Professional Documents
Culture Documents
DARUSSALAM
Kedungmlati Kesamben Jombang
"Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,”
1
Kata Pengantar
“ Seperti halnya pada beras yang selalu tidak mudah untuk memikirkan
secara adil dan seimbang kepentingan konsumen dan produsen sekaligus,
maka dalam gula kedudukan petani produsen tebu relatif lebih parah lagi,
hampir tanpa kecuali petani tebu di Jawa selalu berkorban untuk menanam
tebu, namun pengorbanan petani tebu ini diterima wajar “ Prof Mubyarto”
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.Pendahuluan.
Gula sebagai salah satu dari sembilan bahan pokok yang diperlukan
saat ini ada dipersimpangan jalan, kebutuhan nasional yang mencapai lebih
3,25 juta ton pertahun hanya bisa dipenuhi produk nasional kurang dari
2 juta ton pertahun , sementara kekurangan lebih dari 1,25 juta ton
per tahun masih mengandalkan pasokan import.
Sejarah mencatat bahwa pada sekitar tahun 1935 - Indonesia telah
dikenal sebagai negara peng export gula , dengan penguasaan
teknologinya (teknologi tanaman dan teknologi prosesing ) telah
menjadikan Indonesia sebagai kiblat negara penghasil gula lainnya ,
faktanya saat ini mengalami kemunduran , kemunduran dibidang budidaya
tanaman tercermin dari rendahnya produktivitas tanaman tebu (ton tebu/ha)
dibanding dengan produktivitas yang pernah dicapai atau dibandingkan
dengan produktivitas tebu negara lain , kemunduran kwalitas tanaman tebu
tercermin dari rendahnya kandungan gula dalam batang tebu , yang terlihat
dari tingkat rendemen gula , angka rendemen gula rata rata thn 1934
diatas 11% saat ini hanya bisa dicapai sebesar rata rata 7% saja atau tejadi
penurunan sekitar 50%.
4
1.1. Pemanis selain gula putih tebu
Selain bahan pemanis gula putih tebu dimasarakat juga dikenal gula
merah tebu dan gula kelapa .
Gula merah tebu maupun gula merah kelapa banyak diusahakan oleh
pengrajin tradisional dengan teknologi yang dikuasai turun temurun, tataniaga
gula yang condusif juga berimbas pada keberadaan mereka, harga gula
merah tebu saat ini dalam kisaran Rp 2.450 –Rp 2.500,- Sebagai
tambahan informasi disampaikan di beberapa sentra pengrajin gula merah
dari tebu beroperasi lebih dari 240 hari/tahun ( 8 bulan ) dengan rendemen
awal bulan maret 9% dan pada bulan kering dalam kisaran 12-13%, kwalitas
tebu yang digilingpun bukan tebu dengan kwalitas prima.
Module pemerahan gula rakyat tradisionil, batang tebu digiling langsung satu
kali dry proses, perbandingan nira dengan ampasdalah 50:50,
5
Module penguapan dengan open pan dan direct fire dan hasil produksi.
Banyak fihak yang menilai bahwa keberadan industri gula rakyat ini sebagai
industri yang miskin teknologi juga permodalan, tetapi waktu telah
membuktikan bahwa indutri gula rakyat tradisional mampu mempertahankan
diri pada saat krisis melanda tanpa bantuan dan uluran tangan pemerintah.
6
BAB II
PERMASALAHAN
Masalah nya
apa ? , perlu
identifikasi
7
2.Permasalahan
2.1.Pasokan gula hasil industri gula nasional hanya mampu mengisi
60% kebutuhan gula nasional, sisanya masih harus di impor, sementara
proyeksi kebutuhan nasional makin meningkat.
8
2.3.Maksud dan Tujuan.
Maksud dan tujuan penulisan proposal ini sebagai sumbang sih untuk
mengatasi permasalahan gula nasional yang serba dilematik.
2.4.Visi
Mewujudkan Industri Gula Nasional sebagai tuan rumah dinegeri
sendiri, dimana teknologi pergulaan tersebar menjadi teknologi yang dimiliki
dan dikuasai masarakat luas.
9
2.5.2. Memperkenalkan Pabrik Gula Skala “Kecil” (Close Pan
PROTOTYPE PROTOTYPE
STEAMER LOW PRESSURE EVAPORATOR SINGLE EFFECT
2.6.Strategi
10
2.7.Kendala
Kendala dalam mensosialisasikan Pabrik Gula Skala Kecil (Kilang Gula
Rakyat +) kultur bangsa kita dari rakyat dan penguasa lebih percaya kepada
orang asing daripada anak bangsa sendiri, begitu pula akibat belum
berhasilnya pgm yang lalu memberikan effect trauma bagi pengembang
PGM berikutnya.
11
BAB III
MEMPERTAHANKAN
PRODUKSI DALAM NEGERI.
Katanya swa
sembada thn 2007
Mundur lagi 2009
Kapan ?
12
Kedepan kebijakan Pemerintah akan menjadi penentu kearah mana
dan bagaimana nasib industri gula nasional, apabila kebijakan macro
berdasar pertimbangan bahwa industri gula di Indonesia adalah indutri
masa lalu yang telah uzur dan memutuskan untuk pemenuhan pasokan
dipenuhi dari gula import yang diperdagangkan lebih murah, maka secara
pasti meskipun perlahan indutri gula nasional tidur dengan sendirinya, apabila
kebijakan masih juga melibatkan produksi gula nasional untuk pemenuhan
pasokan nasional maka kebijakan juga harus mempertimbangkan
kepentingan produsen termasuk didalamnya petani tebu .
Proyeksi produksi gula dalam negeri cenderung mengalami penurunan
, kecenderungan penurunan tingkat produksi tsb karena beberapa penyebab
antara lain ketuaan pabrik gula , jumlah pabrik gula berkurang karena
beberapa pabrik gula terpaksa ditidurkan (8 pabrik gula di Jawa sudah
ditidurkan) kedepan diperkirakan beberapa pabrik mungkin harus ditidurkan
karena lokasi yang dulunya diluar kota saat inisudah terjebak didalam kota,
juga karena keterbatasan lahan tanaman tebu, dan makin berkurangnya
lahan tebu di Jawa baik karena perubahan penggunaan lahan ataupun
konversi ke tanaman lain yang lebih menguntungkan .
13
Peluang pertama adalah meningkatkan kinerja ( produktivitas dan
kwalitas tanaman serta pengendalian proses produksi). dengan tolok ukur
performance yang pernah dicapai.
Atau menggunakan tolok ukur rendemen gula dunia saat ini rata rata
> 10%, Thailand 12%, Australia 14 % dan India 12%.
14
Peningkatan kwalitas tanaman tidak memerlukan lagi banyak investasi
hanya diperlukan kesungguhan dan system pengawasan yang terpadu dan
untuk mencapainya tidak perlu waktu yang panjang, perbaikan tanaman
tahun ini hasilnya akan dirasakan pada akhir tahun (dimusim giling pada
tahun yang sama).
Infrastruktur.
Diperlukan infrastruktur setempat yang memadai, baik pelabuhan maupun
kondisi jalan dan jembatan s/d kelokasi pembangunan mengingat adanya
komponen komponen pabrik gula yang cukup besar dan berat begitu pula
infra struktur yang mutlak harus dibangun didalam areal konsesi untuk
menunjang kelancaran proses produksi.
15
Masalah Sosial.
Kebutuhan lahan yang hampir 10.000 ha untuk pabrik gula dengan kapasitas
5.000 ton tebu/hari, memerlukan pembebasan / pencadangan lahan 10.000
ha, untuk kondisi sekarang bukan tidak mungkin pencadangan lahan seluas
tersebut akan memicu konflik dan kecemburuan sosial, begitu pula membuka
kawasan hutan menjadi ladang tebu dengan tanpa melakukan pembakaran
bukannya merupakan pekerjaan yang mudah.
16
(hampir 50% kapasitas terpasang) itupun setelah menggunkan jasa tebang
angkut dengan fihak ke tiga yaitu PT Centramas Aneka Niaga dan PT Fortuna
Farmindo, begitu pula gambaran pabrik gula di Lampung dan Sulawesi
Selatan.
lima tahun yang lalu tetapi sampai saat ini belum menunjukkan adanya
segera penyelesaian, sejumlah tanaman yang telah siap panen sejak 2 tahun
lalu akhirnya dibuat gula rakyat dengan mendatangkan 10 unit gilingan rakyat
tradisionel berikut tenaga kerjanya.
17
BAB IV
PABRIK GULA SKALA KECIL
(kilang gula rakyat +)
alternatif solusi
18
PT Kigumas Malang membangun Pabrik Gula Mini dengan kapasitas
design 250 tcd dengan invest Rp 27. M juga belum menampakkan tanda
keberhasilan teknis maupun ekonomis, uji produksi hanya mampu mencapai
kapasitas giling 60-70 tcd dengan output yang belum memenuhi kriteria
mutu, begitu pula dengan beberapa pabrik gula mini yang pernah dibuat
performance proses :
19
- Memperkenalkan proses pemurnian.
- Mengganti penguapan open pan dengan penguapan hampa.
- Mengganti proses masakan terbuka dengan masakan hampa.
- Memperkenalkan proses pemisahan untuk produk gula putih.
20
Perbedaan Pabrik Gula Besar, Pabrik Gula Skala Kecil Proposed
dengan Pengrajin Tradisional
Uraian Pabrik Gula Pabrik Gula Pengrajin Gula
Besar Skala Kecil Tradisional
PROPOSED
Hasil Produksi Gula Putih Gula Putih, Gula Merah
Gula Merah atau
Nira pekat
Standart produk Terukur Terukur Tidak terukur
By Produk Tetes Tetes
Kapasitas > 1000 tcd 20 - 50 - 100 tcd 10 - 15 tcd
Skala usaha Padat modal Modal kecil Modal kecil
Padat technologi Tekn. Tepat guna Miskin Technologi
Skala besar Kecil/ Menengah Kecil/ Menengah
21
Operasi discontinu dipilih selain pertimbangan biaya investasi dan
kesederhanaan adalah agar system operasi sesuai dengan kultur, budaya
dari masarakat setempat , misalnya Kilang gula rakyat + ini dapat dihentikan
sesuai operating prosedure yang telah dibuat untuk ditinggal melaksanakan
sholat jum’at atau kegiatan sosial / keagamaan lainnya (Memakamkan
zenazah tetangga dll).
22
btinggi lebih sedikit, system ini lebih sederhana meskipun dioperasikan
discontinu, disamping juga pertimbangan apabila harus dilakukan
pembersihan kerak kerak pada pipa evaporator proses tidak terhenti dengan
hanya cukup menyediakan 2 unit evaporator.
4.2.6.Boiling system dipilih two boling system untuk menghasilkan
gula A dan D tetapi juga dapat dimodifikasi dimana molase A langsung
diuapkan sampai fraksi air tinggal 8-10% selanjutnya dijadikan blok sugar
yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi dari molasse (tetes)
4.2.7.Statiun kapuran dihilangkan, kapur bongkahan yang masih perlu
treatment disubtitusi dengan kapur powder technical grade sehingga sistem
sederhana dan murah.
4.2.8. System perpipaan didesign seeffectif mungkin (sedekat
mungkin) dengan pemilihan PVC pipe untuk transfer material suhu rendah
(pipa nira kasar, pipa syrup , pipa tetes A dll) dan pipa SUS 304 untuk alir
produksi (nira panas dll)
4.2.9.Cat / lapisan tahan asam dan panas”Heat & Acid resistant
coating” diperlukan untuk permukaan peralatan dari carbon steel yang
bersentuhan dengan nira atau syrup untuk mengurangi sebanyak mungkin
kontaminasi besi (Fe dalam bentuk Feric) yang akan meningkatkan intensitas
warna produk dll.
4.2.10.Peralatan dengan fungsi ganda yaitu tangki klarifikasi
difungsikan sebagai tangki ukur nira, juga sebagai tangki pengembang
,sebagai tangki defikator selain fungsi utamanya sebagai tangki
pengendapan.
4.2.11.Boiler didesign tekanan rendah , uap diperlukan hanya untuk
proses pada 7 Psig (0.5bar).
23
BAB V
PABRIK GULA SKALA KECIL
(kilang gula rakyat +)
24
Berdasar pendekatan diatas OLEH ALUMNI ITS telah dibangun
dengan sangat sederhana Model Pabrik Gula Skala Kecil dengan kapasitas
20 ton tebu/hari di Jombang, dan dioperasikan pada tahun 1999,
dimana secara teknis telah dicapai performance sesuai yang diperhitungkan
begitu pula performance produksi cukup baik sesuai serfifikat uji PT
Sucofindo.
Permasalahannya yalah Tata Niaga Gula 1990 s/d 2003 tidak memungkinkan
prototype tersebut secara ekonomis dioperasikan.
25
Penguapan dengan operasi single effect, dengan water jet condenser
sebagai pompa vacuum nira jernih dididihkan , keunggulan single effect
adalah titik didih penguapan yang dapat si ajust sangat rendah (sesuai
dengan tekanan dalam pesawat penguap) dan dengan titik didih yang rendah
peningkatan intensitas warna dari nira kesirup dapat dikendalikan
26
Sentrifugal separator pada prototype PGMJombang
27
BAB VI
DIMANA
PABRIK GULA SKALA KECIL
LAYAK DIBANGUN.
28
6.1.Dimana Pabrik Gula Skala Kecil layak dibangun.
Pabrik Gula Skala Kecil masih sangat layak dibangun di lokasi lokasi sbb:
IBB.
- Kawasan Produsen.
- Pelabuhan masuk gula import.
- Pasokan selalu tersedia.
- Harga relatif murah. IBT.
- Jauh dari produsen.
- Pasok tergantung suply.
- Harga relatif lebih mahal.
29
Beberapa kawasan di Jawa timur petaninya sudah sangat fanatik
dengan tanaman tebu tetapi jauh dari pabrik gula (Bojonegoro, Tuban/
Pantura , Malang selatan, Banyuwangi ) dimana tebunya harus diangkut ke
Pabrik Gula di Wilayah Madiun dengan jarak lebih dari 100 km, Rembang
yang tebunya harus dbawa ke Madiun, Purworejo tebunya harus dibawa ke
Madukismo dll,
Brondong Paciran
Tuban Sedayu
Bangkalan
Gresik
Babat
Bojonegoro Lamongan Pamekasan
Surabaya
Ngawi
Selat Madura
Mojokerto Sidoarjo
Peterongan Mojoagung
Madiun
Pasuruan
Situbondo
Kediri
Ponorogo Probolinggo
Malang Bondowoso
Blitar
Trenggalek
Pacitan Tulungagung
Jember
Lumajang
Campurdarat Banyuwangi
Tasikmadu
T.
Po
po Puger
h
P. Nusa Barung
30
6.2.Dampak pembangunan Pabrik Gula Skala Kecil.
31
BAB VII
PROSES PEMBUATAN GULA TEBU
PABRIK GULA SKALA KECIL
(KILANG GULA RAKYAT +).
32
PROSES PEMBUATAN GULA TEBU
Pabrik Gula Skala Kecil (Kilang Gula Rakyat +)
2.Module Extraksi.
33
konveyor ampas untuk ditranfer ke lapangan ampas sebelum digunakan
untuk bahan bakar steamer.
Nira kotor yang keluar dari gilingan ditampung dalam tangki nira kotor dan
dengan pompa open impeler dipompakan ke module pemurnian setelah
melewati static sceen, pada static sceen ini dipisahkan serpihan serpihan dan
kotoran yang terikut dinira kotor.
34
3.Module Pemurnian.
35
9 Static screen mesh 200 1 unit 1 m2
4.Module Penguapan
36
Syrup hasil penguapan selanjutnya diproses sesuai dengan produk akhir
yang diinginkan, dapat dijual langsung sebagai gula pekat apabila diturunkan
pada brix 67,
37
6.Statiun Pemisahan.
Massecuite A yang dihasilkan pesawat masakan diturunkan dan
ditampung dalam palung kristaliser A , yang dilengkapi dengan slow moving
agitator agar kristal gula yang terbentuk tidak mengendap dan mengeras
yang akan menyulitkan proses pemisahan, massecuite A selanjutnya
diumpankan kedalam sentrifugal separator untuk dipisahkan bagian kristal
gulanya dengan bagian cairannya, kristal gula A yang menempel didinding
separator dicuci dengan aliran air hangat dan diberikan uap panas untuk
menurunkan kadar airnya, gula A yang dihasilkan selanjutnya diturunkan
untuk dikeringkan dalam pengering gula, sedangkan cairan yang keluar
disebut Molase A ditransfer ke Molase A Feeder Tank
38
Peralatan statiun Pemisahan
No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas
1 Kristaliser A/D 4 unit @ 4.000 liter
2 Molasse A transfer tank 1 unit 1.500 liter
3 Final Molasse Tank c/w pump 1 unit 30.000 liter
4 Moll A transfer pump 1 unit 1 m3 /jam
5 Moll final transfer pump 1 unit 1 m3/jam
6 Sentrifugal Separator A/D 2 unit
7 Pengering gula 1 unit
39
8.Module utility/bantu.
Guna mendukung proses tersebut diperlukan module pendukung antara lain:
Boiler.
Pesawat penghasil uap yang digunakan untuk seluruh proses utamanya
proses pemurnian, penguapan, masakan, pemisahan gula , pembersihan dll.
40
mempertahankan tingkat kehampaan yang diperlukan selama proses,
barometric condenser diletakkan diatas tower setinggi 12 meter.
Kelistrikan.
Daya listrik diperlukan untuk mendukung sistem pompa, penggerak
penggerak conveyor, hoisting crane dll yang dipenuhi dari PLN dan dibackup
dengan emergensi genset.
Laboratorium Equipment.
Minimal disediakan alat alat lab, tabung reaksi, timbangan analisa, ph meter,
41
polarimeter, brix weigher.
Office equipment.
Tersedia fasilitas perkantoran yang memadai lengkap dengan sistem
komunikasi, computer dll.
Workshop Equipment.
Peralatan bengkel sederhana minimal untuk kerja bangku, pesawat las listrik,
oxy acetilene aparat, standart tool dll.
Safety equipment.
Tersedia alat keselamatan kerja meliputi system penangkal petir, pemadam
kebakaran, safety glass, safety belt dan safety cloth, helmet dll.
42
BAB VIII
MENUJU GULA RP 2000
DENGAN PABRIK GULA SKALA KECIL
(KILANG GULA RAKYAT +).
43
1. Penentuan Kapasitas.
Kapasitas 20 , 50 dan atau 100 ton tebu perhari adalah kapasitas ideal
untuk Pabrik Gula Skala Kecil (Kilang Gula Rakyat +), penentuan kapasitas
berdasar pertimbangan antara lain sbb:
Pabrik gula skala kecil oleh banyak fihak selalu dikomentari sebagai
unit usaha yang tidak efisien, bahkan kadang komentar tersebut keluar dari
seorang yang sama sekali kurang mengenal seluk beluk pergulaan, kadang
keluar dari seorang yang mengaku sebagai pengamat dan apabila ditanya
lebih lanjut kenapa tidak efisien dijawab dengan sekenanya “ karena kecil”,
44
Permasalahan industri gula sebenarnya bukan masalah efisien atau
tidak efisien, tetapi masalah utamanya yalah bagaimana memproduksi gula
dengan harga pokok produksi yang mampu bersaing, berbekal dengan
semua potensi dan sumber daya yang telah dimiliki.
Akan lebih jelas apabila harga pokok produksi gula bersama sama diamati
dan dicermati sehingga didapatkan peluang untuk menekan komponen biaya
yang mungkin dapat ditekan dan juga dapat untuk membandingkan dengan
harga pokok produksi gula luar negeri, karena BAGAIMANAPUN
KOMPONEN BIAYA PEMBENTUK HARGA POKOK PRODUKSI RELATIF
SAMA. dan dengan demikian lepas dari istilah efisien atau tidak efisien kita
dapat memproduksi gula dengan harga yang mampu bersaing secara fair.
Biaya tetap:
Andil biaya investasi (termasuk bunga investasi)
Gaji tetap ( Manager, Kary bulanan, Honor Komisaris)
Biaya tetap lainnya (ATK,Komunikasi, Rumah Tangga dll)
45
Biaya tidak tetap/biaya langsung.
Bahan baku/tebu (biaya tanam atau pembelian tebu)
Bahan Penolong (kapur, phosphat, flokulan, reagen dll )
Upah karyawan harian.
Energy (listrik, solar)
Kemasan (inner bag, outer bag)
Maintenance.
Bunga modal kerja.
46
Komponen harga pokok GULA:
(Rp/kg gula)
47
Bahan baku / tebu.
Dari komponen biaya tanaman tebu biaya biaya yang dominan adalah:
Sewa lahan yang dalam kisaran Rp 6 - Rp 8 juta/ha/tahun.
Tebang angkut dalam kisaran Rp 3.000 - Rp 4.000 per kwintal.
Bunga modal kerja tanaman dalam kisaran > 18%
Pengolahan lahan (manual atau mekanisasi) +/- Rp 1.500.000/ha
Bibit diperlukan untuk tanaman baru 7.5 – 9 ton/ha
Upah kerja perawatan ( gulud,klentek,memupuk dll)
Pemupukan (Nitrogen,Phosphat,Potasium dan hara micro lainnya)
48
Unsur biaya diatas hampir hampir tidak dapat direduksi dan justru selalu ada
kecenderungan naik dari tahun ketahun dan bahkan kadang kala diluar
prediksi, harga pupuk dapat diprediksikan akan naik dari tahun ketahun,
harga BBM juga akan berfluktuasi dengan kecenderungan naik sehingga
berpengaruh terhadap biaya energy (angkutan atau pembangkit tenaga),
upah selalu menyesuaikan dengan kenaikan upah regiuonal yang belum ada
cerita berubah turun.
49
Dengan demikian akan didapat komponen harga tebu dalam harga pokok
produksi gula dalam kisaran Rp 1000/kg gula.
Biaya Investasi.
Andil biaya Investasi (Pokok dan Bunga) atau biasa juga disebut
Owning Cost merukana komponen pembentuk harga pokok yang cukup
dominan, dengan mengambil Biaya Investasi per ton kapasitas dan dengan
hari giling 200 hari berarti tiap tahun akan tergiling tebu sebesar 200 ton.
Dengan rendemen yang variatif maka akan didapatkan komponen biaya
investasi per kg gula yang dihasilkan seperti grafik dibawah.
50
Biaya Energy.
Pada kilang gula rakyat skala kecil energy yang digunakan adalah adalah
diesel engine baik sebagai penggerak langsung maupun sebagai
pembangkit generator , dengan asumsi harga solar harus mengikuti harga
solar industri (tanpa subsidi) maka biaya energy merupakan komponen
terbesar ketiga dalam pembentukan harga pokok produksi.
Dibandingkan dengan apabila menggunakan steam turbine generator
sebagai penghasil listrik komponen energy dengan menggunakan diesel
generator masih lebih menuntungkan.
Investasi turbine generator pada daya 200 KW (micro steam turbine) yang
terdiri dari unit Boiler tekanan tinggi (saturated steam boiler), unit steam
turbine, unit alternator dan utilitynya ( boiler water treatment , back pressure
vessel dll ) memerlukan tenaga operator dan maintenance dengan
pendidikan formal dan skill yang mahal dan dengan invest app Rp 2.5 M,
bunganya saja dengan suku bunga 15% pa atau sebesar Rp 375 juta sudah
lebih dari cukup untuk biaya owning dan operating cost diesel generator.
Suku Bunga.
51
Tantangan menuju gula Rp 2000/kg.
Rp 2000/kg.
Ton Hablur/ha 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Gaji tetap 116 105 95 87 81 75 70 65 62
Biaya lain 36 33 30 27 25 23 22 20 19
Upah Harian 179 161 147 134 124 115 107 101 95
Bahan Baku 1,488 1,339 1,217 1,116 1,030 956 893 837 788
Bahan penolong 15 13 12 11 10 9 9 8 8
Energy 296 266 242 222 205 190 177 166 156
Utilities 28 28 28 28 28 28 28 28 28
Maintenance 58 52 47 43 40 37 35 33 31
Bunga Modal 94 85 77 71 65 61 57 53 50
Andil Investasi 866 780 709 650 600 557 520 487 459
HPP Gula - Rp/kg 3,177 2,862 2,604 2,390 2,208 2,052 1,917 1,799 1,695
52
BAB IX
ANALISA EKONOMIS.
53
Executive summary
TENAGA KERJA
SDM LOKAL DENGAN PELATIHAN
KOMISARIS 3 ORANG
MANAGER 1 ORANG
ASS MANAGER 2 ORANG
KARY BULANAN 6 ORANG
KARY HARIAN (3 SHIFT) 48 ORANG
PRODUKSI
HASIL PRODUKSI UNTUK PASAR DOMESTIK
KOMBINASI GULA PUTIH DENGAN GULA MERAH
54
Kepustakaan.
55
Daftar isi.
Kata pengantar 2.
Pendahuluan 3
Pemanis selain gula putih tebu 5.
Permasalahan 7.
Mempertahankan produksi dalam negeri 12.
Pabrik gula skala kecil (alternatif solusi ) 18
Proto type Pabrik Gula Skala Kecil 24.
Dimana pabrik gula skala kecil layak dibangun 28.
Proses gula tebu pada Pabrik gula skala kecil 32.
Menuju gula Rp 2.000 dengan Pabrik gula skala kecil 42.
Executive summary
Kepustakaan
56