You are on page 1of 3

Keluarga Sehat Keluarga Bahagia

Go!

Home Buku Tamu Tentangku

Pola Makan Anak


April 17, 2008

Pola Makan Anak Adopsi Kebiasaan Orangtua Pola makan teratur dengan gizi seimbang menunjang stamina dan kesehatan tubuh. Terutama bagi anak-anak, kebiasaan ini mendukung pertumbuhan fisik dan mental. Membiasakan anak memiliki pola makan sehat bukanlah perkara mudah. Banyak terdengar keluhan para orangtua mengenai kebiasaan makan anak-anaknya yang kurang baik, seperti menolak makan nasi lengkap dengan lauk pauk, hanya memilih makanan manis atau menolak makan sama sekali dengan berbagai alasan. Tentu saja, itu membuat orangtua khawatir dengan perkembangan sang buah hati. Ternyata salah satu kunci keberhasilan membiasakan anak memiliki pola makan sehat terletak pada orangtua. Ciri khas anak yang belajar dengan mengadopsi segala sesuatu yang dilihat dan didengar, membuat orangtua menjadi sosok utama bagi mereka. Hal itu dibenarkan psikolog dan play therapist Dra Mayke Tedjasputra MSi. Menurut staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, anak dan lingkungan saling memengaruhi. Secara psikologi, seseorang mempelajari pola makan yang baik itu dari orangtuanya, ujarnya. Menurut dia, bila orangtuanya picky eating atau cenderung memilih makanan, maka akan menurun pada anak.Makanan yang dimakan orangtua dapat menjadi contoh. Misalnya, ibu yang tidak suka ikan karena bau. Maka anaknya akan cenderung mengikuti tidak suka ikan, ujar Mayke pada kampanye bertajuk Bekal Cinta Blue Band untuk Anak Bangsa di Jakarta, baru-baru ini. Sebaliknya, Mayke mengaku memiliki klien yang ayahnya hanya suka makan ikan. Karena itu,sang anak pun hanya mau makan ikan. Jadi, orangtua adalah role model. Anak belajar sosial terutama dari orangtuanya, tegas Mayke. Demikian pula mengenai tata krama di meja makan. Anak cenderung akan mengikuti kebiasaan orangtua. Karenanya, lanjut Mayke, sejak anak berusia 9 bulan sebenarnya

anak sudah bisa diperkenalkan untuk makan sendiri di meja makan. Belajar makan sendiri juga menjadi proses pembelajaran pemahaman mengenai makan yang benar, katanya. Ketika sudah mulai duduk, lanjutnya, ajarkan untuk duduk di meja makan. Pada usia 9 bulan, biasanya anak sudah bisa menjumput benda dengan kedua jarinya,telunjuk dan ibu jari sehingga bisa diajarkan makan sendiri. Untuk mempelajari berbagai tekstur dan rasa makanan, tidak jarang anak-anak ingin merasakan makanan yang dimakan oleh orangtua.Menurut Mayke, hal ini masih tergolong wajar. Yang jelas anak bisa belajar makan dengan senang dan menyenangkan, ucapnya. Kemudian, untuk memperkenalkan makanan sehat dan bergizi dapat dilakukan sejak anak usia balita. Lalu, ketika anak memasuki usia sekolah, maka pengertian mengenai makanan sehat dan bergizi dapat dikomunikasikan. Mulai diperkenalkan makanan sehat dan bergizi sejak balita, kemudian pada usia sekolah ajak anak berdialog dan berdiskusi. Memang ada anak yang sangat mudah pemahamannya, ada yang sulit.Orangtua bisa mengajak anak menemui ahli gizi, minta menjelaskan kepada anak, tuturnya. Sebenarnya, kaitan antara pola makan orangtua dan anak telah dilakukan penelitian oleh para peneliti dari Pennsylvania State University. Penelitian yang dilakukan oleh Amy T Galloway PhD, Laura Fiorito RD, Yoonna Lee PhD, dan Leann L Birch PhD ini mempelajari mengenai kaitan pola makan sekelompok ibu dan anak perempuannya yang dimuat dalam jurnal American Dietetic Association. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 173 anak perempuan berusia 9 tahun dan ibunya. Penelitian tersebut dilakukan selama dua tahun,dimulai ketika anak berusia 7 tahun. Ketika anak perempuan berusia 7 tahun, para ibu diharuskan menuliskan makanan yang dikonsumsinya, termasuk seberapa porsi buah dan sayuran setiap hari, ujar Amy T Galloway, seorang peneliti. Para ibu juga ditanyai mengenai tekanan yang diberikan kepada anak perempuannya dengan menjawab pertanyaan, apakah anaknya harus makan semua jenis makanan yang ada di piringnya,serta apabila anak saya berkata tidak lapar, dia harus tetap makan. Kemudian, ketika anak perempuan tersebut berusia 9 tahun, para ibu kembali ditanya mengenai tipe dan jumlah makanan yang dikonsumsi anaknya setiap hari. Mereka juga ditanyai, apakah menganggap anaknya sering kali memilih makanan. Sementara itu, dalam penelitian tersebut sang anak diukur berat badan dan kadar lemak. Hasilnya, para ibu yang mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur mengatakan bahwa mereka tidak memberikan tekanan yang lebih besar untuk anak-anak perempuan mereka

untuk makan. Kemudian, para ibu ini memiliki anak-anak yang lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah, serta tidak memiliki kebiasaan memilih makanan, ujar Amy. Sebaliknya, lanjut Amy, anak-anak yang cenderung memilih makanan lebih sedikit mengonsumsi buah dan sayur. Meskipun, sebagian dari anak perempuan tersebut juga tidak banyak mengonsumsi makanan kadar gula tinggi dan berlemak. Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan bahwa masukan nutrisi yang diberikan oleh orangtua dapat memengaruhi kebiasaan anak nantinya. Kebiasaan mengonsumsi buah dan sayur yang cukup pada orangtua dapat mendorong anak untuk melakukan hal yang sama. (ririn s/sindo/via)

You might also like