You are on page 1of 15

Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 1, April 2011

ISSN 1412-498X

EKSPLORASI TUMBUHAN OBAT TRADISIONAL DI KECAMATAN MALINAU BARAT KABUPATEN MALINAU


Ratna Kusuma Program Studi Biologi FMIPA Universitas Mulawarman

ABSTRACT. This study aims to explore the existing plant in Malinau District, especially the Western District of Malinau Taras Village, Tanjung Field, and Sempayang is efficacious as a medicine, habitats, habitus, culture, and the parts used and how utilization. This research is expected to provide information about the use of plants as drugs commonly used by communities in Malinau District West. It also can provide information and insight to the relevant agencies about the importance of medicinal plants in the vicinity, to the public and the medical world in general. Based on the results of research conducted in the village of Tanjung Field, and Taras Sempayang get 75 types of herbs. 86,67% of the medicinal plants found in perkarangan home and 9,33% in the forest and 4% on the riverbank. The total number of plant species exploited this society, mostly utilize the leaves as raw material for their potions. This amount is approximately 42,68%, and tuber 19,51%, all part of the crop 12,19%, roots 9,76%, fruit and sap of about 4,88%, flower and stem 2,44%, skin and 1,22%. From the research also showed that 50,67% of the plants used by the public is a wild plant, while 49,33% is the cultivation of crops (planted). In more detail the use of medicinal plants most of which are 46,67%, 36% shrubs, 13,33% and 4% liana. Keywords: Exploration of Medicinal Plants, crops Benefits, Western Society of Malinau

PENDAHULUAN Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ternyata tidak mampu begitu saja menghilangkan arti pengobatan tradisional. Dewasa ini pengobatan dengan cara-cara tradisional semakin popular baik didalam negeri maupun diluar negeri. Penggunaan tumbuhan obat secara tradisional semakin disukai karena pada umumnya tidak menimbulkan efek sampingan seperti halnya obat-obatan dari bahan kimia. Pada umumnya yang dimaksud dengan obat tradisional adalah ramuan dari suatu tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau pengalaman. Perbedaan pokok antara obat tradisional dan obat modern ialah bahwa obat tradisional pada pembuatannya tidak memerlukan bahan kimia (Tampubolon, 1995). Indonesia dikenal sangat kaya akan berbagai jenis tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat, namun sayangnya kebanyakan orang merasa sulit untuk memperoleh tumbuhan obat tersebut, penyebabnya antara lain tumbuhan yang dimaksud sulit ditemukan atau tumbuhan yang dicari hanya diketahui namanya saja namun tidak
FMIPA Universitas Mulawarman

101

Ratna Kusuma

Eksplorasi Tumbuhan Obat Tradisional Di Kecamatan Malinau Barat

diketahui bentuknya, padahal sangat mungkin tumbuhan yang dimaksud tersebut adalah ada disekitar kita (Sugeng, 2001). Menurut Cheppy (2005) Indonesia memiliki 7000 spesies tumbuhan yang berkhasiat obat. Namun, banyaknya spesies tumbuhan yang berkhasiat obat belum sepenuhnya diikuti dengan besarnya pemanfaatan tumbuhan tersebut dalam pengobatan terhadap suatu penyakit. Pemanfaatan tumbuhan obat yang diketahui masyarakat pada umumnya masih berupa jamu tradisional. Sejalan dengan budaya untuk kembali ke alam (Back to Nature) menyebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya-bahaya bahan kimia yang terkandung dalam obat-obatan sintesis. Saat ini masyarakat mulai beralih ke pengobatan dengan bahan alami. Kesadaran ini semakin membuka mata betapa penting dan bernilainya obat-obat dari bahan alam. Sampai saat ini masih banyak masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan obat melalui pengolahan bahan baku yang sederhana. Kabupaten Malinau merupakan salah satu kabupaten terbesar di Kalimantan Timur yang terkenal dengan berbagai jenis tumbuhan obatnya. Kabupaten Malinau ini banyak menyimpan keanekaragaman hayati (biodiversity), antara lain tumbuhan obat. Tumbuhan obat banyak tersebar di daerah-daerah pedalaman dan kawasan hutan Malinau khususnya Malinau Barat yang merupakan habitat alami tersebut. Adanya eksploitasi hutan dan industri perkayuan yang semakin meningkat, kebakaran hutan serta pembukaan hutan untuk perkebunan, tambang dan pemukiman transmigrasi, maka dikhawatirkan jenis-jenis tumbuhan obat tersebut akan punah. Sebagian kecil masyarakat setempat sudah mengusahakan tumbuhan obat sebagai obat tradisional yang diambil baik dari akar, daun maupun buah tetapi belum terinventarisasi dengan baik. Masyarakat Lundayeh merupakan salah satu suku asli di Kalimantan Timur yang banyak bermukim di Kabupaten Malinau khususnya di Kecamatan Malinau Barat. Sebagai penduduk asli yang memiliki hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya, masyarakat Lundayeh sejak dahulu menggunakan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan pengobatan. Mereka sampai saat ini masih melakukan pengobatan secara tradisional tersebut. Namun sejalan dengan gaya hidup modern yang semakin terbuka dengan altenatif-alternatif lain yang tersedia, masyarakat lokal akan berkurang menggunakan tumbuhan untuk obat tradisional. Oleh karena itu eksplorasi ilmiah terhadap sumberdaya nabati maupun pengungkapan etnobotaninya perlu dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan pemanfaatan tumbuhan obat serta memberi dasar-dasar pelestariannya di masa depan. Berdasarkan uraian diatas dilakukan eksplorasi secara langsung di Kecamatan Malinau Barat yaitu Desa Tanjung Lapang, Taras, dan Sempayang.

METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Sampel tumbuhan obat (dapat berupa daun, batang/tangkai, akar, buah maupun umbi) 2. Alkohol 70% untuk merendam sampel tumbuhan obat yang akan dibuat herbarium, 3. Kantong plastik untuk menempatkan sampel tumbuhan obat, 4. Tali rafia/benang wol sebagai alat gantung label,

102

FMIPA Universitas Mulawarman

Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 1, April 2011

ISSN 1412-498X

5. Gunting stek untuk pengambilan sampel tumbuhan obat non hutan, 6. Kertas koran untuk penempatan sampel tumbuhan obat sebelum diberi alkohol, 7. Parang untuk merintis (untuk pengambilan sampel tumbuhan obat hutan), 8. Label gantung untuk pengenal sampel tumbuhan obat, 9. Kamera untuk dokumentasi sampel tumbuhan obat, 10. Alat tulis untuk mencatat data di lapangan, 11. Oven untuk mengeringkan sampel tanaman obat yang akan diherbariumkan, 12. Buku kunci determinasi untuk membantu mengidentifikasi contoh tumbuhan obat yang telah diperoleh.

B. Prosedur Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Wawancara Mencari Informasi dari Masyarakat dan orang yang Ahli obat traditional setempat,tentang tumbuhan berkhasiat yang ada di sekitar Malinau barat. b. Eksplorasi dan Pengambilan Data di Lapangan Eksplorasi dilakukan disekitar lingkungan desa baik Desa Tanjung Lapang, Taras maupun Sempayang. Sedangkan pengambilan data dilakukan dengan mengamati dan mencatat tiap jenisnya yang ditemui di daerah tersebut yang dilakukan bersama seorang pakar tumbuhan obat tradisional yang berbeda pada setiap desanya. Dari hasil ekplorasi yang dilakukan akan diambil data mengenai : 1. Jumlah jenis tumbuhan obat yang ada serta pemanfaatannya oleh masyarakat setempat. 2. Jumlah jenis tumbuhan obat baik yang ditanam/dibudidayakan maupun tumbuhan obat liar yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. 3. Bagian-bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat. 4. Habitus dan habitat tumbuhan obat yang diperoleh. c. Pengambilan Sampel Tumbuhan Obat Pemilihan dan pengambilan sampel dilakukan berdasarkan informasi dari masyarakat dan pakar tumbuhan obat tradisional setempat. Bagian tumbuhan yang diambil dapat berupa daun, batang, akar, buah, umbi dan seluruh bagian tumbuhan. Tumbuhan dipotret sebelum dan sesudah dikoleksi, guna mempermudah identifikasi jenis tumbuhan obat tersebut. Tumbuhan obat yang diperoleh disimpan dalam kantong plastik. Untuk setiap jenis tumbuhan diberi nomor dan tanggal koleksi. Informasi yang diperoleh dari masyarakat maupun pengobat tradisional dicatat. Setiap jenis tumbuhan yang dikoleksi, sebagian kecil disimpan sebagai spesimen, lalu dilakukan determinasi berdasarkan spesimen dan foto (Backer and Van den Brink, 1968). d. Studi pustaka Dilakukan untuk mempelajari teori-teori yang relevan dengan penelitian serta mengumpulkan data-data sekunder dari sumber lain yang mendukung dan

FMIPA Universitas Mulawarman

103

Ratna Kusuma

Eksplorasi Tumbuhan Obat Tradisional Di Kecamatan Malinau Barat

memperoleh informasi-informasi sebagai gambaran dan panduan untuk digunakan dalam pelaksanaan penelitian dan sebagai acuan dalam penulisan skripsi. e. Pengawetan Tumbuhan Obat Tumbuhan diawetkan dengan menggunakan alkohol 70%. Masing-masing tumbuhan yang telah diberi label diatur sedemikian rupa, diletakkan kedalam kertas koran dengan tertata rapi, disusun setiap tumbuhan yang telah dikorankan menjadi satu, kemudian disiram atau direndam dengan menggunakan alkohol 70% 48 jam. f. Pengelolaan dan Pembuatan Herbarium di Laboratorium Menurut Tjitrosoepomo (1993) teknik pembuatan herbarium terdiri dari empat (4) tahapan yaitu : koleksi, pengeringan, penempelan, dan pemberian label. 1. Koleksi Tumbuhan Pengoleksian dilakukan dengan cara mengoleksi seluruh bagian tumbuhan yang meliputi akar, batang, daun dan bunga. Selama pengoleksian di lapangan keterangan yang perlu dicatat adalah ciri khas dari tumbuhan tersebut yang dapat dilihat selama pengoleksian di lapangan. 2. Pengeringan Tumbuhan Proses pengeringan disertai dengan pengepresan. Bahan yang akan dikeringkan disusun sedemikian rupa. Bahan-bahan dipress diantara kertas yang dapat menyerap air, seperti kertas koran, kemudian diikat dengan menggunakan tali pengikat. Lipatan yang telah disusun dikeringkan dalam oven selama 72 jam. 3. Penempelan Herbarium Herbarium yang telah dikeringkan, ditempel pada kertas label, penempelan dilakukan dengan memberikan lem perekat, untuk bagian batang, bunga dan akar dijahit dengan menggunakan jarum dan benang. 4. Pemberian Label Pada herbarium yang telah diawetkan dan disimpan diberi label yang berisi semua informasi yang telah diperoleh dan tumbuhan yang bersangkutan. Kertas label tersebut memuat judul/nama lembaga yang memilikinya, nomor urut, nama kolektor, data taksonomi, tempat pengambilan bahan, habitat dan data ekologi lain yang dianggap perlu. g. Analisis Data Dari data yang diperoleh akan dihitung persentase penggunaan jenis tumbuhan tersebut berdasarkan habitus (pohon, perdu, terna, liana dll), habitat (hutan, perkarangan, semak, pinggiran sungai dll), status budidaya (liar atau ditanam), serta bagian tumbuhan yang digunakan (akar, daun, umbi dll) dengan pendekatan : % Tumbuhan = x 100 %

104

FMIPA Universitas Mulawarman

Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 1, April 2011

ISSN 1412-498X

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Eksplorasi Jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan dari hasil ekplorasi di Kecamatan Malinau Barat (Desa Tanjung Lapang, Sempayang dan Taras), ditunjukan pada Tabel. 1. Tabel 1. Jenis-Jenis Tumbuhan Obat yang diperoleh di Kecamatan Malinau Barat (Desa Tanjung Lapang, Sempayang dan Taras) beserta Keterangannya. Ket. Keberadaan (ada/tidak) di Desa Tj. Sempayang Taras lpg

No 1

Nama Daerah Alang-alang

Nama Ilmiah Imperata cylindrica (L) Raeusch Hedyotis corymbosa (L) Lamk Saraca asoca (Roxb.) Wilde Eleuterine americana Averrhoa bilimbi L. Physalis angulata L. Gomphrena glombosa L. Celosia argentea L. Albertisia papuana Becc Gynura sagetum (Lour) Merr Plantago mayor L. Melastoma malabathricum

Family Poaceae

Arar Tetadu/ rumput mutiara Asoka Bawang dayak Belimbing telunjuk/wuluh Bua apek/Ceplukan Bunga kenop Busak tunung/Baroco Daun afa Daun dewa Daun sendok Daun siang/cekeli/ Senggani/karam unting Daun wungu

Rubiaceae

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Fabaceae Liliaceae Oxalidaceae Solanaceae Amaranthaceae Amaranthaceae Menispermaceae Asteraceae Plantaginaceae Melastomataceae

13

14 15

Graptophyllum pictum L. Griff. Var. Felakad Saurauia sp Gogor/paku rane Selaginella plana Hieron

Acanthaceae

Saurauiaceae Selaginellaceae

FMIPA Universitas Mulawarman

105

Ratna Kusuma

Eksplorasi Tumbuhan Obat Tradisional Di Kecamatan Malinau Barat

16 17 18 19

Geji jepang Ginseng Jahe merah Jakang

20 21 22 23 24

Jambu biji Jarak Jeruk nipis Kates/pepaya Kejibeling

25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Kemangi Kencur Ketela rambat Ketela singkong Ketepeng cina Kitolod/bunga bintang Kumis kucing Kucai Kunyit putih Lalid fayo Lempuyang wangi Lengkuas Lidah buaya Lidah mertua Lili prancis Mahkota dewa

Asystacia gangetica Portulaca oleracea L Zingiber officinale L. Var rubrum Muehlenbeckia platyclada (F.V.Muell.) Mei Psidium guajava L. Jatropa curcas Citrus aurantifolia Swingle Carica papaya L. Hemigraphis colorata (Bl.) Hallier.f Ocinum bassilicum Kaempferia galanga L. Ipomoea batatas margarita Manihot sp Casia alata Isotoma longiflora (Wild) Presl. Orthosiphon aristatus (BL) Miq. Allium tuberosum Rottl. ex Spreng Kaemferia rotundus L Alocasia sp Zingiber aromaticum Val. Languas galanga L. Aloe vera L. Sansevieria trifasciata Prain. Dianella tasmanica Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.

Acanthaceae Portulacaceae Zingiberaceae Polygonaceae

Myrtaceae Euphorbiaceae Rutaceae Caricaceae Acanthaceae

Ocinaceae Zingiberaceae Convolvulaceae Euphorbiaceae Fabaceae Campanulaceae Lamiaceae Liliaceae Zingiberaceae Araceae Zingiberaceae Zingiberaceae Liliaceae Agavaceae Hemerocallidacea e Thymelaceae

106

FMIPA Universitas Mulawarman

Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 1, April 2011

ISSN 1412-498X

41 42 43

Meniran

44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55

56 57

58 59 60 61 62 63 64 65

Phyllanthus uninaria L. Mengkudu Morinda citrifolia L. Miyana/iler Coleus otropurpureus Benth Ngakilo Strobilanthes laevigatus Clarck. Orang aring Eclipta alba (L) Hassk Pacar air Impatiens balsamina L. Partulaka Argostema sp Pasak bumi Euricoma longifolia J. Patikan kebo Euphorbia hirta L. Putri malu Mimosa pudica L. Putut urat Lilium sp Rosela Hibiscus sabdariffa Linn. Rumput awet Euphatorium muda triplinerve Rumput teki Cyperus plavidus Retz. Sambiloto Andrographis paniculata (Burn.F) Nees. Sawi langit Vernonia cinerea (L) Less Sembung Blumea balsamifera (L) DC. Sidaguri Sida rhombifolia L. Siluk Costus spesiasus Sirih hutan Piper betle Sosor bebek Kalanchoe pinnata (Lamk) Pers. Tabar kadayan Aristolochia foveolata Merr Tapak dara Catharanthus roseus (L) G.Don. Tapak liman Elephantopus scaber L. Tempuyung Sanchus arvensis L.

Euphorbiaceae Rubiaceae Lamiaceae

Acanthaceae Asteraceae Balsaminaceae Rubiaceae Simaroubaceae Euphorbiaceae Mimosaceae Liliaceae Malvaceae Asteraceae Cyperaceae Acanthaceae

Compositae Asteraceae

Malvaceae Costaceae Piperaceae Crassulaceae Aristolochiaceae Apocynaceae Asteraceae Asteraceae

FMIPA Universitas Mulawarman

107

Ratna Kusuma

Eksplorasi Tumbuhan Obat Tradisional Di Kecamatan Malinau Barat

66 67 68 69 70 71 72

Temulawak Temu hitam Temu mangga Temu putih Terkini/kaktus pakis giwang Terong pipit Udu daya/sambung nyawa Udu mek Udu ria War paed/brotowali

Curcuma xanthorrhiza Roxb. Curcuma aeruginosa Roxb. Curcuma mangga Val Curcuma zedoaria (Berg) Rosc Euphorbia milii Solanum torvum Swartz Gynura sp

Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Euphorbiaceae Solanaceae Asteraceae

73 74 75

Ageratum conyzoides L Calathea princeps Tinospora crisp (L) Miers.

Asteraceae Maranthaceae Menispermaceae

Tumbuhan Obat Berdasarkan Lokasi Pengambilan (Habitat) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Malinau Barat (Desa Tanjung Lapang, Sempayang dan Taras) bahwa 86,67 % tumbuhan obat ini ditemui di perkarangan rumah mereka sebagai tumbuhan obat keluarga, 9,33% di hutan dan 4% di pinggir sungai, seperti yang tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Jumlah Jenis Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitat No 1 2 3 Lokasi Pengambilan Perkarangan Hutan Pinggiran Sungai Jumlah Jumlah Jenis Satuan 65 7 3 75 (%) 86,67 9,33 4 100

1.

Tumbuhan Obat Berdasarkan Perawakan (Habitus) Dari penelitian yang dilakukan di Kecamatan Malinau Barat (Desa Tanjung Lapang, Sempayang dan Taras), maka dapat diklasifikasikan menurut Habitus, bahwa sebagian besar 46,67% tumbuhan obat ini merupakan herba, 36% semak, 13,33% pohon dan 4% adalah liana, seperti yang tertera pada Tabel.

2.

108

FMIPA Universitas Mulawarman

Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 1, April 2011

ISSN 1412-498X

Tabel 3. Persentase Jumlah Jenis Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitus. No 1 2 3 4 Habitus Pohon Semak Liana Herba Jumlah Jumlah Jenis Satuan 10 27 3 35 75 (%) 13,33 36 4 46.67 100

Tumbuhan Obat Berdasarkan Status Budidayanya Dari penelitian yang dilakukan di Kecamatan Malinau Barat (Desa Tanjung Lapang, Sempayang dan Taras), menunjukkan bahwa 50,67% tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah merupakan tumbuhan liar, artinya mereka mengambilnya langsung di luar kawasan pencarian lainnya seperti hutan. Sedangkan sekitar 49,33% merupakan tumbuhan budidaya, seperti yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase Jumlah Jenis Tumbuhan Obat Berdasarkan Status Budidaya. No 1 2 Status Budidaya Ditanam Liar (alami) Jumlah Jumlah Jenis Satuan 37 38 75 (%) 49,33 50,67 100

3.

4.

Tumbuhan Obat Berdasarkan Bagian yang Dimanfaatkan Masyarakat Berdasarkan penelitian, dari 75 jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat, sebagian besar memanfaatkan bagian daun sebagai bahan baku ramuan mereka yaitu 42,68%, kemudian umbi 19,51%, seluruh bagian tumbuhan 12,19%, akar 9,76%, buah dan getah masing-masing 4,88%, bunga dan batang 2,44%, dan kulit 1,22%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

FMIPA Universitas Mulawarman

109

Ratna Kusuma

Eksplorasi Tumbuhan Obat Tradisional Di Kecamatan Malinau Barat

Tabel 5. Persentase Jumlah Tumbuhan Obat Berdasarkan Bagian yang Dimanfaatkan Masyarakat. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bagian yang Dimanfaatkan Seluruh Tumbuhan Akar Umbi Batang Kulit Daun Buah Getah/Lendir Bunga Jumlah Jumlah Satuan 10 8 16 2 1 35 4 4 2 82 (%) 12,19 9,76 19,51 2,44 1,22 42,68 4,88 4,88 2,44 100

B. Pembahasan Menurut masyarakat di Kecamatan Malinau Barat, tumbuhan obat adalah semua jenis tumbuhan yang dapat digunakan menyembuhkan penyakit manusia. Baik secara langsung maupun yang tidak langsung. Penyakit yang diobati pun bervariasi, ada penyakit fisik maupun penyakit bukan fisik yaitu yang tidak nampak oleh mata manusia (seperti guna-guna, santet dan lain-lain). Semua hal itu mereka sebut penyakit walaupun penderitanya tidak nampak seperti orang sakit. Pengambilan dan pemilihan sampel dilakukan berdasarkan informasi dari masyarakat dan pengobat tradisional setempat. Tumbuhan yang telah dikumpulkan sebanyak 75 jenis hasil eksplorasi yang dilakukan di Desa Tanjung Lapang, Sempayang dan Taras Kecamatan Malinau Barat Kabupaten Malinau Kota. Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, mengumpulkan dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan (Kusumo, dkk ,2002). 1. Tumbuhan Berdasarkan Habitat, Habitus, Status Budidaya dan Bagian yang Dimanfaatkan sebagai Obat Sebagian besar masyarakat Desa Tanjung Lapang, Sempayang dan Taras banyak menghabiskan waktunya untuk berwirausaha dan sebagian lagi di ladang. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 86,67% ditemui diperkarangan rumah mereka sebagai tumbuhan obat keluarga baik yang ditanam (49,33%) maupun liar (50,67%), dan sekitar 13,33% ditemukan di daerah di luar perkarangan seperti hutan dan pinggiran sungai. Dari berbagai habitat tersebut terdapat berbagai macam habitus, antara lain herba, pohon, liana,dan semak. Bagian tumbuhan yang dimanfaatpun bervariasi mulai dari daun,

110

FMIPA Universitas Mulawarman

Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 1, April 2011

ISSN 1412-498X

akar, batang, getah/lendir, umbi, buah dan bunga. Berikut merupakan persentase tumbuhan obat berdasarkan habitat, habitus, status budidaya dan bagian yang dimanfaatkan yang dipaparkan dalam bentuk histogram. A. Berdasarkan Habitat Tumbuhan obat yang diperoleh peneliti banyak ditemukan di perkarangan dengan persentase 86,67%, hal ini dikarenakan perkarangan mudah dijangkau masyarakat setempat untuk mengambil tumbuhan obat. Selain itu, banyak tumbuhan yang ditanam sebagai penghias perkarangan seperti jenis tumbuhan berbunga dan banyak juga yang liar dari jenis rumput-rumputan yang banyak hidup diperkarangan. Bagi orang awam tumbuhan berbunga hanya sebagai penghias dan tumbuhan jenis rumput-rumputan dianggap pengganggu, padahal sebenarnya itu adalah tumbuhan obat. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat akan berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat. Untuk tumbuhan obat yang mereka tanam diperkarangan rata-rata adalah tumbuhan obat yang sifatnya dapat digunakan secara langsung seperti obat luka, penurun panas dan lain sebagainya. Selain itu, tumbuhan yang mereka tanam di perkarangan mereka juga berfungsi sebagai bahan makanan selain tumbuhan hias dan tumbuhan rumput-rumputan seperti lengkuas dan lain sebagainya. Selain tumbuhan yang ada di perkarangan sekitar 13,33% merupakan tumbuhan yang ditemui di luar perkarangan seperti hutan (9,33%) dan pinggiran sungai (4%), seperti ditunjukan pada Gambar 1.

90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Perkarangan Hutan Pinggiran Sungai

Gambar 1. Histogram Persentase Jumlah Jenis Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitat. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Tanjung Lapang, Sempayang dan Taras membudidayakan tumbuhan obat sebagian besar merupakan tumbuhan obat keluarga yang ditanam diperkarangan rumah. Berdasarkan Habitus Dari penelitian yang dilakukan di Desa Tanjung Lapang, Taras dan Sempayang, peneliti mengelompokkan tumbuhan obat berdasarkan Habitus yaitu pohon, semak, liana dan herba. Persentase pengelompokan habitus ditunjukan pada Gambar 2.
FMIPA Universitas Mulawarman

2.

111

Ratna Kusuma

Eksplorasi Tumbuhan Obat Tradisional Di Kecamatan Malinau Barat

50 40 30 20 10 0 Pohon Semak Liana Herba

Gambar 2. Histogram Persentase Jumlah Jenis Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitus. Bahwa 46,67 % tumbuhan obat ini merupakan herba, 36% semak, 13,33% pohon dan 4% liana. Dengan demikian dapat diketahui bahwa 86,67% masyarakat memanfaatkan tumbuhan yang berkhasiat obat bukan berasal dari pohon, akan tetapi merupakan bentuk herba, semak dan liana. 3. Berdasarkan Status Budidayanya Masyarakat Desa Tanjung Lapang, Taras dan Sempayang memanfaatkan tumbuhan obat untuk dikonsumsi sendiri dengan menanam dan diambil dari alam, seperti ditunjukan pada Gambar 3.

51 50,5 50 49,5 49 48,5 Ditanam Liar (alami)

Gambar 3. Histogram Persentase Jumlah Jenis Tumbuhan Obat Berdasarkan Status budidayanya Bahwa 50,67% masyarakat memanfaatkan tumbuhan obat yang berasal dari alam (liar) yang ada disekitar mereka. Sedangkan 49,33% adalah ditanam. Berdasarkan keterangan di atas, hal ini membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Tanjung Lapang, Taras dan Sempayang menggunakan tumbuhan liar disekitar rumah mereka

112

FMIPA Universitas Mulawarman

Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 1, April 2011

ISSN 1412-498X

untuk obat, mengingat rata-rata masyarakatnya bermata pencaharian sebagai wirausaha dan berladang. Berdasarkan Bagian yang Dimanfaatkan Bagian tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyakat bervariasi, mulai dari daun, batang, akar, kulit, getah, lendir, buah, bunga dan seluruh tanamannya, seperti ditunjukan pada Gambar 4 .
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0

4.

Gambar 4. Histogram Persentase Jumlah Jenis Tumbuhan Obat Berdasarkan Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan sebagai Obat Sebagian besar dari tumbuhan ini yang dimanfaatkan adalah daunnya yaitu 42,68%, kebanyakan berupa semak dan herba. Selain itu bagian yang dimanfaatkan adalah umbi (19,51%), seluruh bagian tumbuhan (12,19%), serta akar (9,76%), melihat angka ini dikhawatirkan kelangsungan hidup dari tumbuhan akan terancam dan ada kemungkinan tumbuhan tersebut akan punah bila tidak diimbangi dengan pelestarian (Rifai, 1983). Kemudian bagian yang dimanfaatkan adalah buah dan getah masingmasing 4,88%, bunga dan batang 2,44%, dan kulit 1,22%, hal ini tidak perlu dikhawatirkan jika bahan yang diambil masih dalam batas-batas kewajaran karena masih dapat tumbuh kembali (Sugeng, 2001). Dilihat dari tingkat penggunaan obat oleh masyarakat Desa Tanjung Lapang, Sempayang dan Taras, maka sangat perlu dipertimbangkan upaya untuk melakukan budidaya dengan tujuan mengantisipasi semakin melangkanya tumbuhan obat baik itu akibat eksploitasi atau degradasi hutan maupun bencana alam seperti kebakaran hutan serta banjir dan pembukaan lahan untuk pemukiman atau perladangan. Upaya budidaya tersebut dapat dilakukan secara intensif baik secara ex-situ maupun in-situ, hal ini dapat diambil contoh pada penggunaan obat dengan mengambil akarnya sebagai ramuan, sudah tentu akan mematikan pertumbuhannya. Sehingga diperlukan upaya menjaga sediaan tumbuhan yang dimaksud di alam. Meningkatnya kebutuhan manusia telah mengarahkan tingkat kepedulian mereka terhadap lingkungan yang semakin terbatas dan akan mendorong terjadinya perambahan dan perusakan (Rifai, 1983).
FMIPA Universitas Mulawarman

113

Ratna Kusuma

Eksplorasi Tumbuhan Obat Tradisional Di Kecamatan Malinau Barat

Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat Desa Tanjung Lapang, Taras dan Sempayang secara umum telah dikenal sebagai tumbuhan obat yang berkhasiat serta lazim digunakan. Dan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa mereka turut membudidayakan tumbuhan obat yang sebagian besar merupakan tumbuhan obat keluarga. Masyarakat Desa ini adalah tipe masyarakat yang telah mengalami kemajuan sebagai akibat perkembangan pembangunan yang semakin maju, sehingga dengan demikian segala kegiatan yang ada telah terorganisasi dengan baik. Salah satu contoh adanya lembaga yang dinamakan PKK, dimana lembaga inilah yang turut serta mengantarkan Kecamatan Malinau Barat yang diwakili Desa Tanjung Lapang menjadi salah satu desa yang memperoleh penghargaan tingkat provinsi yang dikirim ke Jakarta pada tahun 2007 dibidang tumbuhan obat keluarga yang diwakili oleh salah satu pakar obat tradisional terkenal yaitu Ibu Dorkas Upung. Dalam peranannya PKK berperan aktif dalam pelestarian tumbuhan obat, yaitu salah satu programnya mengharuskan masingmasing kepala keluarga menanam lebih dari 10 jenis tumbuhan yang berkhasiat obat. Dengan program seperti inilah diharapkan kelestarian dari tumbuhan obat di Desa-desa Kecamatan Malinau Barat terutama Desa Tanjung Lapang, Taras dan Sempayang dapat terus terjaga kelestariannya. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa kebanyakan dari tumbuhan obat tersebut tidak diramu secara satuan, namun ada juga yang hanya digunakan satu jenis tumbuhan untuk mengobati satu jenis penyakit. Akan tetapi untuk suatu penyakit tertentu kebanyakan memerlukan ramuan yang terdiri dari bermacammacam tumbuhan dan bukan hanya satu jenis saja. Dengan demikian apabila salah satu tumbuhan yang tidak ditemui maka akan mengakibatkan terhambatnya proses pengobatan yang dilakukan.

KESIMPULAN 1. Ditemukan 75 jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai obat oleh masyarakat Malinau barat,72 jenis tumbuhan terdapat di tiga desa (Desa Tanjung Lapang , Desa Taras dan Desa Sempayang) 2. Jenis Graptophyllum pictum, Blumea balsamifera, Costus spesiosus tidak ditemukan di desa Sempayang dan desa Taras. Sedangkan jenis Gynura sagetum hanya ditemukan di desa Tanjung Lapang. 3. Berdasarkan habitatnya, 86,67% tumbuhan obat ini ditemui di perkarangan rumah dan 9,33% di hutan dan 4% di pinggir sungai. 4. Berdasarkan habitusnya, 46,67 % tumbuhan obat ini merupakan herba, 36% semak, 13,33% pohon dan 4% adalah liana. 5. Berdasarkan status budidayanya, 50,67% tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah merupakan tumbuhan liar, sedangkan 49,33% merupakan tumbuhan budidaya (ditanam). 6. Berdasarkan bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat, 42,68% merupakan daun, kemudian umbi 19.51%, seluruh bagian tumbuhan 12,19%, akar 9,76%, buah dan getah masing-masing 4.88%, bunga dan batang 2,44%, dan kulit 1,22%.

114

FMIPA Universitas Mulawarman

Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 1, April 2011

ISSN 1412-498X

Kegiatan pelestarian tumbuhan obat, dalam hal ini budidaya dan konservasi baik insitu maupun ex-situ sangat diperlukan sebagai kantong keanekaraman hayati tumbuhan obat di masyarakat pada khususnya serta Kalimantan Timur umumnya.

DAFTAR PUSTAKA Backer, C. A., and Van den Brink, R. C. B. 1968. Flora of Java. Volume II, p.240, NPV. Noordhoof : Groningen. Cheppy S. 2005. Pembibitan Tanaman Obat. Jakarta : Penebar Swadaya. Kusumo, S., M. Hasanah, S. Moeljoprowiro, M. Thohari, Subandrijo, A. Hardjamulia, A. Nurhadi, dan H. Kasim. 2002. Pedoman Pembentukan Komisi Daerah Plasma Nutfah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Komisi Nasional Plasma Nutfah. Bogor. hlm. 18. Rifai, M.A. 1983. Plasma Nutfah, Erosi Genetik, dan Usaha Pelestarian Tanaman Obat Indonesia : Semarang. Suganda, AG. 1997. Peluang Pemanfaatan Potensi Hutan Sebagai Sumber Obat. Seminar Mencari Nilai Tambah Potensi Hutan Untuk Tanaman Obat. Bogor : Cisarua. Sugeng HR. 2001. Tanaman Apotik Hidup. Semarang : CV Aneka Ilmu. Tampubolon O.T. 1995. Tumbuhan Obat. Jakarta : Bhratara. Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta : UGM Press.

FMIPA Universitas Mulawarman

115

You might also like