You are on page 1of 2

PERAN NEGARA DALAM MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN UMAT Pendidikan adalah kebutuhan asasi umat, sebab dengan proses pendidikan

umat dapat memahami tsaqofah Islam yang menjadi pengarah hidupnya. Oleh karena itu, pendidikan menjadi tanggung jawab negara untuk menanganinya, dan termasuk kategori kemaslahatan umum yang harus diwujudkan oleh negara agar dapat dinikmati oleh seluruh rakyat. Sabda Nabi SAW : Setiap imam adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas urusan yang dipimpinnya (HR. Ahmad, Syaikhani, tirmidzi, Abu daud dari Ibnu Umar). Beberapa peran pemerintah dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Pemerintah bertugas untuk menjaga aqidah umat, oleh karena itu kurikulum harus dibangun berdasarkan Aqidah Islamiyah. Tidak dibenarkan tsaqofah-tsaqofah asing dipelajari di tingkat dasar dan menengah, hanya boleh di PT itupun dijelaskan kekeliruannya. Sementara sains diberikan pada seluruh tingkatan pendidikan. Menurut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim, karenanya seluruh lapisan masyarakat berhak mendapatkan berbagai fasilitas untuk memenuhi kewajiban terseburt. Dan negara wajib mengadakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan tersebut. Termasuk dalam hal ini adalah membangun gedung sekolah, perpustakaan, buku-buku, memberi gaji yang layak bagi para guru dan ilmuwan dan sebagainya yang dapat menunjang pelaksanaan kewajiban ini. Sementara perhatian pemerintah terhadap sektor ini di Indonesia sangatlah kecil. Dana untuk pendidikan hanya 6,8 % dari seluruh anggaran nasional (Sabili, 17/05/00). Tentu saja ini tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan umat terhadap pendidikan, akibatnya biaya pendidikan sangatlah mahal dan banyak orang yag pada akhirnya putus sekolah. 3. Individu muslim yang mampu diperbolehkan membangun sekolah dengan status badan waqaf dimana mereka menanggung seluruh biayanya; dan kurikulumnya harus disesuaikan dengan kurikulum negara. Masalah krusial yang sering dikaitkan dengan dunia pendidikan adalah dunia kerja. Logikanya adalah bagaimana agar lulusan lembaga pendidikan dapat terserap ke duani kerja namun demikian ternyata masih banyak lulusan pendidikan yang menjadi pengangguran. Syariat islam telah membebankan kepada negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang tanggung jawab pelaksanaannya ada di tangan khalifah. Maka negara wajib membuat strategi pendidikan berdasarkan kepada tujuan pendidikan Islam dan kebutuhan tenaga ahli yang diperlukan masyarakat. Hal ini dilakukan juga dalam rangka untuk menjamin kebutuhan pokok setiap warga negara. Oleh karenanya negara mengusahakan agar lulusannya khususnya yang wajib untuk mencari nafkah untuk menyediakan lapangan kerja bagi mereka. Dalam Islam ilmu dipelajari dengan tujuan yang jelas. Ilmu dipelajari bukan sekedar ilmu itu sendiri. Ilmu yang tidak bermanfaat buat perkembangan masyarakat. Dengan cara itu akan dihasilkan sarjana yang berkepribadian Islam, berilmu dan trampil, serta siap menjawab tantangan kehidupan bukan sejumlah pengangguran yang menjadi beban masyarakat. Setiap muslim yang berkepribadian Islam, apapun tingkat pendidikan dan keterampilannya tidak akan menganggur, sebab bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan menanggung nafkah keluarganya dalam pandangan Islam hukumnya wajib. Allah SWT berfirman : Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya dan warispun berkewajiabn demikian (QS. A l Baqaroh:233) Jadi seorang akan malu kalau menganggur dan akan merasa terhormat sekalipun mendapat pekerjaan yang kasar, asalkan halal. Rasulullah pernah memuji sahabat Saad bin Muadz r.a. yang tanggannya tebal karena bekerja kasar dengan mencium tangannya dan bersabda :

2.

4.

(Ini adalah) dua tangan yang dicintai Allah taala (Abdul Aziz Al Badri, Hidup Sejahtera dalam Naungan Islam, hal 26).

You might also like