You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Irigasi pada umumnya adalah usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan-bangunan dan saluran-saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagi-bagikan air ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara yang teratur dan membuang air yang tidak diperlukannya lagi, setelah air itu digunakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmu irigasi sangat penting untuk membuat petani atau rakyat sekitarnya dapat memanfaatkan sumber air yang ada, sehingga petani dapat meningkatkan kesejahteraannya. Dari sini menuntut perencana, terutama Civil Enggenering harus dapat merencana irigasi khususnya jaringan irigasi dengan baik dan efesien, sehingga menguntungkan semua pihak. Untuk mencapai hal tersebut maka para calon perencana mulai sejak dini (mahasiswa) harus mengetahui ilmunya, dan untuk aplikasinya maka mahasiswa diberikan tugas terstruktur perencanaan peta petak daerah irigasi.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PERENCANAAN Maksud irigasi ialah untuk mencukupi kebutuhan air guna pertanian dan tujuan irigasi tergantung dari kebutuhan untuk apa irigasi itu akan diperlukannya. Maksud itu dapat dibagi dalam : a. Membasahi tanah b. Merabuk c. Mengatur suhu (temperatur) tanah d. Menghindari gangguan dalam tanah e. Kolmatase f. Membersihkan air kotoran g. Mempertinggi air tanah.

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

Perencanaan peta petak daerah irigasi ini harus memenuhi tujuan dan maksud irigasi, oleh karena itu perencanaan tugas ini dibuat dengan peraturan atau kriteria yang telah disusun oleh instansi yang berwenang, dengan pengarahan dosen mata kuliah irigasi.

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

BAB II KRITERIA PERENCANAAN

2.1 TRASE SALURAN Pada jaringan irigasi Trase saluran dapat dibagi dua, yaitu : Trase penyusun saluran-saluran irigasi pembawa dan Trase penyusun pembuangan air.

A. Trase Penyusunan Saluran-Saluran Irigasi Pembawa Dalam penyusunan saluran irigasi seolah-olah kita harus memperhatikan kehematan pembiayaannya, akan tetapi berhubungan dengan formasi dan letak geographi tanah, keadaan setempat dan lain-lain hal lagi, seringkali terpaksa kita menetapkan susunan saluran yang memerlukan biaya tinggi, karena dipandang dari sudut teknis tidak ada cara pemecahan soal lain yang dapat mencukupi terhadap syarat-syarat yang diperlukannya. Jika ada 2 cara pemecahan soal susunan saluran yang kiranya dapat mencukupi terhadap syarat-syaratnya, terhadap soal : maka perihal ini kita harus

mempertimbangkan

pembiayaannya,

kemungkinan

penyelenggaraanya. Kehematan pemeliharaannya berhubungan dengan panjangnya atau letaknya saluran-saluran dan banyaknya atau besarnya bangunan-bangunan. Susunan saluran irigasi seharusnya terpisah dari susunan pembangunan air. Pada keadaan yang memaksa ada kalanya saluran irigasi di alirkan ke saluran pembuangan dan kemudian dipergunakan, selain untuk membuang air, juga untuk penyaluran air guna mengairi sawah-sawah di sebelah hilir. Jaring-jaring saluran itu harus mencukupi terhadap syarat untuk saluran pembawa dan syarat-syarat untuk saluran pembuangan. Jika salah satu syarat tidak dicukupi maka beberapa kesulitan tentu akan dialaminya. Karena itu jika keadaan masih memungkinkan pembiayaannya tidak terlalu tinggi janganlah merencanakan susunan saluran penyaluran dengan pembuangan.

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

B. Trase Penyusunan Pembuangan Air Daerah irigasi tehnis membutuhkan saluran panyaluran air yang baik dan juga susunan pembuangan air yang baik dan teratur. Pembuangan air yang tidak baik atau tidak terpelihara akan merugikan sangat terhadap tanaman bahkan seringkali merusak tanaman. Terutama di tanah datar harus mendapat perhatian benar-benar terhadap kebaikan dan pemeliharaan pembuangan air itu. Pembuangan yang sewaktu-waktu dipasang bendung sementara untuk diambil airnya untuk membantu penyaluran air, atau dipasang sero guna mendapat ikan akan menimbulkan kerugian besar terhadap tanaman. Seringkali pada waktu menyusun petak-petak tercier dengan mengambil serokan-serokan pembuangan air sebagai batas-batasnya maka dengan sendirinya terbentuklah susunan pembuangan air yang baik. Ukuran saluran pembuangan didasarkan atas penghiliran air terbesar dari daerah pengalirannya. Adapun untuk merintis jalannya saluran adalah sebagai berikut : 1. Setelah dibuatnya petak-petak tersier dan petak-petak sekunder dalam peta dengan skala tertentu lalu direncanakan jalannya saluran-saluran irigasi sebagai rintisan sementara. Pada merintis saluran di peta ikhtiar harus diperhatikan syarat-syarat berikut : a. Letak saluran harus cukup tinggi guna mengairi seluruh daerah irigasi dan airnya dapat mudah dibagi-bagi ke petak-petak tersier dengan perantara bangunan-bangunan sadap. b. Harus diusahakan jangan terletak di tanah urugan yang tinggi, juga jangan ada di tanah galian yang dalam. c. Carilah rintisan yang sependek-pendeknya dengan mengingat syaratsyaratnya kemungkinan penyelenggaraan dan penghematan

pembiayaanya. d. Hindarkan sedapat mungkin rintisan pada tanah lunak atau tanah cadas keras, supaya menghindarkan pengeluaran biaya guna perbaikan tanah. e. Sedapat mungkin rintisan saluran pertama dan sekunder ditempatkan di tepi jalan raya atau direncanakan dengan pembuatan jalan, supaya

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

pengangkutan bahan-bahan guna pembuatan bangunan-bangunan mudah dilakukan dan juga memudahkan terhadap pengurusan dan pemeliharaan saluran-saluran dan bangunan-bangunannya. 2. Karena luasnya dan susunannya dari petak-petak tersier telah ditetapkan, maka kita dapat menghitung kekuatan dan ukuran dan saluran-salurannya dan juga dapat ditetapkan tinggi muka air ditiap-tiap bangunan yang didasarkan atas tinggi tanah yang akan dialirkannya.

3. Setelah rintisan sementara ditetapkan lalu dilakukan pengukuran tanah yang lebih teliti sepanjang rintisan (trace) jalannya dan penampang-penampang melintang dalam skala 1: 500, 1: 200 atau 1 : 100. 4. Sebaiknya tinggi muka air saluran induk dan sekunder seolah-olah direncanakan di bawah tanah lapangan misalnya 0.10 sampai 0.25 m. Supaya airnya tidak mudah hilang karena bocoran atau mudah diambil dengan secara tidak sah. Hal ini tentunya tidak selalu mungkin. 5. Seringkali permulaan arah saluran induk mengikuti garis tinggi tanah. Setelah saluran induk itu sampai ditempat yang tepat, maka ia dibelokan kepunggung tanah, dan terbagi dalam dua saluran sekunder; yang satu dari padanya mengikuti garis tinggi sedang yang lain dibelokan kepunggung tanazh yang arahnya hampir siku dengan garis tanah. Menurut letak saluran dapat dibedakan dalam saluran dilereng tanah, terkenal sebagai saluran trache dengan terjemahan saluran garis tinggi dan saluran di punggung tanah.Kedua saluran termaksud diatas mempunyai sifat berlainan dan tentunya mempunyaio syarat-syarat yang berlainan pula. 6. Saluran dilereng tanah mengikuti garis tanah yang biasanya tidak membutuhkan terjunan air, jadi tidak memerlukan pembikinan bangunan penerjun atas saluran miring dan kecepatan alirannya dapat disesuaikan dengan syarat formasi tanah setempat sedang tanah galiannya dapat dipergunakan untuk membuat tanggul di sebelahnya yang tentuntnya dapat menghemat pengeluaran biaya.

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

Di samping keuntungan tersebut di atas terdapat beberapa kesulitan, misalnya : saluran di lereng tanah biasanya bersilangan dengan lembah-lembah tanah serokan-serokan pembangunan atau sungai yang walaupun biasanya tidak begitu besar akan tetapi sering sekali curam. Pada persilangan itu di butuhkan bangunan, antara lain : gorong-gorong, talang atau sipon yang biaya penyelenggaraannya tidak sedikit. Saluran di lereng tanah biasanya berbelok-belok dengan sendirinya saluran itu menjadi panjang juga karena harus membuat tanggul dilereng tanah yang biasanya harus diberi perkuatan atau pertahanan, karena tanggul mudah longsor. Saluran di lereng tanah menghalang-halangi air yang mengalir di lereng tanah misalnya air hujan. Untuk menghindarkan masuknya air hujan kedalam saluran, maka perlu dibuatnya serokan pembuang disebelah atasnya saluran yang sejalan dengan saluran. Air hujan termasuk di atas sering kali tidak dapat seluruhnya dihindarkan dan terpaksa sebagian dari air hujan itu masuk kedalam saluran yang biasanya benda-benda padat, misalnya koral, pasir dan tanah kedalam saluran yang mengakibatkan banyak endapan di saluran dan dsasar saluran menjadi dangkal. Pada waktu hujan di saluran terdapat penambahan banyaknya aliran yang tidak dibutuhkan guna pengairan dan agar saluran lanjutannya tidak menjadi rusak karena kebanyakan air maka di tempat di mana air kelebihan itu dapat di buang, dibuatnya bangunan guna membuang air yang kelebihan itu. Bangunan mana disebut : bangunan pelimpah atau peluap dengan atau tidak dengan alat penahan banjir . 7. Saluran di punggung tanah tidak menemui kesukaran terhadap adanya persilangan dengan lembah tanah serokan pembangunan atau sungai. Saluran dapat dibuat pendek karena biasanya dapat dibuat lurus. Pembuatan saluran pembuangan di sebelah atasnya yang sejajar dengan saluran irigasi tidak diperlukan, jadi juga kemungkinan mendapat tambahan air dan endapan ke dalam saluran itu tidak akan ada.

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

Saluran di punggung tanah dapat mengairi sawah-sawah kekanan dan ke kiri, jadi kesulitan yang dialami dalam pembikinan saluran di lereng tanah di sini tidak akan dapat. Perhatian yang harus dicurahkan terhadap pembikinan saluran itu, berhubung dengan formasi tanah, maka untuk menurunkan muka air diperlukan pembikinan bangunan-bangunan antara lain bendung curahan atau saluran miring. Bangunan-bangunan itu sering kali membutuhkan biaya yang besar.

2.2 PETAK TERSIER Daerah irigasi tehnis dibagi-bagi dalam beberapa bidang tanah yang disebut petak-petak penghabisan, petak-petak pengairan atau petak-petak tercier dan ditetapkan tempat pengambilan air dari saluran irigasi untuk tiap-tiap bidang tanah (petak tercier) itu. Bentuk dari suatu petak tercier harus tertentu dan luasnya petak-petak tercier jangan terlalu banyak perbedaan. Luas petak tercier dapat diambil : Di tanah datar Di tanah agak miring Di tanah perbukitan (pengunungan) 200 300 ha 100 200 ha 50 100 ha

(Perhatikan : Majalah Ing. In NI 1939 No. 1 dan 1941 No. 9 tentang besarnya petak tersier). Petak tersier yang besar menyulitkan pengurusan pembagian airnya dalam petak itu, sedang petak tersier yang kecil membutuhkan banyaknya bangunanbangunan penyadap tersier yang menjadikan mahal dalan pembuatannya. Petak-petak tersier untuk pengairan tehnis harus mencukupi terhadap syaratsyaratnya :

a. Harus mempunyai bentuk dan luas tertentu Jika bentuknya atau luasnya dari petak-petak tercier terlalu berbedaan, maka kehilangan airnya, jadi juga kebutuhan airnya dalam petak-petak itu akan berbeda sekali

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

b. Batas petak tersier harus jelas dan pemberian airnya harus ditetapkan di satu tempat. c. Dari tempat pemberian air seluruh tanah di dalam petak itu harus bisa mendapat air d. Air yang telah dipergunakan dan air hujan harus dapat di buang dengan tidak terganggu e. Petak tersier harus merupakan satu bidang tanah yang tidak terpisah-pisah f. Petak tersier seolah-olah harus terletak dalam satu desa, jika tidak munkin baru direncanakan dalam 2 sampai 3 desa g. Banguna penyadap tersier (pemberian air) harus seolah-olah di perbatasan petak tersier, jika tidak mungkin supaya letak petak itu tidak jauh dari bangunan penyadap tersier.

2.3 KAPASITAS SALURAN Dalam medimensi saluran irigasi ini terlebih dahulu harus mengetahui berapa besar debit yang akan dialirkan melewati saluran itu. Seperti telah kita ketahui tanaman padi memerlukan air lebih banyak dari pada tanaman tebu maupun palawija. Berdasarkan percobaan yang dilakukan di daerah irigasi Pemali (yang di jadikan pedoman sampai saat ini), maka pemakaian air untuk tanaman padi adalah sebagai berikut : Untuk padi dalam (rendangan). 1. Sebanyak 0.3 a l/det/ha guna pengolahan tanah/pembibitan yang luasnya 1/8 x sampai 1/12 x luas sawah yang akan ditanami selama bulan pertama. Selama itu hanya tempat-tempat pembibitan yang diberi air. 2. Sebanyak a l/det/ha guna pengolahan tanah dan menanam selama bulan ke-2, ke-3 dan ke-4. 3. Sebanyak 0.70 a l/det/ha guna tumbuhnya tanaman selama bulan ke-5 sampai dengan ke-10. 4. Sesudah itu tanaman tidak memerlukan air hingga saat panen.

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

Satuan a merupakan kebutuhan air maksimum dalam proses penanaman. Untuk menentukan besarnya a ini dapat dilihat dalam perhitungan water requirement. Sebenarnya memakai metode ini untuk menghemat penggalian saluran yang besar. Seperti yang diketahui dalam suatu daerah irigasi kadang-kadang luasnya sangat besar, sehingga kita tidak dapat melaksanakan penanaman secara serentak. Adapun hal-hal yang tidak dapat melaksanakan penanaman serentak itu, ialah keterbatasan tenaga manusia, hewan penggarap serta mungkin pula kekurangan air yang tersedia untuk irigasi itu sendiri. Dengan keadaan yang demikian itu, maka direncanakan penggiliran pemakaian air atau cara rotasi secara alamiah. Untuk itulah dalam menghitung kapasitas saluran ini kita tidak perlu mengalikan luas areal dengan a (atau Axa), melainkan kita harus mengalikan lagi dengan suatu faktor (koefisien) yang menurut ordinat lengkung tegal. Lengkung kapasitas tegal ini dari 0 ha sampai 140 ha merupakan garis lengkung, dan dari 140 ha sampai 700 ha merupakan garis miring lurus, sedangkan untuk daerah yang lebih besar dari 700 ha merupakan garis datar lurus dengan ordinat 0.80. Pada perhitungan ini digunakan koefisien lengkung tegal. Dengan demikian untuk menghitung kapasitas saluran dapat dirumuskan sebagai berikut : Q=axA Q = debit saluran (l/det) a / NFR = kebutuhan air normal dari tumbuhan (l/det/ha) A = luas daerah yang akan diairi (ha) 2.4 KECEPATAN ALIRAN Kecepatan aliran irigasi ini tergantung pada sistem irigasi yang digunakan, misalnya kecepatan pada sistem irigasi permukaan akan berbeda dengan kecepatan sistem irigasi bawah permukaan begitu pula dengan sistem irigasi penyiraman. Hal tersebut dapat dikarenakan karena beberapa faktor antara lain tekanan yang ditimbulkan, keadaan tofografi, kapasitas air dan lain sebagainya.

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

Sehubungan dengan perbedaan tekanan, kecepatan aliran irigasi maka kecepatan dapat dibagi menjadi dua yaitu kecepatan pada saluran terbuka dan kecepatan pada saluran tertutup. Namun disini kita akan membahas kecepatan yang terjadi pada saluran terbuka, dimana pada umumnya sistem irigasi di Indonesia menggunakan saluran terbuka (Sistem irigasi permukaan/surface irrigation) dan ini pun sesuai dengan tugas struktur perencanaan irigasi yang diberikan oleh dosen mata kuliah tersebut. Dalam aliran melalui saluran terbuka, distribusi kecepatan tergantung pada banyak faktor pula seperti bentuk saluran, kekasaran dinding dan juga debit aliran. Distribusi kecepatan tidak merata disetiap titik pada tampang lintang.

Saluran Trapesium Saluran Segitiga

Saluran dangkal Pipa

Saluran persegi

Pada gambar di atas menunjukan distribusi kecepatan pada tampang lintang saluran dengan berbagai bentuk saluran, yang digambarkan garis kontur kecepatan. Terlihat bahwa kecepatan minimum terjadi di dekat dinding batas (dasar dan tebing)

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

10

dan bertambah besar dengan jarak menuju kepermukaan. Hal ini terjadi karena adanya gesekan antara zat cair dan tebing saluran dan juga karena adanya gesekan dengan udara pada permukaan. Untuk saluran yang sangat lebar, distribusi kecepatan disekitar bagian tengah lebar saluran adalah sama. Hal ini disebabkan karena sisi-sisi saluran tidak berpengaruh pada daerah tersebut, sehingga saluran dibagian itu dapat dianggap 2 dimensi (vertikal). Apabila lebar saluran lebih besar dari 5 10 kali kedalaman aliran yang tergantung pada kekasaran dinding. Dalam praktek, saluran dapat dianggap sangat lebar (lebar tak terhingga) apabila lebar saluran lebih besar dari 10 kali kedalaman. Distribusi kecepatan pada vertikal dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran pada berbagai kedalaman. Semakin banyak titik pengukuran akan memberikan hasil semakin baik. Biasanya pengukuran kecepatan dilapangan dilakukan dengan menggunakan current meter. Alat ini berupa baling-baling yang akan berputar karena adanya aliran, yang kemudian akan memberikan hubungan antara kecepatan sudut baling-baling dengan kecepatan aliran. Untuk keperluan praktis dan ekonomis, dimana sering diperlukan kecepatan rerata pada vertikal, pengukuran kecepatan dilakukan hanya pada satu atau dua titik tertentu. Kecepatan rerata dapat diuku pada 0.6 kali kedalaman dari permukaan air, atau harga rerata dari kecepatan pada 0.2 dan 0.8 kali kedalaman. Ketentuan ini hanya berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan tidak ada penjelasan secara teoritis. Besar kecepatan rerata ini bervariasi antara 0.8 dan 0.95 kecepatan dipermukaan dan biasanya di ambil sekitar 0.85.

2.5 DIMENSI SALURAN Dalam perencanaan, semua saluran baik saluran induk, sekunder maupun tersier direncanakan dengan konstruksi tanah atau dengan perkataan lain salurannya adalah saluran tanah. A. Bentuk Hidraulis dan Kriteria 1. Penampang saluran berbentuk trapesium. 2. Kecepatan minimum (V) = 0.25 m/det 3. Lebar dasar minimum (b) = 0.30 m

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

11

4. Perbandingan antara b; h; v; dan kemiringan talud (m) tergantung dari debit. Hal tersebut dapat dilihat hubungannya pada tabel berikut.

Q 0.00 0.15 0.15 0.30 0.30 0.40 0.40 0.50 0.50 0.75 0.75 1.50 1.50 3.00 3.00 4.50 4.50 6.00 6.00 7.50 7.50 9.00

b/h

Kecepatan air V(m/det)

Kemiringan talud (m) 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1

1 1 1.5 1.5 2 2 2.5 3 3.5 4 4.5

0.25 - 0.30 0.30 - 0.35 0.35 - 0.40 0.40 0.45 0.45 0.50 0.50 0.55 0.55 0.60 0.60 0.65 0.65 0.70 0.70 0.70

5. Free board (W), tergantung pada debit.

Q (m3/det) 0.00 0.30 0.30 0.50 0.50 1.50 1.50 15.0

F (m) 0.30 0.40 0.50 0.60

6. Lebar tanggul (b) Saluran Induk Sekunder Tersier W (m) 2.00 1.50 0.50

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

12

7. Jari-jari belokan pada as saluran 3 7 kali lebar muka air 8. Kapasitas saluran ditentukan oleh luas areal (A), angka pemberian air dan koefisien lengkung tegal.

B. Rumus Saluran Terbuka Dengan Penampang Trapesium. Q = F. V F = (b + mh)h O = b + 2h m2 1 R = F/O Rumus Strickler : V = K R 2 / 3 I1/2 Dimana : Q = Debit saluran (m3/det) F = Luas penampang basah saluran (m2) V = Kecepatan aliran air (m/det) O = Keliling basah saluran (m) R = Jari-jari hidraulis (m) K = Koefisien kekasaran strickler

Untuk nilai debit tertentu nilai K dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Saluran Saluran Induk dan Sekunder Q > 10 m3/det Saluran Induk dan Sekunder 5 Q 10 m 3 / det Saluran Induk dan Sekunder Q < 5 m3/det Saluran muka Saluran tersier K 50 47.50 45 40.50 40

BAB III

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

13

ANALISIS PERHITUNGAN

3.1. PERENCANAAN DIMENSI SALURAN Dasar perhitungan diambil dari buku pedoman Kriteria Perencanaan . dengan mengambil data-data yang diperlukan dalam mendimensi saluran maka dapat diperhitungkan dimensi saluran dengan mencoba-coba ukuran b dan h. Prosedur pengerjaan, h0 dengan cara coba-coba antara lain : 1. Andaikan kedalaman air h = h0 2. menghitung kecepatan yang sesuai V0 V0 = k . [h0 . ( n + m ) / (n + 2 . 1 + m2 )]2/3 . Ia0,5 3. Hitung luas basah yang diperlukan A0 A0 = Q / V0 4. hitung kedalaman air yang baru h1 h1 =
A0 nm

5. Bandingkan h1 dan h0 Jika I h1 h0 I < 0,005, maka h1 = h rencana Jika I h1 h0 I > 0,005, maka h1 sebagai andaian baru dan perhitungan lagi sampai dengan I h1 h0 I < 0,005. 6. Hitung lebar dasar saluran b b = n . h rencana Untuk mencari dimensi saluran pada table 1 maka akan diambil sebagai contoh dari bangunan irigasi Rancamaya

3.2. PERENCANAAN SALURAN HIDROLIS Data yang diperlukan pada perencanaan saluran hidrolisis adalah : a. Elevasi sawah tertinggi Elevasi sawah tertinggi dicari untuk mendapatkan Elevasi muka banjir. b. Panjang Saluran yang akan dicari

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

14

Panjang saluran digunakan untuk mendapat beda ketinggian antara bangunan di hulu dan dihilir. Untuk data selanjutnya dapat dilihat pada tabel 2 Perencanaan Saluran Hidrolisis.

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

15

BAB IV KESIMPULAN

Irigasi adalah pemanfaatan Air dalam pertanian, yang fungsinya mengairi tanaman dari masa tanam sampai masa panen. Pada daerah yang beriklim tropis, daerah irigasi sangatlah bergantung pada curah hujan setempat. Biasanya yang menjadi kendala adalah distribusi air yang tidak mencukupi dan curah hujan yang terikat oleh pergantian musim, sehingga sawah tidak dapat diairi setiap saat. Maka untuk mendapatkan pasokan air yang cukup maka digunakan sistem pemanfaatan air atau sistem jaringan irigasi. Dalam laporan ini penyusun merencanakan dimensi saluran dan saluran hidrolisis sebuah daerah irigasi. Dari hasil perhitungan didapat semakin besar debit air maka elevasi saluran ( I0 ) akan semakin landai sesuai dengan grafik manning. Dan semakin besar debit air maka dimensi salurannya akan semakin besar hal ini dikarenakan untuk mengurangi kecepatan air. Apabila kecepatan air tidak direncanakan maka energi yang dihasilkan oleh air akan merusak saluran itu sendiri atau lebih parahnya adalah rusaknya lahan pertanian. Daerah irigasi ini mengairi satu buah desa, yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penduduk desa tersebut dalam meningkatkan hasil pertanian mereka.

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

16

LAPORAN IRIGASI: (NURLAILAH 1002560 PTB)

17

You might also like