakukan embriotomi.4

Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pertolongan persalinan pada letak lintang, yaitu ketuban dan pembukaan. Tingkat pertolongan 1. Jika ketuban belum pecah, dan pembukaan masih kecil (<4cm), dapat dicoba untuk. Usahakan jadi letak membujur (kepala atau bokong) dengan melakukan versi luar pada primi dengan usia kehamilan 34-38 minggu, atau multi pada kehamilan 36-38 minggu. Dalam persalinan janin dapat dilahirkan dengan cara pervaginam, yaitu dengan: ' Versi dan ekstraksi ' Embriotomi (dekapitasi-eviserasi) bila janin sudah meninggal

18

Syarat versi: ' Diameter pembukaan <4 cm ' Ketuban belum pecah ' Anak hidup ' Dapat lahir pervaginam ' Bagian terendah masih dapat didorong keatas Kontra indikasi versi: ' Syarat tidak terpenuh ' Keadaan yang membahayakan ibu dan anak : plasenta previa/solution plasenta hipertensi /preeklamsia cacat rahim ' Gemeli ' Tanda ruptura uteri imminens ' Primi tua Menurut Eastman dan Greenhill. Bila ada panggul sempit seksio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang, dengan anak hidup. Semua primi gravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio sesarea walaupun tidak ada panggul sempit. 2. jika pembukaan 5cm Tunggu sampai hampir lengkap ketuban dipecahkan Namun jika pembukaan sudah besar, versi luar sangat tidak dianjurkan. Dalam hal ini ketuban harus dijaga jangan sampai pecah dan ibu diminta berbaring miring dan dilarang mengejan. Ditunggu sampai pembukaan lengkap, setelah lengkap , ketuban dipecahkan dan dilakukan versi ekstraksi. Versi yang dilakukan secara kombinasi, dimana terdapat dua macam tindakan, yaitu versi , dan ekstraksi. Versi ini dilakukan pada pembukaan lengkap.

19

Indikasi pada versi ekstraksi: ' Anak kedua gemelli letak lintang ' Letak kepala dengan prolaps tali pusat ' Presentasi dahi Kontra indikasi pada versi ekstraksi: ' Ruptur uteri ' Cacat rahim (bekas SC) Syarat dilakukan versi ekstraksi ' Pembukaan lengkap ' Ketuban belum pecah/ baru pecah ' Janin belum masuk pintu atas panggul ' Dinding rahim harus rileks, karena itu harus dilakukan dalam keadaan narkose umum. 3. Jika ketuban sudah pecah, dan pembukaan belum lengkap, maka seksio sesarea

adalah jalan terbaik. Meskipun pada literatur lama mengatakan dapat ditunggu sampai lengkap dan dilakukan versi ekstraksi, namun mungkin hal ini tidak relevan lagi pada masa sekarang. 4. Jika pembukaan sudah lengkap, maka perlu diketahui apakah sudah terjadi letak

lintang kasep atau belum. 5. Jika sudah terjadi letak lintang kasep, cara mengetahuinya adalah dengan mencoba

mendorong bagian terbawah janin, jika tidak dapat didorong lagi, maka dapat ditegakkan diagnosis letak lintang kasep. Penatalaksanaanya adalah dengan melihat anak hidup atau sudah mati. 6. Jika anak masih hidup, maka segera dilakukan seksio sesarea. Namun jika anak

mati, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan embriotomi. 7. Jika belum terjadi letak lintang kasep, maka dapat dicoba untuk dilakukan versi

ekstraksi. 20

8.

Dampak Persalinan Lintang

Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya: Bahaya bagi ibu a. b. c. Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat Infeksi Ibu syok dan dapat mati

Bahaya bagi janin d. Janin mati. (Poedji Rochjati, 2003).

21

B. ANEMIA DALAM KEHAMILAN 1 . Pengertian

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II. (Varney H, 2006) Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah 35,00-45,00% (Mellyna, 2005). Anemia dalam kandungan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr%. Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II (Sarwono P, 2002).

2.

Klasifikasi Anemia

Klasifikasi anemia menurut anemia dalam kehamilan (Setiawan Y, 2006) dapat dibagi menjadi : Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%)

Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%)

Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat. 22

Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%)

Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%)

Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria. Anemia Lain

Klasifikasi Derajat Anemia Menurut WHO (Handayani W, dan Haribowo A S, 2008) : 1. Ringan sekali Hb 10,00 gr% -13,00 gr% 2. Ringan Hb 8,00 gr% -9,90 gr% 3. Sedang Hb 6,00 gr% -7,90 gr% 4. Berat Hb < 6,00 gr% 2.4.5 Klasifikasi Anemia

Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan (Manuaba 2007), adalah : 1. Tidak anemia : Hb 11,00 gr% 2. Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr% 3. Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr% 4. Anemia berat : Hb < 7,00 gr%

23

3 .

Etiologi

Penyebab terjadinya anemia (Mochtar, 1998) adalah : Kurang gizi (malnutrisi) Kurang zat besi dalam diet/ Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil 4. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan Malabsorbsi Kehilangan darah banyak ( persalinan yang lalu, haid ) Penyakit kronis Penghancuran sel darah merah Penyakit darah yang bersifat genetik : hemofilia. Thalasemia Parasit dan penyakit lain yang merusak darah : malaria Tanda Dan Gejala Pucat Cepat lelah, letih, lemah lesu, lunglai Sering pusing Kurang nafsu makan Mata berkunang-kunang Pada hamil muda keluhan mual-muntah lebih hebat 24

Sulit konsentrasi Muka-bibir-kelopak mata tampak pucat, telapak tangan tidak merah Nafas terasa pendek

5.

Patofisiologi

Pada umumnya cadangan zat besi pada wanita itu kurang, disebabkan karena kehilangan darah setiap bulan pada waktu haid. Pada wanita yang hamil cadangan ini akan berkurang lagi karena kebutuhan janin akan zat besi sangat besar, juga bertambahnya volume darah dapat menurunkan Hb maka terjadi anemia. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

6.

Diagnosis Anemia

Untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dapat dilakukan dengan: 1. Anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan-keluhan seperti tersebut diatas 2. Pemeriksaan Hb

25

Pemeriksaan Hb dapat dilakukan dengan alat Hb sahli. Dari hasil pemeriksaan Hb dengan alat sahli, kondisi Hb dapat digolongkan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Hb 11 gr % Hb 9 - 10 gr % Hb 7 8 gr % Hb < 7 gr % tidak anemia anemia ringan anemia sedang anemia berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa setiap ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas.

7. Pengaruh Anemia Pada Kehamilan Dan Janin a. Bahaya selama kehamilan Dapat terjadi karena abortus Persalinan prematur Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim Mudah terjadi infeksi Ancaman decompensasi cordis (Hb < 6gr%) Mola hidatidosa Hiperemesis gravidarum

26

Perdarahan antepartum Ketuban pecah dini

b. Bahaya saat persalinan Gangguan his mempengaruhi kekuatan mengejan Kala I berlangsung lama dan terjadi partus terlantar Kala II berlangsung lama Kala III dan IV dapat terjadi perdarahan post partum (Mansjoer dkk, 2008).

c. Bahaya pada saat nifas Terjadi sub involusi uteri menimbulkan perdarahan PP Memudahkan infeksi puerperium Pengeluaran ASI berkurang Terjadi decompensasi cordis mendadak PP Anemia kala nifas Mudah terjadi infeksi mamae

27

d. Bahaya terhadap janin Abortus Terjadi kematian intrauteri Persalinan prematur tinggi Berat badan lahir rendah Kelahiran dengan anemia Dapat terjadi cacat bawaan Bayi mudah terkena infeks Intelegensia rendah

8. Terapi obat

Penanganan

Terapi anemia defisiensi besi ialah dengan preparat besi oral atau parenteral. Terapi peroral ialah dengan preparat besi contohnya fero sulfat, fero glukonat atau Na fero bisitrat. Pemberian frefarat 60 mg/hari dapat menaikkan Hb sebanyak 1 gr/bulan. Efek samping terakhir gastro intestinal relatif kecil pada pemberian fero bisitrat. Kini program nasional menganjurkan kombinasi untuk profilaksis anemia. Indikasi Fe (tablet tambah darah untuk ibu hamil) : Untuk memenuhi kebutuhan zat besi dan membantu mengurangi anemia megaloblastik pada waktu hamil dan menyusui. 28

Efek samping : Ganguan gastrointestinal seperti ; mual, muntah, kembung, konstipasi, atau diare. Terapi makanan Untuk memenuhi asupan zat besi, tingkatkan konsumsi bahan makanan tinggi zat besi (Fe) misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau.

29

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Letak lintang Adalah bila sumbu memanjang janin jadi menyilang sumbu memnajang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90, pada keadaan ini persalinan tidak dapat berjalan spontan karena ukuran letak janin yang melintang dan ukuran terbesar tidak bisa melalui jalan lahir, kecuali pada anak kecil (prematur) atau anak yang sudah mati dan menjadi lembek, keadaan ini dapat berakibat pada terjadinya ruptur uteri, partus lama, KPD dan sudah terjadi infeksi, pada anak trauma partus, hipoksia,prolaps tali pusat dan KPD (Cuningham, 1995). B. a. Saran Untuk para ibu yang sedang hamil untuk rutin memeriksakan kehamilanyya ke tenaga

kesehatan yang berwenang. b. c. Apabila diketahui ada kelainan letak pada janin maka anjurkan ibu untuk USG Bila hasil mendapatkan letak lintang anjurkan ibu untuk latihan dan melakukan kneechest

atau posisi lutut dada, setiap hari minimal 2 kali sehari selama 7 menit, untuk mengembalikan posisi bayinya menjadi presentasi kepala. d. Bagi tenaga kesehatan yang belum mahir jangan sekali2 berani melahirkan letak lintang

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 2011. Distosia karena Kelainan Letak serta Bentuk Janin dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo. Jakarta

2. Mansjoer, A dkk. 2001. Kelaianan pada Persalinan dalam Kapita Selekta Kedokteran 3th eds, jilid pertama. Media Aesculapius FKUI. Jakarta

3. Bowes, W. 2006. Management of The Fetus in Transverse Lie. www. Uptodate.com 4. Dasuki, D. 2000. Distosia dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito 2nd eds, cetakan 1. Medika FK UGM. Yogyakarta.

5. Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi 2ndeds. EGC. Jakarta. 6. Llweilyn. Jones, D. 2005. Kelainan Presentasi Janin dalam Dasar dasar Obsteri & Ginekologi. Hipokrates. Jakarta

31

You might also like