You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN Akhir tahun 2009 telah diterbitkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 13 Tahun 2009

tentang Penanaman Modal Daerah yang diharapkan mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif yang diharapkan melahirkan sinergitas pelayanan penanaman modal dapat diwujudkan dan mampu menyerap investasi ke Sulawesi Selatan. Secara garis besar dalam pasal 4 Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 13 Tahun 2009 terdapat 3 kebijakan dasar penanaman modal pemerintah daerah yaitu : 1. Memeberikan perlakuan yang sama bagi penanam modal dengan memperhatikan kepentingan daerah; 2. Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha sejak proses pengurusan izin sampai berakhirnya kegiatan penanam modal; 3. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada usaha mikro kecil, menengah dan koperasi. Kebijakan dasar tersebut, pada prinsipnya telah dituangkan dalam visi dan misi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) sebagai implementor lapangan kebijakan dimaksud. Adapun Visi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulawesi Selatan adalah : Provinsi Sulawesi Selatan Sepuluh Terbaik Pelayanan dan Realisasi Investasi di Indonesia . Selanjutnya diperlukan langkah-langkah konkrit untuk mencapai visi tersebut, melalui empat misi berikut ini: 1. 2. 3. 4. Meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal Meningkatkan daya tarik dan minat investasi Mengoptimalkan dukungan inovasi dan infrastruktur investasi Membangun jaringan investasi yang luas

Dari uraian di di atas, Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Penanaman Modal Daerah sebagai bagian dari sebuah kebijakan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk meningkatkan geliat ekonomi di Sulawesi Selatan pada interval implementasinya dalam 4 tahun terakhir bermuara pada realisasi investasi yang merupakan hasil kinerja pengawasan yang dilaksanakan oleh bidang pengendalian dan pengawasan pada Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulawesi Selatan. Secara teoritis pengawasan dalam Makmur (2009:117) dijelaskan bahwa pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang bertujuan untuk penegakan ketentuan yang telah ditentukan dan disepakati sebelumnya oleh semua unsur dalam manajemen, serta menciptakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan berbagai kegiatan yang menjadi sasaran pengawasan. Dari konsep tersebut, dapat dimaknai bahwa pengawasan merupakan salah satu unsur yang terpenting untuk menunjang keberhasilan kinerja sebuah organisasi yang dijalankan untuk menciptakan ketatatan pada sebuah peraturan yang telah dibuat. Hal lain juga diungkapkan Siagian (2011:112) diungkapkan bahwa pengawasan ialah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Terkait dengan hal tersebut, pada Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Penanaman Modal Daerah Pasal 1 point 29 dijelaskan bahwa Pengawasan adalah upaya atau kegiatan yang dilakukan guna mencegah, mengurangi terjadinya penyimpangan dan melaksanakan pengenaan sanksi terhadap pelanggaran/ penyimpangan atas ketentuan di bidang penanaman modal. Berdasarkan penjelasan teoritis dan peraturan yang ada, pengawasan yang dilaksanakan dalam kerangka kebiajkan penanaman modal di Sulawesi selatan menyangkut pengawasan dalam tahapan-tahapan rencana realisasi investasi setelah terbitnya izin usaha.

Dari penjelasan tersebut di atas, tertarik memotret dan mengkaji pengawasan yang dilaksanakan bidang Pengawasan dan Pengendalian Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulawesi Selatan dari sudut pengawasan preventif yang dapat meningkatkan realisasi investasi di Sulawesi Selatan.

BAB II PEMBAHASAN Secara garis besar pengawasan merupakan alat ukur sebuah rencana apakah on the track sesuai dengan konsep dan realitas yang akan dipotret dalam sebuah tujuan organisasi. Pengawasan menurut Makmur (2011:176) dijelaskan bahwa pengawasan merupakan suatu bentuk pola pikir dan pola tindakan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran kepada seseorang atau beberapa orang yang diberikan tugas untuk dilaksanakan dengan menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia secara baik dan benar, sehingga tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan yang sesungguhnya dapat menciptakan kerugian oleh lembaga atau organisasi yang bersangkutan. Terkait dengan pola pengawasan yang dilakukan yang dapat berjalan efisien dan efektif maka sesungguhnya pengawasan harus dilaksanakan secara preventif, dimana dalam Siagian (2011:114) dijelaskan bahwa pengawasan harus bersifat preventif yang berarti bahwa proses pengawasan itu dijalankan untuk mencegah timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan penyelewengan-penyelewengan dari rencana yang telah ditentukan. Salah satu teknik pengawasan preventif yang dapat dilakukan yaitu teknik pemantauan, dimana menurut teknik ini menurut Makmur (2011:193) teknik pemantauan dalam pengawasan adalah salah satu teknik melakukan pengawasan baik dalam kepada oknum yang melaksanakan kegiatan dalam berbagai kelembagaan maupun yang dilihat dari aspek pelaksanaan kegiatan adalah melakukan suatu pemantauan baik dilakukan secara langsung ( direct) maupun dilakukan secara tidak langsung (indirect). Secara garis besar, pengawasan preventif yang dijalankan oleh Bidang Pengendalian dan Pengawasan pada Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulawesi Selatan berupa pemantauan lapangan dan melalui mekanisme penerimaan laporan

aktivitas penanaman modal mengacu pada terbitnya Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Penanaman Modal Daerah lebih mengarah pada teknik pemantauan kompilasi yaitu direct dan indirect, dimana pengawasan dilaksanakan dalam rangka peningkatan realisasi investasi sesuai visi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Indonesia. Realisasi investasi dihitung berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) sesuai Peraturan Kepala BKPM Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal yang telah dirubah Peraturan Kepala BKPM Nomor 3 Tahun 2012. Untuk data realisasi investasi Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada tabel berikut : Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Sulawesi Selatan Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) No 1 2 3 Tahun 2010 2011 2012 Jumlah Investasi (USD) 441.750.718 88.463.664 582.579.410 Jumlah Proyek 43 49 42 Peringkat Nasional 7 21 12 Provinsi Sulawesi Selatan Sepuluh Terbaik Pelayanan dan Realisasi Investasi

Sumber : Bidang Pengendalian dan Pengawasan BKPMD Prov. Sulsel

Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Sulawesi Selatan Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) No 1 2 3 Tahun 2010 2011 2012 Jumlah Investasi (Rp.) 3.212.298.236.266 3.986.302.703.368 2.318.863.400.000 Jumlah Proyek 28 49 54 Peringkat Nasional 7 7 14

Sumber : Bidang Pengendalian dan Pengawasan BKPMD Prov. Sulsel

Realisasi Investasi Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal di Sulawesi Selatan baik itu PMA dan PMDN mengalami tren

fluktuatif dan terjadi kegagalan menyangkut pencapaian visi organisasi dalam skala nasional. Sebagai informasi tambahan, di Sulawesi Selatan terdapat 629 perusahaan yang terdiri dari 251 Penanaman Modal Asing (PMA) dan 378 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Ada beberapa fakta yang menyebabkan bidang Pengendalian dan Pengawasan pada Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulawesi Selatan dalam melaksanakan sistem pengawasan preventif belum maksimal terkait untuk peningkatan realisasi investasi yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Penanaman Modal Daerah, yaitu : 1. Ketersediaan Sumber daya manusia yang masih kurang, dimana pada bidang Pengendalian dan Pengawasan Khusus sub bidang Realisasi Investasi hanya diisi oleh 1 (satu) Kepala Sub Bidang dan 1 (satu) staf, sehingga akan menyulitkan proses pengawasan ke perusahaan. 2. Pengetahuan dan keterampilan menyangkut tata cara pengisian Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang masih rendah, dimana pada Sub Bidang Realisasi Investasi, pegawai yang baru mengikuti diklat LKPM hanya 1 (satu) pegawai. Sehinnga untuk mekanisme pengawasan preventif yang membutuhkan skill dan waktu yang komprehensif akan tidak berjalan maksimal. 3. Ketersediaan dana pengawasan yang masih minim, dimana dalam lingkup Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulawesi Selatan, dana terkecil untuk Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaporan Penanaman Modal hnya sebesar 250 juta pada Tahun 2012 dan pada tahun 2011 sebesar 300 juta yang didalamnya telah masuk belanja pegawai serta belanja barang dan jasa (sumber: DPA BKPMD Prov.Sulsel) 4. Kegiatan Pembinaan teknis bagi perusahaan yang masih kurang diakibatkan minimnya dana yang tersedia, berpengaruh pada

peningkatan

realisasi

investasi.

Khususnya

penerapan

LKPM

Elektronik yang berbasis web base. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka dalam rangka peningkatan realisasi investasi, maka untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pengawasan preventif, maka langkah strategis yang perlu dilaksanakan untuk teknik pemantauan yang perlu dijalankan, agar data realisasi investasi yang diperoleh mempunyai ketepatan validasi data dan kebenaran data yang akurat, maka sub bidang Realisasi Investasi dalam pengawasan preventif perlu menajalankan mekanisme pemantauan yang tersistematis, yaitu : 1. Menambah personil pegawai pengawasan yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang penanaman modal. Secara ideal untuk mekanisme pengawasan preventif selama satu tahun, pegawai yang mengawasi perusahaan untuk mempercepat mekanisme pelaporan kegiatan penanaman modal yaitu 1 (satu) pegawai dengan 25 perusahaan. Cara lain yang dapat ditempuh yaitu melibatkan pengawasan. 2. Melaksanakan diklat penanaman modal mengenai tata cara pengisian Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM), sehingga pengetahuan aparat pengawasan untuk peningkatan realisasi investasi dapat meningkat 3. dan dapat melakukan pemantauan dengan memaksimalkan teknik kompilasi pengawasan direct dan indirect. Menambah jumlah anggaran yang rasional untuk pengawasan, agar perencanaan kegiatan yang telah di programkan dapat berjalan, sehingga visi institusi penanaman modal dapat tercapai serta mekanisme pengawasan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. 4. Pembinaan untuk pengawasan preventif merupakan langkah awal yang dapat dilaksanakan dengan penggabungan teknik pemantauan direct dan indirect. Pemantauan direct diarahkan pada menjalankan mekanisme cek dan ricek data yang telah diberikan perusahaan. pemerintah Kabupaten/Kota untuk melakukan

Pemantauan indirect hanya dilakukan dengan mekanisme pelaporan. Dimana karyawan perusahaan diberinkan bimbingan teknis untuk memperoleh laporan akurat dari perusahaan. Dari penjelasan tersebut, dapat diurai bahwa pengawasan preventif dengan teknik pemantauan direct dan indirect, jika berjalan sebagaimana mestinya berdasarkan target-target organisasi yang telah ditetapkan, pada prinsipnya akan membantu organisasi dalam mencapai tujuannya, sebagaimana halnya Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulawesi Selatan yang menargetkan dalam visinya untuk masuk peringkat 10 (sepuluh) besar dalam peringkat realisasi investasi secara nasional. Maka mekanisme pemantauan perlu dijalankan untuk pencapaian target realisasi investasi.

BAB III KESIMPULAN pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang bertujuan untuk penegakan ketentuan yang telah ditentukan. Terkait dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulawesi Selatan yang mempunyai fungsi pengawasan terhadap perusahaan maka perlu dilaksanakan pengawasan preventif dengan teknik pemantauan direct dan indirect. Pemantauan kompilasi direct dan indirect merupakan solusi untuk memperoleh data yang tervalidasi dan keakuratan data yang sesuai dengan data perusahaan. Namun dalam mekanisme pemantauan yang diarahkan pada tindakan pembinaan-pembinaan bagi para penanaman modal. Namun dalam kondisinya pada Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulawesi Selatan terkendala dengan persoalan jumlah personil, kemampuan sumber daya manusia dan ketersediaan dana pengawasan. Untuk itu, pada prinsipnya untuk menjalan mekanisme pengawasan preventif untuk peningkatan realisasi investasi dapat dijalankan dengan teknik pemantauan yang memperkuat keterampilan dan keahlian aparat, melibatkan aparat pengawasan penanaman modal daerah yang ada di Kabupaten/Kota Modal (LKPM). dan melakukan bimbingan teknis bagi karyawan perusahaan tentang tata cara pengisian Laporan Kegiatan Penanaman

DAFTAR PUSTAKA Makmur, Teori Manajemen Stratejik dalam Pemerintahan Pembangunan, 2009, Bandung, PT. Refika Aditama. Makmur, Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Bandung, PT. Refika Aditama. P. Siagian, Sondang, Aksara. Pengawasan, dan 2011,

Filsafat Administrasi, 2011, Jakarta, PT. Bumi

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Peraturan Kepala BKPM Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal. Peraturan Kepala BKPM Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 13 Tahun 2009 tentang Penanaman Modal Daerah. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2012 pada BKPMD BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan. Data Realisasi Investasi Tahun 2010 s/d 2012 Bidang Pengendalian dan Pengawasan BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan.

10

You might also like