You are on page 1of 41

1 | P a g e

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktifitas-aktifitas manusia memerlukan energi yang besarnya tergantung
pada besar dari beban kegiatan yang dilakukan dan kemampuan fisik dari masing-
masing individu. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan manusia sehingga
menyebabkan manusia akan mengalami fatigue, baik kelelahan fisik maupun
kelelahan psikologis, yang akan berakibat pada penurunan performance kerja.
Ketika manusia melakukan aktivitas yang melebihi kemampuannya dapat
mengakibatkan seseorang mengalami fatigue, baik kelelahan fisik maupun
kelelahan psikologis, yang dapat mengakibatkan penurunan work performance.
Maka dari itu, agar dapat mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu
memperhatikan pengeluaran dan pemulihan setidaknya dapat diseimbangkan
dengan pemulihan energinya, dan waktu istirahatnya. Dengan demikian
diharapkan dapat mengevaluasi dan merancang kembali tata cara kerja yang harus
diaplikasikan agar dapat memberikan peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja
serta kenyamanan maupun keselamatan kerja bagi manusia pada umumnya dan
pekerja pada khususnya.
Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranyaa dalah
faktor kerja fisik (otot). Kerja fisik ( beban kerja) mengakibatkan pengeluaran
energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja manusia.Dengan kerja fisik
seseorang akan mengeluarka energi karena pekerjaan yang dilakukannya tersebut.
Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan pengeluaran energi
pemulihan energi selama proses kerja berlangsung. Faktor yang mempengaruhi
besarnya pengeluaran energi selama bekerja antara lain adalah cara pelaksanaan
kerja, kecepatan kerja, sikap kerja dan kondisi lingkungan kerja. Faktor yang
mempengaruhi pemulihan energi antara lain adalah lamanya waktu istirahat,
periode istirahat, dan frekuensi istirahat.
Faktor pemulihan energi sangat penting diperhatikan karena selama proses
kerja terjadi kelelahan. Hal ini diakibatkan oleh dua hal yaitu kelelahan fisiologis
dan kelelahan psikologis. Yang dimaksud kelelahan fisiologis adalah kelelahan
yang timbul karena adanya perubahan faal tubuh. Perubahan faal tubuh dari
2 | P a g e

kondisi segar menjadi letih akan mempengaruhi keoptimalan kinerja pekerja.
Pemulihan kondisi faal tubuh untuk kembali pada kondisi segar selama
beraktivitas merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi pemulihan energi adalah istirahat. Pekerja yang bekerja
dengan beban kerja berat tentunya membutuhkan periode dan frekuensi yang
berbeda dengan pekerja yang bekerja dengan beban kerja ringan.

1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh yang ditimbulkan oleh pembebanan kerja terhadap
tubuh selama manusia melakukan aktivitas kerja ?
b. Bagaimana cara menentukan besar beban kerja berdasarkan kriteria
fisiologis ?
c. Bagaimana cara mengukur energy atau usaha yang dikeluarkan manusia
untuk menyelesaikan pekerjaannya ?
d. Bagaimana cara membuat persamaan antara heart rate dengan laju
kecepatan dan jarak ?
e. Bagaimana cara menghitung besar energy expenditure pada suatu
pekerjaan tertentu berdasarkan intensitas hearth rate ?
f. Bagaimana cara menghitung dengan %CVL ?

1.3 Tujuan
a. Memberikan pemahaman tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh
pembebanan kerja terhadap tubuh selama manusia melakukan aktivitas
kerja.
b. Memberikan pengetahuan untuk menentukan besar beban kerja
berdasarkan kriteria fisiologis.
c. Mampu melakukan pengukuran energy atau usaha yang dikeluarkan
manusia untuk menyelesaikan pekerjaannya.
d. Mampu membuat persamaan antara heart rate dengan laju kecepatan dan
jarak.
3 | P a g e

e. Mampu menghitung besar energy expenditure pada suatu pekerjaan
tertentu berdasarkan intensitas hearth rate.
f. Mampu menghitung dengan %CVL.

1.4 Manfaat
a. Agar mampu memahami tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh
pembebanan kerja terhadap tubuh selama manusia melakukan aktivitas
kerja.
b. Agar mampu mengetahui cara untuk menentukan besar beban kerja
berdasarkan kriteria fisiologis.
c. Agar mampu melakukan pengukuran energy atau usaha yang dikeluarkan
manusia untuk menyelesaikan pekerjaannya.
d. Agar mampu membuat persamaan antara heart rate dengan laju kecepatan
dan jarak.
e. Agar mampu menghitung besar energy expenditure pada suatu pekerjaan
tertentu berdasarkan intensitas hearth rate.
f. Agar mampu menghitung dengan %CVL.









4 | P a g e

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Fisiologi Kerja
Fisiologi Kerja adalah Ilmu yang mempelajari fungsi atau faal tubuh
manusia pada saat bekerja. Bisa dikatakan juga fisiologi kerja adalah focus
dengan respon tubuh terhadap kebutuhan metabolisme pada saat kerja dengan
mengukur aktivitas dari cardiovaskular respiratory dan system otot pada saat
kerja kita bisa mendapatkan informasi untuk mencegah kelelahan.
Dengan diketahuinya fisiologi kerja diharapkan mampu meringankan
beban kerja seorang pekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Pengetahuan
dasar mengenai fisiologi kerja memungkinkan untuk dapat dievaluasi suatu sistem
kerja secara efektif. Diupayakan evaluasi kerja semaksimal mungkin bersifat
objektif dan kuantitatif. Penilaian secara kualitatif misalnya adanya kelelahan
kerja, hal ini memerlukan analisis lebih lanjut mengingat kemampuan individual
yang berbeda.

2.2 Kerja Fisik dan Mental
2.2.1 Kerja Fisik
Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai
sumber tenaganya (power). Kerja fisik disebut juga manual operation dimana
performans kerja sepenuhnya akan tergantung pada manusia yang berfungsi
sebagai sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja. Kerja fisik juga dapat
dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja kasar karena kegiatan tersebut
memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja
berlangsung.Dalam kerja fisik konsumsi energi merupakan factor utama yang
dijadikan tolak ukur penentu berat / ringannya suatu pekerjaan. Secara garis besar,
kegiatan-kegiatan manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik dan kerja
mental. Pemisahan ini tidak dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapatnya
hubungan yang erat antar satu dengan lainnya. Kerja fisik akan mengakibatkan
perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui :

5 | P a g e

1. Konsumsi oksigen
2. Denyut jantung
3. Peredaran udara dalam paru-paru
4. Temperatur tubuh
5. Konsentrasi asam laktat dalam darah
6. Komposisi kimia dalam darah dan air seni
7. Tingkat penguapan
8. Faktor lainnya
Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat dengan
konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan
cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran :
1. Kecepatan denyut jantung
2. Konsumsi Oksigen
Pengeluaran energi relatif yang banyak dan pada jenis tersebut dapat
dibedakan dalam beberapa kerja sesuai fisik yaitu:
a. Kerja Statis, yaitu:
1. Tidak menghasilkan gerak.
2. Kontraksi otot bersifat isometris (tegang otot bertambah
sementara tegangan otot tetap).
3. Kelelahan lebih cepat terjadi.
b. Kerja Dinamis, yaitu:
1. Menghasilkan gerak.
2. Kontraksi otot bersifat isotonis (panjang otot berubah sementara
tegangan otot tetap).
3. Kontraksi otot bersifat ritmis (kontraksi dan relaksasi secara
bergantian).
4. Kelelahan relatif agak lama terjadi




6 | P a g e

2.2.2 Kerja Mental
Kerja mental merupakan kerja yang melibatkan proses berpikir dari otak
kita. Pekerjaan ini akan mengakibatkan kelelahan mental bila kerja tersebut dalam
kondisi yang lama, bukan diakibatkan oleh aktivitas fisik secara langsung
melainkan akibat kerja otak kita. Kecepatan denyut jantung memiliki hubungan
yang sangat erat dengan aktivitas faal lainnya.





Gambar 2.1 Hubungan kecepatan denyut jantung dengan aktivitas faali

Pengeluaran energi relatif lebih sedikit dan cukup sulit untuk mengukur
kelelahannya. Hasil kerja (performasi kerja) manusia dipengaruhi oleh berbagai
faktor, adalah sebagai berikut:
a. Faktor diri (individu), meliputi sikap, fisik, minat, motivasi, jenis kelamin,
pendidikan, pengalaman, dan keterampilan.
b. Faktor situasional, meliputi lingkungan fisik, mesin, peralatan, metode kerja,
dan lain-lain.
Kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa
pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja dalam kehidupan
sehari-hari:
1. Kriteria Faal
Meliputi kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen, tekanan darah,
tingkatbenguapan, temperatur tubuh, komposisi kimia dalam air seni, dan lain-
lain.Tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh selama
bekerja.

1. Tekanan Darah
2. Aliran Darah
3. Komposisi Kimia dalam
Darah
4. Temperatur Tubuh
5. Tingkat Penguapan
6. Jumlah udara yang
dikeluarkan oleh paru-paru

Hubungan
Kecepatan Denyut
Jantung
7 | P a g e

2. Kriteria Kejiwaan
Meliputi kejenuhan atau kejemuan, emosi, motivasi, sikap, dan lain-lain.
Tujuannya adalah mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul selama bekerja.

3. Kriteria Hasil Kerja
Meliputi pengukuran hasil kerja yang diperoleh dari pekerja selama
bekerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh kondisi kerja dengan
melalui hasil kerja yang diperoleh dari pekerja. Rumus yang berhubungan dengan
konsumsi energi dengan kecepatan bekerja dan denyut jantung pada saat bekerja
adalah sebagai berikut:
Y = 1,80411 0,0229038 X + 4,71733.10
-4 .
X
2
KE = Et Ei
Keterangan:
Y = Energi (kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)
KE = Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (Kkal)
Et = Pengeluaran energi pada saat kerja (Kkal)
Ei = Pengeluaran energi pada saat istirahat (Kkal)

2.3 Pengukuran Kerja Dengan Metode Fisiologi
Dalam suatu kerja fisik, manusia akan menghasilkan perubahan dalam
konsumsi Oksigen, Heart Rate, Temperatur tubuh dan perubahan senyawa kimia
dalam tubuh.
Kerja fisik ini dikelompokkan oleh Davis dan Miller :
1. Kerja total seluruh tubuh, yang menngunakan sebagian besar otot
biasanya melibatkan dua per tiga atau tiga seperempat otot tubuh.
2. Kerja otot yang membutuhkan energi Expenditure karena otot yang
digunakan lebih sedikit.
3. Kerja otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi tanpa
kerja mekanik membutuhkan kontraksi sebagian otot

8 | P a g e

Metode Pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan standar :
1. Konsep Horse-Power oleh Taylor, tetapi tidak memuaskan.
2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.
3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi Oksigen.
Studi Pengukuran fisiologis ditujukan untuk mengatasi :
1. Pengetahuan baru tentang performans manusia
2. Lebih memantau perilaku / sifat para atlit juara.
3. Membantu kendala fisik seseorang
Tiffin mengemukakan kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui
pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja, yaitu : Kriteria
Faali, kriteria kejiwaan dan kriteria hasil kerja. Kriteria Faali meliputi:
Kecepatan denyut jantung, konsumsi Oksigen, Tekanan darah, Tingkat
penguapan, Temperatur tubuh, komposisi kimiawi dalam darah dan air seni.
Kriteria ini digunakan untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh.
Kejiwaan yang timbul selama bekerja. Kriteria Kejiwaan meliputi: pengujian
tingkat kejiwaan pekerja, seperti tingkat kejenuhan, emosi, motivasi, sikap dan
lain-lain. Kriteria kejiwaan digunakan untuk mengetahui perubahan Kriteria Hasil
Kerja meliputi: hasil kerja yang diperoleh dari pekerja. Kriteria ini digunakan
untuk mengetahui pengaruh seluruh kondisi kerja dengan melihat hasil kerja yang
diperoleh dari pekerja tersebut.

2.4 Manifestasi Kerja Berat
Dengan bertambah kompleksnya aktivitas otot, maka beberapa hal yang
patut dijadikan pokok bahasan dan analisa terhadap manifestasi kerja berat
tersebut antara lain :
Denyut Jantung ( heart rate )
Tekanan darah ( blood pressure )
Cardiac Output ( Keluaran paru dengan satuan liter per menit )
Komposisi kimia darah ( kandungan asam laktat )
Temperatur darah ( body temperature )
Kecepatan berkeringat ( Sweating rate )
9 | P a g e

Pulmonary vebtilation ( kecepatan membuka atau menutupnya
vebtilasi paru dengan satuan liter per menit )
Konsumsi energi

Selain dimanfaatkan untuk evaluasi dan perancangan tata cara kerja, hasil
pengukuran energi yang dikonsumsi untuk kerja juga bisa diaplikasikan untuk
beberapa alasan yang berkaitan dengan permasalahanpermasalahansebagai
berikut:
Keselamatan (safety)
Pengaturan jadwal istirahat (scheduling breaks)
Spesifikasi jabatan (job spesification) dan seleksi personil
Evaluasi jabatan (job evaluation)
Tekanan dari faktor lingkungan (environment stress)
( Sritomo Wignjosoebroto,Ergonomi : Studi Gerak dan Waktu, 1995)

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas kerja
seharihari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh barat
tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan
pekerjaan. Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan
peningkatan prestasi. Di pihak lain , dengan pekerjaan berarti tubuh akan
menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerjaan
merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban
fisik maupun beban mental. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja
diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan
fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban
tersebut. Menurut Sumamur (1984) bahwa kemampuan kerja seorang tenaga
kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkatan
keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran
tubuh dari pekerjaan yang bersangkutan.
10 | P a g e

Menurut Rodahl (2000), bahwa secara umum sehubungan dengan beban
kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks,
baik faktor eksternal dan internal.

2.5.1 Beban Kerja Karena Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja,
yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) itu sendiri, organisasi dan
lingkungan kerja. Ketiga faktor tersebut disebut stressor.
1. Tugas (Task)
a. Bersifat fisik seperti stasiun kerja, kondisi, medan, atau sikap kerja.
b. Bersifat mental seperti tingkat kesulitan kerja yang mempengaruhi tingkat
emosi pekerja, atau kompleksitas pekerjaan.
Tugas-tugas yang (tasks) yang dilakukan baik yang bersifat fisik, seperti
stasiun kerja, kondisi atau medan, sikap kerja, dll. Sedangkan tugas-tuigas yang
bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan, atau tingkat kesulitan pekerjaann
yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung pekerja, dll.
2. Organisasi Kerja
Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti lamanya
waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan,
sistem keerja, musik kerja, pelimpahan dan wewenang kerja, dll
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja fisik seperti : mikroklimat, intensitas kebisinga, intensitas
cahaya, vibrasi mekanis, dan tekanan udara. Lingkungan kerja kimiawi seperti
debu, gas-gas pencemar udara. Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus,
parasit. Lingkungan kerja fisiologis seperti penempatan dan pemiliha karyawan,
hubungan sesame pekerja, pekerja dengan atasan,pekerja dengan lingkungan
sosial.

2.5.2 Beban Kerja Karena Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu
sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tersebut
11 | P a g e

disebut strain, besar-kecilnya strain dapat dinilai baik secara obyekstif maupun
subyektif. Secara obyektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis, secara
subyekstif dapat melalui perubahan fisiologis dan perubahan perilaku. Secara
singkat faktor internal meliputi :
Faktor somatic (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi
kesehatan, kondisi kesehatan)
Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan,
kepuasan, dll)

2.6 Penilaian Beban kerja Fisik
Menurut Rodahl (1989) bahwa penilaian beban fisik dapat dilakukan
dengan dua metode secara objektif , yaitu penelitian secara langsung dan metode
tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur oksigen
yang dikeluarkan (energyexpenditure) melalui asupan energi selama bekerja.
Semakin berat kerja semakin banyak energi yang dikeluarkan. Meskipun metode
denganmenggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya mengukur secara
singkat dan peralatan yang diperlukan sangat mahal. Lebih lanjut Christensen
(2001) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat
ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi energi,
kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pada batas tertentu ventilasi paru,
denyut jantung, dan suhu tubuh mempunyai hubungan yang linear dengan
konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan. Kemudian Konz (1996)
mengemukakan bahwa denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme
yang baik, kecuali dalam keadaan emosi dan konsodilatasi. Kategori berat
ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme respirasi, suhu tubuh, dan
denyut jantung menurut Christensen, dapat dilihat pada table di berikut ini :




12 | P a g e

Tabel 2.1Kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada
metabolisme respirasi, suhu tubuh, dan denyut jantung
Kategori Konsumsi
Oksigen
( liter/ menit )
Temperatur
Rectal
o
C
Energi
Kkal/
Menit
Denyut
Jantung
Lung
Ventilation
Liter / menit
Sangat
Ringan
0.25 0.3 37.5 < 2.5 < 60 6 7
Ringan 0.5 - 1 37.5 2.5-5.0 60 100 11 - 20
Moderat 1.0 - 1.5 37.5 38 5.0-7.5 100
125
20 31
Berat 1.5 - 2.0 38 38.5 7.5-
10.00
125
150
31 - 43
Sangat
Berat
2.0 2.5 38.5 39 10.00-
12.5
150
175
43 - 56
Berat
Ekstrim
> 2.5 > 39 > 12.5 > 175 60 - 100

( Sumber : Christensen, 1991 )

Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat
digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan
aktivitas kerjanya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang
bersangkutan. Di mana semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek
waktu seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang
berarti atau sebaliknya.
Kerja fisik dikelompokkan oleh David dan Miller :
a. Kerja total seluruh tubuh, yang mempergunakan sebagian besar otot
biasanya melibatkan dua pertiga atau tiga perempat oleh otot tubuh.
b. Kerja sebagian otot, yang membutuhkan lebih sedikit energi
expenditure karena otot yang dipergunakan lebih sedikit.
13 | P a g e

c. Kerja otot statis, yaitu otot yang dipergunakan untuk menghasilkan
gaya, tetapi tanpa kerja mekanik membutuhkan kontraksi sebagian
otot.
Namun, sampai saat ini metode pengukuran fisik dilakukan dengan
menggunakan standar :
1. Konsep Horse Power (Foot-Pounds of Work Per Minute) oleh
Taylor, tapi tidak memuaskan.
2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.
3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen (dengan
metode terbaru).
( Sritomo Wignjosoebroto,Ergonomi : Studi Gerak dan Waktu, 1995 )

Menurut Rodhal (1989) dalam Tarwaka, dkk bahwa penilaian beban kerja
dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian
langsung dan metode penilaian tidak langsung.

2.6.1. Metode Penilaian Langsung
Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang
dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja.
Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk
dikonsumsi. Meskipun metode pengukuran asupan oksigen lebih akurat, namun
hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dandiperlukan peralatan
yang mahal. Berikut adalah kategori beban kerja yang didasarkan pada
metabolisme, respirasi suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen (1991)
pada tabel berikut:





14 | P a g e

Tabel 2.2kategori beban kerja yang didasarkan pada metabolisme, respirasi
suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen (1991)


Tabel 2.3 Konsumsi Oksigen Maksimum (VO2 max) mL/(Kg-min)






Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk
hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi
kuadratis sebagai berikut:
Y = 1.80411 - 0.0229038 + 4.70733 x 10
-4
X
2
Dimana:
E = Energi (Kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)

2.6.2. Metode Penilaian Tidak Langsung
Metode penilaian tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi
selama bekerja. Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupakan suatu
15 | P a g e

metode untuk menilai cardiovasculair strain dengan metode 10 denyut (Kilbon,
1992) dimana dengan metode ini dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:




Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja
mempunyai beberapa keuntungan, selain mudah, cepat, sangkil dan murah juga
tidak diperlukan peraltan yang mahal serta hasilnya pun cukup reliabel dan tidak
menganggu ataupun menyakiti orang yang diperiksa.
Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari
beberapa jenis yaitu:
1. Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelumpekerjaan
dimulai
2. Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja
3. Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan denyut
nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat penting didalam
peningkatan cardiat output dari istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan
yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum oleh
Rodahl (1989) dalam Tarwaka, dkk (2004:101) didefinisikan sebagai Heart Rate
Reverse (HR Reverse) yang diekspresikan dalam presentase yang dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut.





Denyut Nadi Maksimum (DNMax) adalah: (220 umur) untuk laki-laki
dan (200 umur) untuk perempuan. Lebih lanjut untuk menentukan klasifikasi
Denyut Jantung (Denyut/Menit) = 60
10

n Perhitunga Waktu
Denyut

% HR Reserve = 100

DNI DNmaks
DNI DNK

16 | P a g e

beban kerja bedasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan
denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasculair load = %
CVL) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.




Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian di bandingkan dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 2.4 Klasifikasi Berat Ringan Beban Kerja Berdasar % CVL

Selain cara tersebut diatas cardivasculair strain dapat diestimasi
menguunakan denyut nadi pemulihan (heart rate recovery) atau dikenal dengan
Metode Brouba. Keuntungan metode ini adalah sama sekali tidak menganggu atau
menghentikan pekerjaan, karena pengukuran dilakukansetelah subjek berhenti
bekerja. Denyut nadi pemulihan (P) dihitung pada akhir 30 detik menit pertama,
kedua dan ketiga (P1, P2, P3). Rerata dari ketiga nilai tersebut dihubungkan
dengan total cardiac cost dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika P
1
P
3
10, atau P
1
, P
2
, P
3
seluruhnya < 90, nadi
pemulihan normal
Jika rata-rata P
1
tercatat 110, dan P
1
P
3
10, maka beban
kerja tifak berlebihan
Jika P
1
P
3
< 10, dan jika P
3
> 90 perlu redesain pekerjaan

% CVL= 100

DNI DNmaks
DNI DNK

17 | P a g e

Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolute denyut nadi
pada ketergantungguan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran
(individual fitness), dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi pemulihan tidak
segera tercapai maka diperluakan redesain pekerjaan untuk mengurangi tekanan
fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun keseluruhan dari
variabel bebas (tasks, organisasai kerja, dan lingkungan kerja) yang menyebabkan
beban tugas tambahan. (Tarwaka, Solichul, H.A Bakri, 2004)

2.7 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Jumlah Kebutuhan Kalori
Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakkan otot adalah kebutuhan
akan oksigen yang dibawa oleh darh ke otot untuk pembakaran zat dalam
menghasilkan energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh tubuh
merupakan salah satu indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian
setiap aktivitas pekerjaan memerlukan energi yang dihasilkan dari proses
pembakaran. Berdasarkan hal tersebut maka kebutuhan kalori dapat digunakan
sebagai indikator untuk menentukan besar ringannya beban kerja. Berdasarkan hal
tersebut mentri tenaga kerja, melalui keputusan no 51 tahun 1999 menetapkan
kebutuhan kalori untuk menentukan berat ringannya pekerjaan.
Beban kerja ringan : 100-200 Kilo kalori/jam
Beban kerja sedang : > 200-350 Kilo kalori/ jam
Beban kerja berat : > 350-500 Kilo kalori/ jam
Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara
tidak langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Setiap kebutuhan oksigen
sebanyak 1 liter akan memberikan 4.8 kilo kalori (Sumamun, 1989)Sebagai dasar
perhitungan dalam menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh seseorang
dalam melakukan aktivitas pekerjannya, dapat dilakukan melalui pendekatan atau
taksiran kebutuhan kalori menurut aktivitasnya.
Menurut Grandjean (1993) bahwa kebutuhan kalori seorang pekerja
selama 24 jam ditentukan oleh tiga hal :
Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal, dipengaruhi oleh jenis
kelamin dan usia.
18 | P a g e

Kebutuhan kalori untuk kerja, kebutuhan kalori sangat ditentukan
dengan jenis aktivitasnya, berat atau ringan.
Kebutuhan kalori untuk aktivitas lain-lain di luar jam kerja.

2.8 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja
Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupakan suatu metode untuk
menilai cardiovasculair strain. Derajat beban kerja hanya tergantung pada jumlah
kalori yang dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada pembebanan otot statis.
Sejumlah konsumsi energi tertentu akan lebih berat jika hanya ditunjang oleh
sejumlah kecil otot relative terhadap sejumlah besar otot. Beberapa hal yang
berkaitan dengen pengukuran denyut jantung adalah sebagai berikut :
1. Astrand dan Christensen meneliti pengeluaran energi dari tingkat
denyut jantung dan menemukan adanya hubungan langsung antara
keduanya. Tingkat pulsa dan denyut jantung permenit dapat
digunakan untuk menghitung pengeluaran energi.
2. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa kecepatan denyut jantung
dan pernapasan dipengaruhi oleh tekanan fisiologis, tekanan oleh
lingkungan, atau tekanan akibat kerja keras, di mana ketiga faktor
tersebut memberikan pengaruh yang sama besar. Pengukuran
berdasarkan criteria fisiologis ini bisa digunakan apabila faktor-faktor
yang berpengaruh tersebut dapat diabaikan atau situasi kegiatan dalam
keadaan normal. ( Retno Megawati, 2003 )
Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain :
1. Merasakan denyut jantung yang ada pada arteri radial pada
pergelangan tangan.
2. Mendengarkan denyut jantung dengan stethoscope.
3. Menggunakan ECG ( Electrocardiograph ), yaitu mengukur signal
elektrik yang diukur dari otot jantung pada permukaan kulit dada.
Salah satu yang dapat digunakan untuk menghitung denyut jantung adalah
telemetri dengan menggunakan rangsangan ElectroardioGraph (ECG). Apabila
19 | P a g e

peralatan tersebut tidak tersedia dapat memakai stopwatch dengan metode 10
denyut (Kilbon, 1992). Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja
sebagai berikut



Selain metode denyut jantung tersebut, dapat juga dilakuakan
penghitungan denyut nadi dengan menggunakan metode 15 atau 30 detik.
Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringanya beban kerja memiliki
beberapa keuntungam. Selain mudah, cepat, dan murah juga tidak memerlukan
peralatan yang mahal, tidak menggangu aktivitas pekerja yang dilakukan
pengukuran. Kepekaan denyut nadi akan segera berubah dengan perubahan
pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisika, maupun
kimiawi. Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja terdiri dari beberapa
jenis, Muller ( 1962 ) Memberikan definisi sebagai berikut :
a. Denyut jantung pada saat istirahat ( resting pulse ) adalah rata-rata
denyut jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai.
b. Denyut jantung selama bekerja ( working pulse ) adalah rata-rata
denyut jantung pada saat seseorang bekerja.
c. Denyut jantung untuk bekerja ( work pulse ) adalah selisish antara
senyut jantung selama bekerja dan selama istirahat.
d. Denyut jantung selama istirahat total ( recovery cost or recovery
cost ) adalah jumlah aljabar denyut jantung dan berhentinya denyut
pada suatu pekerjaan selesai dikerjakannya sampai dengan denyut
berada pada kondisi istirahatnya.
e. Denyut kerja total ( Total work pulse or cardiac cost ) adalah
jumlah denyut jantung dari mulainya suatu pekerjaan samapi
dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya ( resting level ).
( Nurmianto, 1998 )
Denyut jantung pada berbagai macam kondisi kerja dapat dilihat dengan
grafik antara hubungan denyut jantung dengan waktu sebagai berikut :
Denyut Jantung (Denyut/Menit) = 60
10

n Perhitunga Waktu
Denyut

20 | P a g e



Gambar 2.2Denyut jantung pada berbagai macam kondisi kerja
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa seseorang dalam keadaan
normal
a. Waktu sebelum kerja (rest) kecepatan denyut jantung dalam keadaan konstan /
stabil walaupun ada perubahan kecepatan denyutnya tetapi tidak terlalu jauh
perbedaannya.
b. Waktu selama bekerja (work) kecepatan denyut jantung dalam keadaan
cenderung naik.Semakin lama waktu kerja yang dilakukan maka makin banyak
energi yang keluar sehingga kecepatan denyut jantung bertambah cepat naik.
c. Waktu setelah bekerja / waktu pemulihan / recovery kecepatan denyut jantung
dalam keadaan cenderung turun. Kondisi kerja yang lama maka perlu dibutuhkan
waktu istirahat yang digunakan untuk memulihkan energi kita terkumpul kembali
setelah mencapai titik puncak kelelahan.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting di dalam
peningkatan cardio output dari istirahat samapi kerja maksimumk, peningkatan
tersebut oleh Rodahl (2000) didefinikan sebagai heart rate reserve (HR reserve).
HR reserve tersebut diekspresikan dalam presentase yang dihitung dengan
menggunakan rumus :
...... 1.2

% HR Reserve = 100
ker

istirahat nadi Denyut maksimum nadi Denyut


istirahat nadi Denyut ja nadi Denyut

21 | P a g e

Lebih lanjut Manuaba & Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi
beban kerja berdasakan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan
denyut nadi maskimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasiculair = %CVL)
yang dihitung berdasarkan rumus di bawah ini :

.................... 1.3

Di mana denyut nadi maskimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan
(200-umur) untuk wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan dibandingkan
dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut :
< 30% = Tidak terjadi kelelahan
0-<60% = Diperlukan perbaikan
60-<80 = Kerja dalam waktu singkat
80-<100% = Diperlukan tindakan segera
>100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas
Selain cara-cara tersebut di atas, Kilbon (1992) mengusulkan bahwa
cardiovasculair strain dapat diestimasi denjgan menggunakan denyut nadi
pemulihan (hearth rate recover) atau dikenal dengan metode Brouba.
Keuntungan dari metode ini adalah sama sekali tidaj mengganggu atau
menghentikan aktivitas kegiatan selama bekerja. Denyut nadi pemulihan (P)
dihitung pada akhir 30 detik pada menit pertama, ke dua, dan ke tiga. P 1, 2, 3
adalah rata-rata dari ketiga nilai tersebut dan dihubungkan dengan total cardiac
cost dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika P
1
P
3
10, atau P
1
, P
2
, P
3
seluruhnya < 90, nadi
pemulihan normal
Jika rata-rata P
1
tercatat 110, dan P
1
P
3
10, maka beban
kerja tifak berlebihan
Jika P
1
P
3
< 10, dan jika P
3
> 90 perlu redesain pekerjaan
Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolute denyut nadi
pada ketergantungguan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran
(individual fitness), dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi pemulihan tidak
100
) ker ( 100
%


=
istirahat nadi Denyut maksimum nadi Denyut
Istirahat Nadi Denyut ja nadi Denyut
CVL
22 | P a g e

segera tercapai maka diperluakan redesain pekerjaan untuk mengurangi tekanan
fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun keseluruhan dari
variabel bebas (tasks, organisasai kerja, dan lingkungan kerja) yang menyebabkan
beban tugas tambahan. (Tarwaka, Solichul, H.A Bakri, 2004)
Jika denyut jantung dipantau selama istirahat, maka waktu pemulihan
untuk beristirahat meningkat sejalan dengan beban kerja. Dalam keadaan yang
ekstrim, pekerja tidak mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga
mengalami kelelahan yang kronis. Formulasi untuk menentukan waktu istirahat
sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik :

R = %
5 , 1
|
.
|

\
|

W
S W
x T
Dimana :
R = Waktu istirahat yang dibutuhkan dalam menit
T = Total waktu kerja dalam menit
W = Konsumsi energi ratarata untuk bekerja dalam
kilokalori / menit
S = Pengeluaran energi cadangan yang direkomendasikan
dalam kilokalori / menit (biasanya 4 atau 5 kkal / menit)

Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara
umum adalah regresi kuadratis dengan persamaan :

.............................................. 1.5

Dimana :
Y : Energi (kilokalori per menit)
X : kecepatan denyut jantung (denyut per menit)

Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk
energi, maka konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu dapat dituliskan dalam
Y = 1.80411 - 0.0229038 + 4.70733 x 10
-4
X
2


23 | P a g e

KE = Et Ei

bentuk energi, maka konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu dapat
dituliskan dalam bentuk sebagai berikut :
............................................................... 1.6

Dimana :
KE= Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (kilokalori /
menit
Et = Pengeluaran energi pada saat waku kerja tertentu (kilokalori / menit)
Ei = Pengeluaran energi pada saat waktu istirahat (kilokalori / menit)

Untuk menghindari kerugian pengukuran pekerja ketika bekerja, dapat
digunakan perubahan tingkat denyut selama pemulihan. Kurva pemulihan tingkat
denyut jantung menunjukkan :
- Tekanan fisiologis
- Aptitude fisik dari subjek
- Keberadaan kelelahan fisiologis
- Kelelahan fisiologis saat rangkaian periode kerja diamati
Dengan melakukan pengukuran pada titik dapat ditunjukkan bahwa :
a. Untuk melakukan pemulihan normal : pengukuran dari
denyut pertama ke denyut ketiga sama atau lebih besar dari
10 denyut per menit. Ketiga denyut nadi sama atau lebih kecil
dari 90 per menit.
b. Tanpa pemulihan : penurunan dari denyut pertama ke denyut
ketiga atau lebih kecil dari 10 denyut / menit. Denyut nadi
ketiga di atas 90 denyut/ menit.

2.8.1 Menentukan Waktu Standar Dengan Metode Fisiologi
Waktu standar biasanya ditentukan dengan time study, data standar atau
penentuan awal data waktu yang umum, sehingga operator kualitas rata-rata, terlatih
dan berpengalaman dapat berproduksi pada level sekitar 125% saat intensif diberikan.
Diharapkan sesuai atau lebih cepat dari standar. Ternyata sebagian Operator dapat
24 | P a g e

bekerja dalam performans 100% dengan jauh lebih mudah daripada pekerja lainnya.
Sebagai hasilnya mungkin beberapa orang yang memiliki performansi 150% hingga
160% menggunakan energi Ekspenditure sama dengan orang yang performansnya
110% sampai 115%. Waktu standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang spesifik
dan jelas definisinya.
Pengukuran Fisiologis dapat digunakan untuk membandingkan cost energi
pada suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar dengan pekerjaan serupa yang
tidak standar, tetapi perundingan harus dibuat untuk orang yang sama. Dr.Lucien
Broucha telah membuat tabel klasifikasi beban kerja dalam reaksi Fisiologi, untuk
menentukan berat ringannya pekerjaan.
Tabel 1.1 Tabel
Klasifikasi Beban
Kerja Work Load
Oxygen
consumtion
(liter/min)
Energi Expenditure
(cal/min)
Heart Rate during
Work (Beats/min)
Light 0.5 1.0 2.5 5.0 60 100
Moderate 1.0 1.5 5.0 7.5 100 125
Heavy 1.5 2.0 7.5 10.0 125 150
Very Heavy 2.0 2.5 10.0 12.5 150 175


2.9 Kelelahan
Dalam biomekanik kita akan berurusan dengan salah satu kejadian yang
dinamakan kelelahan. Kelelahan ini tidak lepas dari biomekanik karena dalam
aplikasinya biomekanik melihat orang secara mekanik, tetapi kodrat kemanusiaan
pada manusia tidak dapat dikesampingkan sehingga manusia/pekerja mempunyai
keterbatasan yaitu salah satunya keadaan yang dinamakan lelah. Kelelahan adalah
proses menurunnya efisiensi performansi kerja dan berkurangnya kekuatan atau
ketahanan fisik tubuh manusia untuk melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.
Dalam bahasan lain, kelelahan didefinisikan sebagai suatu pola yang timbul pada
suatu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu yang telah tidak
sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya.
Sedangkan kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang
berlangsung secara terus menerus dan terakumulasi, akan menyebabkan apa yang
25 | P a g e

disebut dengan lelah kronis. Di mana gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah
kronis dapat dicirikan seperti:
1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran
atau
2. Asosial terhadap orang lain.
3. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.
4. Depresi yang berat.

2.9.1 Macam-macam Kelelahan
2.9.1.1 Berdasarkan Proses Kerja dalam Otot
Pada dasarnya kelelahan timbul karena terakumulasinya produk sisa dalam
otot dan tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan. Secara lebih jelas
terdapat 3 penyebab timbulnya kelelahan fisik, yaitu:
1. Oksidase glukosa dalam otot menimbulkan CO2, saerolactic, phosphati dan
sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemusian
dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat
tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluaran, sehingga timbul
penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.
2. Karbohidrat didapat dari makanan dirubah jadi glukosa dan disimpan dihati
dalam bentuk glukogen. Setiap cm2 darah normal akan membawa 1 mm
glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1% dari sejumlah
glikogen yang ada dalam hati karena bekerja persediaan glikogen akan menipis
dan kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal
0,7%.
3. Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk dalam pernafasan kira-kira 4
Lt/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara kira-kira 15
Lt/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tetentu akan dijumpai suatu
keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil
dari tingkat kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan yang timbul
dikarenakan reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat
menjadi air dan karbon dioksida agar dikeluarkan dari tubuh, menjadi tidak
26 | P a g e

seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat
terakumulasi dalam otot dalam peredaran darah)

2.9.1.2 Berdasarkan Penyebab Kelelahan
Ada beberapa macam kelelahan yang diakibatkan oleh beberapa faktor,
seperti:
1. Lelah otot, yang diindikasikan dengan munculnya gejala kesakitan ketika otot
harus menerima beban berlebihan.
2. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ
visual (mata) yang terkonsentrasi secara terus menerus pada suatu objek.
3. Lelah mental, yaitu kelelahan yang datang melalui kerja mental seperti berfikir
sering juga disebut sebagai lelah otak.
4. Lelah monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang
bersifat rutin, monoton, ataupun lingkungan kerja yang menjemukan.

2.9.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelelahan
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan:
1. Aktivitas berulang
Aktifitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus.
Kelelahan terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus
menerus, tanpa memperoleh kesempatan untuk melakukan relaksasi.

2. Sikap kerja tidak alami
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi-
posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi
bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin mudah terjadi kelelahan. Sikap kerja
tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan kerja tidak
sesuai dengan kemmpuan dan keterbatasan pekerja (Manuaba, 2000).
3. Umur
Seiring dengan bertambahnya umur, maka bagi seorang pekerja akan
semakin cepat merasa kelelahan.
27 | P a g e

4. Kesegaran jasmani
Pada umumnya kelelahan tidak dialami oleh seseorang yang dalam
aktifitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat.
Sebaliknya, bagi yang dalam pekerjaan kesehariannya memerlukan tenaga
besar dan tidak cukup istirahat akan lebih sering mengalami kelelahan. Tingkat
kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan
otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan dengan bertambahnya aktivitas fisik.
5. Kebosanan
Seseorang yang merasa bosan dengan pekerjaannya akan mudah
merasakan kelelahan.
6. Lingkungan kerja
Lokasi/tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan, dimana
terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya banyak pengaruh
kerja di tempat itu (Silalahi, 1991). Desain dari lokasi kerja yang tidak
ergonomis, dari segi pencahayaan dan kebisingan dapat menimbulkan cepat
lelah. Tempat kerja yang baik apabila lingkungan kerja aman dan sehat.
7. Peralatan dan Perlengkapan
Langkah penting dalam perencanaan adalah memilih peralatan dan
perlengkapan yang efektif sesuai dengan apa yang diproduksinya. Pada
dasarnya peralatan/perlengkapan mempunyai bagian-bagian yang bisa
menyulitkan pekerja sehingga dalam pengoperasiannya menimbulkan
kelelahan.
2.9.3 Pengukuran Kelelahan
Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara
langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya
hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.
Pengukuran kelelahan kerja terbagi atas 2 macam yaitu pengukuran secara
objektif dan pengukuran secara subyektif. Secara obyektif dapat dilakukan
dengan menggunakan alat ukur untuk mengukur kelelahan kerja, antara lain:


28 | P a g e

1. Pengukuran waktu reaksi
Waktu reaksi yang diukur dapat merupakan reaksi sederhana atas rangsangan
tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi. Biasanya waktu reaksi
adalah jangka waktu pemberian suatu rangsangan sampai pada suatu saat
kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan tertentu misalnya :
a. Nyala lampu sebagai awal dan pijat tombol sebagai akhir jangkauan waktu
tertentu.
b. Denting suara dan injak pedal.
c. Sentuhan badan dan pemutaran setir.
2. Uji hilangnya kelipan (Flicker Fusion Test)
Dengan kelelahan-kelelahan kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan
akan berkurang. Semakin lelah, semakin panjang waktu yang diperlukan untuk
jarak antara dua kelipan. Salah satu alat uji kelip adalah buatan sibata. Uji
kelipan menunjukkan pula keadaan kewaspadaan tenaga kerja.
3. Pengamatan tentang koordinasi dan efisiensi gerakan fisik.
Aneka ragam kegiatan tubuh dan efisiensinya dapat dinilai seperti :
a. Keseimbangan badan ketika berdiri.
b. Koordinasi mata dan tangan.
c. Uji akomodasi mata dan tangan.
d. Kemampuan tangan dan jari.
Kelelahan kerja akan menurunkan koordinasi dan efisiensi kegiatan fisik.
4. Pendekatan dengan kemampuan konsentrasi
Kecepatan dan ketelitian untuk menyelesaikan suatu atau serangkaian tugas yang
diberikan merupakan pencerminan dari konsentrasi atau daya piker yang baik.







29 | P a g e

III. METODELOGI

3.1 Cara perhitungan denyut nadi
Pelaksanaan :
- Tempel dan tekankan (Jangan terlalu keras) tiga jari (telunjuk, tengah, manis)
salah satu tangan pada pergelangan tagan yang lain. Temukan denyut nadi anda.
Setelah itu, barulah Anda mulai menghitung.
- Hitunglah denyut nadi Selama 15 detik. Kemudian, hasilnya dikalikan 4.

Angka-angka :
- Denyut nadi normal: 60 - 100/menit
- Denyut nadi maksimal: Nadi Max = 80% x (220 umur )
- Zone latihan (training zone; yaitu tingkat intensitas dimana Anda bisa
berolahraga): 70% - 85% dari denyut nadi maksimal

3. 2 Penilaian Metabolisme Tubuh (Body Metabolism)

1) Denyut Nadi (Denyut/Menit)
Suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain dengan metode 10 denyut
(Kilbon, 1992 dalam Tarwaka, dkk 2004). Denyut nadi untuk mengestimasi indek
beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a) Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan
dimulai.
b) Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja
c) Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan denyut nadi
kerja. Adapun persamaan dari metode 10 denyut sperti terlihat pada rumus
dibawah. Denyut Nadi (Denyut/Menit) =




Denyut Jantung (Denyut/Menit) = 60
10

n Perhitunga Waktu
Denyut

30 | P a g e

2) % HR Reverse
Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja
maksimum oleh (Rodahl (1989) dalam Tarwaka, dkk 2004:101) didefinisikan
sebagai Heart Rate Reverse (HR Reverse)
yang diekspresikan dalam presentase.
% HR Reverse =



Dimana:
Denyut Nadi Maksimum (DNMax) adalah:
(220 umur) untuk laki-laki dan (200 umur) untuk perempuan

3) % CVL (Cardiovasculair Strain)
Suatu estimasi untuk menentukan klasifikasi beban kerja bedasarkan peningkatan
denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum.

100
) ker ( 100
%


=
istirahat nadi Denyut maksimum nadi Denyut
Istirahat Nadi Denyut ja nadi Denyut
CVL


4) Menghitung nadi pemulihan
Denyut nadi pemulihan (P) dihitung pada akhir 30 detik menit pertama,
kedua dan ketiga (P1, P2, P3). Rerata dari ketiga nilai tersebut dihubungkan
dengan total cardiac cost dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Jika P1 P3 10 atau P1, P2, P3 seluruhnya < 90, nadi pemulihan normal
b) Jika rerata P1 yang tercatat 110, dan P1 P3 10, maka beban kerja tidak
berlebihan (not excessive)
c) Jika P1 P3 < 10 dan Jika P3 > 90, perlu redesaian pekerjaan




% HR Reserve = 100

DNI DNmaks
DNI DNK

31 | P a g e

5) Menghitung konsumsi energi
Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk
hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi
kuadratis sebagai berikut:
E = 1,80411 0,0229038 X + 4,71733 x 10-4 X2 ...................... (3.4)
Dimana:
E = Energi (Kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)

6) Menghitung total metabolisme
Tot Met = 60 Energy x Ox Uptk ................................................ (3.5)
Dimana:
Tot Met = Total Metabolism (total metabolisme)
Energy = Konsumsi energi (Kkal/menit)
Ox Uptk = Oxygen Uptake (konsumsi oksigen) (Liter/menit)

7) Menghitung waktu istirahat
Metode Pendekatan Fisiologis
Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk
hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi
kuadratis sebagai berikut:
E = 1,80411 0,0229038 X + 4,71733 x 10-4 X2 ...................... (3.6)
Dimana:
E = Energi (Kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)
Setelah melakukan penghitungan diatas, kita dapat menghitung konsumsi energi
dengan menggunakan persamaan :
K= Et -Ei.......................................................................................(3.7)
Dimana:
K = Konsumsi energi (kilokalori/menit)
Et = Pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori/menit)
32 | P a g e

Ei = Pengeluaran energi pada waktu sebelum bekerja
BM = Metabolisme basal (pria = 1,7 kkal/menit, wanita = 1,4
kkal/menit)
T = Lamanya bekerja (menit)

INTERPOLASI
Contoh:
Jika diketahui seseorang yang mempunyai detak jantung 60 detak/menit
sama dengan membutuhkan energy expenditure 2,5 calories per minute. Maka,
berapakah energy expenditure yang dibutuhkan oleh orang yang mempunyai
detak jantung 77 detak/menit ? Analisislah dengan menggunakan interpolasi!
60-77 2,5-x
=
60-100 2,5-5
-17 2,5-x
=
-40 -2,5
42,5 = -100 + 40 x
142,5 = 40x
X = 3,56
Jadi energi expenditure yang diperlukan adalah 3,56 calories per menit






33 | P a g e

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
GR
UB
A
NARCOBA JK USIA DENYUT
NADI
ISTIRAHAT
DENYUT
NADI
KERJA
NADI
KERJA
%CVL KLASIFI
KASI
WORKL
OAD
OXYIGEN
CONSUM
PTION
OXYIGEN
EXPENDIT
URE
I 1. lydia. M pr 20 92 120 20 25 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
1,4 7
2. muamin lk 18 69 120 51 33,77 di
perluka
n
perbaik
an
modera
te
1,4 7
3. desi pr 19 84 116 42 27,5 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
1,32 6,6
4. putri
indah.s.
pr 17 96 110 14 13,08 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
1,2 6
5.rahmani
a p.o
pr 18 98 110 12 11,5 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
1,2 6
6. gusti
nilasari
pr 20 99 110 11 11 di
perluka
n
perbaik
an
light 1,01 3,9
7. Pandu lk 19 82 152 18 25 tidak
terjadi
kelelah
an
moder
ate
0,24 6,2
II 1.
bunyamin
lk 18 90 112 22 20 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
0,921 4,8
2.aditya
prasetyo
lk 18 97 116 19 18,09 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
0,962 4,9
34 | P a g e

3.mutiara pr 18 68 93 15 44 di
perluka
n
perbaik
an
light 1,0 3,0
4.tiara pr 19 100 106 106 59 di
perluka
n
perbaik
an
modera
te
7,0 5,94
5.dela

pr 19 90 120 30 22,2 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
1,2 5,2
6.
adawiyah
pr 19 96 112 14 16,47 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
1,08 4,6
7. shasti pr 19 85 93 8 6,8 tidak
terjadi
kelelaha
n
light 0,91 4,55
III 1.desmia pr 18 84 118 34 28,81 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
1,36 6,8
2.lefiriana pr 18 89 105 16 14,15 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
1,1 5,5
3.alqodri.
S
lk 17 84 115 31 25,71 tidak
terjadi
kelelaha
n
modera
te
1,25 6,5
4.yernica pr 18 93 114 21 19,26 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
0,08 6,0
5.rangga lk 19 85 128,6 43,6 37 diperlu
kan
perbaik
an
heavy 1,57 7,2
6.yessy pr 20 95 118 19 22,4 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
1,36 4,2
35 | P a g e

7. dimas

lk 19 87 100 13 11,3 tidak
terjadi
kelelah
an
moder
ate
0,83 4,1
IV 1.alfajri
ridho
lk 18 76 104,3 13,6 22,46 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
1,25 5,43
2.dimas
ismail
lk 18 98 1116 28,3 13,07 tidak
terjadi
kelelah
an
light 1,08 5,96
3.siska s pr 18 84 96 12 10,1 tidak
terjadi
kelelah
an
light 0,95 4
4.rogayah pr 19 82 98 16 13,4 tidak
terjadi
kelelah
an
light 0,97 4,8
5.egyd
tradiga
lk 19 80 98 18 14,57 tidak
terjadi
kelelah
an
light 0,975 4,8
6. vinitiara pr 19 87 120 33 28,69 tidak
terjadi
kelelah
an
moder
ate
1,4 7
7. nova pr 18 99 110 11 11 diperlu
kan
perbaik
an
light 1,01 3,9
V 1.alfreda
devina
pr 18 85 115 30 22,2 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
1,3 5,5
2.yolanda pr 17 86 120 34 25,3 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
1,2 5,2
3.malahay
ati
pr 18 92 115 23 20,9 tidak
terjadi
kelelah
an

modera
te
1,3 6,5
36 | P a g e

4.santa m pr 18 95 115 20 18,6 tidak
terjadi
kelelah
an
heavy 1,3 6,5
5.afif
naufal
lk 18 94 136 42 33,3 di
perluka
n
perbaik
an
heavy 1,72 8,6
6. yogi

lk 20 78 94 16 12,8 tidak
terjadi
kelelah
an
light 0,925 4.625
7. kurniadi

Lk 18 92 120 20 25 tidak
terjadi
kelelah
an
modera
te
1,4 7


GR
UB
B
NARCOBA JK USIA DENYUT
NADI
ISTIRAHAT
DENYUT
NADI
KERJA
NADI
KERJA
%CVL KLASIF
IKASI
WORK
LOAD
OXYGEN
CONSUM
PTION
OXYGEN
EXPENDIT
URE
I 1. Nanda
Dian.N
pr 19 87 98 11 9,7 tidak
terjadi
kelela
han
light 0,84 4,18
2.m alif lk 18 85 124 39 33,3 diperlu
kan
perbai
kan
light 0,81 4,06
3.almira pr 18 78 106 28 22,6 tidak
terjadi
kelela
han
light 0,72 3,62
4.nidiah pr 18 77 94 17 13,6 tidak
terjadi
kelela
han
light 0,92 4,62
5.sulthan
ah.a
pr 18 82 152 18 25 tidak
terjadi
kelela
han

moder
ate
0,24 6,2
37 | P a g e

6.fauziah
nabila
pr 18 95 102 7 6,54 Tidak
terjadi
kelela
han
light 0,93 4,7
7. Monda

lk 18 95 115 20 18,6 tidak
terjadi
kelela
han
heavy 1,3 6,5
II 1.mitra pr 18 83 107 27 23 tidak
terjadi
kelela
han
moder
ate
0,14 4,7
2.elin m.s. pr 18 87 100 13 11,3 tidak
terjadi
kelela
han
moder
ate
0,83 4,1
3.selviana pr 19 86 98 12 10,4 tidak
terjadi
kelela
han
light 0,82 4,12
4.izzaty.
AH
pr 18 83 107 14 12,8 tidak
terjadi
kelela
han
moder
ate
0,81 3,93
5.sheny.f pr 20 80 107 27 23 tidak
terjadi
kelela
han
moder
ate
1,14 4,7
6.bagus.h
.k
lk 17 71 100 29 25,8 tidak
terjadi
kelela
han
light 0,75 3,18
7.m.risky.
R
lk 18 81 117 36 41 diperlu
kan
perbai
kan
light 0,55 5,31
III 1.arti pr 18 85 93 8 6,8 tidak
terjadi
kelelah
an
light 0,91 4,55
2.nadya
win
pr 19 97 116 19 7,6 tidak
terjadi
kelela
han


light 0,132 5,2
38 | P a g e

3.iqbal
ali.R
Lk 18 80 97 17 13,9 tidak
terjadi
kelela
han
light 0,96 4,8
4.Faizal
fatur. R
Lk 19 92 111 19 17,4 tidak
terjadi
kelela
han
moder
ate
1,22 5,5
5.siti
zalika
pr 17 78 94 16 12,8 tidak
terjadi
kelela
han
light 0,925 4.625
6.Rizky
Zuriaty
pr 18 70 95 25 8,93 tidak
terjadi
kelela
han
light 0,937 4,68
7.riska pr 18 80 103 13 11,6 tidak
terjadi
kelela
han
moder
ate
1,06 5,3
IV 1.fakhri Lk 18 82 113 31 25,8 tidak
terjadi
kelela
han
light 0,7 3.875
2.eva pr 18 95 116 21 19,6 tidak
terjadi
kelela
han
light 0,7 3,25
3.Alprians
yah
Lk 16 92 107 15 13,4 tidak
terjadi
kelela
han
light 0,9 4,5
4.Tiya A.E pr 18 87 120 33 28,6
9
tidak
terjadi
kelela
han
moder
ate
1,4 7
5.Triyanti pr 18 96 86 11 8,6 tidak
terjadi
kelela
han
light 0,825 4
6.Rani J

pr 18 116 94 15 12,1 tidak
terjadi
kelela
han

light 0,85 4,6
39 | P a g e

7. Faldy

Lk 20 96 112 14 14,6 Tidak
terjadi
kelela
han
moder
ate
1,07 4,8
V 1.Bunga pr 18 82 111 29 24,1
6
tidak
terjadi
kelela
han
light 0,77 3,87
2.Intan pr 19 90 117 31 24,3
6
tidak
terjadi
kelela
han
moder
ate
8,5 3,87
3.Bella pr 18 80 110 15 13,4 tidak
terjadi
kelela
han
moder
ate
1,12 0,425
4. Siti
nurbaya
pr 23 72 123 41 9,7 tidak
terjadi
kelela
han
moder
ate
1,46 5,2
5.Awin
Arja Sirait
LK 18 74 120 46 33 diperlu
kan
perbai
kan
light 0,71 7,3
6.Devi pr 18 74 120 46 33 diperlu
kan
perbai
kan
light 1,4 7,56
7.Shindi pr 18 80 117 31 24,3 diperlu
kan
perbai
kan
moder
ate
8,5 6,6

4.2 Pembahasan atau interpretasi
Dari hasil yang telah didapat ada 58 naracoba diklasifikasikan dalam
kelompok tidak terjadi kelelahan, itu berarti pada naracoba denyut nadinya atau
detak jantungnya normal. Dimana rentang angka < dari 30 itu menandakan tidak
terjadi kelelahan, dan ada 12 naracoba yang hasil %CVL 30< x < 60 diperlukan
perbaikan.
< 30% = Tidak terjadi kelelahan
40 | P a g e

0-<60% = Diperlukan perbaikan
60-<80 = Kerja dalam waktu singkat
80-<100% = Diperlukan tindakan segera
>100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas

Sedangkan pada perhitungan menentukan waktu standar dengan metode
fisiologi, ada sebagian narcoba yang diklasifikasikan dalam kelompok light yang
berkisar antara, untuk Oxygen Consumtion (0,5-1,0) liter/min, untuk energi
expenditure berkisar antara (2,5-5,0) cal/min, dan untuk heart rate during work
(60-100) beats/min, dan ada sebagian yang diklasifikasikan dalam kelompok
moderate yang rentang kisaran angkanya yaitu: untuk Oxygen consumtion (1,0-
1,5)liter/min, untuk energy expenditure (5,0-7,5) cal/min, untuk heart rate during
work (100-125) beats/min, dan hanya ada 3 naracoba yang diklasifikasikan dalam
kelompok heavy.
Tabel 1.1 Tabel
Klasifikasi Beban
Kerja Work Load
Oxygen
consumtion
(liter/min)
Energi Expenditure
(cal/min)
Heart Rate during
Work (Beats/min)
Light 0.5 1.0 2.5 5.0 60 100
Moderate 1.0 1.5 5.0 7.5 100 125
Heavy 1.5 2.0 7.5 10.0 125 150
Very Heavy 2.0 2.5 10.0 12.5 150 175







41 | P a g e

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum mengenai Fisiologi, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Fisiologi kerja merupakan suatu studi tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja dan kelelahan selama otot bekerja.
2. Dari hasil analisis, disimpulkan bahwa jenis kelamin dan berat badan tidak
mempengaruhi heart rate normal. Jumlah denyut jantung akan dipengaruhi
oleh aktivitas yang biasa dilakukan seseorang.
3. Hasil analisis menunjukkan bahwa banyaknya denyut jantung pria dan wanita
tidak jauh berbeda saat melakukan aktivitas maupun saat recovery. Denyut
jantung akan semakin tinggi ketika aktivitas yang dilakukan semakin berat
(yaitu pada aktivitas 3 = 8 km/jam), sehingga denyut jantung recovery-nya
juga lebih tinggi (terlihat pada recovery 3).
4. Pada hasil analisa CVL, terlihat bahwa semakin banyak aktivitas yang
dilakukan, maka nilai CVL semakin besar.
5. Jika diamati hasil perhitungan waktu istirahat, maka aktivitas yang paling
membutuhkan istirahat paling banyak adalah aktivitas ketiga yaitu 8 km/jam.

5.2 Saran
Siapkan langkah-langkah pengerjaan dan peralatan yang tepat sebelum
melakukan pengukuran terhadap fisiologi tubuh. Pastikan praktikan dalam
keadaan fit untuk melakukan praktikum.

You might also like