You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN I.

1 Latar Belakang Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Dalam tumbuhan senyawa ini dibentuk melaui proses fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida (CO2) dengan bantuan sinar matahari (UV) menghasilkan senyawa sakarida dengan rumus (CH2O)n. Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di industri pangan, farmasi maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah: Sebagai sumber kalori atau energy, sebagai bahan pemanis dan pengawet, Sebagai bahan pengisi dan pembentuk, sebagai bahan penstabil, sebagai sumber flavor (karamel), dan sebagai sumber serat (Winarno 2007). Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. I.2 Rumusan Masalah Bagaimana menentukan kadar glukosa dari sampel yang mengandung karbohidrat dengan metode Luff Schoorl.

I.3 Tujuan Percobaan Dari percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu menganalisis

kandungan glukosa dari suatu bahan menggunakan Luff Schoorl. I.4 Manfaat Percobaan Sebagai media pelatihan dan menambah kemampuan dalam

mengidentifikasi kandungan glukosa pada urin dengan menggunakan metode Luff Schoorl.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi

utamanya sebagai penghasil enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak menghasilkan enersi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang. Di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein. Karbohidrat adalah zat organik utama yang terdapat dalam tumbuhtumbuhan dan biasanya mewakili 50 sampai 75 persen dari jumlah bahan kering dalam bahan makanan ternak. Karbohidrat sebagian besar terdapat dalam biji, buah dan akar tumbuhan. Zat tersebut terbentuk oleh proses fotosintesis, yang melibatkan kegiatan sinar matahari terhadap hijauan daun. Hijauan daun merupakan zat fotosintetik aktif pada tumbuh-tumbuhan. Zat tersebut merupakan molekul yang rumit dengan suatu struktur yang serupa dengan struktur hemoglobin, yang terdapat dalam darah hewan. Hijauan daun mengandung magnesium : hemoglobin mengandung besi. Lebih terperinci lagi, karbohidrat

dibentuk dari air (H2O) berasal dari tanah, karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan energi berasal dari matahari. Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi dalam dua golongan, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Sesungguhnya semua jenis karbohidrat terdiri atas karbohidrat sederhana atau gula sederhana; karbohidrat kompleks mempunyai lebih dari dua unit gula sederhana didalam satu molekul. Karbohidrat sederhana terdiri atas: (1) Monosakarida yang terdiri atas jumlah atom C yang sama dengan molekul air, yaitu [C6(H2O)6] dan [C5(H2O)5] (2) Disakarida yang terdiri atas ikatan 2 monosakarida di mana untuk tiap 12 atom C ada 11 molekul air [C12(H2O)11]; (3) Gula alkohol merupakan bentuk alkohol dari monosakarida; (4) Oligosakarida adalah gula rantai pendek yang dibentuk oleh ggalaktosa, glukosa, dan fruktosa. Monosakarida Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6rantai atau cincin karbon. Atom-atom hydrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukosa, fruktosa, galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 ato karbon, 12 aom hydrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada cara penyusunan atom-atom hidrogen dan oksigen disekitar atom-atom karbon. Perbedaan dalam tingkat kemanisan , daya larut, dan sifat lain

ketiga monosakarida tersebut. Monosakarida yang terdapat di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk isomer dekstro (D). gugus hidroksil pada karbon nomor2 terletak di senbelah kanan. Struktur kimianya dapat berupasttruktur terbuka atau struktur cincin. Jenis heksosa lain yang kurang penting dalam ilmu gizi adalah manosa. Monosakarida yang mempunyai lima atom karbon disebut pentose, seperti ribose, xilosa, dan arabinosa.

Gambar 1. Glukosa, galaktosa, dan fruktosa

Glukosa. Dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan bersaman dengan fruktosa dalam madu. Tubuh hanya dapat menggunakan glukosa dalam bentuk D. glukosa murni yang ada di pasar biasanya diperoleh dari hasil olahan pati. Glukosa memeggang peranan sangat penting dalam ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil akhirpencernaan pati, sukrosa, maltose, dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolism, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi. Glukosa dalam bentuk bebas hanya terdapat dalam jumlah terbatas dalam bahan makanan. Glukosa dapat dimanfaatkan untuk diet tinggi energy. Tingkat kemanisan glukosa hanya separuh dari sukrosa, sehingga dapat digunakan lebih banyak untuk tingkat kemanisan yang sama.

Fruktosa Fruktosa, dinamakan juga levulosa atau gula buah, adlaah gula paling manis. Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa,C6H12O6, namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosa merangsang jonjot kecapan pada lidah sehingga menimbulkan ras manis. Gula ini terutama terdapat dalam madu bersama glukosa, dalam buah, nectar bunga, dan juga dalam sayur. Sepertiga dari gula madu terdiri atas fruktosa. Fruktosa dapat diolah dari pati dan digunakan secara komersial sebagai pemanis. Minuman ringan banyak menggunakan sirup jagung-tinggi-fruktosa sebagai bahan pemanis. Di dalam tubuh, fruktosa merupakan hasil pencernaan sakarosa. Metode yang telah dikembangkan untuk analisis karbohidrat sangat banyak, dan tergantung juga oleh jenis analisis (kuantitatif atau kualitatif) dan tipe karbohidrat yang dianalisis. Sehingga metode pengukuran karbohidrat sangat beragam mulai dari metode kromatografi dan elektroforesis (Kromatografi Lapis Tipis, Kromatografi Likuid Kinerja Tinggi dan Kromatografi Gas); metode kimia (metode titrasi Lane Eynon, metode gravimetri Munson Walker, metode Luff Schoorl, metode kalorimetri seperti anthrone sulfat dan fenol sulfat); metode enzimatis; metode fisik (polarimetri, indeks refraktif, densitas dan infra merah) serta metode immunoassay. Uji karbohidrat yang resmi ditetapkan oleh BSN dalam SNI 01-2891-1992 yaitu analisis total karbohidrat dengan menggunakan metode Luff Schoorl. Pada tahun 1936 International Commission for Uniform Methods of Sugar Analysis mempertimbangkan Metode Luff-Schoorl sebagai salah satu metode yang digunakan untuk menstandarkan analisis gula pereduksi

karena metode Luff Schoorl saat itu menjadi metode yang resmi dipakai di pulau Jawa, di samping nominator lainnya yaitu metode Lane-Eynon. Prinsipnya monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan arutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses odometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodide berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indicator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.

BAB III METODE PENELITIAN III.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada hari Senin, 18 Desember 2012 di Laboratorium Biokimia, Jurusan Kimia Fakultas Matermatika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya. III.2 Alat dan Bahan III.2.1 Alat Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain: Erlemeyer 250 ml, gelas ukur 50 ml, pendingin tegak, biuret 25 ml, labu takar 100 ml, dan 250 ml, corong kaca, dan pipet ukur 25 ml. III.2.2 Bahan Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain; sampel yang mengandung karbohidrat, Pb asetat, Na2CO3 anhidrat, reagen Luff Schoorl, KI 20 %, H2SO4 26,6 %, Na-Thiosulfat 0,1 N dan indikator. III.3 Cara Kerja 1. Timbang bahan padat yang sudah dihaluskan atau bahan cair sebanyak 2 gram dan pindahkan kedalam labu takar 100 ml, tambahkan 50 ml aquades. Tambahkan 0,5 gram bubur AL (OH)3 atau larutan Pb-asetat. Penambahan bahan penjerni ini diberikan tetes demi tetes sampai penetesan dari reagensia tidak menimbulakan pengeruhan lagi. Kemudian tambahakan aquades sampai tanda dan disaring.

2. Fitrat ditampung dalam labu takar 250 ml. untuk menghilangkan kelebihan Pb tambakan Na2CO3 anhidrat atau K atau Na Oksalat anhidrat atau larutan Na Fosfat 8% secukupnya, kemudian ditambahkan aquades sampai tanda dan disaring. Fitrat bebas Pb bila ditambah K atau Na oksalat atau Na fosfat atau Na2CO3 tetap jernih. 3. Pipet 25 ml filtrate bebas Pb kedalam Erlenmeyer, tambahakan 12,5 ml larutan Luff Schoorl. 4. Dibuat pula perlakuan balnko, yaitu 12,5 ml larutan Luff Schoorl dengan 50 ml aquades. 5. Masukkan beberapa butir batu didih kedalam Erlenmeyer dan hubungkan dengan pendingin balik, kemudian didihkan. Diusahakan 2 menit sudah mendidih dan pendidihan larutan dipertahankan selama 10 menit. 6. Selanjutnya cepat-cepat didinginkan dan tambahan 7,5 ml KI 20% dan dengan hati-hati tambahkan 12,5 ml H2SO4 26,5%. 7. Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat 0,095 N memakai indicator pati 1 % sebanyak 2-3 ml. untuk memperjelas perubahan warna pada akhir titrasi, maka sebaiknya pati diberikan pada saat titrasi hampir berakhir. 8. Dengan mengetahui selisih antara volume titrasi blanko dan titrasi sampel, kadar gula reduksi dalam bahan dapat dicari dengan menggunakan tabelLuff Schoorl

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengamatan Tabel Pengamatan Reaksi No. 1. Sampel Sampel + Larutan Luff Schoorl Identifikasi Warna Biru

2.

Sampel + Larutan Luff Schoorl + KI

Hijau kehitaman

3.

Sampel + Larutan Luff Schoorl+KI+H2SO4

Coklat Tua

4.

Sampel + Larutan Luff Schoorl+KI+H2SO4 + amilum

Coklat kehitaman

5.

Sampel + Larutan Luff Schoorl+KI+H2SO4 + amilum + Na-Thiosulfat

Putih kekuningan

No. 1.

Blanko Blanko + Larutan Luff Schoorl

Identifikasi Warna Biru

2.

Blanko + Larutan Luff Schoorl + KI

Biru

3.

Blanko + Larutan Luff Schoorl+KI+H2SO4

Coklat

4.

Blanko+ Larutan Luff Schoorl+KI+H2SO4 + amilum

Coklat kehitaman

5.

Blanko + Larutan Luff Schoorl+KI+H2SO4 + amilum + Na-Thiosulfat

Putih kekuningan

4.2 Reaksi dan Perhitungan R-CHO + 2 Cu2 R-COOH + Cu2O 2 Cu2+ + 4I- Cu2I2 + I2 2 S2O32- + I2 S4O62- + 2I4.3 Perhitungan Volume N-Thiosulfat untuk blanko = 13 ml Volume N-Thiosulfat untuk sampel = 18 ml Indikator pati 1% sebanyak 2-3 ml Larutan N-Thiosulfat = 0,095 N Jawab : Volume (B-A) = V blanko V sampel / 0,1 N x 0,095 N = 13-18 / 0,1 N x 0,0095 N = -4,75 ml Karena pada volume tersebut, menunjukkan hasil negatif maka di dalam urin tidak terdapat karbohidrat. = 0,1 N

4.4 Pembahasan Pada percobaan ini dilakukan analisa karbohidrat di dalam sampel urin dengan metode Luff Schoorl. Metode Luff Schoorl ini merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kadar glukosa atau gula pereduksi yang didasarkan atas reaksi antara larutan cupper dengan monosakarida. Dimana monosakarida ini dapat mereduksi tembaga oksida (CuO) menjadi Cu2O, sehingga kelebihan tembaga oksida ini akan bereaksi dengan kalium iodide (KI) kemudian akan menghasikan iodide. Iodide inilah yang kemudian akan dititrasi oleh larutan natrium thiosulfat. Penentuan kadar glukosa ini dilakukan dengan cara membaningkan volume thiosulfat yang terpakai untuk mentitrasi blanko dan sampel urin. Dimana hasil titrasi akan didapat volume thiosulfat yang terpakai untuk masing-masing Erlenmeyer (sampel urin dan blanko). Setelah didapat selisih dari volume larutan thiosulfat ini maka akan diperoleh jumlah glukosa yang terdapat didalam sampel urin, dimana jumlah ini dapat dilihat dalam tabel Luff Schoorl dan dari tabel inilah dapat dilihat harga entalpinya. Dalam percobaan ini, selisih larutan bernilai negatif, yakni -4,75 ml maka dapat disimpulkan bahwa dalam sampel urin tidak terdapat glukosa atau karbohidrat. Titrasi merupakan metode analisa yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu zat dengan menggunakan larutan standar. Pada titrasi iodometri ini digunakan indikator amilum untuk mempermudah menentukan titik akhir dari titrasi. Titik akhir titrasi terjadi pada saat terjadi kelebihan ion thiosulfat, kelebihan ion thiosulfat ini akan bereaksi dengan indikator sehingga menyebabkan

perubahan warna. Perubahan warna yang seharusnya terjadi antara lain dari biru menjadi putih bening. Namun pada percobaan yang dilakukan warna biru yang harusnya terbentuk pada saat penambahan indikator amilum, tidak terbentuk (yang terbentuk berwarna hitam). Proses titrasi berlangsung hingga titik ekuivalen yakni suatu keadaan dimana titer dan titran tepat habis bereaksi. Penentuan kadar glukosa dengan metode Luff Schoorl ini menggunakan urin sebagai sampel, asam sulfat (H2SO4) yang berfungsi sebagai pemberi suasana asam dan katalis, larutan thiosulfat sebagai larutan standar primer, larutan Luff Schoorl yang berfungsi sebagai reagen larutan blankom, aquadest sebagai pelarut, KI berfungsi sebagai reduktor analit kemudian amilum yang berfungsi sebagai indikator. Analisa yang digunakan yakni analisa kualittatif maupun kuantitatif. Analisa kualitatif yang diakukan dengan mengidentifikasi warna yang terbentuk dari setiap penambahan reagen terhadap sampel dan blanko dan melihat perubahan warna yang terjadi pada proses titrasi. Sedangkan untuk analisa kuantitatif dilakukan dengan cara pengukuran data volume dari larutan natrium thiosulfat yang terpakai sehingga dapat diperoleh suatu data yakni kadar glukosa yang terdapat dalam urin.

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan 1. Di dalam sampel urin tidak ditemukana danya glukosa 2. Titrasi iodometri digunakan untuk mengetahui jumlah larutan thiosulfat yang terpakai yang nantinya akan digunakan untuk menentukan kadar glukosa 3. Titik ekuivalen titrasi terjadi pada saat natrium thiosulfat sudah bereaksi dengan amilum sehingga menghasilkan perubahan warna V.2 Saran Dari penelitian ini dapat kita ketahui bahwa sampel urin tidak mengandung glukosa. Kedepan diharapkan mengganti sampel percobaan yang mengandung glukosa sehingga dapat dilakukan perhitungan kaar glukosa hingga akhir.

Tugas Pendahuluan 1. Buatlah reaksi yang terjadi pada penentuan kadar glukosa dengan metode Luff Schoorl ? Jawab : Reaksi yang terjadi pada penentuan kadar glukosa dengan metode Luff Schoorl : R-CHO + 2 Cu2+ R-COOH + Cu2O 2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2 2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I-

2. Jelaskan metode yang lain untuk menggunakan kadar glukosa ? Jawab : Cara penentuan Gula Reduksi cara Munson-Walker. Penentuan gula reduksi cara Munson-Walker dipakai untuk penentuan glukosa, fruktosa, gula invert, laktosa monohidrat dalam bahan yang baik bahan pangan yang tidak mengandung sakarosa ataupun bahan pangan yang mengandung sakarosa. Penentuan gula reduksi Munson-Walker adalah penentuan gula reduksi yang didasarkan atas banyaknya endapan Cu2O yang terbentuk. Jumlah Cu2O ditentukan dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu: 1. Secara gravimetris, yaitu dengan menimbang langsung endapan Cu2O yang terbentuk 2. Secara volumetris, yaitu dengan titrasi menggunakan larutan Na-thiosulfat atau K-permanganat Setelah jumlah Cu2O ditentukan lalu gunakan tabel Hammond untuk mengetahui jumlah gula reduksi yang terkandung dalam bahan tersebut.

Dalam penentuan Gula Reduksi cara Munson-Wakler ada tiga langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah dalam menentukan gula reduksi cara Munson-Walker adalah sebagai berikut: Penyiapan larutan sample/contoh dan pembentukan endapan Cu2O Penentuan Cu2O secara gravimetris Penentuan Cu2O secara volumetris dengan larutan Natrium-thiosulfat

You might also like