You are on page 1of 11

No : 02-2012 Oktober 2012

Buletin

Reklamasi Mendukung Pengembangan Kota - Kota Terkemuka Asia

ILWI (Indonesian Land reclamation & Water management Institute), adalah sebuah lembaga kajian dibidang reklamasi dan pengelolaan air. Lembaga ini berupaya untuk menyebarkan informasi dan pengetahuan di bidang reklamasi & pengelolaan air kepada masyarakat. Salah satunya dengan penerbitan buletin. Buletin ini kami kirimkan secara gratis. Tulisan, saran dan pemberitaan media menjadi bagian dari isi buletin ini. Alamat : Jalan Palapa II No 19, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12520 atau P.O. Box 7277/JKSPM Jakarta Selatan 12072 Website : www.pengendalianbanjir.com Email : landwaterindonesia@gmail.com

ILWI Buletin No 02-2012

PENGANTAR REDAKSI
Pembaca yang budiman, melihat perkembangan teknologi reklamasi beberapa dekade belakangan ini memang cukup pesat kemajuannya. Beberapa kota di dunia terutama yang berada di tepi pantai berubah total setelah ada tambahan lahan yang membuat mereka leluasa untuk menata. Pemerintah setempat punya peluang yang lebih besar mengelola kota. Isu lingkungan yang sering menjadi hambatan dalam reklamasi kota, berangsur angsur sudah bukan menjadi kendala lagi. Karena terbukti dibeberapa negara adanya pengembangan kota dengan cara reklamasi justru meperbaiki kualitas lingkungan setempat. Baik dari segi polusi udara, penyediaan ruang terbuka biru dan hijau maupun penatan lokasi. Kini dibeberapa kota besar Asia telah terjadi persaingan menuju kota modern dengan berorientasi pada peningkatan pelayanan. Pengembangan yang dilakukan tidak sedikit dengan cara pembuatan lahan baru. Hasilnya cukup mencengangkan, kota-kota itu seperti disulap dan hadir dengan wajah baru yang sangat futuristik. Pembaca, untuk edisi kali ini, Buletin ILWI, mencoba menyajikan berita mengenai kehadiran kota-kota baru di Asia. Dimana kota-kota ini seolah-olah hadir dalam bentuk baru dan langsung membuka persaingan dengan kota-kota terkemuka di dunia. Hal ini tentu saja cukup menarik dan bisa dijadikan pertimbangan bagi kota-kota besar di Indonesia agar tidak jauh tertinggal dari kota-kota ini. Disamping itu kami juga membahas tentang kecenderungan areal tambang yang tidak ditata lagi permukaannya setelah hasilnya dikeruk habis-habisan. Liputan ini setidaknya bisa mengingatkan kita tentang perlunya menata kembali lahan tambang agar tidak berbahaya dan masih bisa digunakan dikemudian hari. Pembaca kami persilahkan Anda untuk menyimak buletin edisi kali ini. . Redaksi

ILWI Buletin No 02-2012

PERSAINGAN KOTA-KOTA MODERN ASIA


Beberapa negara Asia berusaha menampilkan beberapa kotanya untuk bersaing sebagai kota modern di dunia. Pengembangan lahan melalui reklamasi dilakukan secara bijak dan berorientasi pada perbaikan lingkungan dan ekonomi. Tampilan baru dari kota-kota tersebut menunjukan kesiapan mereka untuk bersaing memberi pelayanan terbaik.

Air diantara gedung pencakar langit di Tokyo

ILWI

Apa yang Anda bayangkan jika kita menyebut Dubai, Osaka, Tokyo, Singapura, Makau, Hongkong dan berbagai kota terkemuka di Asia lainnya? Kita akan membayangkan suatu kota dengan beragam fasilitas yang memadai, lingkungan yang tertata dan sehat. Dilengkapi pusat pusat bisnis dan tempat yang bisa memanjakan pengunjungnya. Kota-kota ini dirancang untuk bisa bersaing untuk menjadi kota-kota terkemuka di dunia. Tidak seperti kita duga, beberapa kota terkemuka di Asia justru bukan menjadi ibu kota negara tempat kota itu bernaung, akan tetapi kota tersebut lebih terkenal dibanding ibukotanya. Dubai umpamanya, bukanlah ibukota dari Uni Emirat Arab, uniknya ditelinga kita kota ini jauh lebih dikenal dibanding dengan pusat pemerintahannya yaitu Abu Dhabi. Sebagai kota bisnis dan perdagangan Dubai banyak disinggahi para pelancong dari berbagai negara. Dubai
ILWI Buletin No 02-2012

dan beberapa kota yang disebut di atas belakangan maju sangat pesat dan terus melakukan pengembangan. Untuk mengembangkan, dan melengkapi kota-kota tersebut dengan fasilitas yang baik, otoritas setempat melakukannya dengan cara reklamasi secara terencana dan terukur. Hasilnya bisa dilihat bahwa perluasan kawasan yang dilakukan lebih banyak memperoleh hasil yang positif bahkan dari segi lingkungan juga menjadi jauh lebih baik. Teknologi reklamasi menjadi pilihan beberapa kota besar di dunia untuk mengembangkan kawasannya. Keterbatasan lahan biasanya menjadi alasan utama untuk melakukan reklamasi. Disamping itu orang akan lebih mudah menata lahan reklamasi, karena bisa dibentuk sesuai dengan keinginan. Lihat saja lahan reklamasi yang dibentuk mirip Pohon Palm di Dubai. Kepulauan yang mereka sebut dengan The Palm Jumeirah ini, sungguh menakjubkan dan enak untuk dilihat. Dimana ada tiga pulau yang masuk dalam
3

gugusan kepulauan tersebut yaitu Palm Jumeirah, Palm Jebel Ali dan Palm Deira. Palm Jumeirah adalah pulau yang cukup menarik yang bentuknya terdiri dari satu batang pohon dan dikelilingi 17 daun. Uniknya lagi ada pulau yang berfungsi sebagai pemecah gelombang yang berbentuk lingkaran yang tidak penuh (sabit) mengelililingi Pohon Palm tersebut. Dimana Pulau Sabit dan Pulau Palm itu dihubungkan dengan terowongan. Sedangkan Pulau Palm itu dihubungankan dengan jembatan sepanjang 300 meter ke daratan Dubai. Pulau Palm ini dibuat dengan menimbun laut sedalam 10,5 meter, dimana dalam konstruksinya menghabiskan sekitar 94 juta m pasir dan 7 juta ton batu. Pulau yang konstruksinya dibangun tahun 2001, kini dan untuk masa depan menjadi andalan Uni Emirat Arab untuk mendapatkan devisa dari para pelancong. Bayangkan sekitar 30 hotel sudah ada di kawasan itu, belum lagi apartemen, cafe dan pusat-pusat perdagangan riteil. Pulau buatan terbesar di dunia ini benar-benar akan menambah pundi pundi negara kecil tersebut.

St Paul Makau

leindia.com

Pulau Palm Dubai

Wikipedia

Cerita lain datang dari Makau kota tua, yang terkenal sebagai surganya orang bermain judi, ini sebenarnya tidak terlalu luas, tapi keindahan kota yang merupakan daerah admintrasi khusus dari Republik Rakyat Cina ini, sungguh termasyur. Mulanya Makau, yang dulu dikenal dengan sebutan Ou Mun, ini merupakan pulau kecil yang berada di muara Sungai Pearl yang mengalir dari Guangzho. Akan tetapi dengan dilakukannya reklamasi maka Makau tersambung ke daratan. Ada banyak kawasan reklamasi di Makau termasuk bandar udara dan kawasan Cotai yang banyak digunakan untuk pembangunan kasino-kasino baru. Makau memang banyak dikunjungi para wisatawan, disamping oleh mereka yang punya hobi menghambur-hamburkan uang di meja judi, juga oleh kalangan yang menyenangi bangunan-bangunan tua. Maklum saja kota yang dulunya merupakan jajahan Portugis selama 450 tahun, ini memiliki banyak bangunan lama yang khas bergaya Eropa.
ILWI Buletin No 02-2012

Salah satunya adalah reruntuhan bangunan gereja Katedral St Paul, dimana meski berada di wilayah yang banyak dihuni oleh orang-orang Cina akan tetapi nuansa Portugisnya sangat terasa. Sejatinya gereja ini dibangun di tahun 1582, konon kala itu gereja ini adalah yang terbesar di Asia. Sebagian besar bangunannya ambruk ketika badai topan menghantam wilayah itu pada tahun 1835. Kepadatan penduduk di kota ini tergolong yang tertinggi di dunia. Disamping urusan pariwisata di Makau juga berkembang beberapa industri seperti tekstil dan mainan anak. Tak hanya Makau dan Dubai, Jepang sebagai negara paling maju di benua Asia juga memoles beberapa kotanya dengan melakukan reklamasi. Untuk mengembangkan Tokyo, ibukotanya, pemerintah setempat membangun kawasan bisnis Odaiba, yang dibuat melalui proyek reklamasi Teluk Tokyo. Kini kawasan itu telah menjadi pusat bisnis sekaligus tempat wisata elit di sana. Hampir 40 juta pengunjung setiap tahun bertandang ke kawasan yang berada di Minatoku Tokyo Bay ini, karena para turis mengganggap daerah ini cukup menarik. Apalagi di Odaiba juga terdapat banyak museum yang mendukung dunia ilmu pengetahuan, seperti museum sains yang juga didalamnya terdapat Robot Asimo, robot pertama yang memiliki dua kaki yang bisa berjalan layaknya manusia. Uniknya lahan reklamasi disini dibuat dengan timbunan sampah, ini sekaligus menunjukan komitmen pemerintah Jepang untuk memanfaatkan barang-barang yang sudah dianggap tidak berguna. Reklamasi disamping untuk pertimbangan ekonomi tentu saja juga memperhitungkan perubahan lingkungan yang lebih baik. Osaka umpamanya, kota nomor dua terbesar di Jepang setelah Tokyo itu, kini berkembang pesat. Meski jumlah penduduknya lebih dari 8 juta orang, kota ini masih terlihat hijau, segar dan bebas polusi. Kota ini sukses mengembangkan kawasannya dengan melakukan reklamasi, beberapa perkantoran dari perusahaan raksasa di Jepang menempati areal di atas lahan hasil reklamasi. Bahkan tempat hiburan terkenal seperti Universal Studio juga berada di atas
4

lahan timbunan tersebut. Tak hanya urusan bisnis, untuk menjaga dan mempercantik benda-benda cagar budaya, pemerintah juga mendukungnya dengan menambah lahan baru. Seperti yang terlihat di Puri Osaka. Bangunan bergaya tradisional Jepang ini dibangun oleh Toyotomi Hideyoshi tahun 1583, dan direnovasi kembali pada tahun 1931. Konon Puri Osaka adalah salah satu puri terbesar dan paling indah di negeri Sakura itu. Oleh Hideyoshi wilayah laut di bagian barat puri direklamasi sejauh dua kilometer dan sekaligus dilakukan untuk memperluas kota tersebut.

yang berada dilepas pantai, mengurangi gangguan yang ditimbulkannya jika berada diantara hunian atau pusatpusat keramaian lainnya. Untuk menghubungkan bandara dan daratan dibangun jembatan yang berfungsi sebagai jalan raya dan dilengkapi juga dengan jalur ganda rel kereta api.

Shanghai yang semakin menarik

ILWI

Osaka jauh dari polusi

ILWI

Reklamasi juga dilakukan dibagian lain di kota Osaka, sehingga sebagai wilayah yang berbatasan dengan laut tentu saja kota ini menunjang untuk melayani aliran barang yang masuk dan ke luar. Terutama untuk daerah Jepang bagian barat. Ini tentu sangat mendukung perkembangan industri di negara tersebut, bahkan kawasan Semba di Osaka telah menjadi menjadi pusat tekstil nomor satu di Jepang. Bandar Udara (Bandara) Kansai Internasional Airport (KIA), adalah salah satu wilayah reklamasi yang hasilnya cukup spektakuler. Bandara yang dibangun dengan mereklamasi Teluk Osaka ini, berdiri megah dengan dilengkapi bangunan terminal yang terdiri dari empat lantai. Bandara yang berjarak tiga mil dari tepi laut ini sudah dipergunakan sejak tahun 1994. Tidak tanggung-tanggung untuk melayani kesibukan pergerakan orang dan barang di Osaka dan sekitarnya, bandara ini memiliki tiga landasan pacu. Bandara yang beroperasi 24 jam ini, menjadi kebanggaan masyarakat Jepang. Karena keberadaannya
ILWI Buletin No 02-2012

Untuk urusan jembatan, Republik Rakyat Cina tergolong cukup maju, ada banyak jembatan panjang di negara berpenduduk paling banyak di dunia ini, salah satunya adalah Donghai Bridge. Jembatan yang mulai digunakan akhir 2005 ini, menghubungkan antara Shanghai daratan dengan Yangshan Deep Water Port. Dimana pengembangan pelabuhan diperairan dalam itu dilakukan dengan menggabungkan pulaupulau besar di gugusan kepulauan Zhoushan. Penggabungan itu dilakukan dengan cara mereklamasi bagian dari sambungan pulau tersebut. Hasilnya pelabuhan Yangshan, menjadi kebanggaan Cina karena hingga tahun 2012 mampu menampung sekitar 15 juta TEUs peti kemas. Hongkong lebih maju lagi dalam urusan reklamasi, meski masih bagian dari Cina, tetapi sistem administrasi pemerintahan di wilayah ini sama dengan Makau, yang berbeda dengan daerah lain di negara tirai bambu itu. Mirip dengan bandara Kansai, di Osaka, Jepang, Hongkong International Airport juga memiliki tiga landasan pacu. Keberadaan bandara di lepas pantai ini, sangat menujang keselamatan penerbangan, mengingat struktur tanah yang relatif berbukit-bukit di Hongkong. Reklamasi disini berhasil menambah lahan anyar seluas 650 hektar. Hongkong sendiri banyak melakukan reklamasi untuk mengembangkan kawasannya, ini dilakukan untuk mendukung daerah ini sebagai pusat perdagangan dan pembelanjaan. Seperti untuk pembangunan Hong Kong Convention dan Exhibition Centre seluas 70.000 meter persegi. Dimana pembangunannya sendiri sangat memperhatikan kondisi lingkungan setempat, terutama kualitas air disekitarnya agar tetap dalam kondisi baik. Proses pembangunannya hanya memakan waktu sekitar tiga tahun dari Maret 1994 hingga Juli 1997.

WAJAH BARU TELOK AIR BASIN


Direncanakan lebih dari 40 tahun lalu Marina Bay menjadi wajah baru Singapura. Pengembangan wilayah terintegrasi dengan program pembangunan yang sudah ada di seluruh kota. Kawasan ini semakin menunjukan kekuatan Singapura menjadi salah satu kota terkemuka di dunia.

Salah satu ikon Marina Bay

ILWI

Bangunan berbentuk perahu panjang dengan disangga tiga tower itu dikelilingi oleh beberapa bangunan unik dengan hamparan air mendominasi pemandangan. Beberapa bangunan dengan nuansa arsitektur aneh yang berada tak jauh dari gedung yang juga merupakan Marina Bay Hotel, itu juga memikat perhatian. Lihat saja Science Museum bangunan mirip bunga teratai yang terpotong, atau jembatan berbentuk lingkaran-lingkaran teratur yang digunakan pejalan kaki untuk menyeberangi Teluk Marina, selain itu masih ada Esplanade : Theatre on The Bay, gedung teater yang berbentuk buah durian. Tak hanya itu Garden by The Bay, taman luas yang sengaja dibangun menunjukan betapa pesona kawasan ini semakin terlihat sebagai satu wilayah yang tertata dengan kualitas lingkungan yang baik. Taman yang menghadap Teluk Marina ini terdiri dari Bay South, Bay East, dan Bay Central. Taman ini tidak hanya untuk ruang terbuka hijau, sekaligus untuk
ILWI Buletin No 02-2012

memberi pengetahuan dan rekreasi bagi para wisatawan yang berkunjung ke sana. Beragam jenis tananam ada di taman ini, dari hortikultura hingga tanaman kaktus dari Timur Tengah. Di tempat ini tanaman dikelompokan menurut jenis atau kekhasan tanaman dari negara-negara tertentu. Seperti Orchid Garden, Flowers Garden, Mediteranian Garden, Japanese Garden dan lain-lain. Luar biasa adalah sampah-sampah pepohonan disini digunakan untuk pembuatan pupuk dan mendinginkan dua kubah raksasa yang menaungi taman ini. Tak hanya itu, masih terdapat pula taman vertikal yang terdiri dari 16 lantai yang sekaligus digunakan untuk mengumpulkan air hujan, saluran ventilasi, sekaligus sebagai penghasil tenaga surya. Konsep yang mengagumkan, dari sebuah pengembangan kawasan melalui program reklamasi dimana hasilnya tak hanya bermanfaat bagi pengembangan ekonomi saja tetapi juga perbaikan kualitas lingkungan.
6

Science Museum

ILWI

Kondisi lingkungan Singapura jauh lebih baik dibandingkan sebelum adanya kawasan ini. Daerah ini yang dulunya merupakan tanah liat yang sulit ditanami tumbuhan berhasil disulap pemerintah Singapura menjadi tanah yang subur dan bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan.

Masalah yang lebih seru dalam pelaksanaan reklamasi di negara ini justru terjadi berkenaan dengan Indonesia. Isu-isu sensitif yang berkaitan dengan hubungan kedua negara terasa sejak awal. Seperti sumber pasir yang dipakai untuk melakukan reklamasi, tentu saja dengan pertimbangan jarak, mayoritas pasir yang digunakan berasal dari kepulauan Riau. Isu ekspor pasir secara legal dan non legal, dan isu lingkungan terhadap satu daerah di Kepulauan Riau yang diambil pasirnya secara berlebihan, mewarnai pengembangan kawasan ini. Belakangan reklamasi Singapura sempat juga menjadi isu mengenai bergesernya batas negara karena pertambahan daratan. Dengan berbagai kontroversinya, Singapura terus melakukan reklamasi, wilayah reklamasi yang paling menakjubkan hasilnya adalah di kawasan Marina Bay ini. Dimana disamping untuk perkantoran wilayah ini juga dijadikan pusat tempat hiburan. Bagi wisatawan macanegara yang ingin mencari hiburan, kawasan ini dipastikan akan memuaskan mereka. Bahkan di tempat ini juga ada kasino yang sanggup menyaingi tempat perjudian yang sama di Genting, Malaysia. Ini memang sesuai dengan Master Plan Teluk Marina yang memang sengaja menggabungkan beragam kepentingan di daerah itu , seperti untuk permukiman, komersial, hotel dan hiburan.

Taman vertikal

daily mail.co.uk

Perubahan Marina Bay ini merupakan sejarah panjang dari pengembangan Singapura yang dirintis oleh Lee Kuan Yu, pendiri sekaligus perdana menteri pertama negara kota yang berada diseberang Pulau Batam itu. Lahan yang sempit dan pertumbuhan jumlah penduduk menjadi alasan yang memaksa Singapura untuk menata kembali lahannya. Karena itu, pada awal dekade 1970an Lee mencanangkan program reklamasi. Dimana program visioner ini dicanangkan untuk jangka waktu yang panjang hingga tahun 2030. Tentu saja pelaksanaan program ini bukan tanpa halangan, seperti biasa masalah lingkungan selalu saja menjadi pertimbangan untuk penolakan progam ini. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan dengan visi yang kuat untuk upaya perbaikan kualitas lingkungan, pemerintah Singapura berhasil meyakinkan warganya, bahwa keberadaan kawasan baru ini justru akan memperbaiki kualitas lingkungan negara dengan luas terkecil di Asia Tenggara tersebut.
ILWI Buletin No 02-2012

Kawasan Marina menjelang malam

flicker.com

Kawasan Marina ini membawa Singapura menjadi salah satu pusat keuangan Asia terkemuka. Bayangkan saja dengan adanya kawasan baru ini Singapura akan memiliki dua kali lipat luasan kantor untuk jasa keuangan dari yang sudah ada saat ini. Jumlah perkantoran yang ada akan setara dengan jumlah perkantoran yang ada di Hongkong. Ini tentu saja melengkapi keberhasilan pengembangan dunia hiburan yang memang terlihat secara kasat mata. Terintegrasi dengan transportasi yang sudah ada Perencanaan yang matang dalam mengembangkan kawasan ini terlihat dengan terkoneksinya MRT ke wilayah ini. Setidaknya terdapat 5 stasiun MRT yang terdapat di kawasan Marina City Hall, Raffles Place, Marina Bay,
7

Promenade dan Esplanade dimana stasiun-stasiun MRT itu akan terus mengalami penambahan. Seperti diketahui bahwa pelayanan MRT di Singapura sudah cukup baik, transportasi ini bisa diandalkan masyarakat baik dalam segi ketepatan waktu, maupun keamanan. Setidaknya adanya MRT ini pemerintah Singapura tidak terlalu pusing dalam mengurusi lalu lintas di kota yang didirikan oleh Raffles ini.

untuk membangun tempat cadangan air pusat kota dengan membendung Kanal Marina. Pembangunannya sendiri telah terealisasi 2008 dengan nama Marina Barrage. Dimana muara dari aliran Sungai Kalang di Teluk Marina menjadi tempat cadangan air. Tentu saja tempat ini sekaligus bisa dijadikan tempat rekreasi. Apa yang dilakukan di Singapura ini mirip yang akan dilakukan Pemerintah Indonesia dalam rencana pembangunan tanggul laut di Jakarta, dimana kecuali untuk pengendalian banjir, danau yang terbentuk sebagai hasil pembangunan tanggul, juga direncanakan untuk menjadi tempat penyimpanan cadangan air.

Perahu didekat gedung-gedung bertingkat tinggi

ILWI

Tidak hanya urusan transportasi angkutan darat saja yang diatur di kawasan ini. Jalur pedestrian juga dibuat bagus, dengan maksud memberi kenyamanan bagi para pejalan kaki, seperti jembatan penyeberangan dengan arsitektur modern tadi, dan tempat-tempat pejalan kaki lain yang relatif aman dari panas dan hujan yang terjadi. Ini terlihat dengan adanya jalur pedestrian bawah tanah atau yang memiliki peneduh

Singapura sangat membutuhkan cadangan air

ILWI

Apa yang kita lihat sekarang di kawasan Marina Bay ini, seolah-olah melengkapi kesuksesannya tahun 2008, kala itu Marina Bay resmi menjadi tuan rumah salah satu seri balapan mobil terkenal di dunia. Sebagian dari ruas jalan-jalan di wilayah itu dijadikan sirkuit untuk perlombaan formula 1. Keberhasilan mereka untuk melaksanakan balapan mobil di negaranya, cukup membanggakan warga Singapura. Daerah yang terletak di selatan Singapura ini memang direncanakan untuk bisa hidup selama 24 jam penuh, dengan di dukung beragam fasilitas yang dibangun dengan teknologi tinggi. Siapa sangka wilayah yang telah menghapus Telok Air Basin dari peta itu, kini menjadi tempat favorit yang dikunjungi wisatawan manca negara.

Nyaman menggunakan transportasi publik

ILWI

Cadangan air yang memadai Pengembangan Marina Bay juga memberikan solusi yang baik bagi peningkatan cadangan air tawar di Singapura. Seperti diketahui ketergantungan Singapura terhadap pasokan air bersih dari negara tetangganya Malaysia sudah berlangsung puluhan tahun. Tidak jarang urusan air ini juga mempengaruhi pasang surutnya hubungan kedua negara. Pemerintah sendiri berusaha untuk terus meningkatkan jumlah cadangan air baku. Public Utilities Board pada tahun 2004 telah mencanangkan
ILWI Buletin No 02-2012

Sirkuit Marina Bay

koranbogor.com

MEMPERTANYAKAN RENCANA PASCA PENAMBANGAN


Masih banyak perusahaan penambangan yang tidak segera melakukan reklamasi pasca pengerukan hasil tambang. Lingkungan yang tidak tertata sangat berbahaya dan berpotensi menjadi kota mati dikemudian hari. Jero Wacik, mengingatkan pengusaha agar patuh dengan peraturan untuk melakukan reklamasi pasca penambangan.

Areal tambang yang mulai direklamasi

ESDM

Rerumputan liar saja harus bersusah payah untuk bisa hidup di lembah-lembah curam yang menganga di beberapa wilayah bekas area pertambangan, apalagi pepohonan hijau yang menyejukkan. Minimnya unsur hara karena memang merupakan tanah bagian dalam, mengakibatkan tumbuhan sulit untuk mendapatkan makanan di wilayah itu. Ceruk yang ditinggal begitu saja setelah isinya dikeruk habis-habisan, bukan hanya tak elok dipandang mata akan tetapi juga berpotensi menimbulkan bahaya. Pemandangan semacam ini sering ditampilkan beberapa media di dalam foto-fotonya di area pertambangan. Tentu saja hal ini membuat kecut orang yang melihatnya. Tak terkecuali Jero Wacik, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kegundahannya diungkapkan di Jakarta Convention Center (JCC), akhir Mei 2012 lalu. Kalau saya lihat di foto di media-media, lingkungan di perusahaan tambang itu sangat menyeramkan, ujar menteri yang merupakan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini. Jero langsung mengingatkan para pengusaha tambang untuk tidak melupakan kewajibannya setelah selesai melakukan kegiatan penambangan di satu wilayah, yaitu dengan melakukan reklamasi.
ILWI Buletin No 02-2012

Perusahaan tambang itu tidak bakal rugi untuk melakukan reklamasi disertai dengan menanam pohon kembali,katanya. Jero meminta kepada perusahaan tambang agar setelah melakukan kegiatan tambang, langsung melaksanakan kewajibannya baik berupa reklamasi maupun reboisasi. Dia pun menegaskan bahwa pemerintah akan bertindak terhadap perusahaan tambang yang tidak mengindahkan aturan mengenai reklamasi pasca tambang. "Saya minta dengan keras, kalau habis tambang, perusahaan lakukanlah kewajibannya, seperti reklamasi dengan baik, kalau perlu reboisasi, sediakan anggaran yang cukup untuk menjaga lingkungan," cetusnya. Mantan menteri pariwisata ini, mengancam akan menggunakan aturan hukum berupa undangundang yang melekat padanya untuk memberi sanksi kepada perusahaan yang tidak taat terhadap persyaratan tersebut."Ada undang-undang yang melindungi saya. Kalau saudara ikhlas melakukannya akan mudah bagi saudara berusaha di Indonesia,tapi kalau tidak saya gunakan aturan hukum," tandasnya. Kekhawatiran pemerintah terhadap kondisi lahan-lahan pertambangan di Indonesia, memang masuk akal. Betapa tidak, dibandingkan dengan kondisi
9

lingkungan di sekitar wilayah pengeboran minyak, kondisi wilayah pertambangan jauh lebih menyeramkan. Saya masih khawatir lingkungan sekitar perusahaan-perusahaan tambang, kalau di perusahaan Minyak dan Gas relatif lebih baik, tambah Jero.

Penting reklamasi pasca penambangan

corbis.com

Jika menilik sejarahnya, maka kehadirankehadiran perusahaan tambang di Indonesia selalu menimbulkan pro kontra. Tidak hanya masalah pembagian hasil, akan tetapi masalah lingkungan juga menjadi isu yang cukup besar. Selama ini masyarakat selalu beranggapan bahwa kehadiran pertambangan selalu akan menyebabkan kerusakan lingkungan secara masif. Menyebabkan alam menjadi kehilangan keseimbangannya, karena daya dukung lingkungan berantakan. Ini tercermin dengan tercemarnya air dan hilangnya kesuburan tanah. Tidak hanya itu, lubanglubang besar ditinggalkan menganga begitu saja. Kondisi lingkungan yang semacam ini berpotensi menyebabkan wilayah tersebut menjadi kota mati di kemudian hari. Dimana masyarakatnya berbondongbondong meninggalkan daerah itu karena tidak bisa lagi berharap penghidupan dari lingkungan tersebut. Jika pemerintah, pengusaha, dan masyarakat tidak segera mengantisipasi hal itu maka tinggal menunggu waktu saja, dimana lahan-lahan eks pertambangan menjadi kawasan yang berbahaya di kemudian hari. Kini memang kemilau tambang masih menyilaukan mata sebagian pengusaha, begitu juga masyarakat sekitar yang berpenghidupan dari aktivitas pertambangan. Karena itu kawasan pertambangan masih terlihat dinamis bergerak, karena mendorong roda perekonomian dimana pertambangan menjadi tulangpunggungnya. Akan tetapi jika tidak ada perlakuan yang memadai pasca penambangan bukan tidak mungkin luka bumi yang disebabkan oleh pertambangan akan menyebabkan masyarakat merana di kemudian hari. Sekarang sangat terbatas sekali para perusahaan penambangan yang memperlakukan wilayahnya dengan baik setelah pengerukan dilakukan.
ILWI Buletin No 02-2012

Untuk menindak penambang yang tak mau melakukan reboisasi semacam ini memang tidak bisa dilakukan oleh gubernur, karena ijinnya dikeluarkan oleh kepala daerah tingkat II. Bupatilah yang seharusnya mencabut izin usaha pertambangan jika prakteknya tidak seusai aturan. Meski demikian dibeberapa wilayah ada juga perusahaan yang melakukan penataan kawasan pasca melakukan kegiatan pertambangannya dengan baik. Perusahaan-perusahaan besar cenderung lebih tertib melakukan program reklamasi. Seperti diakui oleh Isnan Noor, Bupati Kutai Timur, menurutnya di wilayahnya para penambang melakukan proses reklamasi dengan baik. "Pertanggungjawaban terhadap reklamasi lahan dan lingkungan di Kutai Timur inilah yang paling baik di seluruh Republik ini," katanya seperti diberitakan Antara News. Menurut Isran, Kutai Timur bisa melakukan itu karena kebanyakan perusahaan pertambangan batu bara yang melakukan kegiatan disana adalah perusahaan besar dan berskala nasional dan internasional."Perusahaan yang saya berikan izin konsesi lahan tambang batu bara minimal 5.000 hektar dan memiliki kemampuan yang cukup dan melakukan reklamasi pascatambang," katanya. Baginya perusahaan penambangan bukan hanya mampu mengambil hasil tambang, melainkan juga harus bisa melaksanakan reklamasi pascatambang dan menjaga lingkungan dengan berstandar internasional. Ini dilakukan sebagai kewajiban untuk melestarikan lingkungan yang akan diwariskan kepada generasai mendatang. Reklamasi yang cukup baik juga dilakukan oleh Bukit Asam di Muara Enim, Sumatera Selatan. Untuk mendukung program penanaman wilayah reklamasi, perusahaan ini mempunyai pusat pembibitan seluas 2 hektar. Bahkan apa yang dilakukan Bukit Asam dalam mengelola lingkungan pasca-penambangan sempat diganjar penghargaan tingkat nasional Proper Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup karena dinilai telah berhasil menghutankan kembali lahanlahan bekas tambang.

Reklamasi menjaga kelestarian lingkungan

antaramataram.com

10

Jakarta Menuju Kota Modern Bagaimana Tanggul Laut Bisa Merubah Ibu kota ?
Telah terbit buku :

Memasuki Era Tanggul Laut


Harapan Baru di Teluk Jakarta

Membahas mengenai permasalahan Jakarta, kerawanan daerah delta, kecenderungan semakin tenggelamnya sebagian wilayah ibukota, isu-isu strategis dan potensi Teluk Jakarta, analisis keselamatan tanggul laut hingga pengembangan Jakarta menuju kota modern untuk bersaing dengan kota-kota terkemuka di dunia.

Untuk pemesanan bisa melalui email ke: : landwaterindonesia@gmail.com

ILWI Buletin No 02-2012

You might also like