You are on page 1of 47
TURUN SUJUD DENGAN TANGAN Wa'alatkumussalem Warahmatutiani Wabarakatuhy 1, Termasuk usiub dalam bahasa Arad, seorang boleh Mengungkapkan tentang dirinya dengan dhamir (Kami) yang berfungsi sebagai ta’zhim (pengagungan) stau boleh juga dangan ghamir mufraa (tunggal) seperti (Saya) atau (Dia). Semuah dhamir (kata ganti) ity biase digunakan dalam Al-Qur'an. Allah mengajak bicara orang Arab dengan bahasa mereka. Adapun anggapan orang-orang Nashrani atau selainnya banwa dhamir “Kami” menunjukkan trnitas, maka anggapan seperti ini adalah bathil berdasarkan dalil- dali! A)-Clur'an, hadits dan ima’ kaum muslimin, Allah berlirman: pe Sabie hy det Sy Dan Tuhanmy adaiah Tuhen Yang Maha Esa: tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Mane Penyayang. (QS. Al-Bagaran: 163), 2 etal, tet th yal Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Mahe Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala _fesuatu. (QS, Alikhlas: 1-2). Kesimpulan sangha Kamit yang digunakan oleh Allah dalam Al-Que'an untuk dir-Nya termasuk gaya bahaga Arab yang diperbolahkan dan; Namun bukan berarti bahwe Allah itu labih dafl satu. (Lihat Fatawa Lajnah Daimah 4/178). 2. Kitab kuning adalah kitab-Kiiab klasik yang dicelak dengan kertas kuning sehingga dinamakan kitab kuning. Maka kandungan kitab-kltab tersebut sangat beragam. Ad: Kitab ini memuat kumpulan hadits semisal SnahihwBUkbaMl, j MUsnagARABE an lainnya, Ada, seperti Ale Hap inem Syafii, ABMUQHM! Imam Ibnu Qudamah AF fanball,,AteTamitid Imam [bnu Abdlil Baar Al-Malikl dan kitab figin ‘ainnya. Dengan uraian ringkas adi make Pertanyaan tersebut sudah terjawab. Hanya saja memang banyak diantara! misal Qurratun Nasihin, Tafsir As- Shawl Hasyiyah Jalalain, Ihya’ ulumuddin dan sejenisny Kesimpulannya, kalau kitab tersebut berupa kodifikasi hadits maka bila mayoritas hadits yang tarmuat adalah shahih dan sudah mw'taber dikalangan ulama maka boleh digunakan, Sedang kitab lainnya semisal figh, adab dan lainnye, bila berdasarkan dalil-dalil yang ‘shahih maka boleh digunakan bahkan harus, semisal kitab yang kami sebutkan drtambah kitab-kliab tafsir ‘seperti bnu Katsir dan At-Thabari, Wallahu Alam 3. Sebelum kita menilai kedua hadits tersebut kontradiksi ataukah tidak, harus kita ketahul terlebih dahulu derajat kedua haditsnya. Bila memang keduanya sama-sama shahih, maka kita haus barusaha untuk Menjama’ (mengkompramikan) terlebih dahulu. Namun bila ternyata salah satunya tidak shahih, make kita menguatkan hadits yang shahih dan meninggalkan hadits yang lemah. Berikut penjelasan deraja! kedua hadits tersebut sacara ringkas: 1, Hadits Wa'il bin Hujr Sinn hy ts OO ce ebay ad Ds ar 8 Dan Wail bin Hujr st , Ja berkata; “Aku pean malinat lasulultan a apabila sujud balay malatakkan kadua jutuinya sebalum dua tangannya”, ol “DHAIF. Diriwayatkan, 268, Abu Daud: 638, Nasa’: 1087, Ibnu Majeh: 882, Ad-Darimi: 1326, Ath-Thahawi dalam Syarhul Ma‘ani 1/255, Ad- . Daruquthni 1/345, Al-Hakirn dalam Al-Mustadrak 1/266, Ionu Hibban: 387, Al-Baihagi 2/98 dan Al-Baghawi dalam Syarh Sunnah 3/133 dari jalur Syarik An- Nakha'l dari Ashim bin Kulait dari ayahnya dari Wa'll bin Huje, Sanad hadits ini dha’if (lemah) karena dua sebab: 1. Syarik bin Abdullah AAn-Nakha'i, Abu Abdillah, Al- Juzajani berkata: "Jalak hafalannya, goncang haditsnya”. Ibnu Ma'in berkata: “Shaduq temercaya ‘tetapi bila menyelisihi, maka hadits lainnya lebih saya s@nangi". Ad-Daruguthni berkata: "Tidak kuat bila sendirian®. (Lihat Mizanul I'tidal 3/373 oleh imam Dzahabi dan Tahdzib Tahdzib 2/493 oleh Ibnu Hajar). 2. Mukhalafah (perselisinan) dalam sanad dan matan- nya. Kasimpulan: Hacits ini adalah lemah sebagaimana dikatakan Ad-Daruquthni, Al-Balhaqi, Ibnul Arabi, Al Albani dan lain sebagainya. (Lihat |nwaul Ghalil no. 357 dan Silsilah Ahadits Adh-Dha'itah 2/329-330 oleh Al-Albani), 2. Hadits Abu Hurairah in ty ot Ty I a AA pl De Darl Abu Hurairah a, ia berkate: “Rasuiuliah 33 bersabda’ “Apabjia seorang ai aniara kamu turun sujud, janganlah turun seperti turunnya unta Hendakian ja mefetakkan kedua langannya sebelum kedua lututnya", ‘SHAHIH. Dinwayatkan alam Tarikh Kabir 1/199, Abu Daud: 340, Nasai: 1008,1009, Ahmad 2/381, Ad-Darimi; 1327, Ad-Daruquthni 1/345, Ath-Thahawi dalam Syarh Muskil Aisar 1/254, Al Baihagi 2/99-100, Al-Baghawl dalam Syath Sunnah 9134-135, Ibnu Hazm dalam Al-Muhalia 4/128-129 dan lain-tain dari jalur Ad-Darawardi: Menceritakanku Muhammad bin Abdullah bin Hasan dari Abi Zinad dari Al-A'raj dan Abu Hurairah. Sanad hadits ini shahih, seluruh rawinya terpercaya. Hadits ini dishahihkan oleh mayoritas ulama seperti Imam Nawavd, Az-Zargani, Abdul Hag Al-tsybili, ‘Syaikh Ahmad Syakir dan Syaikh Al-Albani. Apalag) Ad-Darawardi tidak sendinian dalam riwayat di atas, dia dikuatkan oleh Abdullah bin Nafi’ sebagaimana dalam riwayat Abu Daud: 641, Timidzi: 269 dan Masa‘l. Sungguh ini merupakan mutaba’ah yang sangat kual, karena Abdullah bin Nafi adalah Tawi terpercaya, termasuk ravi Imam Muslim, (Lihat Inwa'ul Ghalll 2/78-79 olen Al-Albani), Dangan demikian, maka hadits tentang mendahulukan tangan duly tatkala turun sulud lebih kuat daripada yang lutut dulu. Oleh karenanya, Al- Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Bulughul Maram (1/ 380-381 -Subul}: "Hadits Abu Hurairah lebih kuat daripada hadits Wail bin Hujr katana dia mempunyai syahid (penguat) dari hadits Abdullah bin Umar yang dishahihkan Ionu Khuzaimah dan disebutkan Al- Bukhari secara mu'altag mauqut”. Ibnu Sayyid Nas mengatakan: “Hadits-hadits tentang mendahulukan tangan lebih kuat” Setelah anda mengetahul penjelasan ringkas diatas, maka ketahuilah bahwa masalah ini memang diperselisinkan para ulama sehingga ferpolar menjadi dua pendapat, Sebagian berpendapat; Mendahulukan jumit dulu, Sebagian lainnya jagi berpendapat: Mendahulukan tangan dulu. Tak ragu lagi bahwa pendapat keduslah yang lebih kust berdasarkan hadits ‘Abu Hurairah di atas. Dan tidak bisa dipertentangkan dengan hadits Wail bin Hujt karana beberapa alasan berikut: 1. Halts Wall bin Hujr derajatnya lemah sebagaimana penjelasan ci atag. 2. Hadits Abu Hurairan berupa perkataan, sedangkan hnadits Wail bin Hujr berupa perbuatan. Dan telah tetap dalam kaidah ushul figih bahwa perkataan lebih didahulukan daripada perbuatan, 3. Hadits Abu Hurairan didukung oleh perouatan Nabi #@ Sebagaimana dalam hadits bnu Umar bahwa beliau mendahulukan kedua tangannya sebelum kedua lutuinya, Beliau berkata: Suh (hadi dg an OF Agalah Nabi @ melakukan hal itu. (Shahih Diriwayatkan Imam Bukhari 2/280 secara mu'allagdan Ibna Khuzaimah: 627, Ath-Thahawi dalam Syarh Ma'ani Al-Atsar 1/254, Ad-Darugutni 1/944, AlHakim, 1/226 dan Al-Baihagi 2/100 secara bersambung dan dishahinkan Al-Hakim, Adz-Ozahabi, bau Khuzaimah dan Al-Albani dalam Irwa'ul Ghalll 2/77), Iniiah pendapat Imam Malik, Al-Auza’i, Ahmad bin Hanbal dalam sebuah riwayat dan ashhabul hadits. ‘AlMarwazi menceritakan dalam Masaiinya 1147/1 dengan sanad shahin dari Al-Auza'l berkata: “Saya mendapati manusia, mereka mendahulukan tangan mereka sebelum lutut mereka", (Lihat Al-Mughni Ibnu Qudamah 1/514, Zadul Ma‘ad Ibnu Qayyim 1/220, Fathul ari tbnu Hajar 2/290, Tangih Tahgig Ibnul Jauzi 1/346, Shifat Shalat Al-Albani hal. 83). Pandapat ini didukung dan cikuatkan oleh ibnu Hazm-dalam Al-Muhalla 4129, Al-Hakim dalam Al- ~ Mustadrak 1/226, Ah-Thahawi dalam Musykil Al-Atsar 267-169, Ibou Arabi dalam Aridhatul Anwasizi 2/68- 69, Asy-Syaukani dalam Nailul Authar 2/284, Ash-_ ‘Shan‘ani dalam Subulus Salam 1/381, Al-Mubarakfuri dalam Tubtatul Abwadzi 2/195, Syaikh Ahmad Syakir dalam Syarh Tinmidzi 2/58-59, Syaikh Al-Albani dalam Tamamul Minnah hal, 194-196 dan AlMisykah 1/282 dil. (Perhatian) 1, Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyan dalam kitabnya _ Zadul Ma’ad 1/87-58 dan Tahdzib Surian 373-75 menguatkan pendapat pertama dengan | mengamukakan berbagal argumen yang kalau ditelit! ternyata lemah, seperti anggapannya bahwa hadits Abu Hurairah maglub (terbalik), maosukn (terhapus) dan lain sebagainya, (Lihat risalah Nahyu Shuhbah karya Syaikh Abu Ishag Al-Huwaini). 2, Apabila bangkit mau berdiri ke rakaat berikutnya, | maka disunnahkan untuk mendahulukan tutut tetebih | dahulu dan bertetakan pada kedua tangan, Hal ini Jawaban’ Dalam pertanyaan di atas ada dua permasalahan yang harus dijelaskan| 1, Sahkah nukilan tersebut? 2 Nukilan Imam Newavi dalam Riyadhus Shoilhin dari ucapan imam Syafi'i tersebul peru dikoreksi dan diteliti kembali, ‘Syaich Al-Allamah Muhammad Netsiruddin AF Albani mengatakan dalam Mugaddimah Riyadhus Shalihin hal, 25: "Saya tidak tahu, di kitab-apa Asy- Syaf mengucapkan hal tu, Saya sangat meragukan keabsahan nukilan darinye. Bagaimana tidak? Sedangkan madzhab beliau adalah tidak sampainya pahala menghadiahkan bacaan Al-Qur'an kepada orang yang sudah mati, sebagaimana dinukil oleh AE Halizh (bnu Katsir ketika menatsircan ayat: apes oo Ct aly Dan hahwasanya seorang manusia acts -selain apa yang telah a. (OS. ‘Syaikhul Islam bnu Taimiyyah juga mengisyaratkan ‘tentang tidak sahnya nukilan tersebut dari Imam Syafil, sees etait coed el lil ete sec | MEMBACA AL-QUR’AN DEKUBURAN -Seandainya hal itu disyarfalkan, tentu Nabi if akan 2p RE PS Ua PO maka berdasarkan hadits Malik bin Huwairits tatkala beliau menceritakan sifat shalat Nabi; eo ie dey Le ah a oo dy i tt Dan apabila belay mengengkat kepalanya dari sujud kedua, beliau duduk dan beypegangan pada tanah Aromuctan bardtin, (HA. Bukharl: 824, Asy-Syatl' dalam ” AlUme 1/101, Nasa’l 1/173 dan Al-Baihagi 2/124 dan 185). Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani berkata dalam Tamamul Minnah hal, 187: ‘Konsekwensi dar suinah in| adalah mendahulukan lutut dulu sebelum, tangan, karena tidak mungkin bertelakan pada tanah denga kedua tangan ketika handak berdir Keauali dengan car sepertt itu,..”. (Lihat pula Al-Umm 1/101 oleh imam | Sya(il dan Fainul Bati 2/303 oleh lbru Hajar, Silslah | ‘Ahadits Adh-Dha'ifah 2/302/927 oleh Al-Albanit Mustagim: Tidak, ada nukilan pendapat dari imam _ Syafli tentang masalah ini, hal itu karéna menurut pendapatnya perbuatan tersebut adalah bid‘ah, Malik juga berkata: Kami tidak mengetahui seorangpun mélekukan hal ity. Dengan damikian diketahul bahwa pra Saftabat dan tabl'in tidak melakukan hat itu’. Syaikty Salim bin led Al-Hilali mengatakan dalam Babjah Nadhirin 2/191-192; "Perkstaan dl atas adalah ucapan penganut madzhab Syafi?. Pengarang {imam eae DEE jini barkata dalany Al-Majmus 5/264; "Pa (penganut madzhab Syati'l) bersepakat cane Disunnahkan membaca Al~ Qur'an di-sisinya. Jika sampai knatam Al-Guran, tu lebih afdhal". Dengan‘demikian, menisbahkan inl kepada tram Syaf'i perlu-ditelitt-wlang, madzhab bellau adalah tidak sampai menghadahkan pahala bacaan Al-Quran il Qur'an Al-Azhim ketika menatsirkan surat An-Najm: 39, Pendapat inilah yang benar dan dikuatkan oleh mayoritas ahi jimu sebagaimana dinuki oleh Az-Zabidl dalam apsanciar: Ar teelegi 10/369, Ibnu_Al-Qathihan, Kesimpulanniya, menisbahkan ucapan ini kepada Imam: Syafl achieh ketoegeinctron Imam Nawenwi", 2, Hukum Membaca Al-Qur'an di kuburan ; ‘Mombaca Al-Gut'an di-kuburan tidak ada dailnya. melakukannya daft mengajarkan pada Sahabathya, ‘Seandainya bellau mengajarkannya, tentu akan dlinutkil

You might also like